ANALISIS MORFEM BAHASA MELAYU SUB-DIALEK SEKANAK DESA TINJUL KECAMATAN SINGKEP BARAT KABUPATEN LINGGA ARTIKEL E-JOURNAL Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar (S.Pd.) Sarjana Pendidikan Oleh MUHAMMAD LIZAR NIM 110388201071 JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI TANJUNGPINANG 2016
Muhammad Lizar, 2016. Analisis Morfem Bahasa Melayu Sub-Dialek Sekanak Desa Tinjul Kecamatan Singkep Barat Kabupaten Lingga, skripsi: Tanjungpinang: Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Maritim Raja Ali Haji. Pembimbing I: Riau Wati, M.Hum. Pembimbing II: Wahyu Indrayatti, M.Pd. Kata Kunci: Bentuk dan Jenis Morfem ABSTRAK Tujuan penelitian ini untuk menganalisis Bentuk, Jenis dan Makna Morfem yang ada dalam Sub-Dialek Sekanak desa Tinjul. Objek penelitian ini ialah Bahasa Melayu yang dikenal dengan nama Sekanak pada masyarakat Desa Tinjul Kecamatan Singkep Barat Kabupaten Lingga Provinsi Kepulauan Riau. Informan penelitian ini adalah masyarakat Desa Tinjul yang berusia antara 40 tahun hingga 80 tahun. Peneliti menggunakan metode deskriptif dengan menggunakan teknik pengumpulan data berupa teknik rekam, sadap dan simak. Hasil penelitian dari bentuk dan jenis morfem pada sub-dialek Sekanak ini yaitu berupa kata dasar untuk morfem bebas, dan afiksasi (imbuhan) untuk morfem terikatnya.
1. Pendahuluan Bahasa adalah lambang bunyi yang digunakan oleh suatu anggota masyarakat untuk berinteraksi satu sama lain. Sebagaimana disebutkan oleh Kridalaksana (2009:24), bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang dipergunakan oleh para anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasi diri. Bahasa dan manusia tidak bisa dipisahkan karena bahasa memiliki peran yang sangat penting bagi manusia. Berdasarkan fungsi tersebut, bahasa merupakan hasil karya cipta manusia yang memiliki peranan sangat penting dalam kelangsungan hidupnya. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa berdiri sendiri, dengan kata lain manusia sangat memerlukan sistem komunikasi baik itu berupa isyarat, lambang-lambang atau kode tertentu untuk berlangsungnya sistem komunikasi agar tercapainya suatu maksud atau tujuan tertentu sebagai makhluk sosial. Indonesia memiliki beragam bahasa daerah dan suku bangsa. Hingga muncul ragam bahasa daerah masing-masing, ada ragam Bahasa Jawa, Batak, Minang, Bugis, Melayu dan lain sebagainya. Meskipun demikian, bahasa Indonesia-lah yang digunakan sebagai bahasa penengah untuk menyatukan antar suku atau daerah di Indonesia. Disisi lain pula bahasa Indonesia hampir rusak oleh pengguna bahasa itu sendiri. Penggunaan bahasa Indonesia yang tidak dengan kaidahnya ini sebenarnya karena adanya bahasa-bahasa asing yang masuk dan telah merusak bahasa Indonesia itu sendiri, misalnya penggunaan bahasa remaja-remaja saat ini.
Remaja saat ini lebih suka mengunakan bahasa kekinian, bahasa-bahasa gaul, bahasa alai, yang bisa merusak bahasa Indonesia itu sendiri. Saat ini tidak sedikit yang menggunakan bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi, tetapi kita bisa mengetahui asal daerahnya dengan tutur kata atau logat bicaranya. Bahasa Indonesia yang digunakannya benar tetapi gaya bicaranya atau logatnya masih kental sehingga bisa ditebak penutur berasal dari daerah mana, hal ini terjadi karena adanya bahasa ibu atau bahasa pertama penutur yang disebabkan oleh kebiasaan sehingga sulit untuk diubah. Salah satunya adalah bahasa Melayu. Bahasa Melayu merupakan kerabat bahasa Austronesia yang memiliki batasan luas, diluncurkan dari peradaban Asia Timur sepuluh ribu tahun yang lalu. Satu diantara wilayah menggunakan Bahasa Melayu yang terdapat di kawasan Asia ini adalah Kepulauan Riau (Kepri). Dialek Bahasa Melayu Kepri bermacammacam, karena disetiap tempat atau wilayah yang terdapat di daerah Kepri memiliki sub-dialek yang berbeda-beda, sub-dialek Natuna berbeda dengan dialek Bintan, dan Bintan berbeda jugadengan Lingga. Tetapi Natuna, Bintan, dan Lingga menggunakan Bahasa Melayu hanya saja sub-dialek dari daerah mereka yang berbeda. Bahasa Melayu Desa Tinjul Kecamatan Singkep Barat Kabupaten Lingga merupakan salah satu bahasa daerah yang ada di Kepulauan Riau dan dalam masyarakatnya dikenal dengan sebutan Bahasa Sekanak. Dalam kesehariannya, sebagian penduduk Desa Tinjul menggunakan bahasa melayu Sekanak untuk berkomunikasi. Lingkungan yang mengelilingi Desa ini merupakan lingkungan
yang masih didiami oleh orang-orang melayu dan juga orang pendatang. Bahasa Sekanak ini memiliki berbagai fungsi yaitu sebagai lambang identitas daerah, dan alat komunikasi di dalam keluarga dan masyarakat daerahnya. Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini. Peneliti akan mengetahui bentuk morfem kemudian untuk selanjutnya bisa menjadi bahan atau acuan untuk pelestarian khasanah bahasa melayu dengan mengadakan sosialisasi pelestarian untuk menjaga kearifan lokal tidak hanya seni dan budaya tetapi juga bahasa. 2. Metodologi Penelitian Menurut Djajasudarma (2010: 4) Metode penelitian merupakan alat, prosedur dan teknik yang dipilih dalam melaksanakan penelitian (mengumpulkan data). Metode penelitian yang digunakan dalam Analisis Morfem Bahasa Melayu Sub-dialek Desa Tinjul Kecamatan Singkep Barat Kabupaten Lingga adalah bersifat deskriptif kualitatif, dengan menggunakan metode deskriptif berarti penelitian ini benar-benar berdasarkan fakta yang ada atau fenomena yang secara empiris hidup pada penuturnya. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Djajasudarma (2010:16), Deskriptif adalah data-data yang dikumpulkan bukanlah angka-angka, dapat berupa kata-kata atau gambaran sesuatu. Sedangkan penelitian kualitatif menurut Sugiyono (2014:1) adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat
induktif dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi. 3. Hasil Penelitian dan Pembahasan Berdasarkan hasil dari data yang sudah dianalisis dalam pembahasan ditemukan bentuk, makna dan jenis morfem pada Bahasa Melayu Sub-Dialek Masyarakat Desa Tinjul Kecamatan Singkep Barat, Kabupaten Lingga. Maka dapat disimpulkan bahwa, dari penelitian tersebut peneliti memperoleh data terdiri dari morfem bebas dan morfem terikat yang terbagi menjadi afiks awalan yaitu be-, di-, me-, nge-, pe-, se-, te-, dan afiks Akhiran yaitu na dan -kan. Hasil pembahasan dari bentuk dan jenis morfem pada sub-dialek Sekanak ini yaitu berupa kata dasar untuk morfem bebas, dan afiksasi (imbuhan) untuk morfem terikatnya. Temuan dari hasil penelitian, masyarakat Desa Tinjul lebih banyak menggunakan bentuk kata dari jenis morfem bebas. 4. Saran Berdasarakan kesimpulan pada skripsi ini peneliti memberikan saran-saran terutama kepada pemuda-pemudi Desa Tinjul Kecamatan Singkep Barat Kabupaten Lingga sebagai generasi harapan bangsa, supaya: 1. Lebih menggunakan bahasa asli daerah dari pada bahasa gaul, supaya keaslian daerah atau bahasa daerahnya tidak mengalami pergeseran. 2. Bisa menindak lanjuti penilitian ini, agar menjadi lebih sempurna dan penelitan ini tidak hanya meneliti bentuk dan jenis saja pada dialek Bahasa Melayu Kabupaten Lingga.
3. Bagi peneliti yang meneliti bahasa daerah khususnya Bahasa Melayu Subdialek Sekanak Desa Tinjul Kecamatan Singkep Barat Kabupaten Lingga hendaknya agar dapat mengatur waktu supaya hasil penelitiannya lebih baik dari penelitian sebelumnya. 4. Bagi peneliti agar tidak kesulitan dalam pengumpulan data, terutama yang berkaitan dengan masyarakat setempat, sebaiknya dijadwalkan terlebih dahulu agar data yang diinginkan sesuai dengan yang diharapkan. 5. Bagi pemerintah Kabupaten Lingga untuk memberi dukungan kepada peneliti yang melanjutkan penelitian ini, agar penelitian ini lebih baik dan bisa bermanfaat bagi pemuda setempat khususnya dan masyarakat umumnya. 6. Peneliti berharap penelitian ini tidak hanya sampai disini, tetapi akan ada peneliti-peneliti yang lain untuk mengkaji lebih dalam tentang Bahasa Melayu Sub-Dialek Sekanak Desa Tinjul Kecamatan Singkep Barat Kabupaten Lingga.
DAFTAR PUSTAKA Arifin, Zaenal dan Junayah. 2009. Morfologi bentuk, makna, dan fungsi edisi kedua. Jakarta: Grasindo Chaer, Abdul. 2008. Morfologi Bahasa Indonesia. Jakarta: Renika Cipta..2011. Tata Bahasa Praktis Bahasa indonesia. Jakarta: Renika Cipta. Djajasudarma, T. Fatimah. 2010, Metode Linguistik. Bandung: Refika Aditama. Djojosuroto, Kinayati dan M.L.A. Sumaryati. 2010. Prinsip-Prinsip Dasar Penelitian Bahasa dan Sastra. Bandung: Nuansa. Finoza, Lamuddin. 2008. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Diksi Intan Mulia.. 2010. Komposisi Bahasa Indonesia Revisi 4. Jakarta: Diksi Intan Mulia. Karidalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Masnon. 2014. Analisis Bentuk dan Makna Morfem Sub Dialek Bahasa Melayu Masyarakat Sekanah Kecamatan Lingga Utara Kabupaten Lingga. Skripsi Universitas Maritim Raja Ali Haji. Muslich, Mansur. 2010. Garis-Garis Besar Tata Bahasa baku Bahasa Indonesia. Malang: Refika Aditama. Putrayasa, Ida Bagus. 2008. Kajian Morfologi. Singaraja: Refika Aditama. Salihin. 2015. Analisis Bentuk Dan Makna Morfem Bahasa Melayu Subdialek Desa Lanjut Kecamatan Singkep Pesisir Kabupaten Lingga. Skripsi Universitas Maritim Raja Ali Haji. Sarwono, Jonatan. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung: Graha Ilmu. Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuntitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. ------------.2014. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Surya. 2014. Analisis Bentuk Morfem Bahasa Melayu Dialek Tanjung Ambat Kecamatan Senayang. Skripsi Universitas Maritim Raja Ali Haji. Tarigan, Henry Guntur. 2009. Pengajaran Morfologi. Bandung: Angkasa