NASKAH PUBLIKASI FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU KEPATUHAN PENASUN DALAM MENGIKUTI PTRM DI RSJD SUNGAI BANGKONG PONTIANAK 2015

dokumen-dokumen yang mirip
FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN BEROBAT TERAPI RUMATAN METADON DI PUSKESMAS KASSI KASSI KOTA MAKASSAR

BAB 1 PENDAHULUAN. hancurnya kehidupan rumah tangga serta penderitaan dan kesengsaraan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Permasalahan narkotika di Indonesia menunjukkan gejala yang

BAB I PENDAHULUAN. pada pembinaan kesehatan (Shaping the health of the nation), yaitu upaya kesehatan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Putri Immi Rizky Budiyani 1, Renti Mahkota 2 ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyalahgunaan zat psiko aktif merupakan masalah yang sering terjadi di

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN BEROBAT DI KLINIK PROGRAM TERAPI RUMATAN METADON DI PUSKESMAS PARAKAN KABUPATEN TEMANGGUNG

Bab I Pendahuluan. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sehat merupakan hak azazi manusia yang harus di lindungi seperti yang tertuang dalam Deklarasi Perserikatan

ABSTRAK KUALITAS HIDUP KLIEN TERAPI METADON DI PTRM SANDAT RSUP SANGLAH

Lampiran 1 KUESIONER PERILAKU PENGGUNA NAPZA SUNTIK DI DALAM MENGIKUTI PROGRAM TERAPI RUMATAN METADON DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2010

HUBUNGAN FAKTOR PERILAKU DENGAN RETENSI PASIEN PROGRAM TERAPI RUMATAN METADON DI PUSKESMAS KASSI-KASSI

Gambaran dan Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Retensi Pasien Program Terapi Rumatan Metadon (PTRM) di Puskesmas Kecamatan Tebet

GAMBARAN DOSIS TERAPI PADA PASIEN PROGRAM TERAPI RUMATAN METADON DI RSUD GUNUNG JATI KOTA CIREBON

Wenny Chartika. Andri Dwi Hernawan dan Abduh Ridha

BAB 1 PENDAHULUAN. kekebalan tubuh manusia. Acquired Immunodeficiency Syndrome atau AIDS. tubuh yang disebabkan infeksi oleh HIV (Kemenkes RI, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. (Afrika Selatan), D joma (Afrika Tengah), Kif (Aljazair), Liamba (Brazil) dan Napza

PERAN FAKTOR INTRINSIK DALAM KEIKUTSERTAAN PENGGUNA NARKOBA SUNTIK PADA PROGRAM TERAPI RUMATAN METADON DI KABUPATEN BADUNG TAHUN 2015

NASKAH PUBLIKASI PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN PENCEGAHAN PENULARAN HIV/AIDS PADA PENASUN YANG MENGIKUTI PTRM DI RSJD SUNGAI BANGKONG PONTIANAK

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Imunnodeficiency Virus (HIV)/ Acquired Imunne Deficiency

Hubungan Pengetahuan dan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Minum Obat Anti Tuberkulosis di Puskesmas Andalas Kota Padang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 1, Maret 2017 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. dalam kurun waktu adalah memerangi HIV/AIDS, dengan target

BAB I PENDAHULUAN. pada program pengalihan narkoba, yaitu program yang mengganti heroin yang. dipakai oleh pecandu dengan obat lain yang lebih aman.

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. (NAPZA) atau yang lebih sering dikenal masyarakat dengan NARKOBA

ABSTRACT. Keywords: Supervisory Swallowing Drugs, Role of Family, Compliance Drinking Drugs, Tuberculosis Patients ABSTRAK

PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN SIKAP WARGA BINAAN KASUS NARKOBA DALAM PENCEGAHAN HIV DAN AIDS DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS IIA SEMARANG

Proposal Penelitian Operasional. Evaluasi dan Intervensi Pengobatan Terapi Rumatan Metadon (PTRM)

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN SUMBER INFORMASI DENGAN UPAYA PENCEGAHAN HIV/AIDS PADA REMAJA KOMUNITAS ANAK JALANAN DI BANJARMASIN TAHUN 2016

PROGRAM HARM REDUCTION DI INDONESIA "DARI PERUBAHAN PERILAKU KE PERUBAHAN SOSIAL"

BAB I PENDAHULUAN. meninggal akibat HIV/AIDS, selain itu lebih dari 6000 pemuda umur tahun

Pengaruh Karakateristik Terhadap Terbentuknya Perilaku Peserta Terapi Rumatan Metadon (TRM) di Klinik Rumatan Metadon Puskesmas Manahan Surakarta

UNIVERSITAS UDAYANA LUH GD. DWI KARTIKA PUTRI

BAB I PENDAHULUAN. dan diduga akan berkepanjangan karena masih terdapat faktor-faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. lainya. Banyak jenis NAPZA yang besar manfaatnya untuk kesembuhan dan

HUBUNGAN PENGETAHUAN PASIEN HIPERTENSI TENTANG OBAT GOLONGAN ACE INHIBITOR DENGAN KEPATUHAN PASIEN DALAM PELAKSANAAN TERAPI HIPERTENSI DI RSUP PROF DR

Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang 2)

PENGARUH KONSELING TERHADAP PENURUNAN DEPRESI PADA PASIEN PROGRAM TERAPI RUMATAN METADON DI PUSKESMAS MANAHAN SOLO NASKAH PUBLIKASI

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP PENYALAHGUNAAN NARKOBA PADA REMAJA DI SMK NEGERI 2 SRAGEN KABUPATEN SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. pada sejarah, United National HIV/AIDS (UNAIDS) & Word Health. diperkirakan sebanyak 1.6 juta orang diseluruh dunia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkoba dalam bidang pengobatan dan pelayanan kesehatan

Associated Factors With Contraceptive Type Selection In Bidan Praktek Swasta Midwife Norma Gunung Sugih Village

Ika Setyaningrum *), Suharyo**), Kriswiharsi Kun Saptorini**) **) Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro

The Association between Social Functions and Quality of Life among Elderly in Denpasar

DUKUNGAN PSIKOSOSIAL KELUARGA DALAM PENYEMBUHAN PASIEN NAPZA DI RUMAH SAKIT JIWA PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan penyakit Acquired

ABSTRAK PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA ANGKATAN 2010 TENTANG HIV/AIDS

BAB 1 PENDAHULUAN. pesan yang akan disampaikan (Azrul & Azwar, 1983). Sedangkan Glanz, dkk.,

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG NAPZA DENGAN TINDAKAN PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NAPZA PADA SISWA SMA NEGERI 3 SEMARANG SKRIPSI

57 2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. di negara berkembang. Badan kesehatan dunia, World Health Organitation

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PEKERJA TENTANG APD TERHADAP PENGGUNAANNYA DI CV. UNGGUL FARM NGUTER

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN KEPATUHAN KONSUMSI TABLET FE PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI PUSKESMAS WIROBRAJAN KOTA YOGYAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV)/ Accuired Immune Deficiency Syndrome (AIDS)

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU TENTANG FAKTOR RISIKO PENYAKIT SEREBROVASKULAR TERHADAP KEJADIAN STROKE ISKEMIK ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN KARAKTERISTIK DAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PERILAKU PSN-DBD DI KELURAHAN SUNGAI JAWI PONTIANAK TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. (AIDS) pada tahun 1981 telah berkembang menjadi masalah kesehatan. (UNAIDS) dalam laporannya pada hari AIDS sedunia tahun 2014,

Kata Kunci : Kelambu, Anti Nyamuk, Kebiasaan Keluar Malam, Malaria

BAB V PEMBAHASAN. a. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin

BAB I PENDAHULUAN. generasi baik secara kualitas maupun kuantitas. sesuatu yang mengarah pada aktivitas positif dalam pencapaian suatu prestasi.

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia pelaku transeksual atau disebut waria (Wanita-Pria) belum

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 PADA DOKTER KELUARGA

DUKUNGAN KELUARGA MEMPENGARUHI KEPATUHAN MINUM OBAT PASIEN SKIZOFRENIA ABSTRAK

The Incidence Of Malaria Disease In Society At Health Center Work Area Kema Sub-District, Minahasa Utara Regency 2013

HUBUNGAN PERSEPSI MUTU PELAYANAN KESEHATAN DENGAN TINGKAT KEPATUHAN BEROBAT PADA NARAPIDANA PENYALAHGUNAAN NAPZA DI KLINIK METADON LP KEROBOKAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ikatan Dokter Indonesia (IDI) tahun 2013 menjelaskan. HIV atau Human Immunodefisiensi Virus merupakan virus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Jurnal Farmasi Andalas Vol 1 (1) April 2013 ISSN :

BAB 1 PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala

Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Kejadian HIV dan AIDS Di Puskesmas Kassi-kassi Kota Makassar

BAB I PENDAHULUAN. Angka HIV/AIDS dari tahun ke tahun semakin meningkat. Menurut laporan

DETERMINAN STATUS HIV PADA PENGGUNA NAPZA SUNTIK: PENELITIAN DI DKI JAKARTA TAHUN 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV) semakin mengkhawatirkan secara kuantitatif dan

INTISARI. M. Fauzi Santoso 1 ; Yugo Susanto, S.Si., M.Pd., Apt 2 ; dr. Hotmar Syuhada 3

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan jumlah kasus Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS)

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi **Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi

BAB I PENDAHULUAN. HIV dan AIDS merupakan penyakit yang dapat ditularkan melalui

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Prosedur Pelaksanaan Program Terapi Rumatan Metadon. pelayanan rawat jalan dan rawat inap. Korban penyalah guna dan

BAB I PENDAHULUAN. disediakan oleh pemerintah untuk menampung orang-orang yang melanggar

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN DIIT DIABETES MELLITUS

Unnes Journal of Public Health

ANALISIS PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG HIV/AIDS DAN BAHAYA NARKOBA PADA SISWA LAKI-LAKI MAN 1 MEDAN TAHUN 2016 SKRIPSI OLEH NUR AZIZAH NIM :

HUBUNGAN DUKUNGAN PASANGAN PENDERITA TB DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PENDERITA TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN TAHUN 2016

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN KONDISI LINGKUNGAN SEKOLAH DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) PADA SISWA SMA NEGERI DI KOTA SANGGAU TAHUN 2014

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

INTISARI TINGKAT PENGETAHUAN ORANG TUA DALAM PENGGUNAAN AMOXICILLIN SIRUP KERING PADA PASIEN BALITA DI PUSKESMAS SUNGAI KAPIH SAMARINDA

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune. rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV 1.

Penjangkauan dalam penggulangan AIDS di kelompok Penasun

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome atau yang lebih dikenal dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dan Zat Adiktif (Abdul & Mahdi, 2006). Permasalahan penyalahgunaan

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh :

Transkripsi:

NASKAH PUBLIKASI FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU KEPATUHAN PENASUN DALAM MENGIKUTI PTRM DI RSJD SUNGAI BANGKONG PONTIANAK 2015 NASTITI FATIMAH NIM I11108057 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK 2016

1

2 FACTORS ASSOCIATED WITH ADHERENCE BEHAVIOUR OF IDUs AT MMT RSJD SUNGAI BANGKONG POTIANAK 2015 Nastiti Fatimah 1 ; Saptiko 2 ; Muhammad Asroruddin 3 Abstract Background: Methadone Maintenance Therapy (MMT) is one of the efforts to reduce adverse drug effects (harm reduction) for injecting drug users (IDUs). This program replace drugs use by syringes with methadone which have the same effect as heroin and given orally. MMT is a long term program, so the success of the treatment is determined by adherence in performing medication therapy. Objective: The objectives are to determine association between knowledge, attitude, family suppport, peer support, and health personnel support with adherence behaviour at MMT. Methods:Analytic with cross sectional study approach. Sampling was done with non-probability sampling by total sampling. Data collected by questionnaire-based interview to 29 IDUs who fit in sampling criteria at Methadone Maintenance Therapy Clinic at RSJD Sungai Bangkong in 2015. Result: Analysis data through Chi Square test resulted that there were association between knowledge (p=0,042, PR=2,05) and attitude (p=0,047, PR=2,117) with adherence behavior at MMT, and there were no association between family support (p=0,667), peer support (p=0,638), and health personnel support (p=0,270) with adherence behaviour at MMT. Conclusions: There is tendency for IDUs with good knowledge and attitude to have better adherence at MMT. Keywords: adherence, injecting drug user, methadone maintenance therapy 1) Medical School, Faculty of Medicine, Tanjungpura University, Pontianak, West Kalimantan. 2) Department of Disease Prevention Eradication and Environmental Health, Pontianak Health Department, West Kalimantan 3) Department of Ophtalmology and Medical Bioethics, Faculty of Medicine, Tanjungpura University, Pontianak, West Kalimantan.

3 FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU KEPATUHAN PENASUN DALAM MENGIKUTI PTRM DI RSJD SUNGAI BANGKONG PONTIANAK 2015 Nastiti Fatimah 1 ; Saptiko 2 ; Muhammad Asroruddin 3 Intisari Latar Belakang: Program Terapi Rumatan Metadon (PTRM) merupakan salah satu dari program pengurangan dampak buruk Napza (Harm Reduction) untuk pengguna Napza suntik (penasun). Program ini mengalihkan penggunaan narkoba suntik menjadi metadon yang memiliki efek sama dengan heroin dan diberikan dengan cara diminum. Program ini merupakan program jangka panjang, sehingga keberhasilan pengobatan ditentukan dengan tingkat kepatuhan dalam mengikuti PTRM. Tujuan:Mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan, sikap, dukungan keluarga, peran teman sebaya, dan dukungan petugas kesehatan terhadap perilaku kepatuhan dalam mengikuti PTRM. Metodologi: Penelitian analitik dengan desain cross sectional. Pengambilan sampel dilakukan dengan non-probability sampling secara total sampling. Data diambil dari hasil wawancara koesioner pada 29 penasun yang memenuhi kriteria sampel di klinik PTRM RSJD Sungai Bangkong Pontianak tahun 2015. Hasil: Uji analisis dengan uji Chi Square menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan (p=0,042, PR=2,05) dan sikap (p=0,047, PR=2,117) dengan perilaku kepatuhan mengikuti PTRM, dan tidak terdapat hubungan antara dukungan keluarga (p=0,667), peran teman sebaya (0,638), dan dukungan petugas kesehatan (0,270) terhadap perilaku kepatuhan mengikuti PTRM. Kesimpulan:Terdapat kecenderungan bagi penasun dengan tingkat pengetahuan dan sikap yang baik untuk lebih patuh mengikuti PTRM. Kata Kunci: kepatuhan, pengguna Napza suntik, terapi rumatan metadon 1) Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Tanjungpura, Pontianak, Kalimantan Barat. 2) Departemen Pencegahan Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Dinas Kesehatan Kota Pontianak, Kalimantan Barat 3) Departemen Mata dan Bioetik Medis, Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Tanjungpura, Pontianak, Kalimantan Barat.

4 PENDAHULUAN Narkoba adalah suatu zat yang jika dimasukan ke dalam tubuh akan mempengaruhi fungsi fisik dan atau psikologis. Penyalahgunaan narkoba adalah pemakaian narkoba di luar indikasi medis, tanpa petunjuk atau resep dokter, dan pemakaiannya bersifat patologis (menimbulkan kelainan) dan menimbulkan hambatan dalam aktivitas di rumah, sekolah atau kampus, tempat kerja, dan lingkungan sosial 1. Berdasarkan hasil Survey Penyalahgunaan Narkoba Badan Narkotika Nasional (BNN) pada tahun 2008 diperkirakan jumlah penyalahguna sebanyak 3,1 juta sampai 3,6 juta orang atau sekitar 1,99% dari total seluruh penduduk Indonesia yang berisiko terpapar narkoba. Dari sejumlah penyalahguna tersebut, terdistribusi atas 26% coba pakai, 27% teratur pakai, 40% pecandu bukan suntik dan 7% pecandu suntik 2. Pengguna narkoba suntik (penasun) merupakan salah satu faktor resiko penularan HIV. Data laporan AIDS sampai Maret 2013 faktor risiko penularan HIV terbanyak melalui heteroseksual (59,8%), penasun (18%), diikuti penularan melalui perinatal (2,7%), dan homoseksual (2,4%) 3. Perilaku sharing (menggunakan jarum suntik yang sama) di kalangan penasun untuk berbagi dengan temannya 2 hingga 5 orang masih di lakukan 4. Kalimantan Barat merupakan provinsi dengan peringkat keenam jumlah kumulatif kasus AIDS berdasarkan provinsi (1125 kasus) setelah DKI Jakarta (3995 kasus), Jawa Timur (3775 kasus), Jawa Barat (3728 kasus), Papua (3712 kasus), dan Bali (1747 kasus). Dari 1125 kasus, 197 kasus merupakan penderita AIDS yang disebabkan oleh penggunaan narkoba dengan jarum suntik 5.

5 Program Terapi Rumatan Metadon (PTRM) adalah program yang mengalihkan penggunaan narkoba suntik (misalnya heroin) ke obat lain yang lebih aman. Tujuan dari PTRM bukan penyembuhan ketergantungan opiat namun mengurangi penggunaan narkoba suntik. Program ini merupakan program jangka panjang sehingga dibutuhkan tingkat kepatuhan yang sangat tinggi dimana pengguna PTRM harus mengikuti dosis terapi yang dianjurkan setiap hari sampai kondisi pengguna layanan PTRM ini stabil sesuai dengan pemeriksaan dokter pelaksana di PTRM 6. Berdasarkan penelitian Tampubolon 7, terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan, sikap, dan dukungan keluarga terhadap kepatuhan berobat di Klinik PTRM Puskesmas Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Sumatra Utara. Penelitian Pratiwi et al 8 juga menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan (p=0,000), sikap (p=0,020), dukungan keluarga (p=0,018) dan dukungan petugas kesehatan (p=0,001) dengan kepatuhan berobat terapi rumatan metadon di Puskesmas Kassi Kassi Makassar. Pada penelitian yang dilakukan Aprilya et al 9, terdapat hubungan yang bermakna antara sikap (p=0,034) dan dukungan teman sesama (p=0,002) dengan retensi pasien PTRM di Puskesmas Kassi Kassi Makassar. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku kepatuhan penasun dalam mengikuti PTRM yang meliputi tingkat pengetahuan, sikap, dukungan keluarga, peran teman sebaya, dan dukungan petugas kesehatan di Rumah Sakit Jiwa Daerah (RSJD) Sungai Bangkong Pontianak. BAHAN DAN METODE Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian analitik dengan desain cross sectional. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei-Juli 2015 di Klinik PTRM RSJD Sungai Bangkong Pontianak.

6 Data didapatkan dengan melakukan wawancara kuesioner kepada peserta PTRM yang memenuhi kriteria sampel dan melalui data absensi kehadiran peserta. Didapatkan 29 responden sebagai sampel. Analisis data dilakukan secara deskriptif univariat dan bivariat melalui uji hipotesis Chi square untuk menentukan adanya hubungan antara pengetahuan, sikap, dukungan keluarga, peran teman sebaya, dan dukungan petugas kesehatan terhadap perilaku kepatuhan responden dalam mengikuti PTRM. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Subjek Penelitian Dari data yang dikumpulkan didapatkan responden terbanyak dengan jenis kelamin laki-laki yaitu 29 orang (100%). Kelompok umur paling banyak yaitu pada kategori > 30 tahun sebanyak 23 orang (79,3%). Distribusi tingkat pendidikan responden yang paling banyak yaitu SMA sebanyak 23 orang (79,3%). Pendidikan paling rendah adalah SD sebanyak 2 orang (6,9%) dan paling tinggi adalah SMA sebanyak 23 orang (79,3%). Pekerjaan responden terbanyak pada kategori pegawai swasta sebanyak 18 orang (62,1%) Jumlah responden dengan pekerjaan sebagai PNS sebanyak 1 orang (3,4%), wiraswasta 6 orang (20,7%), dan lain-lain 4 orang (13,8%). Jumlah responden dengan pendapatan di atas UMP ( Rp.1.739.400) sebanyak 18 orang (62,1%), dan tingkat pendapatan di bawah UMP ( Rp.1.739.400) sebanyak 11 orang (37,9%) Lama penggunaan Napza suntik responden dibagi menjadi kategori < 10 tahun dan > 10 tahun. Jumlah responden dengan lama penggunaan Napza suntik < 10 tahun sebanyak 14 orang (48,3%), dan lama penggunaan Napza suntik > 10 tahun sebanyak 15 orang (51,7%).

7 Lama mengikuti PTRM responden dibagi menjadi kategori <1 tahun dan >1 tahun. Jumlah responden dengan lama mengikuti PTRM <1 tahun sebanyak 11 orang (37,9%) dan responden dengan lama mengikuti PTRM > 1 tahun sebanyak 18 orang (62,1%). Tabel 1. Sebaran Karakteristik Responden Identitas Kategori Jumlah N % Jenis Kelamin Laki-laki 29 100 Perempuan 0 0 Jumlah 29 100 Usia <30 6 20,7 >30 23 79,3 Jumlah 29 100 Pendidikan SD 2 6,9 SMP 4 13,8 SMA 23 79,3 Jumlah 29 100 Pekerjaan PNS 1 3,4 Wiraswasta 6 20,7 Swasta 18 62,1 Lain-Lain 4 13,8 Jumlah 29 100 Pendapatan Di atas UMP 18 62,1 Di bawah UMP 11 37,9 Jumlah 29 100 Lama < 10 Tahun 14 48,3 Menggunakan >10 Tahun 15 51,7 Napza Suntik Jumlah 29 100

8 Lama mengikuti PTRM < 1 Tahun 11 37,9 >1 Tahun 18 62,1 Jumlah 29 100 Jumlah responden yang memperoleh sumber informasi dari media cetak sebanyak 7 orang (24,1%), internet 19 orang (65,5%), petugas kesehatan 21 orang (72,4%), keluarga 7 orang (24,1%), teman 16 orang (55,2%), dan 4 orang (13,8%) tidak mencari sumber informasi. Dari hasil kuesioner pengetahuan secara keseluruhan, didapatkan paling banyak 15 orang (51,7%) memiliki pengetahuan yang baik mengenai PTRM. Responden dengan tingkat pengetahuan cukup sebanyak 12 orang (41,4%), dan tingkat pengetahuan kurang sebanyak 2 orang (6,9%). Jumlah responden dengan tingkat sikap baik sebanyak 17 orang (58,6%) dan tingkat sikap cukup sebanyak 12 orang (41,4%). Distribusi responden dengan tingkat dukungan keluarga baik sebanyak 22 orang (75,9%), tingkat dukungan keluarga cukup sebanyak 7 orang (24,1%), dan tidak terdapat responden dengan tingkat dukungan keluarga kurang. Pada hasil kuesioner tingkat dukungan teman sebaya, diperoleh paling banyak 13 orang (44,8%) memiliki dukungan teman sebaya cukup. Responden dengan tingkat dukungan teman sebaya baik sebanyak 12 orang (41,4%) dan dukungan teman sebaya kurang sebanyak 4 orang (13,8%). Jumlah responden dengan tingkat dukungan petugas kesehatan baik sebanyak 19 orang (65,5%) dan tingkat dukungan petugas kesehatan cukup sebanyak 10 orang (34,5%). Variabel perilaku kepatuhan mengikuti PTRM dibagi menjadi perilaku patuh dan tidak patuh. Dari hasil perilaku kepatuhan mengikuti PTRM, terdapat 16 orang (55,2%) memiliki perilaku patuh dan 13 orang (44,8%) tidak patuh.

9 B. Analisis Data Pengetahuan dengan Perilaku Kepatuhan Mengikuti PTRM Pada penelitian diketahui responden paling banyak pada kategori tingkat pengetahuan baik. Tabel 2 Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Kepatuhan Mengikuti PTRM Kepatuhan Patuh Tidak Patuh Total P N % N % N % Pengetahuan Baik 11 73,3 4 26,7 15 100 Cukup 4 33,3 8 66,7 12 100 0,042 Kurang 1 50 1 50 2 100 Total 16 55,2 13 44,8 29 100 (Sumber : Data primer, 2015) Berdasarkan hasil uji chi-square didapatkan terdapat hubungan yang bermakna (p<0,05) antara tingkat pengetahuan responden dengan perilaku kepatuhan mengikuti PTRM (p = 0,042, prevalence rate (PR) diperoleh 2,053 dengan 95% Confidence Interval (CI) 0,954-4,418). Penelitian Budiyani 10 juga menunjukkan hal serupa yaitu terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan perilaku kepatuhan mengikuti PTRM dimana p=0,026 dan prevalence rate (PR) 2,261 yang berarti bahwa responden yang memiliki pengetahuan kurang memiliki peluang 2,261 kali untuk tidak patuh dibandingkan dengan yang berpengetahuan baik. Sikap dengan Perilaku Kepatuhan Mengikuti PTRM Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara sikap dengan perilaku kepatuhan mengikuti PTRM (p=0,047). Hal ini dapat dilihat dari 12 orang (70,6%) responden dengan

10 sikap baik patuh mengikuti PTRM. Nilai prevalence rate (PR) diperoleh 2,118 dengan 95% CI 0,899-4,989 yang berarti bahwa responden yang memiliki sikap baik memiliki peluang 2,118 kali untuk lebih patuh dalam mengikuti PTRM. Tabel 3 Hubungan Sikap dengan Perilaku Kepatuhan Mengikuti PTRM Kepatuhan Patuh Tidak Patuh Total P N % N % N % Baik 12 70,6 5 29,4 17 100 Sikap Cukup 4 3S3,3 8 66,7 12 100 0,047 Kurang 0 0 0 0 0 0 Total 16 55,2 13 44,8 29 100 (Sumber : Data primer, 2015) Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Pratiwi et al 8 dan Tampubolon 7 dimana terdapat hubungan yang signifikan antara sikap dengan perilaku kepatuhan mengikuti PTRM (p=0,020 dan p=0,000). Dukungan Keluarga dengan Perilaku Kepatuhan Mengikuti PTRM Berdasarkan uji Chi Square didapatkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara dukungan keluarga dengan perilaku kepatuhan mengikuti PTRM (p=0,667). Pada penelitian yang dilakukan Budiyani 10 dan Aprilya et al 9 diperoleh hasil serupa dimana tidak terdapat hubungan bermakna antara dukungan keluarga dengan perilaku kepatuhan mengikuti PTRM (p=0,280 dan p=0,119).

11 Tabel 4 Hubungan Dukungan Kelurga dengan Perilaku Kepatuhan Mengikuti PTRM Kepatuhan Patuh Tidak Patuh Total P N % N % N % Baik 13 59,1 9 40,9 22 100 Dukungan Cukup 3 42,9 4 57,1 7 100 Keluarga Kurang 0 0 0 0 0 0 0,667 Total 16 55,2 13 44,8 29 100 (Sumber : Data primer, 2015) Meskipun pada penelitian ini tidak ditemukan adanya hubungan yang bermakna antara dukungan keluarga dengan perilaku kepatuhan responden mengikuti PTRM namun peran keluarga sangat dibutuhkan dalam mendampingi dan memberikan dukungan berupa dukungan emosional, penghargaan, instrumental, dan informatif tentang PTRM kepada penasun untuk mau merubah perilakunya ke arah lebih baik dan bersedia menjalani terapi metadon. Keluarga berperan penting dalam program perawatan dan terutama dalam masalah finansial pengobatan. Keputusan pasien untuk mengikuti program terapi juga membutuhkan persetujuan keluarga 6. Peran Teman Sebaya dengan Perilaku Kepatuhan Mengikuti PTRM Berdasarkan analisis chi-square diperoleh nilai p sebesar 0,638 yang berarti bahwa variabel peran teman sebaya tidak memiliki hubungan bermakna dengan perilaku kepatuhan mengikuti PTRM (p<0,05). Penelitian Budiyani 10 juga diperoleh hasil bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara peran teman sebaya dengan perilaku kepatuhan mengikuti PTRM (p=0,602).

12 Tabel 5 Hubungan Teman Sebaya dengan Perilaku Kepatuhan Mengikuti PTRM Kepatuhan Patuh Tidak Patuh Total p N % n % N % Baik 6 50 6 50 12 100 Peran Cukup 8 61,5 5 38,5 13 100 0,638 Teman Kurang 2 50 2 50 4 100 Sebaya Total 16 55,2 13 44,8 29 100 (Sumber : Data primer, 2015) Dukungan Petugas Kesehatan dengan Perilaku Kepatuhan Mengikuti PTRM Berdasarkan uji Chi Square diperoleh hasil bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara dukungan petugas kesehatan dengan perilaku kepatuhan mengikuti PTRM (p=0,270). Penelitian Rodiyah 11 dan Budiyani 10 juga diperoleh hasil serupa dimana tidak terdapat hubungan bermakna antara dukungan petugas kesehatan dengan perilaku kepatuhan mengikuti PTRM (p=0,100 dan p=0,396). Tabel 6 Hubungan Dukungan Petugas Kesehatan dengan Perilaku Kepatuhan Mengikuti PTRM Kepatuhan Patuh Tidak Patuh Total P n % n % N % Dukungan Baik 12 63,2 7 36,8 19 100 Petugas Cukup 4 40 6 60 10 100 0,270 Kesehatan Kurang 0 0 0 0 0 0 Total 16 55,2 13 44,8 29 100 (Sumber : Data primer, 2015)

13 KESIMPULAN 1. Tingkat pengetahuan mengenai program terapi rumatan metadon dengan kategori baik sebanyak 15 orang (51,7%), kategori cukup sebanyak 12 orang (41,4%), dan kategori kurang sebanyak 2 orang (6,9%). 2. Tingkat sikap dalam mengikuti program terapi rumatan metadon dengan kategori baik sebanyak 17 (58,6) orang dan kategori cukup sebanyak 12 orang (41,4%). 3. Tingkat dukungan keluarga terhadap penasun dalam mengikuti program terapi rumatan metadon dengan kategori baik sebanyak 22 orang (75,9%) dan kategori cukup sebanyak 7 orang (24,1%). 4. Tingkat peran teman sebaya terhadap penasun dalam mengikuti program terapi rumatan metadon dengan kategori baik sebanyak 12 orang (41,4%), kategori cukup sebanyak 13 orang (44,8%), dan kategori kurang sebanyak 4 orang (13,8%). 5. Tingkat dukungan petugas kesehatan terhadap penasun dalam mengikuti program terapi rumatan metadon dengan kategori baik sebanyak 19 orang (65,5%) dan kategori cukup sebanyak 10 orang (34,5%), 6. Tingkat perilaku kepatuhan penasun dalam mengikuti program terapi rumatan metadon dengan kategori patuh sebanyak 16 orang (55,2%), dan kategori tidak patuh sebanyak 13 orang (44,8%). 7. Terdapat hubungan bermakna antara faktor internal (pengetahuan dan sikap) terhadap perilaku kepatuhan dalam mengikuti PTRM (p=0,042, PR 2,053 dengan 95% CI 0,954-4,418 dan p=0,047, PR 2,118 dengan 95% CI 0,899-4,989). 8. Tidak terdapat hubungan bermakna antara faktor eksternal (dukungan keluarga, peran teman sebaya, dan dukungan petugas kesehatan) terhadap perilaku kepatuhan dalam mengikuti PTRM (p=0,667, p=0,638, dan p=0,270)

14 A. SARAN Saran yang dapat diajukan adalah sebagai berikut: 1. Bagi pemerintah dapat lebih meningkatkan pemberian informasi tentang program terapi rumatan metadon melalui media cetak dan elektronik agar lebih dapat terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. 2. Bagi penelitian selanjutnya dapat dilakukan penelitian mengenai faktor-faktor lain yang berhubungan dengan perilaku kepatuhan dalam mengikuti PTRM. 3. Bagi penelitian selanjutnya dapat dilakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku ketidakpatuhan dalam mengikuti PTRM.

15 DAFTAR PUSTAKA 1. Mardani. Penyalahgunaan Narkoba. Jakarta: RajaGrafindo Perkasa; 2008. 2. Badan Narkotika Nasional (BNN), Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia. Laporan Survei Penyalahgunaan Narkoba di Indonesia: Studi Kerugian Ekonomi dan Sosial Akibat Narkoba Tahun 2008. Depok; 2008. 3. Kementerian Kesehatan RI. Laporan Perkembangan HIV/AIDS Triwulan I tahun 2013. Jakarta; 2013. 4. Badan Narkotika Nasional (BNN), Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia. Ringkasan Survei Narkoba Rumah Tangga Tahun 2010. Depok; 2010. 5. Kementerian Kesehatan RI. Laporan Perkembangan Situasi HIV & AIDS di Indonesia sampai Maret 2011. Jakarta; 2011. 6. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 57 Tahun 2013 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Program Terapi Rumatan Metadon. Kemenkes RI: Jakarta; 2013. 7. Tampubolon DR. Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Dukungan Keluarga Pengguna Narkoba Suntik Dengan Kepatuhan Berobat ke Klinik Program Terapi Rumatan Metadon (PTRM) di Puskesmas Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang [Tesis]. Universitas Sumatera Utara; 2012. 8. Pratiwi I, Arsyad DS, Ansar J. Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepatuhan berobat Terapi Rumatan Metadon di Puskesmas Kassi Kassi Kota Makassar [Skripsi]. Universitas Hasanuddin Sulawesi Selatan; 2013. 9. Aprilya D, Amiruddin R, Ansariadi. Hubungan Faktor Perilaku Dengan Retensi Pasien Program Terapi Rumatan Metadon Di Puskesmas Kassi-Kassi Kota Makassar [Skripsi]. Universitas Hasanuddin Sulawesi Selatan; 2014.

16 10. Budiyani PIR, Mahkota R. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Ketidakpatuhan pada Pengguna Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif (NAPZA) Suntik yang Mengikuti Program Terapi Rumatan Metadon di Rumah Sakit Ketergantungan Obat Cibubur Jakarta Timur Tahun 2013 [Skripsi]. Universitas Indonesia; 2013. 11. Rodiyah K. Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kepatuhan Terapi Rumatan Metadon Pada Pengguna Napza Suntik (Penasun) Studi di Puskesmas Manahan Kota Surakarta [Skripsi]. Universitas Negeri Semarang; 2011. Tersedia di: http://lib.unnes.ac.id/ 6996/1/10007.pdf

17