V. HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
III. METODE PENELITIAN

Hopper. Lempeng Panas. Pendisribusian Tenaga. Scrubber. Media Penampung Akhir

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN 4.2 MESIN EXTRUSI MOLDING CETAK PELLET PLASTIK

BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN MANFAAT BAGI MITRA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Contoh soal dan pembahasan ulangan harian energi dan daya listrik, fisika SMA kelas X semester 2. Perhatikan dan pelajari contoh-contoh berikut!

BAB II LANDASAN TEORI

PROSES PEMBUATAN BOTOL OLI EVALUBE DENGAN EXTRUSION MOLDING DI PT.DYNAPLAST. NAMA : Ismul Hardiyansyah NPM : KELAS : 4IC04

BAB I PENDAHULUAN. vital yang tidak dapat dilepaskan dari keperluan sehari-hari. Manusia hampir tidak

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

ENERGI DAN DAYA LISTRIK

LAPORAN RESMI PRAKTEK KERJA LABORATORIUM 1

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

KAJI EKSPERIMENTAL KARAKTERISTIK TERMODINAMIKA DARI PEMANASAN REFRIGERANT 12 TERHADAP PENGARUH PENDINGINAN

Gambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor.

LAMPIRAN A TAMPILAN PERANGKAT LUNAK

BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN MANFAAT BAGI MITRA 4.2 HASIL MODIFIKASI ALAT REAKTOR PIROLISIS

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V PEMBAHASAN Analisis Faktor. Faktor-faktor dominan adalah faktor-faktor yang diduga berpengaruh

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (a) (b) (c) (d) Gambar 4.1 Tampak Visual Hasil Rheomix Formula : (a) 1, (b) 2, (c) 3, (d) 4

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HIDROKARBON DAN POLIMER

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian ini dilakukan mulai. Bahan dan Alat Penelitian

1 BAB I PENDAHULUAN. perusahaan penyedia tenaga listrik. Standar yang lebih tinggi tersebut adalah

V. HASIL UJI UNJUK KERJA

Hasil Penelitian dan Pembahasan

BAB IV PROSES PERLAKUAN PANAS PADA ALUMINIUM

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB I PENDAHULUAN. poly chloro dibenzzodioxins dan lain lainnya (Ermawati, 2011).

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA A. SAMPAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka

Frek = 33,5 Hz. Gambar 4.1 Grafik perpindahan massa kecepatan aliran 1.3 m/s 2. Untuk kecepatan aliran 1.5 m/s

k = A. e -E/RT Secara sistematis hubungan suhu dan laju reaksi dapat ditulis sebagai berikut: v 2 = 2n x v 1 dan t 2 = t 1/ 2 n

MATERI ENERGI DAN DAYA LISTRIK TINGKAT UNIVERSITAS

Seed Processing Indonesia

IV. ANALISA DAN PEMBAHASAN. Tabel 6. Data input simulasi. Shear friction factor 0.2. Coeficient Convection Coulomb 0.2

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pengukuran didapatkan, maka bisa dihitung dengan menggunakan persamaan. Q = m.c. T

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I-1

PENINGKATAN KUALITAS PRODUK DAN EFISIENSI ENERGI PADA ALAT PENGERINGAN DAUN SELEDRI BERBASIS KONTROL SUHU DAN HUMIDITY UDARA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Xpedia Fisika. Soal Zat dan Kalor

PROSES PEMBUATAN CUP PADA MACHINING THERMOFORMING MEAF KMS600 DI PT. PASIFIC ASIA PACKAGING.

BAB III PERANCANGAN SISTEM. menggunakan mesin stirling. Mesin stirling yang digunakan merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sampai 10 atom karbon yang diperoleh dari minyak bumi. Sebagian diperoleh

MENDESKRIPSIKAN HUBUNGAN ENERGI DAN DAYA LISTRIK SERTA PEMANFAATANNYA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI

Rangkaian Listrik. 4. Ebtanas Kuat arus yang ditunjukkan amperemeter mendekati.. a. 3,5 ma b. 35 ma c. 3,5 A d. 35 A e. 45 A

FISIKA. Sesi RANGKAIAN ARUS SEARAH A. ARUS LISTRIK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pirolisator merupakan sarana pengolah limbah plastik menjadi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. peraturan pemerintah No. 70 tahun 2009 tentang konservasi energi.

TUGAS MATA KULIAH ILMU MATERIAL UMUM THERMAL PROPERTIES

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA PUSAT INOVASI AGROTEKNOLOGI

BAB III METODOLOGI. Studi Literatur. Identifikasi Masalah. Predesain mesin compression molding dan mekanisme kerjanya

Disusun oleh : Adi Sudirman ( ) Ahmad Zainul Roziqin ( )

BIOGAS. Sejarah Biogas. Apa itu Biogas? Bagaimana Biogas Dihasilkan? 5/22/2013

BAB II LANDASAN TEORI

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak, Jurusan

Nama : Widdiyanto NPM : Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing : Dr. Sri Poernomo Sari, ST., MT.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Thermodinamika Teknik Mesin

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN ALAT

Pembelajaran IPA Menggunakan KIT IPA SD (KALOR)

METODE PENELITIAN. Penentuan parameter. perancangan. Perancangan fungsional dan struktural. Pembuatan Alat. pengujian. Pengujian unjuk kerja alat

4.1. Menghitung Kapasitas Silinder

PROSES INJECTION MOLDING PADA PEMBUATAN FRONT FENDER SPIN 125 DI PT. SUZUKI INDOMOBIL MOTOR. : Achmad Muttaqin NPM :

PERANCANGAN DAN PENGUJIAN ALAT DESTILASI MINYAK DARI LIMBAH SAMPAH PLASTIK. : Judhid Adi Mursito. : I Gusti Ketut Sukadana, ST. MT.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam beberapa tahun terakhir ini Surface Mount Technology (SMT) telah

mendeskripsikan hubungan energi dan daya listrik serta pemanfaatannya dalam kehidupan sehari-hari.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini, akan dibahas mengenai langkah-langkah yang akan dilakukan dalam penelitian.

2/Fisika Dasar/LFD KALOR JENIS ZAT PADAT

BAB II L I S T R I K. Muatan ada 3 : 1. Proton : muatan positif. 2. Neutron : muatan netral 3. Elektron : muatan negative

Bab II Ruang Bakar. Bab II Ruang Bakar

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian hampir seluruhnya dilakukan di laboratorium Gedung Fisika Material

HUKUM JOULE. Waktu yang diperlukan untuk menaikan temperatur Tabel 1. Data Hasil Pengamatan

LISTRIK DAN MAGNET (Daya Listrik) Dra. Shrie Laksmi Saraswati,M.Pd

OPTIMASI CACAT SHRINKAGE PRODUK CHAMOMILE 120 ML PADA PROSES INJECTION MOLDING DENGAN METODE RESPON SURFACE

BAB VI PENGUJIAN SISTEM. Beberapa skenario pengujian akan dilakukan untuk memperlihatkan

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB I PENDAHULUAN. Injection molding adalah proses pembentukan plastik dengan. cara melelehkan material plastik yang kemudian diinjeksikan ke

3. Untuk menghitung TARA KALOR LISTRIK digunakan persamaan H t (T a T m ) = a I 2 R t Dimana Tara kalor listrik = 1/a

BAB.IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Data analisis kandungan Resin, Wax dan Aspalten di dalam minyak mentah dapat dilihat pada Tabel 4.1.

ANALISA PELEBURAN LIMBAH PLASTIK JENIS POLYETHYLENE TERPHTALATE (PET) MENJADI BIJI PLASTIK MELALUI PENGUJIAN ALAT PELEBUR PLASTIK

STUDI EKSPERIMENTAL KOEFISIEN PERPINDAHAN KALOR MODEL WATER HEATER KAPASITAS 10 LITER DENGAN INJEKSI GELEMBUNG UDARA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Transkripsi:

5.1. Hasil V. HASIL DAN PEMBAHASAN Proses rancang bangun model pemisah bahan plastik dan bahan organik merupakan hasil dari kesinambungan proses. Identifikasi dan penanganan masalah dengan proses yang sistematis, dapat meningkatkan performansi dari pemisahan. Dari hasil uji performansi, diketahui terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi proses pemisahan dengan penggunaan silinder panas. Lebih lengkap mengenai hasil uji performansi yang dilakukan dapat dilihat pada Lampiran 7, 8 dan 9. Tabel 3. Effisiensi Plastik Terpisahkan Variasi 70 C 80 C 90 C 100 C 110 C I 13.33% 40.33% 49.33% 50.67% 42.67% II 3.33% 42.00% 53.33% 54.33% 44.67% III 6.67% 48.67% 54.67% 55.33% 47.67% 60% 50% 40% Efisensi 30% 20% 10% 0% 70 70 70 80 80 80 90 90 90 100 100 100 110 110 110 Keterangan : Variasi Bahan 1 Variasi Bahan 2 Variasi Bahan 3 Suhu Gambar 28. Grafik Perbandingan Efisiensi Plastik Terpisahkan Berdasarkan gambar grafik hasil uji performansi diatas, diketahui suhu optimal pemisahan adalah 100 0 C dengan effisiensi sebesar 50.67% (variasi bahan 1), 54.33 % (variasi bahan 2) dan 55.33% (variasi bahan 3). Hal lain yang juga diketahui dari hasil uji performansi, adalah pengunaan suhu tertentu berpengaruh terhadap adanya bahan plastik yang meleleh. Semakin meningkatnya suhu yang 33

digunakan dalam proses pemisahan, semakin besar jumlah plastik yang meleleh. Lebih lanjut dari hasil penelitian tersebut dapat dilihat pada tabel 4 dan gambar 29. Tabel 4. Plastik Meleleh Akibat Pengaruh Suhu Variasi 70 C 80 C 90 C 100 C 110 C I 0.00% 5.00% 6.67% 10.67% 12.67% II 0.00% 4.67% 8.33% 11.67% 14.67% III 0.00% 5.67% 9.33% 13.33% 14.67% 16% 14% 12% Efisensi 10% 8% 6% 4% 2% 0% 70 70 70 80 80 80 90 90 90 100 100 100 110 110 110 Keterangan : Variasi Bahan 1 Variasi Bahan 2 Variasi Bahan 3 Suhu Gambar 29. Grafik Perbandingan Plastik Meleleh Akibat Pengaruh Suhu Lelehnya plastik menimbulkan dampak lain dalam proses pemisahan bahan plastik dan bahan organik, yakni ikut terpisahkannya bahan organik dalam proses pemisahan. Peningkatan Prosentase plastik yang meleleh akibat pengaruh suhu (tabel 4 dan gambar 29) juga menyebabkan peningkatan terhadap prosentase bahan organik yang ikut terpisahkan hal ini nampak pada tabel 5 dan gambar 30. Tabel 5. Bahan Organik Terpisahkan. Variasi 70 C 80 C 90 C 100 C 110 C I 4.44% 8.67% 11.33% 22.33% 25.33% II 2.22% 12.67% 13.33% 24.33% 29.67% 34

Efisensi 35% 30% 25% 20% 15% 10% 5% 0% Gambar 30. Grafik Perbandingan Bahan Organik Terpisahkan. Catatan : Hingga suhu maksimal (110 0 C) untuk plastik jenis keras seperti botol minuman(pe kerapatan tinggi) dan PVC belum dapat terpisahkan dengan silinder panas. Dalam proses pemisahan dengan metode silinder panas, tidak terlepas dari penggunaan energi listrik untuk menyalakan heater sebagai sumber panas. Kinerja heater yang dikontrol oleh thermokontrol membagi kebutuhan energi listrik tersebut menjadi dua sistem kebutuhan energi. Pertama adalah kebutuhan energi saat awal proses (pemanasan hingga suhu terkontrol tercapai) dan kedua kebutuhan energi saat pemisahan plastik tersebut berlangsung. Tingkat kebutuhan energi listrik dalam penelitian ini diperhatikan melalui korelasi fluktuasi suhu yang terjadi pada permukaan silinder terhadap waktu. Pada penelitian ini kebutuhan energi listrik diukur ketika suhu optimum pemisahan atau saat suhu 100 0 C. Untuk menjelaskan kebutuhan energi listrik saat awal proses dijelaskan melalui fluktuasi suhu yang terjadi saat awal proses tersebut seperti yang disajikan pada lampiran 10 dan gambar 31. 70 70 80 80 90 90 100 100 110 110 Keterangan : Variasi Bahan 1 Variasi Bahan 2 Suhu 35

Suhu ( 0 C) 120 110 100 90 80 70 60 50 40 30 0 250 500 750 1000 1250 1500 1750 2000 Waktu (Sekon) y = -0.000016x2 + 0.067557x + 38.963; R² = 0.9917 Keterangan : Suhu 70 0 C Suhu 100 0 C Suhu 80 0 C Suhu 110 0 C Suhu 90 0 C Polynomial 100 0 C Gambar 31. Fluktuasi Suhu Silinder Ketika Awal Proses Untuk menyederhanakan dalam mengukur kebutuhan energi listrik saat awal proses, digunakan grafik peningkatan suhu rata-rata hingga 500 detik dari gambar grafik diatas seperti yang disajikan pada gambar 32. 75 70 65 Suhu ( 0 C) 60 55 50 45 40 35 0 75 150 225 300 375 450 525 Keterangan : Waktu (sekon) y = 0.055x + 39.84 ; R² = 0.997 Garis Peningkatan suhu saat t = 500 detik Garis Linier Peningkatan suhu saat t = 500 detik Gambar 32. Fluktuasi Suhu Rata-Rata Silinder Selang waktu 500 detik 36

Dari gambar grafik tersebut didapat garis linier peningkatan suhu dengan persamaan peningkatan suhu yakni persamaan linier y = 0.055 x + 39.84 (taraf kepercayaan 99%). Maka besarnya kebutuhan energi listrik untuk mencapai suhu optimum (T = 100 0 C) dijelaskan sebagai berikut : a. Suhu saat t = 0 : 0.055 x (0) + 39.84 : 39.84 0 C b. Suhu saat t = 500 : 0.055 x (500) + 39.84 : 67.34 0 C c. Jadi kecepatan peningkatan suhu yang terjadi sebesar : : = 0.055 0 C/detik d. Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai suhu optimum (T = 100 0 C) sebesar : : = 1818.182 detik e. Jadi besarnya kebutuhan energi listrik saat awal proses (T = 100 0 C) sebesar : : 2000 watt x 1818.182 = 3636363.636 joule : 3636.36 killojoule : 1.01 kwh Kebutuhan energi listrik saat awal proses berbeda dengan ketika proses pemisahan berlangsung. Perbedaan ini dikarenakan saat proses pemisahan, heater tidak menyala secara terus menerus. Saat proses pemisahan, heater hanya menyala untuk menjaga kestabilan suhu yang dikontrol oleh thermokontrol. Sama dengan pengukuran kebutuhan energi saat awal proses, kebutuhan energi saat proses pemisahan dilakukan dengan melihat fluktuasi suhu yang terjadi seperti yang disajikan pada lampiran 11, gambar 33. 37

Suhu ( 0 C) 120 115 110 105 100 95 90 85 80 75 70 65 60 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 Waktu (Sekon) y = -0.001x 2 + 0.201x + 99.27 ; R² = 0.948 Keterangan : Suhu 70 0 C Suhu 100 0 C Suhu 80 0 C Suhu 110 0 C Suhu 90 0 C Polynomial 100 0 C Gambar 33. Fluktuasi Suhu Silinder Ketika Terjadinya Pembebanan Dengan melihat fluktuasi suhu dan persamaan yang didapat, maka diketahui besarnya kebutuhan energi listrik selama satu jam proses. Pada perhitungan kebutuhan energi listrik saat proses pemisahan ini, selain pengamatan terhadap fluktuasi suhu yang terjadi dilakukan juga pengamatan terhadap kinerja thermokontrol dalam menghidup-matikan heater. Dari hasil uji performansi yang dilakukan diketahui bahwa thermokontrol akan menyalakan kembali heater saat terjadi penurunan suhu sebesar 1 0 C, dan akan mematikannya saat suhu terkontrol telah tercapai. Dengan demikian kebuthan energi listrik selama satu jam saat proses pemisahan dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Waktu untuk menaikan 1 0 C : 5 detik (lampiran 12) b. Energi untuk menaikan 1 0 C : 5 detik x 2000 watt = 10 000 joule c. Waktu satu fase (heater 1 kali menyala dan satu kali mati) : 203 detik d. Fase yang terjadi selama 1 jam : : = 17.73 fase 18 fase e. Kebutuhan energi saat proses pemisahan selama 1 jam adalah : : 18 x 10000 joule = 180 000 joulle = 180 killojoule : 0.05 kwh 38

5.2. Pembahasan Rancang bangun dan pengamatan mengenai hal-hal yang mempengaruhi proses pemisahan bahan plastik dan bahan organik dengan metode silinder panas merupakan tujuan utama dilakukannya penelitian ini. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan suatu rancangan pengembangan terbaik dalam membentuk suatu alat pemisah sampah plastik dan sampah organik. Berdasarkan hasil uji performansi yang dilakukan, diketahui bahwa proses pemanasan terhadap bahan plastik merupakan faktor utama yang mempengaruhi proses pemisahan dengan metode silinder panas tersebut. Proses pemanasan ini dipengaruhi oleh dua faktor yang saling terkait yakni suhu dan jenis bahan plastik itu sendiri. Pada proses pemisahan bahan plastik dan bahan organik secara prinsip kerja memiliki kesamaan dalam pembentukan plastik dengan metode molding. Prinsip proses ini adalah memberikan panas pada lembaran hingga melunak kemudian diberi tekanan hingga plastik berbentuk lawan dari mold (Amelia et al. 2008). Proses Pemanasan Suhu Pemisahan Bahan Plastik Gambar 34. Faktor Penentu Proses Pemanasan Suhu permukaan silinder merupakan faktor utama dari proses pemanasan dalam proses pemisahan dengan metode silinder panas. Adanya pengaruh suhu terhadap proses pemisahan, dapat terlihat dari adanya peningkatan bahan plastik yang terpisahkan pada masing-masing suhu terkontrol; 70 0 C, 80 0 C, 90 0 C, dan 100 0 C. Berdasarkan hasil uji performansi terhadap masing-masing suhu terkontrol tersebut diketahui, effisiensi pemisahan tertinggi terjadi saat suhu 100 0 C, yakni 50.67% (variasi bahan 1). Penggunaan suhu lebih dari 100 0 C mengakibatkan plastik meleleh dan membuat plastik tersebut tidak dapat dipisahkan yang menurunakan effisiensi pemisahan menjadi 42.67% (variasi bahan 1). Plastik leleh tidak dapat terpisahkan dikarenakan plastik tersebut menyelimuti permukaan silinder dan berubah menjadi sesuatu yang tidak termanfaatkan (gambar 35). Plastik yang meleleh pada proses pemisahan ini disebabkan oleh pengunaan suhu yang melebihi sifat titik lelehnya plastik. 39

Kondisi ini karena temperatur pemanasan yang berlebih mengakibatkan plastik melebihi kondisi pelunakan (Amelia et al. 2008). Gambar 35. Plastik Berubah dan Meleleh Akibat Suhu Tinggi Dalam pengembangan menjadi sebuah alat pemisah sampah plastik dan sampah organik, penggunaan satu suhu saja (suhu optimal pemisahan,100 0 C) dalam proses pemisahan, bukan merupakan mekanisme terbaik dalam proses pemisahan dengan metode silinder panas tersebut. Hal ini dikarenakan, suhu optimal saat proses pemisahan tidak terlepas dari jenis plastik itu sendiri. Jenisjenis plastik yang beragam baik dari jenis polimer dan densitasnya memberikan perbedaan suhu optimal pemisahan dengan metode silinder panas tersebut. Temperatur dipengaruhi oleh jenis material plastik yang digunakan karena setiap jenis memiliki temperatur proses yang berbeda (Bordonaro et al. 1998). Perbedaan suhu optimal pemisahan diketahui dari adanya perbedaan plastik yang terpisahkan pada masing-masing suhu terkontrol yang dilakukan pada penelitian kali ini. Sebagai contoh untuk memisahkan plastik PE dengan densitas tinggi (botol minuman) membutuhkan suhu lebih tinggi dibandingkan dengan PE dengan densitas rendah (kantong plastik). Perbedaan suhu optimum untuk jenis dan densitas plastik yang berbeda, juga diketahui dari data mengenai jumlah plastik yang meleleh pada permukaan silinder (gambar 29). Dari data tersebut terlihat adanya peningkatan jumlah bahan plastik yang meleleh akibat peningkatan suhu. Titik leleh sangat dipengaruhi oleh jumlah atom karbon. Jumlah atom karbon makin besar, konsentrasi amida makin kecil, titik leleh pun menurun (Mujiarto, 2005). Penggunaan suhu yang melebihi sifat titik leleh plastik membuat plastik tersebut meleleh pada proses pemisahan. Adanya plastik leleh akan membuat plastik tersebut tidak dapat dipisahkan dan 40

membuat terganggunya proses selanjutnya. Terganggunya proses selanjutnya terjadi dikarenakan plastik leleh yang menyelimuti permukaan silinder membuat bahan organik ikut menempel dan terpisahkan di dalam proses. Hal ini nampak dari gambar 30, adanya peningkatan bahan organik yang ikut terpisahkan seiring peningkatan bahan plastik yang meleleh akibat peningkatan suhu. Dengan melihat adanya peningkatan bahan plastik yang meleleh dan bahan organik yang ikut terpisahkan seiring peningkatan suhu, maka dalam pengembangan menjadi alat pemisah sampah plastik dan sampah organik pemisahan dengan suhu bertingkat dari suhu rendah hingga suhu tinggi sangat baik dilakukan. Suhu bertingkat dapat mengurangi dampak plastik meleleh dalam proses pemisahan. Hal ini dikarenakan plastik dengan titik leleh rendah dapat terlebih dahulu dipisahkan dari jenis plastik dengan titik leleh tinggi. Tidak adanya plastik leleh tentunya akan mengurangi bahan organik yang ikut terpisahkan. Proses pemanasan dalam pemisahan bahan plastik dan bahan organik dengan metode silinder panas, tidak terlepas metode pengaliran bahan yang dilakukan. Hal ini dikarenakan faktor pengaliran bahan menentukan terhadap berlangsung atau tidaknya proses pemanasan pada bahan plastik tersebut. Berdasarkan hasil uji performansi, faktor pengaliran bahan menentukan proses pemanasan diketahui dari perbedaan effisiensi pemisahan pada masing-masing variasi bahan yang diujikan pada penelitian kali ini. Faktor pengaliran bahan pada model pemisah ini terkait dengan sistem hopper yang dirancang. Pada perancangan hopper yang dibuat, pengaliran bahan yang tidak dilakukan pengaturan mengakibatkan adanya plastik yang tidak dapat terpisahkan. Hal ini dikarenakan panas pada silinder tidak mengenai bahan plastik, dikarenakan terhalang oleh bahan organik. Bahan plastik dan bahan organik yang bersifat acak dan tidak teratur memerlukan pengaturan, agar proses pemanasan dalam pemisahan dapat dilakukan dengan baik. Hal ini diduga karena temperatur lembaran plastik tidak merata atau panas pada lembaran dan tekanan vakum yang diberikan kurang (Amelia et al. 2008). Sistem pengaliran sampah yang merata, teratur dan berkelanjutan saat mengenai silinder panas baik dilakukan dalam pengembangan alat pemisahan sampah plastik dan bahan organik. 41

Penggunaan heater sebagai sumber panas dalam model pemisahan bahan plastik kali ini tidak terlepas dari kebutuhan energi listrik. Kebutuhan energi listrik dibedakan berdasarkan dua mekanisme yakni kebutuhan energi listrik saat awal proses dan saat proses pemisahan. Kebutuhan energi listrik saat awal proses adalah kebutuhan energi listrik yang diperlukan untuk mencapai suhu terkontrol. Berdasarkan pengamatan saat kondisi optimum (suhu 100 0 C) dibutuhkan energi sebesar 1.01 kwh. Kebutuhan energi listrik saat proses pemisahan dijelaskan melalui kebutuhan energi listrik yang dibutuhkan selama satu jam proses, dimana dari hasil perhitungan diketahui kebutuhan bahwa energi listrik yang dibutuhkan sebesar 0.05 kwh. 42