BAB IV METODE PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

HALAMAN PERNYATAAN. Analisis Model Matematik Gerusan Lokal Pada Pilar Jembatan Dengan Aliran Subkritik (Studi Kasus Pilar Kapsul dan Pilar Tajam)

TUGAS AKHIR ANALISIS NUMERIK GERUSAN LOKAL PADA PILAR (Studi Kasus Pilar Persegi dan Pilar Lingkaran, Aliran Subkritik)

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB V SIMULASI MODEL MATEMATIK

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. A. Bagan Alir Penelitian

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Data Penelitian

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB V SIMULASI MODEL MATEMATIK

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Bagan Alir Rencana Penelitian

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

NASKAH SEMINAR 1. ANALISIS MODEL MATEMATIK GERUSAN LOKAL PADA PILAR JEMBATAN DENGAN ALIRAN SUBKRITIK (Studi Kasus Pilar Kapsul dan Pilar Tajam)

BAB VI ANALISIS HIDROLIKA PENAMPANG SUNGAI DENGAN SOFTWARE HEC-RAS

I-I Gambar 5.1. Tampak atas gerusan pada pilar persegi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Gambar 4.1 Kotak Dialog Utama HEC-RAS 4.1

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

MODUL 2 PELATIHAN PROGRAM DHI MIKE MODUL HYDRODYNAMIC FLOW MODEL (HD) PROGRAM MAGISTER TEKNIK KELAUTAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN

ANALISIS NUMERIK GERUSAN LOKAL PADA PILAR

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB V SIMULASI MODEL MATEMATIK

Tabel 6.1 Gerusan Berdasarkan Eksperimen. Gerusan Pilar Ys Kanan Kiri. Jenis Aliran Sub kritik Super kritik. Jenis. Satuan. No.

BAB III METODOLOGI Rumusan Masalah

PENGARUH VARIASI LAPISAN DASAR SALURAN TERBUKA TERHADAP KECEPATAN ALIRAN ABSTRAK

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 3. 1 Wilayah Sungai Cimanuk (Sumber : Laporan Akhir Supervisi Bendungan Jatigede)

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V ANALISIS HIDROLIKA DAN PERHITUNGANNYA

Untuk mengkaji perilaku sedimentasi di lokasi studi, maka dilakukanlah pemodelan

Disampaikan pada Seminar Tugas Akhir 2. Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta NIM :

PENGARUH BENTUK PILAR TERHADAP PENGGERUSAN LOKAL DI SEKITAR PILAR JEMBATAN DENGAN MODEL DUA DIMENSI. Vinia Kaulika Karmaputeri

Hasil dan Analisis. Simulasi Banjir Akibat Dam Break

BAB III METODE PENELITIAN. Mulai. Studi literatur. Pemodelan numerik Plaxis 2D. Input data 1. Geometri model 2. Parameter material

PENGARUH VEGETASI TERHADAP TAHANAN ALIRAN PADA SALURAN TERBUKA

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Analisis Gradasi Butiran sampel 1. Persentase Kumulatif (%) Jumlah Massa Tertahan No.

ANALISIS GERUSAN LOKAL PADA PILAR JEMBATAN MENGGUNAKAN METODE CSU

ABSTRAK. Kata kunci: saluran, aliran, saluran terbuka, permukaan, atmosfir, parameter, variasi, penampang. vii

Langkah-langkah CEDAS NEMOS

Pemodelan Aliran Permukaan 2 D Pada Suatu Lahan Akibat Rambatan Tsunami. Gambar IV-18. Hasil Pemodelan (Kasus 4) IV-20

PENGANTAR SAP2000. Model Struktur. Menu. Toolbar. Window 2. Window 1. Satuan

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN

sungai, seperti Gambar 2. Di dalam menu tersebut data koordinat potongan melintang sungai dari hasil pengukuran topografi dimasukkan melalui icon

BAB III METODE PENELITIAN. fakultas teknik Universitas Diponegoro Semarang. Penelitian yang dilakukan

Model Lampu Sudut. Instruction Shapes-Line-Sircle. PDF created with pdffactory Pro trial version Software 3Dimensi Studio Max 08

MEMBUAT PETA KETINGGIAN WILAYAH DENGAN ARC GIS

NASKAH SEMINAR 1. ANALISIS MODEL FISIK TERHADAP GERUSAN LOKAL PADA PILAR JEMBATAN (Studi Kasus Pilar Kapsul dan Pilar Tajam Pada Aliran Subkritik)

Aplikasi Software FLO-2D untuk Pembuatan Peta Genangan DAS Guring, Banjarmasin

TUTORIAL BAGIAN 2 DARI 5 Ada bebarapa hal yg perlu diketahui dan difahami dengan baik agar baik dalam melakukan penggambaran jaringan,

TUGAS AKHIR ANALISIS MODEL FISIK. GERUSAN LOKAL PADA PILAR JEMBATAN (Studi Kasus : Pilar Lingkaran dan Pilar Persegi, Aliran Subkritik)

SCREEN DIGITIZING. A. Digitasi Point (Titik)

Kata Kunci : Vektor kecepatan, pola aliran, PIV, pemodelan, pilar jembatan 1 Disampaikan pada Seminar Tugas Akhir 3 Dosen Pembimbing I

Lampiran 1: Langkah-langkah menggunakan Powersim 2.5

STUDI PERUBAHAN DASAR KALI PORONG AKIBAT SEDIMEN LUMPUR DI KABUPATEN SIDOARJO TUGAS AKHIR

Laju Sedimentasi pada Tampungan Bendungan Tugu Trenggalek

STUDI NUMERIK PERUBAHAN ELEVASI DAN TIPE GRADASI MATERIAL DASAR SUNGAI

Studi Pengaruh Sudut Belokan Sungai Terhadap Volume Gerusan

KAJIAN GENANGAN BANJIR SUNGAI MUKE DI KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR DAN UPAYA PENGENDALIANYA

Menghitung Jembatan Baja dengan SAP 2000 V.14

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

KAJIAN KEDALAMAN GERUSAN PADA PILAR JEMBATAN TIPE TIANG PANCANG BERSUSUN

LAMPIRAN 1 LANGKAH PEMODELAN ANALISA STABILITAS TIMBUNAN PADA PROGRAM PLAXIS 8.6

ANALISIS MODEL FISIK GERUSAN LOKAL PADA PILAR JEMBATAN

LANGKAH PEMODELAN ANALISA KAPASITAS LATERAL KELOMPOK TIANG PADA PROGRAM PLAXIS 3D FOUNDSTION

LAMPIRAN PROSEDUR ANALISA DENGAN ARCGIS

Persiapan Membuat Project di EPANET. Menggambar Jaringan. Input Data. Running Program Epanet. Interpretasi (Analisis) Data.

LAMPIRAN. Universitas Kristen Maranatha

KONSTRUKSI RANGKA BATANG

CARA MEMBUAT KONTUR DAN MENGHITUNG VOLUME

BAB IV ANALISA DATA. Kecepatan arus ( m/s) 0,6 1,2 1,6 1,8. Data kecepatan arus pada musim Barat di Bulan Desember dapt dilihat dari tabel di bawah.

PANDUAN DASAR WATERCAD VERSI 5

- tab kedua : mengatur polar tracking, dengan tujuan membantu menentukan sudut secara otomatis sesuai dengan sudut yang ditentukan.

FORMULASI PERSAMAAN GERUSAN DI TIKUNGAN SALURAN DENGAN KONSTRUKSI KRIB TIANG PANCANG (KAJIAN LABORATORIUM) DISERTASI

LAMPIRAN PEMBUATAN SIMULASI RUMAH TURBIN VORTEX. 1. Pembuatan model CAD digambar pada Software SolidWorks 2010.

ABSTRAK. Kata kunci: saluran, aliran, saluran terbuka, saluran tertutup, hidrostatik, hidraulika. vii Universitas Kristen Maranatha

PENGENALAN APLIKASI STATISTICAL PRODUCT AND SERVICE SOLUTIONS (SPSS)

BAB 3 METODE PENELITIAN

PROSES PEMBENTUKAN MEANDER SUNGAI DAN HUBUNGANNYA DENGAN ANGKUTAN SEDIMEN (Percobaan Laboratorium) (Dimuat pada Jurnal JTM, 2006)

HEC-RAS Model Matematik Aliran Satu Dimensi (disadur dari buku Manual HEC-RAS)

1 BAB VI ANALISIS HIDROLIKA

BAB IX. Ringkasan Modul:

By SUGITO Call :

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian berada di wilayah Kabupaten Banyumas yang masuk

BAB III METODA ANALISIS

Digitasi Peta. Practical Module Geographic Information System STMIK-STIKOM Balikpapan Firmansyah, S.Kom. Page 1

Lampiran A: Gambar Bagian- bagian dari Alat Penukar Kalor Berdasarkan Standar TEMA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

Bab III Metodologi Penelitian

DAFTAR ISI Novie Rofiul Jamiah, 2013

PENGARUH POLA ALIRAN DAN PENGGERUSAN LOKAL DI SEKITAR PILAR JEMBATAN DENGAN MODEL DUA DIMENSI ABSTRAK

Langkah-langkah pengerjaan analisis dengan menggunakan software etabs: 1. Membuka program dengan mengklik icon atau diambil dari start program

BAB IV LANGKAH PEMODELAN DI SACS. Gambar Tampilan awal SACS dan new model options

BAB III LANDASAN TEORI

Transkripsi:

BAB IV METODE PENELITIAN A. Studi Literatur Sumber referensi yang digunakan dalam penyusunan penelitian ini berasal dari jurnal-jurnal yang berkaitan dengan topik penelitian. Jurnal-jurnal yang berkaitan dengan topik penelitian ini tentang gerusan lokal pada pilar jembatan diambil dari penelitian-penelitian sebelumnya yang menggunakan model fisik ataupun model numerik. Selain jurnal, sumber referensi yang digunakan juga diambil dari dari beberapa tugas akhir mengenai gerusan lokal. Untuk studi literatur aplikasi yang digunakan berasal dari modul tata cara penggunaan iric: Nays2DH 1.0. B. Pengumpulan Data Untuk melakukan simulasi menggunakan software iric yang akan digunakan pada penelitian ini dibutuhkan beberapa data. Data yang akan digunakan pada software iric adalah data geometri saluran, debit, slope, penampang pilar, dan angka manning. Data-data yang akan digunakan tersebut didapatkan dari pemodelan fisik menggunakan flume yang dilakukan di Laboratorium Keairan dan Lingkungan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Data yang digunakan adalah debit sebesar 0,0052 m 3 /s, dengan durasi waktu running selama 3 menit. Geometri saluran yang ditinjau memiliki panjang 2,5 m dan lebar 0,46 m dengan kemiringan saluran (slope) sebesar 0,0358 angka manning yang digunakan yaitu 0.0015. Sedangkan penampang pilar yang digunakan berupa lingkaran dengan diameter 0,0762 m (3 inchi) dan persegi dengan panjang sisi sebesar 0,0762 m ( 3 inchi). Pada software iric geometri saluran akan diubah kedalam bentuk grid. Pada penelitian kali ini grid yang akan digunakan ditentukan dengan cara coba-coba (trial and error). Grid yang digunakan untuk lebar sebanyak 92 grid, sedangkan untuk panjang sebanyak 500 grid, sehingga satu kotak grid mewakili 0,5 cm. Model simulasi dapat dilihat pada Gambar 4.1 dan 4.2. 37

38 Pilar Persegi Dasar Saluran Arah Aliran Gambar 4.1 Model simulasi dengan pilar persegi Pilar Lingkaran Dasar Saluran Arah Aliran Gambar 4.2 Model simulasi dengan pilar lingkaran

39 C. Alur Simulasi Penelitian Mulai Menentukan : 1. Geometri saluran 2. Debit rencana 3. Tinggi air 4. Waktu simulasi 5. Kemiringan saluran 6. Ukuran sedimen 7. Bentuk pilar Optimasi Angka Manning Simulasi Matematik Menentukan : 1. Alat dan bahan 2. Debit rencana 3. Tinggi air 4. Waktu simulasi 5. PIV 6. Sedimen tracking 7. Sedimen/pasir 8. Bentuk pilar 1. Bentuk Pilar Optimasi debit. slope dan waktu Kalibrasi Simulasi Fisik Analisis hasil : 1. Kecepatan (Velocity) 2. Arah aliran (Arroe Velocity) 3. Elevasi Dasar Saluran (Elevation) Analisis hasil : 1. Kecepatan (Velocity) 2. Arah aliran (Arroe Velocity) 3. Elevasi Dasar Saluran (Elevation) Analisis Perbandingan : 1. Kecepatan (Velocity) 2. Arah aliran (Arroe Velocity) 3. Elevasi Dasar Saluran (Elevation) Selesai Gambar 4.3 Bagan alir penelitian

40 D. Langkah-Langkah Simulasi iric: Nays2DH 1.0 Langkah-langkah yang dilakukan untuk simulasi gerusan lokal yang terjadi pada pilar dengan bentuk lingkaran dan persegi dengan progran iric: Nays2D 1.0 adalah sebagai berikut: 1. Buka software iric 2.3, klik Create New Project. Gambar 4.4 Tampilan awal iric 2.3 2. Pilih Nays2DH 1.0 untuk memodelkan gerusan lokal yang terjadi di sekitar pilar, lalu klik OK. Gambar 4.5 Tampilan pemilihan solver

41 3. Untuk membuat geometri saluran pada software iric:nays2dh 1.0 pilih toolbar Grid >> Select Algorithm to Create Grid, setelah itu pilih Multifunction Grid Generator, lalu klik OK. Gambar 4.6 Tampilan pilihan metode pembuatan grid 4. Pada Jendela Grid Creation ada beberapa menu pada kolom Groups. Pertama pilih menu Channel Shape. Select Channel Shape adalah pilihan bentuk saluran, karena saluran yang digunakan berbentuk lurus, maka pilih Straight, sedangkan Cross Sectional Shape adalah bentuk dari potongan melintang saluran, karena potongan melintang salurannya seragam maka pilih Single Cross Section. Gambar 4.7 Menu Channel Shape

42 5. Pada Groups Cross Sectional Shape Parameters terdapat pilihan Width yaitu lebar saluran dalam satuan meter, untuk lebar saluran masukkan angka 0.46, Selain itu ada pilihan Number of Grid in Lateral Direction yaitu jumlah grid pada arah lateral, pada pilihan ini masukkan angka 92. Gambar 4.8 Menu Cross Sectional Shape 6. Selanjutnya pada kolom Groups pilih Channel Shape Parameters. Pada Channel Shape Parameters terdapat pilihan Wave Lenght of Meander yaitu panjang saluran dalam satuan meter. Untuk panjang saluran masukkan angka 2.5, sedangkan pada Wave Number dan Number of Grids in One Wave Length berturut-turut masukkan angka 1 dan 500.

43 Gambar 4.9 Menu Channel Shape Parameters 7. Pada Groups Bed and Channel Shape terdapat pilihan Initial Bed Shape dan Channel Slope yaitu bentuk dasar saluran dan slope saluran. Pada Initial Bed Shape pilih Flat (no bar), sedangkan pada Channel slope masukka angka 0.0358. Gambar 4.10 Menu Bed and Channel Shape 8. Pada Upstream and Downstrean Condition, pilih Not Add pada pilihan Add stright channel in upstream dan downstream.

44 Gambar 4.11 Menu Upstream and Downstrean Condition 9. Pada Width Variation pilih Constant Width. Gambar 4.12 Menu Width Variation 10. Selanjutnya, pada kolom Groups pilih Bed Condition. Pada pilihan Bed Condition pilih Movable Bed, sedangkan pada Roughness Definition pilih Not Specified. Lalu klik Create Grid. Gambar 4.13 Menu Bed Condition

45 Gambar 4.14 Hasil setelah grid dibuat 11. Untuk memasukkan pilar, pada kolom Object Browser klik kanan pada obstacle pilih inport. Kemudian pilih folder dimana file pilar disimpan, lalu klik open. Pada Polygon Import Setting pada kolom Name pilih Name is set automatically (ex. Polygon1) dan pada kolom Value klik specify value pilih Obstacle. Kemudian klik OK. Gambar 4.15 Tampilan import obstacle

46 Gambar 4.16 Hasil input pilar persegi Gambar 4.17 Hasil input pilar lingkaran 12. Untuk membuat dasar pilar tersebut tidak berubah selama proses running. Klik kanan pada pilar yang sudah dibuat, kemudian pilih Copy, lalu pilih Fixed or Movable Bed, klik OK.Selanjutnya pilih Fixed bed dan klik OK. Gambar 4.18 Tampilan copy obstacle

47 Gambar 4.19 Pilihan polygon value 13. Untuk membuat dasar saluran berdeformasi selama proses running klik kanan pada Fixed or Movable Bed, kemudian pilih Add >> Polygon. Selanjutnya gambar Polygon mengelilingi saluran. Setelah selesai pilih Movable Bed. Gambar 4.20 Tampilan setelah ditambahkan polygon 14. Untuk menentukan koefisien Manning pada dasar saluran. Klik kanan pada Manning s roughness coefficient, kemudian pilih Add >> Polygon. Kemudian buat Polygon yang mencakup seluruh saluran, lalu masukkan angka koefisien Manning sebesar 0.011514.

48 Gambar 4.21 Tampilan setelah ditambahkan angka manning 15. Setelah itu pilih menu Calculation Condition >> Setting, untuk mengatur kondisi saluran saat dilakukan running. 16. Pada kolom Groups terdapat beberapa pilihan, pertama pilih Solver Type, yaitu tipe pemecahan masalah yang akan dipilih. Pada select solvet type dipilih +Advanced. Dan pada Bed deformation ganti dengan Enable. Gambar 4.22 Tampilan Solver Type 17. Boundary Condition merupakan pengaturan kondisi pada saluran, untuk memasukkan debit klik Edit pada Time series of discharge at upstream and water level at downstream. Selanjutnya klik import dan pilih tempat penyimpanan debit yang sudah dibuat sebelumnya.

49 Gambar 4.23 Menu Boundary Condition Gambar 4.24 Tampilan untuk memasukkan debit Pada +change the supply rate of sediment from the upstream boundary diubah menjadi Yes. Dan +The ratio of supply sediment transport to an equilibrium sediment transport (%) di masukkan nilai sedimen transpot 200.

50 Gambar 4.25 Menu Boundary Condition 18. Menu Time adalah menu untuk mengatur waktu running. Output time interval adalah interval waktu yang akan dimunculkan saat running, Calculate time step adalah langkah waktu kalkulasi yang akan digunakan, Start time of output adalah waktu awal running. Sedangkan Start time of bed deformation adalah waktu mulai terjadinya deformasi. Gambar 4.25 Tampilan menu Time 19. Menu Bed Material adalah menu untuk memasukkan diameter butiran dasar saluran, pada penelitian ini menggunakan d50 dari gradasi butiran dasar saluran yaitu 0,955 mm.

51 Gambar 4.27 Tampilan menu Bed Material 20. Setelah data dimasukkan, langkah selanjutnya adalah melakukan running dengan cara klik menu Simulation >> Run atau dengan menggunakan Ctrl+R. Gambar 4.28 Tampilan running iric: Nays2DH Gambar 4.29 Hasil setelah running

52 Setelah di-running banyak hasil yang bisa dilihat, seperti kecepatan (velocity), elevasi, tinggi muka air, froude number, dan arah aliran (arrow velocity). Untuk pembahasan lebih lanjut dapat dilihat pada bab hasil dan pembahasan. E. Skenario Running Skenario running yang akan dijalankan pada penelitian ini adalah sebagai berikut: Tabel 4. 1 Skenario running Diameter Jenis Debit Koef. Skenario Slope Material Bentuk pilar aliran (m 3 /s) Manning dasar (mm) Aliran Persegi seragam A 0,00685 0,0115 0,0358 0,955 (Gambar 4.16) (Uniform flow) Aliran seragam Lingkaran B 0,00685 0,0115 0,0358 0,955 (Uniform (Gambar 4.17) flow) Simulasi ini menggunakan jenis aliran seragam (uniform flow) dan slope 0,0358. Sedangkan untuk angka manning dan diameter dasar saluran berturut-turut sebesar 0,0115 dan 0,955 mm.