Pemilihan Material Fasad pada Malang Convention and Exhibition Centre Sesuai Standar GBCI dengan Perhitungan OTTV

dokumen-dokumen yang mirip
DAMPAK PENGGUNAAN DOUBLE SKIN FACADE TERHADAP PENGGUNAAN ENERGI LISTRIK UNTUK PENERANGAN DI RUANG KULIAH FPTK BARU UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA:

Perbandingan Perhitungan OTTV dan ETTV Gedung Komersial - Kantor

Perbandingan Perhitungan OTTV dan RETV Gedung Residensial Apartement.

ANALISA KONSERVASI ENERGI SELUBUNG BANGUNAN BERDASARKAN SNI STUDI KASUS: GEDUNG P1 DAN P2 UNIVERSITAS KRISTEN PETRA SURABAYA

ANALISA KONSERVASI ENERGI PADA BANGUNAN KANTOR PEMERINTAH DI SURABAYA

PENILAIAN KRITERIA GREEN BUILDING PADA GEDUNG REKTORAT ITS

1 BAB I PENDAHULUAN. diiringi dengan kemajuan teknologi yang sangat pesat. Beriringan pula dengan

SEMINAR PROPOSAL TUGAS AKHIR OPTIMASI PENGGUNAAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA RUANG KERJA DENGAN MENGATUR PERBANDINGAN LUAS JENDELA TERHADAP DINDING

LAMPIRAN. = transmitansi termal fenestrasi (W/m 2.K) = beda temperatur perencanaan antara bagian luar dan bagian dalam (diambil

LAPORAN TUGAS MENGHITUNG NILAI OTTV DI LABTEK IXC

OPTIMASI PENGGUNAAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA RUANG KERJA DENGAN MENGATUR PERBANDINGAN LUAS JENDELA TERHADAP DINDING

Gambar Proporsi penggunaan sumber energi dunia lebih dari duapertiga kebutuhan energi dunia disuplai dari bahan bakan minyak (fosil)

Transfer Termal pada Selubung Bangunan SMPN 1 Plandaan Jombang

SURVEI TINGKAT KEPENTINGAN DAN PENERAPAN SUMBER DAN SIKLUS MATERIAL DARI GREENSHIP RATING TOOLS PADA PROYEK KONSTRUKSI

BAB I PENDAHULUAN. baik itu dari sisi produksi maupun sisi konsumsi, yang berbanding terbalik dengan

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

Identifikasi Pengaruh Material Bangunan Terhadap Kenyamanan Termal (Studi kasus bangunan dengan material bambu dan bata merah di Mojokerto)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

SAINS ARSITEKTUR II GRAHA WONOKOYO SEBAGAI BANGUNAN BERWAWASAN LINGKUNGAN DI IKLIM TROPIS. Di susun oleh : ROMI RIZALI ( )

I. PENDAHULUAN. Pengembangan energi ini di beberapa negara sudah dilakukan sejak lama.

BAB I PENDAHULUAN Krisis Energi Kebutuhan energi di segala aspek kehidupan manusia saat ini semakin

Pemanfaatan Sistem Pengondisian Udara Pasif dalam Penghematan Energi

PENILAIAN KRITERIA GREEN BUILDING PADA GEDUNG REKTORAT ITS

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

Pengaruh Konfigurasi Atap pada Rumah Tinggal Minimalis Terhadap Kenyamanan Termal Ruang

BAB III TINJAUAN TEMA ARSITEKTUR HIJAU

1.1 Latar Belakang Penelitian. menjadi bagian yang tak terpisahkan dari arsitektur. Ketergantungan bangunan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta, ibukota negara Indonesia, merupakan kota yang terus

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN. 5.1 Kesimpulan Bentuk Massa Bangunan Berdasar Analisa Angin, Matahari dan Beban

Penilaian Kriteria Green building pada Gedung Rektorat ITS

Mahasiswa : Dian Pramita Eka Laksmiyanti / Dosen Pembimbing : Ir. IGN Antaryama, Ph.D Dr. Ir. V. Totok Noerwasito, MT

Panduan Pengguna Untuk Sektor Komersial. Indonesia 2050 Pathway Calculator

I. PENDAHULUAN. pemanfaatan energi terbarukan menjadi meningkat. Hal ini juga di dukung oleh

Penilaian Kriteria Green Building Pada Jurusan Teknik Sipil ITS?

Perancangan Apartemen dengan Alat Bantu Software Simulasi Aliran Angin

ANALISA ECOTECT ANALYSIS DAN WORKBENCH ANSYS PADA DESAIN DOUBLE SKIN FACADE SPORT HALL

BAB I PENDAHULUAN. pada Al-quran dan hadist-hadist diantaranya dalam surat An-Nuur ayat ke-36

BAB V KESIMPULAN ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY

BAB 2 LANDASAN TEORI. Matahari selain sebagai sumber cahaya pada bumi, matahari juga merupakan

Panduan Pengguna Untuk Sektor Komersial. Indonesia 2050 Pathway Calculator

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

Optimalisasi Kinerja Pencahayaan Alami pada Kantor (Studi Kasus: Plasa Telkom Blimbing Malang)

GEDUNG KULIAH FAKULTAS TEKNIK KAMPUS II UIN MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG BERKONSEP HEMAT ENERGI

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi tingkat kenyamanan termal manusia terhadap ruang (Frick, 2007:

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pemanasan global (global warming) semakin terasa di zaman sekarang ini.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Pengaruh Desain Fasade Bangunan terhadap Kondisi Pencahayaan Alami dan Kenyamanan Termal

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Proyek

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

Pengaruh Shading Devices terhadap Penerimaan Radiasi Matahari Langsung pada Fasad Gedung Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya

Science&Learning&Center!di!Universitas!Mulawarman!! dengan!konsep!green&building!

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Analisa energi beban..., Widiandoko K. Putro, FT UI, Universitas Indonesia

BAB III TINJAUAN KHUSUS

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

Pengaruh Desain Fasade Bangunan terhadap Distribusi Pencahayaan Alami pada Gedung Menara Phinisi UNM

BAB I PENDAHULUAN. manajemen baik dari sisi demand maupun sisi supply energi. Pada kondisi saat ini

KAJIAN KONSERVASI ENERGI PADA BANGUNAN KAMPUS UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES) DITINJAU DARI ASPEK PENCAHAYAAN DAN PENGHAWAAN ALAMI

PROFIL WISMAYA RESIDENCE

Konservasi energi selubung bangunan pada bangunan gedung.

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAGIAN III PRINSIP-PRINSIP ESTIMASI BEBAN PENDINGIN TATA UDARA

KONSERVASI ENERGI MELALUI SELUBUNG BANGUNAN PADA BANGUNAN KANTOR DI JAKARTA SELATAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Aplikasi Green Building pada Kantor AMG Tower Surabaya

PENINGKATAN NILAI BANGUNAN HIJAU PADA BANGUNAN TERBANGUN Studi Kasus: Gedung Kampus X

ANALISIS KONSUMSI ENERGI PADA PENGGUNAAN PENDINGIN UDARA KAMAR DI PATRA JASA CONVENTION HOTEL SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. DKI Jakarta. Beberapa gedung bertingkat, pabrik, rumah sakit, perkantoran,

Sumber Produksi Tenaga Listrik PLN

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

PENGARUH KOMPOSISI DAN MATERIAL SELUBUNG BANGUNAN TERHADAP EEFISIENSI ENERGI PENDINGINAN PADA PERKANTORAN BERTINGKAT MENENGAH SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

KARAKTER KENYAMANAN THERMAL PADA BANGUNAN IBADAH DI KAWASAN KOTA LAMA, SEMARANG

KONSERVASI ENERGI PETA REGULASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Kajian Termis pada Beberapa Material Dinding untuk Ruang Bawah Tanah. I G B Wijaya Kusuma 1)

OPTIMALISASI KINERJA TERMAL SELUBUNG BANGUNAN PADA DESAIN KAMPUS BARU PROGRAM STUDI ARSITEKTUR UNLAM

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki abad ke-21, bahan bakar fosil 1 masih menjadi sumber. energi yang dominan dalam permintaan energi dunia.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

RUMAH SUSUN HEMAT ENERGI DI LEBAK BULUS JAKARTA DENGAN PENERAPAN PENCAHAYAAN ALAMI

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan Maret 2013 di

Gedung Asrama Kampus II Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang Berkonsep Hemat Energi

PENGKAJIAN INDIKATOR SOSEKLING BANGUNAN GEDUNG HIJAU (GREEN BUILDING)

b. Komponen D2 Berat komponen adalah 19,68 kg Gambar 65. Komponen D1 Gambar 66. Komponen D2

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. 4.1 Evaluasi atap bangunan studi kasus terhadap nilai RTTV

Pengembangan RS Harum

Analisa Performa Kolektor Surya Pelat Datar Bersirip dengan Aliran di Atas Pelat Penyerap

Pertemuan 6: SISTEM PENGHAWAAN PADA BANGUNAN

BAB IV: KONSEP Pendekatan Konsep Bangunan Hemat Energi

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

LAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR

Transkripsi:

Pemilihan Material Fasad pada Malang Convention and Exhibition Centre Sesuai Standar GBCI dengan Perhitungan OTTV Nugraha Putra Hutama 1, Heru Sufianto 2, Ary Dedy Putranto 1 Mahasiswa Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya 2 Dosen Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya Jalan MT. Haryono 167 Malang 65145, Indonesia Alamat Email penulis: nugrahahutama@gmail.com ABSTRAK Penggunaan energi pendingin pada bangunan komersial meningkat pesat setiap tahunnya, baik di dunia maupun di Indonesia, sedangkan sumber energi yang ada di Indonesia diperkirakan usia cadangannya tidak lebih dari 30 tahun. Selaras dengan hal tersebut, Pemerintah Kota Malang melalui Peraturan Daerah nomor 4 tahun 2011 berencana mengembangkan sektor komersialnya dengan pembangunan gedung Convention Centre dalam kurun tahun 2010-2030. Sebagai upaya mereduksi penggunaan energi pada rancangan bangunan Malang Convention and Exhibition Centre, maka diperlukan pemilihan material fasad yang tepat. Diharapkan melalui pemilihan material fasad pada rancangan bangunan Malang Convention and Exhibition Centre, penggunaan energi akibat beban pendingin bangunan dapat tereduksi secara maksimal. Kata kunci: energi, fasad, material, convention ABSTRACT The use of cooling energy in the commercial buildings increased increased rapidly both globally and locally in Indonesia, where the existing energy sources in Indonesia is predicted to be reserved no more than 30 years. Aligned with this matter, Malang Government through the Regional Regulation No. 4 of 2011 is planning to develop the commercial sector with the construction of the Convention Centre within 2010-2030. In an effort to reduce energy use in Malang Convention and Exhibition Centre design, it would require a proper selection of materials facade. Hopefully, through the selection of materials used in building s facade of of Malang Convention and Exhibition Centre design, the use of energy due to the cooling load of the building can be reduced to the maximum result. Keywords: energy,facade,material,convention 1. Pendahuluan Penggunaan energi pendingin pada bangunan komersial meningkat pesat setiap tahunnya, baik di dunia maupun di Indonesia. Menurut World Energy Outlook (2013), kebutuhan primer akan energy akan meningkat sebesar 45 % pada pertengahan tahun 2013. Sedangkan menurut Outlook Energi Indonesia (2015), konsumsi energi meningkat dari 778 juta Setara Barrel Minyak (SBM) pada tahun 2000 menjadi 1.211 juta SBM pada tahun 2013 atau tumbuh rata-rata sebesar 3,46 % per tahun. Sedangkan, sumber energi

yang ada di Indonesia diperkirakan usia cadangannya tidak lebih dari 30 tahun (Karyono,1999). Sektor-sektor yang berpengaruh dalam peningkatan energi menurut Indonesia 2050 Pathway Calculator (2015) adalah sektor komersial, transportasi, industri, dan perumahan. Dari keempat sektor tersebut, sektor komersial merupakan sektor yang paling potensial untuk dilakukan upaya dalam penghematan energi mencapai 10-30 % (RIKEN,2011). Data dari Green Building Council Indonesia (2014) menyatakan bahwa hampir 55% konsumsi energi pada bangunan komersial digunakan untuk pendingin pada bangunan. Selaras dengan hal tersebut, Pemerintah Kota Malang melalui Peraturan Daerah nomor 4 tahun 2011 berencana mengembangkan sektor komersialnya dengan pembangunan gedung Convention Centre dalam kurun tahun 2010-2030. Sebagai upaya mereduksi penggunaan energi pada bangunan Malang Convention and Exhibition Centre, maka diperlukan pemilihan material fasad yang tepat. Nilai (Overall Thermal Transfer Value) OTTV merupakan nilai yang dapat menunjukkan besar perolehan perpindahan panas radiasi matahari lewat fasad bangunan yang mempunyai pengaruh sebesar 40-50 % terhadap beban pendingin bangunan (SNI 03-6390-2000). Diharapkan melalui pemilihan material fasad melalui perhitungan OTTV pada bangunan Malang Convention and Exhibition Centre, penggunaan energi akibat beban pendingin dapat tereduksi secara maksimal. 2. Metode Penelitian ini mengambil material struktural dan pelapis fasad. Material struktural mengambil material bata ringan dan bata merah. Material pelapis menggunakan material pabrikasi dan material alam seperti kayu, aluminium, batu alam, keramik, dan bambu. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan perhitungan OTTV dan perhitungan beban pendingin menggunakan software ecotect. Tabel 2.1 Kombinasi Material yang diteliti No Material Struktural Material Pelapis (50% - 50%) Kaca 1 Batu Bata (10cm) ekspose - material sampel - awal 2 Keramik 1,5 cm + Cat Putih 3 Cladding Kayu 1,5 cm + Cat Putih 5 mm 4 Batu Bata (10cm) Plester Cladding Alumunium 1,5 cm + Cat Putih 5 Batu Alam 1,5 cm + Cat Putih 6 Bambu 1,5 cm + Cat Putih 7 Batu Bata (20 cm) ekspose - 8 Keramik 1,5 cm + Cat Putih 9 Cladding Kayu 1,5 cm + Cat Putih 10 Batu Bata (20cm) Plester Cladding Alumunium 1,5 cm + Cat Putih 5 mm 11 Batu Alam 1,5 cm + Cat Putih 12 Bambu 1,5 cm + Cat Putih 13 Bata Ringan (10cm) ekspose - 14 Keramik 1,5 cm + Cat Putih 15 Cladding Kayu 1,5 cm + Cat Putih 16 Bata Ringan (10cm) Plester Cladding Alumunium 1,5 cm + Cat Putih 5 mm 17 Batu Alam 1,5 cm + Cat Putih 18 Bambu 1,5 cm + Cat Putih 19 Batu Bata (20 cm) ekspose -

20 Keramik 1,5 cm + Cat Putih 21 Cladding Kayu 1,5 cm + Cat Putih 22 Bata Ringan (20cm) Plester Cladding alumunium 1,5 cm + Cat Putih 23 Batu Alam 1,5 cm + Cat Putih 24 Bambu 1,5 cm + Cat Putih 5 mm 3. Hasil dan Pembahasan 3.1 Hasil Perhitungan OTTV Kombinasi Material Dari 24 kombinasi material didapatkan 21 jenis kombinasi material yang mencapai standar kurang dari 45 watt/m 2. Sedangkan 3 kombinasi material yang lain didapatkan nilai OTTVnya lebih dari 45 watt/m 2. Dari 24 jenis material dalam perhitungan OTTV menunjukkan bahwa material struktur batu ringan dengan ketebalan 20 cm dengan material pelapis alumunium, cat putih dan kaca 5mm merupakan yang paling kecil nilai OTTV dengan 35,78 watt/m 2 dan material struktur batu bata ekspose dengan ketebalan 10 cm dengan kaca 5 mm merupakan kombinasi material yang paling besar nilai OTTV yang mencapai 55,98 watt/m 2. Tabel 2.1 Hasil Perhitungan OTTV Material Batu Bata Material Struktural Material Pelapis Kaca OTTV Batu Bata (10cm) ekspos - 55,98 Watt/m 2 Keramik + Cat Putih 43,32 Watt/m 2 Kayu + Cat Putih 42,77 Watt/m 2 Batu Bata (10cm) Plester alumunium + Cat Putih 5 mm 41,48 Watt/m 2 Batu Alam + Cat Putih 44,70 Watt/m 2 Bambu + Cat Putih 43,13 Watt/m 2 Batu Bata (20 cm) ekspos - 49,76 Watt/m 2 Keramik + Cat Putih 40,60 Watt/m 2 Kayu + Cat Putih 40,39 Watt/m 2 Batu Bata (20cm) Plester alumunium + Cat Putih 5 mm 39,17Watt/m 2 Batu Alam + Cat Putih 41,62 Watt/m 2 Bambu + Cat Putih 40,61 Watt/m 2 Tabel 2.1 Hasil Perhitungan OTTV Material Batu Bata Material Struktural Material Pelapis Kaca OTTV Bata Ringan (10cm) ekspose - 49,20 Watt/m 2 Keramik + Cat Putih 39,80 Watt/m 2 Kayu + Cat Putih 40,51 Watt/m 2 Bata Ringan (10cm) Plester alumunium + Cat Putih 5 mm 38,58 Watt/m 2 Batu Alam + Cat Putih 40,66 Watt/m 2 Bambu + Cat Putih 40,77 Watt/m 2 Batu Ringan (20 cm) ekspose - 40,44 Watt/m 2 Keramik + Cat Putih 36,60 Watt/m 2 Kayu + Cat Putih 36,68 Watt/m 2 Bata Ringan (20cm) Plester alumunium + Cat Putih 5 mm 35,78 Watt/m 2 Batu Alam + Cat Putih 37,17 Watt/m 2 Bambu + Cat Putih 36,77 Watt/m 2

Dari hasil perhitungan ini didapatkan bahwa ketebalan bahan tidak menjamin nilai OTTV sebuah bangunan menjadi lebih kecil. Hal tersebut terbukti dari perhitungan antara batu bata 10 cm dengan material pelapis aluminium, cat putih dan kaca 5 mm yang memiliki nilai OTTV lebih kecil (41,48 Watt/m 2 ) daripada kombinasi material batu bata 20 cm dengan material pelapis batu alam, cat putih dan kaca 5 mm (41,12 Watt/m 2 ). Selain itu, material batu bata ekspos 20 cm dengan kaca 5 mm (49,76 Watt/m 2 ) memiliki nilai OTTV lebih besar daripada kombinasi material batu bata 10 plester dengan pelapis keramik, cat putih dan kaca 5 mm (43,32 Watt/m 2 ), batu bata 10 plester dengan pelapis kayu, cat putih dan kaca 5 mm (42,77 Watt/m 2 ), batu bata 10 plester dengan pelapis aluminium, cat putih, dan kaca 5 mm (41,48 Watt/m 2 ), batu bata 10 cm dengan pelapis batu alam, cat putih, dan kaca 5 mm (44,70 Watt/m 2 ) dan batu bata 10 cm dengan pelapis bambu, cat putih, dan kaca 5 mm (43,13 Watt/m 2 ). Pada perhitungan kombinasi bata ringan, yaitu material bata ringan 20 cm ekspos dengan kaca 5 mm yang lebih tebal daripada kombinasi material bata ringan 10 cm dengan material aluminium, cat putih dan kaca 5 mm (38,58 Watt/m 2 ) ternyata memiliki nilai OTTV yang lebih besar sehingga ketebalan pada kombinasi material tidak selalu berpengaruh terhadap besar atau kecilnya nilai OTTV pada bangunan. 3.2 Hasil Perhitungan Beban Pendingin Bangunan Setelah mengetahui hasil perhitungan OTTV dari material batu bata ekspose 10 cm (A) dan material batu ringan 20 cm dengan pelapis aluminium 1,5 cm, cat putih (B) maka dilakukan perhitungan beban pendingin pada bangunan untuk membandingkan beban pendingin antara kombinasi material A dan kombinasi material B. Gambar 3.1 Perbandingan Beban Pendingin Material A dan B

Gambar grafik menunjukkan bahwa kombinasi material B yang berwarna merah pada gambar 3.1 memiliki rata-rata beban pendingin yang lebih kecil dibandingkan dengan kombinasi material A yang ditunjukkan dengan warna biru pada grafik yang cenderung lebih panjang dari pada kombinasi material B. Gambar 3.2 Perbandingan Beban Pendingin Material A dan B Dari hasil perhitungan secara kumulatif untuk setahun pada kombinasi material A dan B, didapatkan bahwa beban pendingin dengan menggunakan kombinasi material bata ringan 20 cm, pelapis aluminium dan cat putih memiliki nilai beban pendingin yang lebih kecil dari pada menggunakan batu bata ekspose 10 cm dengan perbedaan nilai yang cukup jauh yaitu, berbeda 2976 kwatt / Tahun atau lebih rendah 16,4 % per tahun. Sehingga kombinasi material bata ringan 20 cm dan pelapis aluminium dan cat putih lebih hemat energi 3.3 Rekomendasi Material Fasad Dari hasil penelitian, didapatkan bahwa material bata ringan 20 cm plester dengan pelapis aluminium, cat putih dan kaca 5 mm merupakan material yang efektif dalam mereduksi penggunaan energi pendingin bangunan. Material ini juga sesuai dengan standar GBCI dengan nilai OTTV. Penelitian ini juga membuktikan bahwa penggunaan ketebalan material pada fasad bangunan tidak selalu memiliki pengaruh terhadap nilai OTTV pada bangunan. Perubahan dari sampel banguanan hanya terjadi pada material fasad bangunan tanpa mengubah denah dan organisasi ruang dari bangunan Malang Convention and Exhibition Centre

TAMPAK DEPAN \ BEFORE (RANCANGAN AWAL) Batu bata ekpose 10 cm AFTER (REKOMENDASI) + Aluminium Bata ringan 20 cm + Plester + Cat Putih TAMPAK BELAKANG BEFORE (RANCANGAN AWAL) Gambar 3.3 Perbandingan Tampak Bangunan Material A dan B Batu bata ekpose 10 cm AFTER (REKOMENDASI) + Aluminium Bata ringan 20 cm + Plester + Cat Putih Gambar 3.4 Perbandingan Tampak Bangunan Material A dan B

TAMPAK SAMPING KANAN BEFORE (RANCANGAN AWAL) Batu bata ekpose 10 cm AFTER (REKOMENDASI) + Aluminium + Cat Putih TAMPAK SAMPING KIRI Gambar 3.5 Perbandingan Tampak Bangunan Material A dan B BEFORE (RANCANGAN AWAL) Batu bata ekpose 10 cm AFTER (REKOMENDASI) + Aluminium Bata ringan 20 cm + Plester + Cat Putih Gambar 3.6 Perbandingan Tampak Bangunan Material A dan B

4. Kesimpulan Berdasarkan hasil perhitungan OTTV dan beban pendingin dari rancangan bangunan Malang Convention and Exhibition Centre, dapat disimpulkan bahwa kombinasi material struktural bata ringan 20 cm plester dengan material pelapis alumunium berketebalan 1,5 cm, cat putih dan kaca 5 mm adalah kombinasi material yang paling efektif dalam mengurangi konsumsi energi akibat beban pendingin bangunan. Kombinasi material ini memiliki nilai OTTV sebesar 35,78 watt/m 2 dan dapat menghemat pemakaian energi listrik sebesar 16,4 % atau sebesar 2976 KW per tahun. Alternatif kombinasi material kedua yang dapat digunakan sebagai material fasad adalah kombinasi material struktural bata ringan 20 cm plester dengan material pelapis keramik berketebalan 1,5 cm, cat putih dan kaca 5 mm, dengan besar nilai OTTV 36,60 Watt/m 2. Selain itu, alternatif kombinasi material ketiga yang dapat digunakan sebagai material fasad adalah kombinasi material struktural bata ringan 20 cm plester dengan material pelapis kayu berketebalan ketebalan 1,5 cm, cat putih dan kaca 5 mm, dengan besar nilai OTTV 36,68 Watt/m 2. Hasil tersebut didapatkan dengan persyaratan bahwa: 1. Obyek bangunan berada di daerah iklim tropis, 2. Tinggi bangunan maksimum 18 m, 3. Bentuk massa bangunan didominasi bentuk melebar daripada meninggi 4. Luas bidang solid dan transparan berbanding 33 % : 67 %, 5. Bangunan menggunakan sistem penghawaan udara buatan sentral. Daftar Pustaka Green Building Council Indonesia. (2014). Rating Tools and Energy Efficiency in Commercial Green Buildings Concepts. International Energy Agency (IEA). (2013). World Energy Outlook 2013. Karyono, Tri Harso. (1999).Arsitektur Kemapanan Pendidikan Kenyamanan dan Penghematan Energi. Jakarta : PT Catur Libra Optima Outlook Energi Indonesia (2015) Peraturan Pemerintah No. 4 Tahun 2011. Kota Malang. SNI 03-6389-2000. (2000). Konservasi Energi Selubung Bangunan pada Bangunan Gedung. Jakarta : Departmen Pekerjaan Umum. User Guide for Commercial Sector. (2015) Indonesia 2050 Pathway Calculator