BAB IV. PEMBAHASAN dan Pengujian

dokumen-dokumen yang mirip
1.2 Tujuan Penelitian 1. Penelitian ini bertujuan untuk merancang bangun sirkit sebagai pembangkit gelombang sinus synthesizer berbasis mikrokontroler

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III METODE PENELITIAN

PENGEMBANGAN PERANGKAT PELATIHAN PEMBANGKIT SINUSOIDAL METODE PWM dan MODULASI 8-PSK berbasis MIKROKONTROLER ATMEGA16 MODE IDEAL (1 Sinus untuk 3-bit)

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISA. Pengukuran dan analisa dilakukan bertujuan untuk mendapatkan

BAB III PERANCANGAN ALAT. Pada perancangan alat untuk sistem demodulasi yang dirancang, terdiri dari

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA. Bab ini membahas tentang pengujian alat yang dibuat, adapun tujuan

MODUL PRAKTIKUM SISTEM KOMUNIKASI DIGITAL

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI. Blok diagram carrier recovery dengan metode costas loop yang

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1.(a). Blok Diagram Kelas D dengan Dua Aras Keluaran. (b). Blok Diagram Kelas D dengan Tiga Aras Keluaran.

BINARY PHASA SHIFT KEYING (BPSK)

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI ALAT. modulator 8-QAM seperti pada gambar 3.1 berikut ini: Gambar 3.1 Blok Diagram Modulator 8-QAM

POLITEKNIK NEGERI JAKARTA

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISIS

BAB III PERANCANGAN SISTEM

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PULSE CODE MODULATION MENGGUNAKAN KOMPONEN DASAR ELEKTRONIKA

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISIS

Perancangan dan Realisasi Sistem Pentransmisian Short Message dan Sinyal Digital pada

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Blok Diagram Modulator 8-QAM. menjadi tiga bit (tribit) serial yang diumpankan ke pembelah bit (bit splitter)

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB III METODE PENELITIAN

IMPLEMENTASI MODULASI DAN DEMODULASI GMSK PADA DSK TMS320C6416T

PRAKTIKUM II PENGKONDISI SINYAL 1

BAB III KEGIATAN PENELITIAN TERAPAN

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI SISTEM. Dalam tugas akhir ini dirancang sebuah modulator BPSK dengan bit rate

BAB I PENDAHULUAN. 500 KHz. Dalam realisasi modulator BPSK digunakan sinyal data voice dengan

LABORATORIUM SISTEM TELEKOMUNIKASI SEMESTER III TH 2015/2016

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI... KATA PENGANTAR... HALAMAN PERSEMBAHAN... MOTTO... ABSTRAK...

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dan penulisan laporan tugas akhir dilakukan di Laboratorium

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN DAN REALISASI

Desain Inverter Tiga Fasa dengan Minimum Total Harmonic Distortion Menggunakan Metode SPWM

A SIMULATION TO GENERATE BPSK AND QPSK SIGNALS

Dalam sistem komunikasi saat ini bila ditinjau dari jenis sinyal pemodulasinya. Modulasi terdiri dari 2 jenis, yaitu:

Perancangan Sistem Modulator Binary Phase Shift Keying

LAPORAN ALAT UKUR DAN PENGUKURAN

BAB II DASAR TEORI. Modulasi adalah proses yang dilakukan pada sisi pemancar untuk. memperoleh transmisi yang efisien dan handal.

LAMPIRAN PEDOMAN PENGGUNAAN ALAT

Quadrature Amplitudo Modulation-16 Sigit Kusmaryanto,

B B BA I PEN EN A D HU LU N 1.1. Lat L ar B l e ak an Mas M al as ah

No Output LM 35 (Volt) Termometer Analog ( 0 C) Error ( 0 C) 1 0, , ,27 26,5 0,5 4 0,28 27,5 0,5 5 0, ,

BAB II DIGITISASI DAN TRANSMISI SUARA. 16Hz 20 khz, yang dikenal sebagai frekwensi audio. Suara menghasilkan

Teknik modulasi dilakukan dengan mengubah parameter-parameter gelombang pembawa yaitu : - Amplitudo - Frekuensi - Fasa

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA. regulator yang digunakan seperti L7805, L7809, dan L Maka untuk

MODULATOR DAN DEMODULATOR. FSK (Frequency Shift Keying) Budihardja Murtianta

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISIS SISTEM. diharapkan dengan membandingkan hasil pengukuran dengan analisis. Selain itu,

BAB IV ANALISIS DAN PENGUJIAN. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai pengujian terhadap keseluruhan

BAB III PERANCANGAN PEDOMAN PRAKTIKUM

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA. serta pengujian terhadap perangkat keras (hardware), serta pada bagian sistem

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

DAFTAR ISI. ABSTRAK. i ABSTRACT.. ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI...v DAFTAR GAMBAR...ix DAFTAR TABEL... xi

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI SISTEM. menggunakan sensor gas MQ-2 yang ditampilkan pada LCD 16x2 diperlukan

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

Oleh : ARI YUANTI Nrp

Budihardja Murtianta. Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik UKSW Jalan Diponegoro 52-60, Salatiga

PENGATURAN KECEPATAN DAN POSISI MOTOR AC 3 PHASA MENGGUNAKAN DT AVR LOW COST MICRO SYSTEM

RANCANG BANGUN PENYEARAH AC TO DC RESONANSI SERI DENGAN ISOLASI TERHADAP FREKUENSI TINGGI

SISTEM PENGATURAN STARTING DAN PENGEREMAN MOTOR UNTUK PINTU GESER OTOMATIS

PERANCANGAN MODULATOR QPSK DENGAN METODA DDS (DIRECT DIGITAL SYNTHESIS) BERBASIS MIKROKONTROLLER ATMEGA8535 ABSTRAK

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB IV Pengujian. Gambar 4.1 Skema pengujian perangkat keras

BAB II LANDASAN TEORI

LABORATORIUM SISTEM TELEKOMUNIKASI SEMESTER IV TH 2010/2011

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Filter Orde Satu & Filter Orde Dua

BAB III RANCANGAN SMPS JENIS PUSH PULL. Pada bab ini dijelaskan tentang perancangan power supply switching push pull

ANALISIS KINERJA MODULASI ASK PADA KANAL ADDITIVE WHITE GAUSSIAN NOISE (AWGN)

B A B III SINYAL DAN MODULASI

I. ANALISA DATA II. A III. A IV. A V. A

PERCOBAAN 11 PULSE WIDHT MODULATION

SISTEM PENGUAT AUDIO JENIS SUBWOOFER DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK MODULASI DELTA TUGAS AKHIR

BABI PENDAHULUAN. Pada dunia elektronika dibutuhkan berbagai macam alat ukur dan analisa.

QUADRATURE AMPLITUDE MODULATION ( Q A M ) Sigit Kusmaryanto,

MODUL PRAKTIKUM INSTRUMENTASI KENDALI PENGENALAN NI ELVIS MEASUREMENT INSTRUMENT

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Telekomunikasi telah menempati suatu kedudukan yang penting

V. M O D U L A S I. Gbr.V-1: Tiga sinyal sinusoidal yang berbeda. Sinyal 1 Sinyal 3. sinyal 2 t

DAFTAR ISI. Abstrak... Abstract... Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Gambar... Daftar Tabel... BAB I Pendahuluan Latar Belakang...

III. METODE PENELITIAN. Penelitian tugas akhir ini akan dilakukan di Laboratorium Terpadu Teknik Elektro

JOBSHEET 9 BAND PASS FILTER

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

Latihan Soal dan Pembahasan SOAL A

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

POLITEKNIK NEGERI MALANG 2016

POLITEKNIK NEGERI JAKARTA

PERCOBAAN 5 REGULATOR TEGANGAN MODE SWITCHING. 1. Tujuan. 2. Pengetahuan Pendukung dan Bacaan Lanjut. Konverter Buck

MODUL 3 ANALISA LISSAJOUS

BAB II DASAR TEORI 2.1. Teori Catu Daya Tak Terputus

BAB II DASAR TEORI. Modulasi adalah pengaturan parameter dari sinyal pembawa (carrier) yang

Perancangan Sistim Elektronika Analog

Quadrature Amplitudo Modulation-8 Sigit Kusmaryanto,

Perancangan Modulator dan Demodulator pada DPSK

MODULASI. Adri Priadana. ilkomadri.com

BAB II DASAR TEORI. sebagian besar masalahnya timbul dikarenakan interface sub-part yang berbeda.

Transkripsi:

BAB IV PEMBAHASAN dan Pengujian Pada bab ini akan dijelaskan mengenai pembahasan dan pengujian dari alat yang dibuat secara keseluruhan. Seperti halnya perancangan maka pada tahapan pengujian dilakukan dengan cara bertahap, untuk tiap-tiap blok. Jika tiap blok dinyatakan bekerja dengan baik maka di lanjutkan untuk menguji sistem keseluruhan (sistem terintegrasi), adapun pembahasan dan pengujiannya dibagi menjadi 2 bagian besar. Pertama pembahasan dan pengujian sinus generator, dan yang ke dua Pembahasan dan pengujian generator 8-PSK. 4.1 Pengujian Sinus Generator Pengujian sinyal sinus yang dihasilkan, dapat dilakukan dengan cara paling mudah adalah dengan pengamatan osiloskop kemudian diamati melalui Spektrum analizar dan dilihat spektrumnya. Adapun bagan pengujian sinusnya tampak seperti Gambar 4.1. Gambar 4.1 Bagan pengujian sinus Adapun justifikasinya adalah: jika spektrum analizer menunjukan hanya da f0 maka dapat dikatakan bahwa hasil penelitian ini benar. Dalam pengambilan data ini maka setting hardware-nya adalah dapat dilihat pada Lampiran 4.1 setting_hardware_pwm_100x_50x_40x.jpg. Dari 55

hasil pengambilan data maka di hasilkan sinyal PWM yang sudah difilter LPF ( Low Pass Filter ) seperti Gambar 4.2 sampai Gambar 4.9. Data hasil pengamatan melalui osiloskop diatas terlihat bahwa gambar sinyal sinus tampak seperti sinyal segitiga baik untuk 100 sampling, 50 sampling, maupun 40 sampling untuk kisaran fekuensi 1 khz. Jika sinyal-sinyal tersebut di bandingkan dengan sinus frekuensi rendah ( kisaran 41 Hz 135 Hz ) dengan sampling 100, maka terlihat bahwa sinus frekuensi rendah menunjukkan sinyal yang lebih baik (lebih mendekati sinyal sinus), hal ini di karenakan hal antara lain: 1. Sampling sebanyak 100 kali tergolong masih kecil dan tidak sempurna. Hal ini berakibat masih adanya sinyal informasi yang hilang, sehingga dalam pemfilteran menghasilkan sinus yang tidak sempurna. Dengan kata lain dibutuhkan sampling lebih dari 100 untuk membuat sinyal sinus yang benar-benar sempurna, seperti terlihat perbandingan Gambar 4.2 dan Gambar 4.3 dengan 50 dan 40 samplingnya terhadap Gambar 4.5 sampai dengan Gambar 4.9 yang menggunakan 100 sampling. 2. Sedangkan Gambar 4.4 dengan 100 sampling masih menunjukkan bentuk segitiga karena sinyal PWM-nya di buat dengan rasio 1, artinya 1 periode On atau Off diwakili oleh 1 siklus mesin dalam mikrokontroler. 3. Komponen filter yang digunakan bukanlah komponen filter untuk frekuensi tinggi, disarankan untuk menggunakan capasitor keramik sebagai filternya. Sampling bisa lebih kecil dari 100 asal filter tepat. Hasil pengamatan sinyal sinus frekuensi tinggi ( kisaran 1000 Hz) dengan menggunakan data PWM 100 sampling, 50 sampling, dan 40 sampling. 56

a b Gambar 4.2a Sinus (PWM 100 sampling,filter R1= 7K2Ohm, C1=22nF,L1=100uH, C2=25nF). Gambar 4.2b Spektrum sinyal sinus hasil filter PWM 100 sampling, frekuensi 1,0041 khz. a b Gambar 4.3a Sinus (PWM 50 sampling, filter R1=3k2Ohm, C1=22nF,L1=100uH, C2=20nF). Gambar 4.3b Spektrum sinyal sinus hasil filter PWM 50 sampling frekuensi 1,1096 khz. a b Gambar 4.4a Sinus (PWM 40 sampling, filter R1=5k6Ohm, C1=10nF,L1=100uH, C2=20nF). Gambar 4.4b Spektrum sinyal sinus hasil filter PWM 40 sampling frekuensi 1,135 khz. Selain hasil eksperimen di atas, dibuat sinyal sinus frekuensi rendah ( kisaran 41 Hz 135 Hz ) dengan menggunakan data PWM 100 sampling. Setting hardware dapat dilihat pada Lampiran 4.2 Setting_pwm_100sample_multifreq. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dibawah ini: 57

a Gambar 4.5a Sinus frekuensi 135Hz, hasil filter PWM 100 sampling. Gambar 4.5b Spektrum sinus frekuensi 135 Hz. b a Gambar 4.6a Sinus frekuensi 122 Hz, hasil filter PWM 100 sampling. Gambar 4.6b Spektrum sinus frekuensi 122 Hz. b a b 58

Gambar 4.7a Sinus frekuensi 102 Hz, hasil filter PWM 100 sampling. Gambar 4.7b Spektrum sinus frekuensi 102 Hz. a Gambar 4.8a Sinus frekuensi 82Hz, hasil filter PWM 100 sampling. Gambar 4.8b Spektrum sinus frekuensi 82Hz. b a Gambar 4.9a Sinus frekuensi 41 Hz, hasil filter PWM 100 sampling. Gambar 4.9b Spektrum sinus frekuensi 41 Hz. b 4.2 Pengujian generator 8-PSK. Pengujian tahap selanjutnya adalah pengujian Generator 8-PSK. Pengujian terbagi menjadi 2 bagian, yaitu pengujian fasa rangkaian fasa dan pengujian pensaklaran.untuk jelasnya lihat Lampiran 4.3 Setting_8- PSK_generator 4.2.1 Pengujian pergeseran fasa 59

Pada pengujian ini langkah awal yang dilakukan adalah menguji bahwa fasa yang di hasilkan dari rangkaian pergeseran adalah benar-benar fasa pada 0, 30, 45, 60, 90, 120, 135, 150, 180, 210, 225, 240, 270, 300, 315, dan 330 yang mana pengujiannya dilakukan menggunakan osiloskop, dengan membandingkan antara fasa origin (fasa 0, dari sumber sinyal) dengan fasa yang telah digeser. Perlu diketahui bahwa pengujian ini menggunakan sinyal sinus yang dihasilkan dari DAC dengan frekuensi 83,3 Hz. Hasil pengujian sinyal adalah dapat dilihat pada Gambar 4.10 sampai dengan Gambar 4.24. Gambar 4.10 Fasa 0 dengan fasa 30 pada 83,3 Hz ( fasa 0 warna hijau, fasa 30 warna merah). Gambar 4.11 Fasa 0 dengan fasa 45 pada 83,3 Hz (fasa 0 warna hijau, fasa 45 warna merah). Gambar 4.12 Fasa 0 dengan fasa 60 pada 83,3 Hz (fasa 0 warna hijau, fasa 60 warna merah). Gambar 4.13 Fasa 0 dengan fasa 90 pada 83,3 Hz (fasa 0 warna hijau, fasa 90 warna merah). 60

Gambar 4.14 Fasa 0 dengan fasa 120 pada 83,3 Hz (fasa 0 warna hijau, fasa 120 warna merah) Gambar 4.15 Fasa 0 dengan fasa 135 pada 83,3 Hz (fasa 0 warna hijau, fasa 135 warna merah) Gambar 4.16 Fasa 0 dengan fasa 150 pada 83,3 Hz (fasa 0 warna hijau, fasa 150 warna merah) Gambar 4.17 Fasa 0 dengan fasa 180 pada 83,3 Hz (fasa 0 warna hijau, fasa 180 warna merah) Gambar 4.18 Fasa 0 dengan fasa 210 pada 83,3 Hz (fasa 0 warna hijau, fasa 210 warna merah) Gambar 4.19 Fasa 0 dengan fasa 225 pada 83,3 Hz (fasa 0 warna hijau, fasa 225 warna merah) 61

Gambar 4.20 Fasa 0 dengan fasa 240 pada 83,3 Hz (fasa 0 warna hijau, fasa 240 warna merah) Gambar 4.21 Fasa 0 dengan fasa 270 pada 83,3 Hz (fasa 0 warna hijau, fasa 270 warna merah). Gambar 4.22 Fasa 0 dengan fasa 300 pada 83,3 Hz (fasa 0 warna hijau, fasa 300 warna merah). Gambar 4.23 Fasa 0 dengan fasa 315 pada 83,3 Hz (fasa 0 warna hijau, fasa 315 warna merah). Gambar 4.24 Fasa 0 dengan fasa 330 pada 83,3 Hz (fasa 0 hijau, fasa 330 merah). 62

Dari hasil pengamatan data osiloskop terlihat sinyal bergeser sebesar sudut-sudut istimewa sesuai yang diinginkan. Hal ini membuktikan bahwa rangkaian penggeser fasa, telah bekerja dengan baik, di samping itu dapat disimpulkan bahwa antara simulasi dengan hardware yang dibuat, ada kesesuaian. 4.2.2 Pengujian Pensaklaran (Switching 8 Gray-PSK) Bagian terakhir adalah pengujian switching (pemodulasian 8 Gray-PSK), sesuai perancangan yang dibuat pada Bab III ada beberapa mode display modulasi 8-PSK antara lain mode lambat, mode sedang, mode cepat dan mode ideal. Dalam pembahasan ini akan dibahas Mode Lambat ( 3-bit di wakili 200 data sinus) dan Mode Ideal ( 3-bit diwakili 1 data sinus).. 4.2.2.1 Modulasi 8 Gray-PSK Mode 200 Sinus Mewakili 3-Bit 4.2.2.1.1 Pengujian I Pada pengujian pertama, banyaknya data yang ingin dimodulasi ada 2 buah data biner yaitu 0 ( gray = 000 ) dan 4 ( gray = 110 ). Hal ini berarti, pada masukan Banyaknya data harus diberikan nilai 2 dilanjutkan memberi masukan 0 dan 4 pada pad masukan. Dan pada pilihan mode display pilih Mode Lambat ( 3-bit diwakili 200 data sinus). Dari pengamatan osiloskop, maka didapat gambar seperti yang tampak pada Gambar 4.25. Gambar 4.25 Sinyal modulasi 8 Gray-PSK dengan data 0 (gray 000) dan 4 (gray 110) Mode 200 Sinus mewakili 3-bit. Gambar 4.25 menunjukkan sinyal hijau sebagi sinyal referensi fasa 0 sedangkan sinyal merah adalah sinyal modulasi dengan fasa 0 dan fasa 63

180. Pada layar osiloskop sinyal merah akan menampilkan fasa 0 dan fasa 180 secara periodik dan bergantian terus menerus. Tabel 4.1 merupakan tabel kebenaran yang menunjukan hubungan antara input modulator kode Gray input 0 ( gray = 000 ) dan 4 ( gray = 110 ) dengan output modulator fasa sinus. Tabel 4.1 Tabel kebenaran dengan data input 0 (gray 000) dan 4 (gray 110) Sinyal modulasi 8 Gray-PSK Mode 200 Sinus mewakili 3-bit. Urutan Modulator Input Modulator Output Biner Gray Code fasa sinus 0 0 exp(0) 4 110 exp(jπ) = exp(j4π/4) Hasil pengamatan osiloskop menunjukkan kecocokan dengan Tabel 4.1 di atas ini, hal ini menunjukkan bahwa generator 8 Gray-PSK bekerja dengan baik. 4.2.2.1.2 Pengujian II Pada pengujian kedua, banyaknya data yang ingin dimodulasi ada 2 buah data biner yaitu 1 ( gray = 001 ) dan 3 ( gray = 010 ). Hal ini berarti, pada masukan Banyaknya data harus diberikan nilai 2 dilanjutkan memberi masukan 1 dan 3 pada pad masukan yang merupakan data yang akan dimodulasikan. Dan pada pilihan mode display pilih Mode Lambat ( 3-bit diwakili 200 data sinus). Dari pengamatan osiloskop, maka didapat gambar seperti yang tampak pada Gambar 4.26. Gambar 4.26 Sinyal modulasi 8 Gray-PSK dengan data 1 (gray 001) dan 3 (gray 010) Mode 200 Sinus mewakili 3-bit. 64

Gambar 4.26 menunjukkan sinyal hijau sebagi sinyal referensi fasa 0 sedangkan sinyal merah adalah sinyal modulasi dengan fasa 45 dan fasa 135. Pada layar osiloskop sinyal merah akan menampilkan fasa 45 dan fasa 135 secara periodik dan bergantian terus menerus. Tabel 4.2 merupakan tabel kebenaran yang menunjukan hubungan antara input modulator kode Gray input 1( gray = 001 ) dan 3 ( gray = 010 ) dengan output modulator fasa sinus. Tabel 4.2 Tabel kebenaran dengan data input 1 (gray 001) dan 3 (gray 010) Sinyal modulasi 8 Gray-PSK Mode 200 Sinus mewakili 3-bit. Urutan Modulator Input Modulator Output Biner Gray Code fasa sinus 1 1 exp(jπ/4) 3 10 exp(j3π/4) Hasil pengamatan osiloskop menunjukkan kecocokan dengan Tabel 4.2 di atas ini, hal ini menunjukkan bahwa generator 8 Gray-PSK bekerja dengan baik. 4.2.2.1.3 Pengujian III Pada pengujian ketiga, banyaknya data yang ingin dimodulasi ada 2 buah data biner yaitu 4 ( gray = 110 ) dan 6 ( gray = 101 ). Hal ini berarti, pada masukan Banyaknya data harus diberikan nilai 2 dilanjutkan memberi masukan 4 dan 6 pada pad masukan yang merupakan data yang akan dimodulasikan. Dan pada pilihan mode display pilih Mode Lambat ( 3-bit diwakili 200 data sinus). Dari pengamatan osiloskop, maka didapat gambar seperti yang tampak pada Gambar 4.27. Gambar 4.27 Sinyal modulasi 8 Gray-PSK dengan data 4 (gray 110) dan 6 (gray 101) Mode 200 Sinus mewakili 3-bit. 65

Gambar 4.27 menunjukkan sinyal hijau sebagi sinyal referensi fasa 0 sedangkan sinyal merah adalah sinyal modulasi dengan fasa 180 dan fasa 270. Pada layar osiloskop sinyal merah akan menampilkan fasa 180 dan fasa 270 secara periodik dan bergantian terus menerus. Tabel 4.3 merupakan tabel kebenaran yang menunjukan hubungan antara input modulator kode Gray input 4( gray = 110 ) dan 6 ( gray = 101 ) dengan output modulator fasa sinus. Tabel 4.3 Tabel kebenaran dengan data input 4 (gray 110) dan 6 (gray 101) Sinyal modulasi 8 Gray-PSK Mode 200 Sinus mewakili 3-bit. Urutan Modulator Input Modulator Output Biner Gray Code fasa sinus 4 110 exp(jπ) = exp(j4π/4) 6 101 exp(j3π/2) = exp(j6π/4) Hasil pengamatan osiloskop menunjukkan kecocokan dengan Tabel 4.3 di atas ini, hal ini menunjukkan bahwa generator 8 Gray-PSK bekerja dengan baik. 4.2.2.2 Modulasi 8gray-PSK Mode 1 Sinus Mewakili 3-Bit Pada pengujian ini dilakukan Mode Ideal yang artinya 3-bit hanya diwakili 1 sinyal sinus. 4.2.2.2.1 Pengujian I Pada pengujian ini, banyaknya data yang ingin dimodulasi ada 2 buah data biner yaitu 0 ( gray = 000 ) dan 4 ( gray = 110 ). Hal ini berarti, pada masukan Banyaknya data harus diberikan nilai 2 dilanjutkan memberi masukan 0 dan 4 pada pad masukan. Dan pada pilihan mode display pilih Mode Ideal ( 3-bit diwakili 1 data sinus). Dari pengamatan osiloskop, maka didapat gambar seperti tampak pada Gambar 4.28. 66

Gambar 4.28 Sinyal modulasi 8 Gray-PSK dengan data 0 (gray 000) dan 4 (gray 110) Mode 1 Sinus mewakili 3-bit. Gambar 4.28 menunjukkan sinyal hijau sebagi sinyal referensi fasa 0 sedangkan sinyal merah adalah sinyal modulasi dengan fasa 0 dan fasa 180. Pada layar osiloskop sinyal merah akan menampilkan fasa 0 dan fasa 180 secara periodik dan bergantian terus menerus. Tabel 4.4 merupakan tabel kebenaran yang menunjukan hubungan antara input modulator kode Gray input 0( gray = 000 ) dan 4 ( gray = 110 ) dengan output modulator fasa sinus. Tabel 4.4 Tabel kebenaran dengan data input 0 (gray 000) dan 4 (gray 110) Sinyal modulasi 8 Gray-PSK Mode 1 Sinus mewakili 3-bit. Urutan Modulator Input Modulator Output Biner Gray Code fasa sinus 0 0 exp(0) 4 110 exp(jπ) = exp(j4π/4) Hasil pengamatan osiloskop menunjukkan kecocokan dengan Tabel 4.4 di atas ini, hal ini menunjukkan bahwa generator 8 Gray-PSK bekerja dengan baik. 4.2.2.2.2 Pengujian II Pada pengujian ini, banyaknya data yang ingin dimodulasi ada 2 buah data biner yaitu 0 ( gray = 000 ) dan 2 ( gray = 011 ). Hal ini berarti, pada masukan Banyaknya data harus diberikan nilai 2 dilanjutkan memberi masukan 0 dan 2 pada pad masukan. Dan pada pilihan mode display pilih Mode 67

Ideal ( 3-bit diwakili 1 data sinus). Dari pengamatan osiloskop, maka didapat gambar seperti yang tampak pada Gambar 4.29. Gambar 4.29 Sinyal modulasi 8 Gray-PSK dengan data 0 ( gray 000 ) dan 2 ( gray 011 ) Mode 1 Sinus mewakili 3-bit. Gambar 4.29 menunjukkan sinyal hijau sebagi sinyal referensi fasa 0 sedangkan sinyal merah adalah sinyal modulasi dengan fasa 0 dan fasa 90. Pada layar osiloskop sinyal merah akan menampilkan fasa 0 dan fasa 90 secara periodik dan bergantian terus menerus. Tabel 4.5 merupakan tabel kebenaran yang menunjukan hubungan antara input modulator kode Gray input 0( gray = 000 ) dan 2 ( gray = 011 ) dengan output modulator fasa sinus. Tabel 4.5 Tabel kebenaran dengan data input 0 (gray 000) dan 2 (gray 011) Sinyal modulasi 8 Gray-PSK Mode 1 Sinus mewakili 3-bit. Urutan Modulator Input Modulator Output Biner Gray Code fasa sinus 0 000 exp(0) 2 011 exp(jπ/2) = exp(j2π/4) Hasil pengamatan osiloskop menunjukkan kecocokan dengan Tabel 4.5 di atas ini, hal ini menunjukkan bahwa generator 8 Gray-PSK bekerja dengan baik. 4.2.2.2.3 Pengujian III Pada pengujian ini, banyaknya data yang ingin dimodulasi ada 2 buah data biner yaitu 0 ( gray = 000 ) dan 1 ( gray = 001 ). Hal ini berarti, pada 68

masukan Banyaknya data harus diberikan nilai 2 dilanjutkan memberi masukan 0 dan 1 pada pad masukan. Dan pada pilihan mode display pilih Mode Ideal ( 3-bit diwakili 1 data sinus). Dari pengamatan osiloskop, maka didapat gambar seperti yang tampak pada Gambar 4.30. Gambar 4.30 Sinyal modulasi 8 Gray-PSK dengan data 0 ( gray 000 ) dan 1 ( gray 001 ) Mode 1 Sinus mewakili 3-bit. Gambar 4.30 menunjukkan sinyal hijau sebagi sinyal referensi fasa 0 sedangkan sinyal merah adalah sinyal modulasi dengan fasa 0 dan fasa 45. Pada layar osiloskop sinyal merah akan menampilkan fasa 0 dan fasa 45 secara periodik dan bergantian terus menerus. Tabel 4.6 merupakan tabel kebenaran yang menunjukan hubungan antara input modulator kode Gray input 0( gray = 000 ) dan 1 ( gray = 001 ) dengan output modulator fasa sinus. Tabel 4.6 Tabel kebenaran dengan data input 0 (gray 000) dan 1 (gray 001) Sinyal modulasi 8 Gray-PSK Mode 1 Sinus mewakili 3-bit. Urutan Modulator Input Modulator Output Biner Gray Code fasa sinus 0 000 exp(0) 1 001 exp(jπ/4) Hasil pengamatan osiloskop menunjukkan kecocokan dengan Tabel 4.6 di atas ini, hal ini menunjukkan bahwa generator 8 Gray-PSK bekerja dengan baik. 69

Dari keseluruhan pengamatan modulasi 8 Gray-PSK untuk Mode Lambat dan Mode Ideal dapat disimpulkan bahwa modulator 8 Gray-PSK bekerja dengan baik. 70