BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sumber nitrogen pada ternak ruminansia terdiri dari non protein nitrogen dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berhubungan melalui atom O (Barrer, 1982). Klasifikasi zeolit dapat didasarkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sumber nitrogen pada ternak ruminansia berasal dari non protein nitrogen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang terdiri dari oksida rangkap seperti Al 2 O 3, SiO 2, Fe 2 O 3, CaO, dan

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Penelitian

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. bagi usaha peternakan. Konsumsi susu meningkat dari tahun ke tahun, tetapi

1. Pendahuluan. 2. Pengertian

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis tanah lokasi penelitian disajikan pada Lampiran 1. Berbagai sifat kimia tanah yang dijumpai di lokasi

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. terhadap produktivitas, kualitas produk, dan keuntungan. Usaha peternakan akan

menjaga kestabilan kondisi rumen dari pengaruh aktivitas fermentasi. Menurut Ensminger et al. (1990) bahwa waktu pengambilan cairan rumen berpengaruh

adsorpsi dan katalisator. Zeolit memiliki bentuk kristal yang sangat teratur dengan rongga yang saling berhubungan ke segala arah yang menyebabkan

METODA AKTIVASI ZEOLIT ALAM DAN APLIKASINYA SEBAGAI MEDIA AMOBILISASI ENZIM α-amilase. Skripsi Sarjana Kimia. Oleh WENI ASTUTI

Semua perlakuan tidak menyebabkan keadaan ekstrim menghasilkan NH 3 diluar

MANFAAT ZEOLIT DALAM BIDANG PERTANIAN DAN PETERNAKAN

I. PENDAHULUAN Latar Belakang.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2003). Pemberian total mixed ration lebih menjamin meratanya distribusi asupan

I. PENDAHULUAN. masyarakat meningkat pula. Namun, perlu dipikirkan efek samping yang

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Kecernaan Serat Kasar. Kecernaan serat suatu bahan pakan penyusun ransum akan mempengaruhi

PENDAHULUAN. terhadap lingkungan tinggi, dan bersifat prolifik. Populasi domba di Indonesia pada

I. PENDAHULUAN. Meningkatnya jumlah penduduk yang disertai dengan meningkatnya kesadaran

HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Unsur mineral merupakan salah satu komponen yang sangat diperlukan oleh

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tanduknya mengarah ke depan (Rahman, 2007). Sapi FH memiliki produksi susu

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Zat Makanan Biomineral Dienkapsulasi

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Diagram Alir Proses Pengolahan Ubi Kayu menjadi Tepung Tapioka Industri Rakyat Sumber : Halid (1991)

I. PENDAHULUAN. sangat besar untuk memenuhi kebutuhan daging di tingkat nasional. Kenyataan

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Konsentrasi NH3. protein dan non protein nitrogen (NPN). Amonia merupakan bentuk senyawa

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Kecernaan NDF. dengan konsumsi (Parakkasi,1999). Rataan nilai kecernaan NDF pada domba

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. persilangan antara sapi Jawa dengan sapi Bali (Rokhana, 2008). Sapi Madura

TINJAUAN PUSTAKA. Tahu merupakan bahan pangan yang berasal dari kedelai yang harganya relatif

HASIL DAN PEMBAHASAN Suplementasi Biomineral

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 13. Rataan Suhu dan Kelembaban di Kandang Ayam Broiler

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. (Wibowo, 2009). Umbi bawang merah terbentuk dari lapisan-lapisan daun yang

I. PENDAHULUAN. Pakan merupakan masalah yang mendasar dalam suatu usaha peternakan. Minat

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. yang baik yaitu : sebagai tempat unsur hara, harus dapat memegang air yang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan. Pakan dengan kualitas yang baik, memberikan efek terhadap

TINJAUAN PUSTAKA. legend of soil yang disusun oleh FAO, ultisol mencakup sebagian tanah Laterik

HASIL DAN PEMBAHASAN

ION EXCHANGE DASAR TEORI

I. PENDAHULUAN. hijauan serta dapat mengurangi ketergantungan pada rumput. seperti jerami padi di pandang dapat memenuhi kriteria tersebut.

I. PENDAHULUAN. dilakukan sejak tahun 1995, meliputi pengolahan dan tingkat penggunaan dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi

1.5. Hipotesis 3. Pemberian pupuk hayati berperan terhadap peningkatan pertumbuhan tanaman nilam. 4. Pemberian zeolit dengan dosis tertentu dapat

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian Pengaruh Penambahan Urease pada Inkubasi Zeolit dan Urea

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Mineralisasi N dari Bahan Organik yang Dikomposkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang tinggi terhadap kondisi alam setempat (Sumardianto et al., 2013). Selain itu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Devendra dan Burns (1994) menyatakan bahwa kambing menyukai pakan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA Kadmium (Cd) Stuktur Kimia Zeolit

TOKSIKOLOGI PAKAN TERNAK

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Perubahan Protein Kasar. Hasil penelitian pengaruh penambahan asam propionat dan formiat dengan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Minggu 2 (kedua) dan ketiga

Beberapa Sifat Kimia Tanah antara lain :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing PE merupakan hasil persilangan antara kambing Ettawa dari

(S). Tanpa suplementasi, maka mineral sulfur akan menjadi faktor pembatas pertumbuhan

HASIL DAN PEMBAHASAN

senyawa humat (39,4% asam humat dan 27,8% asam fulvat) sebesar 10% pada babi dapat meningkatkan pertambahan bobot badan dan konversi pakan secara sign

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Protein Kasar. Kecernaan adalah bagian zat makanan dari pakan/ransum yang tidak

TINJAUAN PUSTAKA Pupuk dan Pemupukan

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. di daerah yang minim nutrisi. Rumput gajah membutuhkan sedikit atau tanpa

I. PENDAHULUAN. nutrien pakan dan juga produk mikroba rumen. Untuk memaksimalkan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kubis adalah kalori (25,0 kal), protein (2,4 g), karbohidrat (4,9 g), kalsium (22,0

besarnya polaritas zeolit alam agar dapat (CO) dan hidrokarbon (HC)?

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kompos Ampas Aren. tanaman jagung manis. Analisis kompos ampas aren yang diamati yakni ph,

PENGARUH PENAMBAHAN UREASE PADA INKUBASI ZEOLIT DAN UREA SERTA POTENSINYA SEBAGAI SUMBER NITROGEN LEPAS LAMBAT SECARA IN VITRO SKRIPSI.

II. TEORI. A. Motor Bakar. I. Motor Bensin 4-Langkah

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. kebutuhan zat makanan ternak selama 24 jam. Ransum menjadi sangat penting

HASIL DAN PEMBAHASAN. kedua, dan 14 jam untuk Erlenmeyer ketiga. Setelah itu larutan disaring kembali, dan filtrat dianalisis kadar kromium(vi)-nya.

Disusun Oleh : Shellyta Ratnafuri M BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN. yang berasal dari bagian biji pada kebanyakan tanaman lebih banyak. diantaranya adalah daun singkong (Manihot utilisima).

TEKNIK PENGOLAHAN UMB (Urea Molases Blok) UNTUK TERNAK RUMINANSIA Catur Prasetiyono LOKA PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KEPRI

4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3 Data perubahan parameter kualitas air

I. PENDAHULUAN. Pakan merupakan masalah yang mendasar dalam suatu peternakan. Pakan

HASIL DA PEMBAHASA. Tabel 5. Analisis komposisi bahan baku kompos Bahan Baku Analisis

I. PENDAHULUAN. Pakan merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha peternakan,

BAB I. PENDAHULUAN. tahun 2005 telah difokuskan antara lain pada upaya swasembada daging 2014

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian pengaruh nisbah C/N campuran feses sapi perah dan jerami

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Jerami Padi

I. PENDAHULUAN. Minat masyarakat yang tinggi terhadap produk hewani terutama, daging kambing,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pakan. Biaya untuk memenuhi pakan mencapai 60-70% dari total biaya produksi

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pencernaan Nitrogen di Rumen Nitrogen merupakan senyawa yang penting bagi ternak ruminansia. Sumber nitrogen pada ternak ruminansia terdiri dari non protein nitrogen dan protein. Non protein nitrogen yang ada di dalam rumen akan digunakan untuk sintesis protein mikrobia, sedangkan protein akan didegradasi oleh enzim proteolitik yang diproduksi mikrobia rumen menjadi peptida dan asam amino (Sutardi, 1979). Sebagian asam amino akan didegradasi lebih lanjut menjadi asam organik, amonia dan karbondioksida (Kamal, 1994). Sintesis protein mikroba sangat bergantung pada kecukupan sumber energi berupa Adenosin Triposfat (ATP) hasil degradasi bahan organik serta kecukupan sumber nitrogen hasil degradasi berupa non-protein nitrogen (NPN) dan protein pakan dalam rumen (Karsli dan Russell, 2002). Apabila suplai nitrogen ternak ruminansia lebih cepat tersedia dibandingkan dengan ketersediaan sumber energi (ATP) dan aktivitas mikrobia rumen, maka akan terjadi konsentrasi amonia yang tinggi. Amonia akan diadsorbsi oleh dinding rumen, masuk peredaran darah dan dibawa ke hati kemudian diubah menjadi urea. Konsentrasi urea darah pada ternak ruminansia berkisar antara 26,5-56,6 mg/dl (Hungate, 1966). Keadaan ini menyebabkan amonia yang dibawa ke hati menjadi berlebihan, akibatnya kadar amonia di dalam peredaran darah perifer menjadi naik sehingga mengakibatkan ternak ruminansia keracunan (Kamal, 1994; Anggraeny et al., 2015). Peningkatan

4 efisiensi sintesis protein mikrobia dapat dilakukan dengan sinkronisasi waktu ketersediaan sumber nitrogen dan karbon dengan aktivitas mikrobia rumen (Widyobroto et al., 2007). 2.2. Nitrogen Lepas Lambat Nitrogen lepas lambat merupakan suatu mekanisme pelepasan nitrogen secara berkala mengikuti pola sintesis protein mikrobia rumen. Beberapa mekanisme yang dapat diterapkan untuk nitrogen lepas lambat yaitu pelapisan dengan membran semipermeabel serta peleburan nitrogen dalam suatu bahan pembawa (carrier). Kedua mekanisme pelepasan nitrogen tersebut bertujuan untuk menghambat interaksi molekuler sehingga nitrogen tidak mudah lepas ke lingkungan (Hoeung et al., 2011). Beberapa aplikasi nitrogen lepas lambat dengan pelapisan membran semipermeabel yang sering diberikan kepada ternak ruminansia yaitu biuret, urea fosfat, urea asam humat dan pelapisan urea (coated urea) (Taylor et al., 2014). Teknologi lain yang dapat digunakan yaitu bahan pembawa (carrier), salah satu contohnya adalah zeolit. Zeolit yang diinkubasi dengan urea dapat dengan cepat menukar NH + 4 yang terbentuk dari dekomposisi senyawa urea dan menahannya beberapa jam sampai dilepaskan kembali secara perlahan oleh Na + saliva yang memasuki rumen (Kardaya et al., 2009). 2.3. Non Protein Nitrogen Non Protein Nitrogen (NPN) merupakan senyawa-senyawa bukan protein yang mengandung nitrogen, sebagai contoh yaitu amida, amin, asam amino,

5 peptida dan amonium sulfat (Church, 1991). Non protein nitrogen digunakan oleh mikrobia rumen untuk proses sintesis protein mikrobia. Ternak ruminansia dapat hidup dengan pemberian ransum berprotein rendah, hal ini karena ternak ruminansia mampu memanfaatkan NPN untuk pembentukan protein di dalam rumen (Parakkasi, 1999). Non protein nitrogen khususnya urea telah terbukti dapat digunakan oleh mikrobia rumen secara efektif. Hampir 80% dari jenis mikrobia rumen dapat menggunakan amonia sebagai sumber nitrogen tunggal (Erwanto, 1995). Sintesis protein mikrobia rumen akan berjalan dengan baik apabila ransum yang diberikan kepada ternak mengandung sumber nitrogen, karbon, vitamin dan mineral yang cukup (Ginting, 2005). 2.4. Urea Urea merupakan salah satu bahan pakan sumber nitrogen bukan protein (NPN) yang penting dan sering ditambahkan pada ransum ternak ruminansia. Urea memiliki kandungan nitrogen sebesar 42-45% atau setara dengan protein kasar 262-281% (Belasco, 1954). Urea memiliki sifat mudah larut dan terurai menjadi NH + 4 dan NH 3 apabila tercampur dengan air. Urea dihidrolisis dengan cepat di dalam rumen, puncak produksi amonianya dicapai pada 1 jam setelah pemberian urea (Huntington et al., 2006; Lizarazo et al., 2013). Urea yang diberikan pada ransum ternak ruminansia akan segera dihidrolisis menjadi amonia, sehingga amonia yang dilepaskan tidak dapat digunakan secara efisien untuk sintesis protein mikrobia (Holder, 2012).

6 2.5. Zeolit Zeolit merupakan jenis batuan yang dapat mengandung lebih dari 50 mineral yang berbeda. Zeolit memiliki bentuk kristal yang sangat teratur dengan rongga yang saling berhubungan ke segala arah yang menyebabkan luas permukaan zeolit sangat besar (Sutarti dan Rachmawati, 1994). Zeolit baru dapat digunakan setelah diaktivasi. Proses aktivasi pada zeolit dapat meningkatkan beberapa sifat fisik dan kimia dari zeolit seperti keasaman permukaan dan porositas sehingga lebih efektif sebagai pengadsorbsi (Goenadi, 2004). Peningkatan daya guna zeolit sebagai pengadsorbsi dapat dilakukan melalui dua cara yaitu aktivasi secara fisik maupun kimia (Priatna et al, 1985). Proses aktivasi zeolit secara fisik dapat dilakukan dengan pemanasan (kalsinasi) yang bertujuan untuk menguapkan semua air yang terperangkap dalam pori - pori kristal zeolit, sehingga jumlah pori - pori dan luas permukaan spesifik zeolit akan bertambah (Suyartono dan Husaini, 1991). Suhu yang biasa dilakukan untuk pemanasan yaitu 300 o C selama 4 jam (Suwardi, 2000). Proses aktivasi secara kimia dapat dilakukan dengan menggunakan larutan asam klorida atau asam sulfat yang bertujuan untuk membersihkan permukaan pori, membuang senyawa pengganggu dan menata kembali letak atom yang dapat dipertukarkan (Suyartono dan Husaini, 1991). Zeolit dapat mengikat amonium yang dihasilkan oleh pupuk nitrogen, apabila terdapat senyawa pendorong yang memiliki afinitas lebih tinggi, maka amonium yang telah diikat oleh zeolit akan terdesak dan dilepaskan kembali secara perlahan (Pratomo et al., 2009).

7 2.6. Kapasitas Tukar Kation Zeolit merupakan mineral yang terdiri dari kristal alumina silikat terhidrasi yang mengandung kation alkali atau alkali tanah seperti Na +, K +, Mg 2+,Sr 2+, dan Ba 2+ dalam kerangka tiga dimensinya, di mana kationnya dapat diganti oleh kation lain tanpa menyebabkan perubahan pada struktur zeolitnya serta mempunyai rongga dan celah dengan luas permukaan dalam yang jauh lebih besar daripada luas permukaan kristal bagian luarnya (Goenadi, 2004). Kapasitas tukar kation adalah jumlah pasangan ion yang tersedia tiap satuan berat atau volume zeolit dan menunjukkan jumlah kation yang tersedia untuk dipertukarkan. Kapasitas ini merupakan fungsi dari derajat substitusi Al terhadap Si dalam struktur kerangka zeolit. Semakin besar derajat substitusi, maka kekurangan muatan positif zeolit semakin besar, sehingga jumlah kation alkali atau alkali tanah yang diperlukan untuk netralisasi juga semakin banyak. Secara umum, kapasitas tukar kation pada zeolit tergantung pada tipe dan volume tempat adsorpsi, luas permukaan, jenis, jari-jari ion dan muatan kation (Rosita et al., 2004). Kation yang mudah dipertukarkan pada kerangka zeolit akan berpengaruh dalam proses adsorpsi dan sifat-sifat thermal zeolit (Ozkan dan Ulku, 2008). Zeolit memiliki nilai kapasitas tukar kation (KTK) yang tinggi (antara 120-180 meq/100g) yang berguna sebagai pengadsorbsi, pengikat dan penukar kation (Suwardi, 2000).

8 2.7. Urease Enzim urease merupakan enzim yang mampu menghidrolisis urea menjadi NH 3 dan CO 2 dengan bantuan amonium karbamat (Akter et al., 2015). Penambahan enzim urease juga dapat mempercepat proses ureolisis serta meningkatkan efektivitas penggunaan urea. Enzim urease merupakan enzim yang mampu mengkatalis proses hidolisis urea menjadi karbondioksida dan amonia (Suhartono, 1989; Ahmed et al., 2002). Sumber urease yang biasa digunakan pada hidrolisis urea yaitu kacang kedelai (Ahmed et al., 2002), dedak padi, biji nangka, biji labu, daun gamal, daun lamtoro dan biji semangka (Sannasgala dan Jayasurya, 1984).