II TINJAUAN TEORETIS

dokumen-dokumen yang mirip
BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG DEWAN PENDIDIKAN DAN KOMITE SEKOLAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 044/U/2002 TENTANG DEWAN PENDIDIKAN DAN KOMITE SEKOLAH MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 36 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN KOMITE SEKOLAH WALIKOTA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. cukup mendasar, terutama setelah diberlakukannya Undang-Undang Republik

MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Di era persaingan global, Indonesia memerlukan sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. mengamanatkan bahwa pemerintah daerah, yang mengatur dan mengurus

BAB I PENDAHULUAN. Banyak faktor yang menyebabkan rendahnya mutu pendidikan, salah satunya adalah

BAB I PENDAHULUAN. keinginan pemerintah dan kebutuhan masyarakat. Paradigma baru manajemen

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lahirnya Undang-undang No. 22 tahun 1999 yang direvisi dengan

BAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan merupakan kehidupan yang penuh dengan tantangan

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR62 TAHUN 2009 TENTANG DEWAN PENDIDIKAN DAN KOMITE SEKOLAH BUPATI PURWOREJO,

AD ART Komite Sekolah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. sekolah, pembentukan komite sekolah, peran komite sekolah, fungsi komite

BAB I PENDAHULUAN. manfaat penelitian secara teoritik dan praktis, serta penegasan istilah.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam peningkatan

PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG DEWAN PENDIDIKAN KABUPATEN SUMEDANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMEDANG,

PERAN SERTA MASYARAKAT/ STAKE HOLDERS DALAM IMPLEMENTASI PENDIDIKAN INKLUSIF

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang memberi keleluasaan kepada sekolah untuk mengatur dan

BAB VI PENUTUP. tersebut akan disajikan secara rinci sebagai berikut: 1. Peran Komite Sekolah Sebagai Badan Pertimbangan (Advisory Agency)

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB IV ANALISIS PENGELOLAAN KOMITE SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN DI SD ISLAM AL AZHAR 29 SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. yang bernama komite sekolah (SK Mendiknas Nomor 044/U/2002). karena pembentukan komite sekolah di berbagai satuan pendidikan atau

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG

BAB II TELAAH PUSTAKA

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sekolah,ketua komite sekolah, orang tua siswa maupun guru-guru, diperoleh gambaran

LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN MASYARAKAT

DEWAN PENDIDIKAN DAN KOMITE SEKOLAH

BUPATI MADIUN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 25 TAHUN 2009 TENTANG

KEPUTUSAN PENGURUS KOMITE SLTP NEGERI 6 SRAGEN Nomer : 01 / Komite / SLTP N 6 / 2003 Tentang Anggaran Dasar Komite Sekolah SLTP Negeri 6 Sragen

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG PROGRAM WAJIB SEKOLAH 12 TAHUN DI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR

MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI 2 LAMONGAN

BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan pendidikan membuat keberadaan komite sekolah yang mampu

MASYARAKAT/STAKE HOLDERS DALAM IMPLEMENTASI PENDIDIKAN INKLUSIF

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. akan terwujud dengan baik apabila didukung secara optimal oleh pola. upaya peningkatan pola manajerial sekolah.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

MANAJEMEN PENDIDIKAN DASAR MENURUT PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. Berdasarkan rumusan masalah dan hasil penelitian tentang peran komite

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENDANAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA,

II. TINJAUAN PUSTAKA

Jurnal SAP Vol. 1 No. 2 Desember 2016 ISSN: X PEMBERDAYAAN KOMITE SEKOLAH: KAJIAN KONSEP DAN IMPLEMENTASINYA

BAB I PENDAHULUAN. sekolah,perguruan,lembaga diklat, dalam masyarakat serta berbagai satuan lingku

PEMBUKAAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Gambaran Umum Perkembangan Dana BOS di Bandar Lampung

I. PENDAHULUAN. dengan proses peningkatan kualitas sumber daya manusia itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH. Cicih Sutarsih, M.Pd

MEMBERDAYAKAN KOMITE SEKOLAH UNTUK MENINGKATKAN MUTU LAYANAN PENDIDIKAN. Oleh : Alpres Tjuana, S.Pd., M.Pd

Kinerja Dewan Pendidikan di Kota Salatiga

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 10 SERI E

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA

PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 21 TAHUN 2009

BAB I PENDAHULUAN. dan pemerintah. Dapat dikatakan pada saat ini tanggung jawab masing masing

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 58 TAHUN 2014 TENTANG DEWAN PENDIDIKAN DAERAH DAN KOMITE SEKOLAH/MADRASAH

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas. Menurut Suryadi (2011: 2) warga negara berhak memperoleh pendidikan

MANAJEMEN PARTISIPASI MASYARAKAT

BUPATI JEMBER PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DASAR GRATIS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DASAR GRATIS

BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 25 TAHUN 2013 TENTANG

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan temuan penelitian sebagaimana disajikan pada bab IV, dapat

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), oleh karena itu

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TELAAH PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara pemerintah, sekolah,

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, serta efisiensi manajemen pendidikan dalam menghadapi tuntutan

RINGKASAN PEMBERDAYAAN KOMITE SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN TATA KELOLA DAN AKUNTABILITAS PENDIDIKAN DASAR DI SULAWESI SELATAN

PERAN KOMITE SEKOLAH DALAM PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN DI SD NEGERI 2 GEMEKSEKTI KEBUMEN SKRIPSI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG

MENGENAL KOMITE SEKOLAH DAN PERANANNYA DALAM PENDIDIKAN

PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 113 TAHUN 2012

PERAN KOMITE SEKOLAH DALAM PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEKOLAH DASAR AL FALAAH SIMO BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2013/2014

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Bantuan United Nations Children s Fund (UNICEF) Dalam Mensukseskan

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA DEWAN PENDIDIKAN KABUPATEN SUBANG JL. KS TUBUN NO. 21 SUBANG JAWA BARAT

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Dasar Manajemen Berbasis Sekolah. istilah School-Based Management (SBM) sebagai suatu model pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komponen untuk meningkatkan kualitas pendidikan adalah

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN KOTA BALIKPAPAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN,

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 89 B. TUJUAN 89 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 89 D. UNSUR YANG TERLIBAT 90 E. REFERENSI 90 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 91

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 64 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA

PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM MANAJEMEN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF KOTA KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. desentralisasi kewenangan ke tingkat sekolah.

ANGGARAN DASAR KOMITE SMP NEGERI 7 PARENGGEAN KECAMATAN PARENGGEAN KABUPATEN KOTAWARINGIN TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dibidang peningkatan mutu pendidikan sangat diperlukan tertutama

Peran dan Fungsi Komite Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan

Transkripsi:

( Word to PDF Converter - Unregistered ) http://www.word-to-pdf-converter.netbab II TINJAUAN TEORETIS A. Hakekat Komite Madrasah 1. Pengertian Komite Madrasah Komite Madrasah merupakan lembaga independent yang mempunyai fungsi untuk membantu madrasah dalam mengembangkan segenap sumber daya madrasah untuk kepentingan pendidikan dan pengajaran. Sebagai lembaga pendidikan yang independen Komite Madrasah mewadahi peran serta masyarakat dalam rangka meningkatkan mutu, pemerataan dan efisiensi pengelolaan pendidikan di satuan pendidikan, baik pada pendidikan pra madrasah, jalur pendidikan madrasah maupun jalur pendidikan luar madrasah. Masyarakat dapat berpatisipasi aktif dalam kegiatan pendidikan melalui wadah organisasi komite madrasah. Sebagai suatu organisasi, Komite Madrasah terbentuk oleh sekelompok orang yang mempunyai komitmen bersama dalam memandirikan madrasah untuk meningkatkan kualitas peserta didik. Komitmen bersama masyarakat merupakan perwujudan dari niat baik. Allah berfirman Q.S. Ali Imran/3: 134 Terjemahnya: Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.

Dari firman Allah swt tersebut menggambarkan kecintaannya kepada orang-orang berbuat baik. Masyarakat yang melibatkan dirinya dalam komite madrasah dengan tujuan meningkatkan mutu pendidikan dan keberhasilan peserta didik merupakan orang-orang yang memanisfestasikan atau mengabadikan dirinya pada kebaikan. Komite Madrasah sebenarnya 18 merupakan perubahan dari lembaga Badan Pembantu Penyelenggaraan Pendidikan (BP3). Komite Madrasah dapat diartikan sebagai suatu badan bersifat mandiri yang berdasarkan hubungan orang tua, masyarakat dan berkedudukan sebagai mitra madrasah dalam peningkatan kualitas penyelenggaraan pendidikan di madrasah. Komite Madrasah berkedudukan pada satu satuan pendidikan madrasah, pada seluruh jenjang pendidikan, dari jenjang pendidikan, Pendidikan dasar (Madrasah Ibtidaiyah dan Madrasah Tsanawiyah), hingga pendidikan menengah (Madrasah Aliyah), baik madrasah negri maupun swasta. Satuan pendidikan dalam berbagai jalur, jenjang dan jenis pendidikan memiliki penyebaran lokasi yang beragam. Ada madrasah tunggal, dan ada pula beberapa madrasah yang menyatu dalam satu kompleks. Oleh karena itu maka komite madrasah pembentukan madrasah dapat dibentuk beberapa alternatif sebagai berikut: 1) Komite madrasah yang dibentuk di satu satuan pendidikan. Dalam hal ini, Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah yang memiliki siswa dalam jumlah yang banyak, atau Madrasah Aliyah yang hanya memiliki murid dalam jumlah sedikit, masing-masing dapat membentuk komite madrasah sendiri, 2) Pada setiap madrasah terdapat satu komite madrasah. Dalam hal terdapat beberapa madrasah pada satu lokasi atau beberapa madrasah yang dikelola oleh suatu penyelenggara pendidikan, atau karena pertimbangan lainnya, dapat dibentuk koordinator komite madrasah.

Keputusan menteri Pendidikan Nasional Nomor 044/U/2002 Tanggal 2 April 2002 mengartikan komite madrasah sebagai badan mandiri yang mewadahi peran serta masyarakat dalam rangka meningkatkan mutu, pemerataan, dan efisiensi pengelolaan pendidikan di satuan pendidikan, baik pada pendidikan pramadrasah, jalur pendidikan madrasah maupun jalur pendidikan luar madrasah. Depdiknas mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan Komite Sekolah (Komite Madrasah) adalah suatu badan atau lembaga non profit dan non politis, dibentuk berdasarkan musyawarah yang demokratis oleh para stakeholder pendidikan pada tingkat satuan pendidikan sebagai representasi dari berbagai unsur yang bertanggung jawab terhadap peningkatan kualitas proses dan hasil pendidikan. Uraian di atas menunjukkan bahwa Komite Madrasah memiliki tanggung jawab yang sangat besar dalam memacu peningkatan kualitas pendidikan di madrasah. Komite Madrasah dibentuk dengan maksud agar ada suatu organisasi masyarakat madrasah yang mempunyai komitmen dan loyalitas serta peduli terhadap peningkatan kualitas pendidikan. Di dalam penyelenggaraannya Komite Madrasah bertujuan untuk hal-hal: (1) mewadahi dan menyalurkan aspirasi dan prakarsa masyarakat dalam melahirkan kebijakan operasional dan program pendidikan di satuan pendidikan; (2) meningkatkan tanggung jawab dan peran serta masyarakat dalam menyelenggarakan pendidikan dan satuan pendidikan; (3) menciptakan suasana dan kondisi transparan, akuntabel, dan demokratis dalam penyelenggaraan dan pelayanan pendidikan yang bermutu di satuan pendidikan. Kepungurasan komite madrasah akan berjalan dengan baik apabila para pengurus dan anggotanya saling bersinergi, bekerjasama dengan niat yang tulus dan ikhlas untuk pengembangan kualitas madrasah dan outputnya. Sekaitan dengan hal tersebut Allah swt

berfirman Q.S. Al-Muddassir/74: 6 Terjemahnya: Dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak. Ayat tersebut, mengisyaratkan bahwa para pengurus dan anggota komite madrasah dalam bekerja mengutamakan tujuan yang hendak dicapai yakni peningkatan kualitas pendidikan dan output madrasah. Dalam pencapaian tujuan tersebut Komite Madrasah perlu menjalin hubungan yang baik dengan segenap komponen masyarakat yang ada di madrasah terutama orang tua/wali siswa. Hal tersebut dimaksudkan agar Komite Madrasah dapat menjalankan tugas dan fungsinya mendapat dukungan sepenuhnya dari orang tua siswa. Hubungan dengan orang tua wali siswa ini dapat dilaksanakan melalui berbagai cara atau teknik antara lain: acara pertemuan, pameran atau pekan seni, undangan khusus, kunjungan ke rumah. Dalam memenuhi kebutuhan program kegiatan madrasah, memang banyak memerlukan bantuan orang tua. Bantuan itu bisa berbentuk bantuan moril dan bantuan material. Bantuan moril meliputi: (1) saran pemikiran; (2) dukungan kegiatan; (3) menerima kunjungan guru; (4) menghadiri undangan rapat; (5) ikut menjaga keterlibatan; (6) memotivasi anak untuk mau belajar. Bantuan material dapat berupa: uang, buku-buku, meja kursi siswa, bahan bangunan, tenaga kerja dan lain-lain. Strategi komite dalam meraih dukungan orang tua beserta komponen pendidikan lainnya di madrasah merupakan kunci sukses bagi komite dalam mencapai tujuan serta visi dan misi organisasi. 2. Tugas dan Fungsi Komite Madrasah

Keberadaan Komite Madrasah harus bertumpu pada landasan partisipasi masyarakat dalam meningkatkan kualitas pelayanan dan hasil pendidikan di madrasah. Mencermati hal tersebut maka Komite Madrasah dituntut untuk secara optimal dapat mendorong tumbuhnya partisipasi masyarakat terhadap penyelenggaraan pendidikan yang bermutu di madrasah. Adapun tugas utama komite madrasah adalah untuk membantu madrasah dalam melaksanakan program pendidikan sehingga keseluruhan kegiatan di madrasah berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Salah satu tugas utama komite madrasah adalah terkait dengan penyaluran DBO (dana bantuan operasional). Tugas utama komite sekolah (komite madrasah) terkait dengan penyelenggaraan DBO yaitu: (1) membuka rekening tabungan DBO atas nama madrasah, (2) mengelola dan menggunakan dana DBO tersebut sesuai dengan pedoman penggunaan DBO yang berlaku, (3) melaporkan status keuangan dari DBO di atas penggunaannya secara periodik kepada komite kecamatan. Sedangkan terkait dengan beasiswa di MI maka tugas utama komite sekolah (komite madrasah) yaitu: (1) menyeleksi siswa yang layak menerima beasiswa untuk kemudian di tetapkan dengan Surat Keputusan kepala sekolah (madrasah). Surat Keputusan tersebut selanjutnya di kirimkan kepada komite kecamatan dan kantor pos pra bayar terdekat, (2) membatalkan beasiswa apabila terdapat siswa yang tidak lagi memenuhi persyaratan dan membuatkan SK pengganti, (3) mengundang orang tua siswa penerima beasiswa dan memberikan penjelasan tentang beasiswa dan pemanfaatannya, (4) mengarahkan dan memantau siswa dalam pemanfaatan dana beasiswa, (5) melaporkan kepada komite kecamatan tentang penerimaan dan penggunaan beasiswa. Sementara itu terkait dengan fungsi komite sekolah (komite madrasah), Depdiknas

mengemukakan fungsi komite madrasah sebagai berikut: (1) melakukan kerjasama dengan masyarakat dan pemerintah berkenaan dengan penyelenggaraan pendidikan yang bermutu, (2) menampung dan menganalisis aspirasi, ide, tuntutan, dan berbagai kebutuhan pendidikan yang diajukan oleh masyarakat, (3) mendorong orang tua dan masyarakat berpartsipasi dalam pendidikan guna mendukung peningkatan mutu dan pemerataan pendidikan, (4) melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap kebijakan program penyelenggaraan, dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan. Selanjutnya sesuai dengan fungsinya di atas maka komite madrasah di pandang oleh Depdiknas perlu memiliki akuntabilitas sebagai berikut: (1) Komite Madrasah menyampaikan hasil kajian pelaksanaan program madrasah kepada stakeholder secara periodik, baik yang berupa keberhasilan maupun kegagalan dalam pencapaian tujuan dan sasaran program madrasah, (2) menyampaikan laporan pertanggung jawaban bantuan masyarakat baik berupa materi (dana, barang tak bergerak maupun barang bergerak), maupun non materi (tenaga, pikiran) kepada masyarakat dan pemerintah setempat. Sebagai lembaga pendidikan yang independen maka kedudukan dan struktur Komite Madrasah diatur berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional nomor 044/U/2002. Sebagai lembaga pendidikan yang memberi kontribusi signifikan terhadap perkembangan/kemajuan pendidikan, maka lembaga ini dinyatakan sebagai lembaga yang berkedudukan pada setiap satuan pendidikan. Sebagaimana pandangan Depdiknas bahwa Komite Sekolah atau Komite Madrasah berkedudukan di satuan pendidikan, baik madrasah maupun luar madrasah. Satuan pendidikan dalam berbagai jenjang, jenis, dan jalur pendidikan, mempunyai penyebaran lokasi yang amat beragam. Ada madrasah tunggal dan ada madrasah yang berada dalam satu kompleks. Ada madrasah negeri dan ada madrasah swasta yang didirikan oleh yayasan penyelenggara pendidikan.

Depdiknas menegaskan bahwa Komite Sekolah atau Komite Madrasah dapat dibentuk dengan alternatif sebagai berikut: (1) Komite Sekolah atau Komite Madrasah yang dibentuk di satu satuan pendidikan. Satuan pendidikan madrasah yang siswanya dalam jumlah yang banyak, atau madrasah khusus seperti Madrasah Luar Biasa, termasuk dalam kategori yang dapat membentuk Komite Madrasah sendiri, (2) Komite Sekolah atau Komite Madrasah yang dibentuk untuk beberapa satuan pendidikan yang sejenis. Beberapa SD/MI yang terletak di dalam satu kompleks atau kawasan yang berdekatan dapat membentuk satu Komite Madrasah, (3) Komite Madrasah yang dibentuk untuk beberapa satuan pendidikan yang berbeda jenis dan jenjang pendidikan terletak di dalam satu kompleks atau kawasan yang berdekatan. 4) Komite Madrasah yang dibentuk dalam beberapa satuan pendidikan yang berbeda jenis dan jenjang pendidikan milik atau dalam pembinaan satu yayasan penyelenggara pendidikan, misalnya madrasah-madrasah di bawah lembaga pendidikan Muhammadiyah, Al-Azhar, Al-Izhar, dan lain sebagainya. Selanjutnya komite memiliki sifat keorganisasian sebagaimana pendapat Depdiknas bahwa Komite Sekolah atau Komite Madrasah merupakan badan yang bersifat mandiri, tidak mempunyai hubungan hirarkhis dengan satuan pendidikan maupun lembaga pemerintah lainnya. Posisi Komite Madrasah, satuan pendidikan, dan lembaga-lembaga pemerintah lainnya mengacu pada kewenangan masing-masing berdasarkan ketentuan yang berlaku. Komite Madrasah dan madrasah memiliki kemandirian masing-masing, tetapi tetap sebagai mitra yang harus saling bekerja sama sejalan dengan konsep Manajemen Berbasis Sekolah. Kondisi di atas menunjukkan bahwa kedudukan dan sifat Komite Madrasah sangat kuat, dan memiliki kemandirian dalam merancang program peningkatan mutu pendidikan di madrasah untuk di tawarkan dan di implementasikan sebagai pendukung kebijakan

peningkatan mutu pendidikan. Dengan demikian maka lembaga harus lebih proaktif dalam menghasilkan berbagai paradigma baru yang dapat memacu peningkatan kualitas peserta didik. Jika di cermati bahwa kedudukan dan sifat Komite Madrasah memiliki hubungan yang sangat erat dengan keanggotaan dan kepengurusan Komite Madrasah. Dalam konteks ini keanggotaan Komite Madrasah berasal dari unsur-unsur yang ada dalam masyarakat. Di samping itu unsur dewan guru, yayasan/lembaga penyelenggara pendidikan, Badan Pertimbangan Desa (BPD) dapat pula dilibatkan sebagai anggota. Keanggotaan Komite meliputi komponen-komponen sebagai berikut: (1) perwakilan orang tua/wali peserta didik berdasarkan jenjang kelas yang dipilih secara demokratis, (2) tokoh masyarakat (Ketua RT/RW/RK, Kepala Dusun. Ulama, Budayawan, Pemuka Adat), (3) anggota masyarakat yang mempunyai perhatian atau dijadikan figur dan mempunyai perhatian untuk meningkatkan mutu pendidikan, 4) pejabat pemerintah setempat (Kepala Desa/ Lurah, Kepolisian, Koramil, Depnaker, Kadin, dan Industri lain), (5) Dunia usaha/industri (pengusaha industri, jasa, asosiasi. Dan lain-lain), (6) pakar pendidikan yang mempunyai perhatian pada peningkatan mutu pendidikan, (7) organisasi profesi tenaga pendidikan (PGRI, ISPI, dan lain-lain), (8) perwakilan siswa tingkat SD/MI/SMP/MTs/SMA/MA/SMK yang dipilih secara demokratis berdasarkan jenjang kelas, (9) perwakilan forum alumni SD/MI/SMP/MTs/SMA/MA/SMK yang telah dewasa dan mandiri. Sedangkan anggota Komite Madrasah yang berasal dari unsur dewan guru, yayasan/lembaga penyelenggara pendidikan, Badan Pertimbangan Desa sebanyak-banyaknya berjumlah tiga orang. Jumlah anggota Komite Madrasah sekurang-kurangnya 9 (sembilan) orang dan jumlahnya harus gasal. Syarat-syarat, hal, dan kewajiban serta masa keanggotan Komite Madrasah ditetapkan di dalam anggaran dasar

(AD)/ anggaran rumah tangga (ART). Sementara itu ditinjau dari segi kepengurusannya, maka lembaga ini memiliki aturan sebagaimana aturan yang terdapat pada lembaga atau institusi lainnya yaitu bahwa pengurus Komite Madrasah ditetapkan berdasarkan AD dan ART yang sekurang-kurangnya terdiri atas seorang ketua, sekretaris, bendahara, dan bidang-bidang tertentu sesuai dengan kebutuhan. Pengurus komite dipilih dari dan oleh anggota secara demokratis. Khusus jabatan ketua komite bukan berasal dari kepala satuan pendidikan. Jika diperlukan dapat diangkat petugas khusus yang menangani urusan administrasi Komite Madrasah dan bukan pegawai madrasah, berdasarkan kesepakatan rapat Komite Madrasah. Depdiknas mengemukakan bahwa pengurus Komite Sekolah atau Komite Madrasah adalah personal yang ditetapkan berdasarkan kriteria sebagai berikut: (1) dipilih dari dan oleh anggota secara demokratis dan terbuka dalam musyawarah Komite Madrasah, (2) masa kerja ditetapkan oleh musyawarah anggota Komite Madrasah, (3) jika diperlukan pengurus Komite Madrasah dapat menunjuk atau dibantu oleh tim ahli sebagai konsultan sesuai dengan bidang keahliannya. Adapun mekanisme kerja pengurus Komite Madrasah dapat diidentifikasikan sebagai berikut: (1) pengurus Komite Madrasah terpilih bertanggung jawab kepada orang tua siswa, (2) pengurus Komite Madrasah menyusun program kerja yang disetujui melalui musyawarah anggota yang berfokus pada peningkatan mutu pelayanan pendidikan peserta didik, 3) apabila pengurus Komite Madrasah terpilih dinilai tidak produktif dalam masa jabatannya, maka musyawarah anggota dapat memperhatikan dan mengganti dangan kepengurusan baru, 4) pembiayaan pengurus Komite Madrasah diambil dari anggaran Komite Madrasah yang ditetapkan melalui musyawarah. Berdasarkan uraian secara keseluruhan jelaslah bahwa keberadaan Komite

Madrasah sebagai lembaga independent benar-benar memiliki kerangka hukum yang sangat kuat. Hal tersebut menjadikan institusi ini sebagai lembaga yang kredibel dan dapat mengaktualisasikan perannya di tengah-tengah masyarakat. B. Peningkatan Mutu Pendidikan Terkait dengan mutu pendidikan, ada dua hal yang perlu dibahas yaitu apa yang disebut dengan substansi peningkatan mutu pendidikan dan apa yang disebut dengan strategi peningkatan mutu pendidikan. Depdiknas mengemukakan bahwa mutu adalah gambaran dan karakteristik menyeluruh dari barang dan jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang diharapkan atau yang tersirat. Dalam konteks pendidikan pengertian mutu mencakup input, proses dan output pendidikan. Secara terinci hal-hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: (1) Input pendidikan, yaitu berupa segala sesuatu yang harus tersedia karena dibutuhkan untuk berlangsungnya proses. Sesuatu yang dimaksud adalah berupa sumber daya dan perangkat lunak serta harapan-harapan sebagai pemandu bagi berlangsungnya proses. Input sumber daya meliputi sumber daya manusia (kepala madrasah, guru, karyawan dan siswa) dan sumber daya selebihnya (peralatan, uang, bahan dan sebagainya). Input perangkat lunak meliputi struktur organisasi madrasah, peraturan perundang-undangan, deskripsi tugas, rencana program dan sebagainya. Input harapan-harapan berupa visi, misi, tujuan dan sasaran yang ingin dicapai madrasah. Kesiapan input sangat diperlukan agar proses dapat berlangsung dengan baik. Tinggi rendahnya mutu input dapat diukur dari tingkat kesiapan input. Makin tinggi tingkat kesiapan input, maka makin tinggi pula mutu input tersebut. (2) Proses pendidikan, yaitu merupakan berubahnya sesuatu menjadi sesuatu yang lain. sesuatu yang berpengaruh

terhadap terhadap berlangsungnya proses disebut input, sedang sesuatu dari hasil proses disebut output. Dalam pendidikan berskala mikro (di madrasah) proses yang dimaksud adalah proses pengambilan keputusan, proses pengelolaan kelembagaan, proses pengelolaan program, proses belajar mengajar, dan proses monitoring serta evaluasi dengan catatan bahwa proses belajar mengajar memiliki tingkat kepentingan tertinggi dibandingkan proses-proses lainnya. Suatu proses dapat dikatakan bermutu apabila pengkoordinasian dan penyerasian serta pemanduan input madrasah berupa guru, siswa, kurikulum, uang peralatan dan sebagainya dilakukan secara harmonis, sehingga mampu menciptakan situasi pembelajaran yang menyenangkan (enjoyable learning), mampu mendorong motivasi dan minta belajar dan benar-benar mampu memberdayakan peserta didik. kata memberdayakan mengandung arti bahwa peserta didik tidak sekedar menguasai pengetahuan yang diajarkan oleh gurunya tetapi pengetahuan tersebut harus menjadi muatan nurani peserta didik, dihayati, diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. (3) Output pendidikan, yaitu berupa kinerja madrasah. Kinerja madrasah adalah prestasi madrasah yang dihasilkan dari proses/perilaku madrasah. Kinerja madrasah dapat diukur dari kualitasnya, efektivitasnya, produktivitas-nya, efisiensinya, kualitasnya. Kualitas yang berkaitan dengan mutu output madrasah, dapat dijelaskan bahwa output madrasah dikatakan berkualitas atau bermutu tinggi, jika prestasi madrasah khususnya prestasi siswa menunjukkan pencapaian yang tinggi dalam; a) Prestasi akademik, berupa nilai ulangan umum, karya ilmiah serta lomba akademik yang diikuti siswa, b) Prestasi non akademik seperti IMTAQ, kejujuran, kesopanan, olahraga, kesenian, ketrampilan kejuruan, dan kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler lainnya. Dalam kaitannya dengan strategi peningkatan mutu pendidikan berhubungan dengan

strategi yang dapat digunakan dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas pada keseluruhan substansi peningkatan mutu pendidikan di SD/MI. Strategi yang digunakan sekarang sudah diubah menuju pada strategi yang bersifat desentralistik yang memberikan otonomi yang seluas-luasnya kepada madrasah dalam penyelenggaraan pendidikan. C. Peran Komite Madrasah dalam Peningkatan Mutu Pendidikan Dalam usaha untuk memacu peningkatan kualitas pendidikan maka peran serta aktif dari segenap stakeholder pendidikan sangat diperlukan keberadaannya. Salah satu komponen yang memegang peran cukup signifikan dalam memacu peningkatan kualitas pendidikan adalah Komite Madrasah. Sebagai lembaga pendidikan yang sifatnya independen maka lembaga ini memiliki fungsi dan tugas untuk membantu madrasah dalam memperlancar pelaksanaan proses pendidikan serta mengoptimalkan pencapaian mutu. Keberadaan Komite Madrasah harus bertumpu pada landasan partisipasi masyarakat dalam meningkatkan kualitas pelayanan dan hasil pendidikan di madrasah. Oleh karena pembentukannya harus memperhatikan pembagian peran sesuai posisi dan otonomi yang ada. Adapun peran Komite Madrasah sebagai organisasi pendidikan adalah peran yang dijalankan Komite Sekolah adalah sebagai pemberi pertimbangan dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan pendidikan di satuan pendidikan. Badan tersebut juga berperan sebagai pendukung baik yang berwujud finansial, pemikiran, maupun tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan. Di samping itu juga Komite Sekolah berperan sebagai pengontrol dalam rangka transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan, serta sebagai mediator antara pemerintah (eksekutif) dengan masyarakat di satuan pendidikan. Untuk menjalankan peranannya, maka fungsi Komite Madrasah adalah: (1) Mendorong tumbuhnya perhatian dan komitmen masyarakat terhadap penyelenggaraan

pendidikan yang bermutu; (2) Melakukan kerja sama dengan masyarakat (perorangan/organisasi/dunia usaha/dunia industri) dan pemerintah berkenan dengan penyelenggaraan pendidikan yang bermutu; (3) Menampung dan menganalisis aspirasi, ide, tuntutan, dan berbagai kebutuhan pendidikan yang diajukan oleh masyarakat; (4) Memberikan masukan, pertimbangan, dan rekomendasi kepada satuan pendidikan mengenai kebijakan dan program pendidikan, rencana Anggaran Pendidikan dan Belanja Madrasah (RAPBM), kriteria kinerja satuan pendidikan, kriteria tenaga kependidikan, kriteria fasilitas pendidikan dan hal-hal lain yang terkait dengan pendidikan; (5) Mendorong orang tua dan masyarakat berpartisipasi dalam pendidikan guna mendukung peningkatan mutu dan pemerataan pendidikan; (6) Menggalang dana masyarakat dalam rangka pembiayaan penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan. Secara rinci peran komite dalam peningkatan mutu pendidikan dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut: Pertama, Penyusunan Rencana dan Program; sebagai ujung tombak dalam pelaksanaan pendidikan, sekolah bertanggungjawab dalam menentukan kebijakan sekolah dalam melaksanakan kebijakan pendidikan sesuai dengan arah kebijakan pendidikan yang telah ditentukan oleh pemerintah. Sebagai penyelenggara dan pelaksana kebijakan pendidikan nasional, sekolah-sekolah bertugas untuk menjabarkan kebijakan pendidikan nasional menjadi program-program operasional penyelenggaraan pendidikan di masing-masing sekolah. Program-program tersebut terdiri dari penyusunan dan pelaksanaan rencana kegiatan mingguan, bulanan, semesteran serta tahunan yang sesuai dengan arah kebijakan serta kurikulum yang telah ditetapkan baik pada tingkat pusat, propinsi maupun kabupaten/kota. Setiap rencana dan program yang disusun serta dilaksanakan di sekolah harus mengacu pada standar pelayanan minimum (SPM) yang diterapkan untuk

pemerintahan kabupaten/kota serta standar teknis yang diterapkan untuk masing-masing satuan pendidikan. Untuk dapat memerankan fungsi ini, Komite Sekolah menjadi pendamping bahkan penyeimbang bagi sekolah-sekolah, sehingga setiap rencana dan program yang disusun oleh sekolah dapat diberikan masukan yang sesuai dengan aspirasi masyarakat yang diwakili oleh Komite sekolah dimaksud. Atas nama masyarakat yang diwakilinya, Komite Sekolah dapat menyatakan setuju atau tidak setuju terhadap rencana dan program pendidikan yang disusun oleh sekolah. Kedua, Penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah (RAPBS); dalam fungsinya sebagai pelaksana pendidikan yang otonom, sekolah berperan dalam menyusun RAPBS setiap akhir tahun ajaran untuk digunakan dalam tahun ajaran berikutnya. Program-program yang sudah dirumuskan untuk satu semester atau satu tahun ajaran kedepan perlu dituangkan ke dalam kegiatan-kegiatan serta anggarannya masing-masing sesuai dengn pos-pos pengeluaran pendidikan di tingkat sekolah. Dari sisi pendapatan, seluruh jenis dan sumber pendapatan yang diperoleh sekolah setiap tahun harus dituangkan dalam RAPBS, baik yang bersumber dari pemerintah pusat, pemerintah propinsi, pemerintah kabupaten/kecamatan, maupun sumber-sumber lain yang diperoleh secara langsung oleh sekolah-sekolah. Dengan demikian, setiap rupiah yang diperoleh sekolah dari sumber-sumber tersebut harus sepenuhnya diperhitungkan sebagai pendapatan resmi sekolah dan diketahui bersama baik oleh pihak sekolah (kepala sekolah, guru-guru, pegawai, serta para siswa) maupun oleh Komite Sekolah (Komite Madrasah) sebagai wakil stakeholder pendidikan. Ketiga, Pelaksanaan Program Pendidikan; sistem pendidikan pada masa orde baru, pelaksanaan pendidikan secara langsung dikendalikan oleh sistem birokrasi dengan mata rantai yang panjang sejak tingkat pusat,

daerah bahkan sampai tingkat satuan pendidikan. Pada waktu itu sekolah-sekolah adalah bagian dari sistem birokrasi yang haru tunduk terhadap ketentuan birokrasi. Pengaturan penyelenggaraan pendidikan pada masa birokrasi dilakukan secara uniform (one fits for all) atau dilakukan secara baku dengan pangaturan dari pusat, sejak perencanaan pendidikan, pelaksanaan pendidikan di sekolah termasuk persiapan mengajar, metodologi dan pendekatan mengajar, buku dan sarana pendidikan, sampai kepada penilaian pendidikan. Kepala Madrasah tidak diberikan kesempatan untuk mengurus dan mengatur dirinya sendiri dalam pelaksanaan pendidikan. Kepala Madrasah tidak diberikan kesempatan untuk mengambil keputusan mereka sendiri dalam mengelola sistem pendidikan untuk memecahkan berbagai permasalahan pendidikan yang sesuai dengan kondisi sekolahnya masing-masing. Kepada guru-guru juga tidak diberikan kesempatan untuk berinisiatif atau berinovasi dalam melaksanakan pengajaran atau mengelola kegiatan belajar siswa secara maksimal karena metode mengajar dan teknik evaluasi juga diatur secara langsung melalui juklak dan juknis yang dibuat dari pusat. Keempat, akuntabilitas pendidikan, dalam masa orde baru, satu-satunya pihak yang berwenang untuk meminta pertanggungjawaban pendidikan ke sekolah-sekolah adalah pemerintah pusat. Pada waktu itu, pemerintah pusat telah menempatkan kaki tangan nya di seluruh pelosok tanah air melalui pemeriksa, pengawas atau para penilik sekolah untuk mengawasi dan meminta pertanggungjawaban sekolah-sekolah menganai proses pendidikan yang berkangsung di sekolah-sekolah. Jika terdapat penyimpangan adminisgtratif yang dilakukan oleh kepala sekolah atau guru-guru, maka kepada mereka diberikan sanksi administratif, seperti teguran resmi, penundaan kenaikan gaji berkala, penundaan kenaikan pangkat dsan sejenisnya. Namun, penilalaian tersebut lebih banyak diberikan terhadap proses administrasi pendidikan

dan hampir tidak pernah ada sanksi (punishment) atau ganjaran (rewards) kepada guru-guru atau kepala sekolah atas dasar hasil-hasil yang dicapai dalam pembelajaran murid atau lulusan. Dalam era demokrasi dan partisipasi, akuntabilitas pendidikan tidak hanya terletak pada pemerintah, tetapi bahkan harus lebih banyak pada masyarakat sebagai stakeholder pendidikan. Dewan Pendidikan pada tingkat Kabupaten/Kota perlu menempatkan fungsinya sebagai wakil dari masyarakat untuk meminta pertanggungjawaban atas hasil-hasil pendidikan dalam mencapai prestasi belajar murid-murid pada setiap jenis dan jenjang pendidikan. Dewan Pendidikan perlu diberikan kesempatan untuk menyampaikan masukan bahkan protes kepada Dinas Pendidikan jika hasil-hasil pendidikannya tidak memuaskan masyarakat sebagai klien pendidikan. Sama halnya, Komite Madrasah dapat menyampaikan ketidakpuasan para orangtua siswa akan rendahnya prestasi yang dicapai oleh suatu madrasah. Dewan Pendidikan atau Komite Madrasah tidak perlu melaksanakan kegiatan studi atau penilaian pendidikan, tetapi cukup dengan menggunakan data-data yang tersedia atau hasil-hasil penilaian yang sudah ada sebagai bahan untuk menyampaikan kepuasan atau ketidakpuasan masyarakat terhadap Dinas Pendidikan atau kepada masing-masing madrasah. Dengan demikian, diperlukan suatu mekanisme akuntabilitas pendidikan yang dibentuk melalui suatu Peraturan Daerah di bidang pendidikan. Adanya tingkat partisipasi yang tinggi dari Komite Madrasah maka diyakini dapat memacu pengingkatan mutu pendidikan di madrasah secara komprehenshif. Peranan Komite Madrasah terkait pada peran yang dilakukannya, yakni sebagai badan pertimbaangan (advisory agency), pendukung (supporting agency), pengawas (controlling agency), dan badan mediator (mediator agency). Berkaitan dengan peran

Komite madrasah tercakup di dalamnya pelaksanaan berbagai fungsi badan-badan tersebut dan fungsi manajemen pendidikan. 1. Komite Madrasah sebagai Badan Pertimbangan (Advisory Agency) Dalam perannya sebagai badan yang memberikan pertimbangan atau nasihat, Komite Madrasah memiliki fungsi yang berkesinambungan dalam hal pengambilan keputusan. Fungsi tersebut itu dimulai dengan mengidentifikasi berbagai aspirasi masyarakat mengenai pendidikan di daerahnya. Hal ini penting, sebab di tengah era otonomi daerah sekarang ini, partisipasi dan keterlibatan masyarakat menjadi alat ukur dalam keberhasilan kebijakan dan program pada berbagai bidang, termasuk pendidikan. Untuk itu, sebagai badan atau lembaga yang non-strukural, Komite Madrasah memiliki peran yang sangat krusial sebagai jembatan dalam menggali berbagai aspirasi masyarakat tersebut, yang kemudian setelah diolah dan dianalisis kenyataannya secara objektif, akan menjadi masukan dan menjadi bahan pertimbangan bagi pengambil kebijakan pendidikan (Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota) dalam merumuskan berbagai program pendidikan di daerahnya. Keputusan yang telah dihasilkan dalam program kerja tersebut, tentu membutuhkan kegiatan sosialisasi kepada masyarakat, agar menjadi lebih transparan dan dapat menjadi umpan balik bagi pengambil kebijakan di bidang pendidikan. Dalam hal ini tentu Komite Madrasah memiliki fungsi yang teramat penting dalam ikut melakukan kegiatan sosialisasi tersebut. Komite Madrasah dalam fungsi perencanaan memiliki peran mengidentifikasi sumber daya pendidikan di Madrasah serta memberikan masukan dan pertimbangan dalam menetapkan RAPBS, termasuk dalam penyelenggaraan rapat RAPBS. Dalam pelaksanaan program, yang menyangkut: kurikulum, PBM, dan penilaian, Komite Madrasah berfungsi memberikan pertimbangan mengenai muatan lokal kepada

pengambil kebijakan pendidikan di daerah, termasuk dalam pengembangan dan strategi pembelajaran, serta evaluasi pendidikan. Sementara itu, Komite Madrasah sebagai badan penasihat berperan penting dalam memberikan pertimbangan dalam pelaksanaan proses pengelolaan pendidikan di Madrasah, termasuk proses pembelajarannya. Hal ini penting, sebab dengan berlakunya otonomi pendidikan dengan pengelolaan pendidikan yang lebih otonom di Madrasah, guru memiliki peran yang penting dalam penciptaan proses pembelajaran yang kondusif bagi sarana demokratisasi pendidikan. Dalam pengelolaan terhadap sumber daya pendidikan, antara lain: SDM, Sarana dan prasarana, dan alokasi anggaran, Komite Madrasah berfungsi antara lain memberi pertimbangan kepada pengambil kebijakan pendidikan di daerah dalam upaya pengelolaan tenaga kependidikan (guru), baik yang menyangkut mengenai kualifikasi tenaga kependidikan (guru) yang diperlukan dan upaya dalam peningkatan mutu tenaga kependidikan (guru) itu sendiri. Fungsi lain dari Komite Madrasah dalam pengelolaan tenaga kependidikan (guru) adalah memberikan pertimbangan dalam hal rotasi dan mutasi di daerah. Di samping itu, Komite Madrasah juga berfungsi dalam hal pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan, yaitu dalam memberikan pertimbangan tentang persyaratan fasilitas Madrasah melalui penetapan indikator teknis sarana dan prasarana pendidikan. Dalam penetapan anggaran pendidikan, Komite Madrasah juga memiliki fungsi dalam memberikan pertimbangan terhadap sumber-sumber anggaran pendidikan di daerah. Komite Madrasah dalam fungsinya sebagai badan penasihat bagi Madrasah, dalam kaitannya dengan pengelolaan sumber daya pendidikan antara lain berperan mengidentifikasi berbagai potensi sumber daya pendidikan yang ada dalam masyarakat. Fungsi ini akan dapat berguna dalam memberikan pertimbangan mengenai sumber daya pendidikan yang ada dalam masyarakat yang dapat diperbantukan di Madrasah.

2. Komite Madrasah sebagai Badan Pendukung (Supporting Agency) Dalam perannya sebagai badan pendukung (supporting agency), Komite Madrasah berfungsi memantau kondisi tenaga kependidikan di Madrasah-Madrasah. Ini penting karena akan dapat diketahui Madrasah-Madrasah mana yang harus mendapat perhatian serius dalam masalah tenaga kependidikan. Hal ini dimaksudkan agar kekurangan tenaga kependidikan dalam beberapa Madrasah di suatu daerah tidak dibiarkan terus terjadi, sehingga akan mengganggu pelaksanaan pendidikan. Melalui koordinasi dengan Komite Madrasah, Komite Madrasah diharapkan mendapat gambaran yang utuh mengenai persoalan yang terjadi di beberapa Madrasah, yang kemudian dapat ditindak lanjuti bersama dengan Komite Madrasah melakukan memberdayakan guru sukarelawan, termasuk tenaga kependidikan non-guru, di Madrasah yang masih menghadapi persoalan dalam kekurangan tenaga kependidikan. Komite madrasah juga dapat mengidentifikasi tenaga ahli yang ada dalam masyarakat, yang dapat dimanfaatkan bagi Madrasah. Dengan demikian, aspek integrasi Madrasah dengan masyarakat yang selama ini menjadi persoalan dalam pengelolaan pendidikan di Madrasah dapat diatasi, karena masyarakat dapat terlibat dalam upayanya meningkatkan mutu pendidikan. Sebagai bagian dari pelaksanaan proses pendidikan, sarana dan prasarana juga harus mendapat perhatian penting. Madrasah yang kurang memiliki sarana dan prasarana memadai tentu akan mengalami kendala dalam pencapaian hasil belajar. Karena itu, komite madrasah berfungsi memfasilitasi kebutuhan sarana dan prasarana pendidikan di madrasah. Tahap selanjutnya, tentu komite madrasah akan memberdayakan bantuan sarana dan prasarana yang diperlukan di Madrasah melalui sumber daya yang ada pada masyarakat, dengan berkoordinasi dengan komite madrasah. Memberdayakan bantuan sarana dan

prasarana yang telah dilakukan komite madrasah dengan koordinasi pada komite madrasah akan dipantau perkembangannya melalui evaluasi pelaksanaan dukungan atau bantuan tersebut. Harus diakui, anggaran pendidikan yang pada pemerintah (daerah) sangat terbatas. Karena itu pemanfaatan sumber-sumber anggaran pendidikan yang ada pada masyarakat menjadi kebutuhan yang mendesak. Dalam era otonomi pendidikan yang meletakkan otonomi madrasah sebagai hal yang terpenting, madrasah harus merupakan bagian yang terpenting dari masyarakat, sehingga masyarakat memiliki kepedulian dan rasa memiliki terhadap madrasah. 3. Komite Madrasah sebagai Badan Pengontrol (Controlling Agency) Bagian yang terpenting dalam manajemen adalah controlling. Peran komite madrasah dan komite madrasah sebagai badan pengontrol tentu akan berbeda dengan apa yang dilakukan DPRD Komisi E Bidang Pendidikan. Berkaitan dengan pengembangan kinerja ini, perlu dilihat sejauh mana peran pengontrol yang dilakukan komite madrasah dan komite madrasah berjalan dengan optimal terhadap pelaksanaan pendidikan. Beberapa fungsi yang dapat dilakukan komite madrasah dan komite madrasah dalam hubungannya dengan perannya sebagai badan pengontrol terhadap perencanaan pendidikan antara lain: melakukan kontrol terhadap proses pengambilan keputusan di lingkungan Dinas Pendidikan, termasuk penilaian terhadap kualitas kebijakan yang ada. Komite madrasah juga dapat melakukan fungsi kontrol terhadap proses perencanaan, termasuk kualitas perencanaan pendidikan. Komite Madrasah juga dapat melakukan fungsi yang sama seperti yang dilakukan komite madrasah, yaitu: melakukan kontrol terhadap proses pengambilan keputusan dan perencanaan pendidikan di madrasah, termasuk kualitas kebijakan yang ada.

Fungsi komite madrasah dalam melakukan kontrol terhadap pelaksanaan program pendidikan adalah melakukan pemantauan terhadap pelaksanaan program yang ada pada Dinas Pendidikan, apakah sesuai dengan kebijakan yang disusun. Dalam kaitannya dengan pelaksanaan program tersebut adalah bagaimana alokasi dana dan sumber-sumber daya bagi pelaksanaan program dilakukan Dinas Pendidikan. Dalam pengembangan kinerja ini, perlu dilihat sejauh mana Komite Madrasah melakukan fungsinya dalam mengontrol alokasi dana dan sumber-sumber daya tersebut. Komite madrasah dalam hal ini juga dapat melakukan fungsi yang sama dengan komite madrasah. Yang menjadi perbedaan adalah objek yang diamati. komite madrasah dalam hal inik mengontrol pelaksanaan program di madrasah, di samping alokasi dana dan sumber-sumber daya bagi pelaksanaan program tersebut. Penuntasan program wajib belajar 9 tahun akan menjadi komitmen bagi seluruh daerah. Karena itu, para pengambil kebijakan di bidang pendidikan tentu telah membuat berbagai kebijakan dan program dalam mencapai program tersebut, dengan tujuan untuk meningkatkan partisipasi pendidikan bagi anak umur 6-15 tahun. Berbagai upaya pemerataan dan perluasan tersebut tentu bukan tanpa halangan, sebab persoalan seperti meningkatnya angka mengulang dan bertahan akan menjadi hal yang serius yang butuh penanganannya, yang akan berakibat pada keluaran pendidikan. Komite madrasah sebagai badan kontrol dalam hal ini adalah melakukan penilaian terhadap angka partisipasi, mengulang, bertahan, transisi pendidikan di daerah. Hal ini penting sebab penilaian ini akan mampu menjadi evaluasi bagi keberhasilan program wajib belajar 9 tahun. Hasil penilaian sendiri merupakan masukan bagai para pengambil kebijakan dalam rangka penyempurnaan kebijakan dan program dalam rangka peningkatan angka keluaran pendidikan.

Program penuntasan wajib belajar 9 tahun juga tidak mengesampingkan mutu pendidikan. Sementara ini yang menjadi ukuran keberhasilannya adalah nilai pada ujian akhir. Dalam kaitannya dengan ini, Komite Madrasah memiliki peran yang penting dalam melakukan pemantauan terhadap penilaian terhadap hasil ujian akhir. Fungsi kontrol Komite Madrasah ini dilakukan melalui bentuk koordinasi dengan Komite Madrasah, karena penilaian terhadap hasil keluaran pendidikan di Madrasah-Madrasah yang dilakukan oleh Komite Madrasah tersebut akan menjadi masukan bagi Komite Madrasah memetakan persoalan dalam pemerataan dan mutu keluaran pendidikan. Yang tak kalah pentingnya dalam melihat keberhasilan pendidikan adalah bagaimana dampak (outcomes) pendidikan, yang tercermin dalam hubungannya dengan keberhasilan keluaran pendidikan antara lain terhadap pertumbuhan ekonomi daerah, peningkatan angka tenaga kerja, dan situasi dan kondisi yang sosial budaya yang kondusif. Dampak pendidikan biasanya muncul setelah keluaran pendidikan (output) terjadi beberapa lama. Dalam pengembangan kinerja ini perli diperhatikan sejauh mana Komite Madrasah melakukan penilaian terhadap dampak pendidikan. 4. Komite Madrasah sebagai Mediator (Mediator Agency) Dalam kaitannya dengan fungsi manajemen pendidikan, koordinasi, kerlibatan, serta partisipasi merupakan kegiatan yang penting dalam perencanaan. Sebagai badan mediator, komite madrasah berfungsi dalam menjadi penghubung antara Dinas Pendidikan dengan masyarakat, Dinas Pendidikan dengan DPRD Komisi E, serta Dinas Pendidikan dengan Madrasah. Sebab selama ini kendala yang banyak dialami Dinas Pendidikan adalah minimnya keterlibatan dan partisipasi masyarakat dalam perencanaan pendidikan. Sementara yang lain, masalah yang dihadapi beberapa Dinas Pendidikan adalah kurang

harmonisnya hubungan mereka dengan DPRD Komisi E. Karena itu, kehadiran Komite Madrasah menjadi sangat tepat terutama dalam fungsinya sebagai mediator. Pada level Madrasah, komite madrasah juga dapat berfungsi sebagai mediator dan menjadi penghubung Madrasah dengan masyarakat, atau antara madrasah dengan Dinas Pendidikan. Berbagai persoalan yang sering dialami orang tua dalam pelaksanaan pendidikan anak-anaknya di madrasah misalnya sering kali terbentur pada sebatas keluhan, kurang direspons madrasah. Karena itu, kehadiran komite madrasah pada posisi ini sangat penting dalam mengurangi berbagai keluhan orang tua tersebut. Peran sebagai mediator yang dilakukan komite madrasah dalam pelaksanaan program pendidikan lebih kepada upaya memfasilitasi berbagai masukan dari masyarakat terhadap kebijakan dan program pendidikan yang ditetapkan Dinas Pendidikan. Peran ini adalah antara lain dengan mengkomunikasikan berbagai pengaduan dan keluhan masyarakat terhadap instansi terkait dalam bidang pendidikan. Masukan ini tentu akan menjadi perhatian bagi pengambil kebijakan, yang selanjutnya akan dilakukan perbaikan bagi kebijakan dan program pendidikan. Bagi komite madrasah, hasil penyempurnaan kebijakan dan program tersebut juga harus disosialisasikan kepada masyarakat, sehingga terjadi umpan balik bagi keberhasilan pelaksanaan pendidikan di daerah. Peran ini juga dapat dilakukan oleh komite madrasah sebagai mediator dalam pelaksanaan program madrasah, sehingga berbagai kebijakan dan program yang telah ditetapkan Madrasah dapat akuntabel kepada masyarakat. Sumber-sumber daya pendidikan yang ada dalam masyarakat begitu besar, namun pemanfaatannya kurang optimal. Peran komite madrasah sebagai mediator dalam kaitannya dengan hal ini adalah memberdayakan kesediaan bantuan masyarakat untuk pendidikan dengan melakukan koordinasi dengan berbagai pihak yang terkait dalam pendidikan. Bagi

komite madrasah, peran yang harus dijalankan sebagai mediator adalah memberdayakan sumber daya yang ada pada orang tua bagi pelaksanaan pendidikan di madrasah. D. Kerangka Teoretis EFEKTIVITAS PERANAN Badan Pertimbangan, Pendukung, Pengontrol/pengawas, Mediator Mendorong perhatian masyarakat Kerjasama Perorangan/organisasi/dll KOMITE MADRASAH Memberikan masukan, pertimbangan, rekomendasi ke satuan pendidikan Menampung & Mengnalisis ide, tuntutan kebutuhan pendidikan