Konstruksi TNI dalam Berita Penembakan di Lapas Cebongan Pada Media Cetak Edisi April 2013. NASKAH PUBLIKASI Diajukan untuk memenuhi syarat guna mencapai gelar sarjana S-1 Jurusan Ilmu Komunikasi Disusun oleh : ISNAIN DEWI YUNITA SARI L100090066 PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013
ABSTRAK Isnain Dewi Yunita Sari, L100090066, Konstruksi TNI dalam Berita Penembakan di Lapas Cebongan Pada Media Cetak Edisi April 2013, Naskah Publikasi, Program Studi Ilmu Komunikasi, Konsentrasi PR and Marketing Communication, Fakultas Komunikasi dan Informatika, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2013. Kasus penembakan yang terjadi di Lembaga Pemasyarakatan Cebongan, Sleman, Yogyakarta menjadi bahan pemberitaan di media cetak dan internet. Solopos sebagai koran lokal Solo merupakan salah satu media cetak yang mengangkat dan secara rutin memberitakan perkembangan kasus tersebut. Media massa melakukan proses penyeleksian dalam memilih narasumber dan menyeleksi tema pemberitaan. Kasus penembakan yang terjadi di Lapas Cebongan yang para pelakunya adalah anggota TNI terjadi akibat mendengar kabar bahwa atasan mereka, Serka Heru Santoso telah dibunuh oleh sekelopok preman saat berada di Hugo s Cafe dan pembacokan yang dilakukan kepada Sertu Sriyono. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode analisis framing. Analisis framing yang dipakai adalah model analisis framing dari Robert N Entman. Model tersebut melihat sebuah berita dari dua dimensi yaitu seleksi isu dan penonjolan aspek-aspek tertentu. Kemudian dianalisis dengan menggunakan empat perangkat framing model Robert N Entman. Data diambil dari dokumentasi pemberitaan tentang kasus penembakan yang terjadi di Lapas Cebongan yang dilakukan oleh anggota Kopassus di media cetak Solopos edisi April 2013. Dari hasil penelitian dapat diambil kesimpulan bahwa kasus penembakan itu terjadi karena rasa solidaritas dan jiwa korsa tetapi merupakan pelanggaran hukum. Terdapat tiga temuan peneliti dari media cetak Solopos yaitu arogansi anggota Kopassus sebagai bagian dari kriminalitas, ketidakpercayaan masyarakat terhadap hukum, konflik pribadi. Kata Kunci :jiwa korsa, anggota TNI, framing, Solopos 1
2 Pendahuluan Media massa memiliki beberapa peranan penting terutama dalam hal penyampaian informasi. Media massa termasuk salah satunya media cetak merupakan sumber informasi yang banyak digunakan oleh masyarakat dalam memperoleh informasi, seperti koran, majalah, tabloid, dsb. Media massa tersebut yang nantinya akan memberikan informasi keseluruh penjuru dunia. Melalui kemudahan penyebaran informasi tersebut, orang Solo bisa mengetahui berita yang terjadi di Jakarta begitu juga sebaliknya. Surat kabar sebagai salah satu bentuk media massa yaitu media massa cetak, memiliki beberapa fungsi diantaranya yaitu fungsi primer dan fungsi sekunder. Fungsi primernya yaitu memberikan informasi kepada pembaca secara objektif mengenai segala sesuatu yang terjadi di suatu komunitas, negara dan dunia, memberikan komentar terhadap berita yang disampaikan dan kemudian mengembangkannya dalam fokus berita, memberikan informasi kepada pembaca mengenai barang dan jasa yang dibutuhkan oleh pembaca melalui media iklan. Sedangkan fungsi sekunder surat kabar adalah mengampanyekan proyek yang bersifat kemasyarakatan untuk membantu kondisi-kondisi tertentu, memberikan hiburan kepada pembaca, melayani pembaca sebagai konselor yang ramah, menjadi agen informasi (Suryawati, 2011 : 41 ). Pada akhir bulan Maret 2013, tepatnya pada tanggal 24 Maret, publik dihebohkan dengan
3 pemberitaan mengenai kasus penembakan narapidana oleh sekelompok orang yang tidak dikenal di Lapas Cebongan, Sleman, Yogyakarta. Berbagai media baik cetak ataupun elektronik, menjadikan berita tersebut sebagaiheadline karena peristiwa tersebut menyangkut nama baik lembaga pemasyarakatan itu sendiri yang berfungsi sebagai tempat tinggal bagi narapidana yang menjalankan masa tahanan dan juga keamanannya pun dijaga ketat oleh oknum polisi. Awal mula kejadian tersebut menurut yang diberitakan oleh Solopos adalah karena salah satu tersangka yaitu Serda Ucok merasa tidak terima jika satuannya dilecehkan oleh sekelompok preman dengan adanya pembunuhan yang serta adanya pembacokan yang dilakukan kepada Sertu Sriyono. Merasa kesatuannya telah dilecehkan oleh sekelompok preman, pada akhirnya Serda Ucok mengajak teman-temannya yang juga anggota militer untuk mencari preman tersebut dan akhirnya melakukan penembakan terhadap para pelaku pembunuhan Serka Heru Santoso. Dari wacana yang disajikan oleh Solopos, peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana framing Harian Solopos dalam melakukan konstruksi pada pemberitaan mengenai kasus penembakan yang terjadi di Lapas Cebongan Sleman Yogyakarta? Kemudian juga bagaimana frame yang dilakukan oleh surat kabar Solopos dalam membingkai Citra TNI dalam kasus tersebut. dilakukan kepada Serka Heru Santoso saat berada di Hugo s Cafe
4 Tinjauan Pustaka Komunikasi menurut Harold Laswell adalah dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect? AtauSiapa Mengatakan Apa Dengan Saluran Apa Kepada Siapa Dengan Pengaruh Bagaimana? (Mulyana, 2009 : 69 ). Terdapat lima unsur pokok dalam komunikasi yaitu yang pertama adalah sumber, kedua adalah pesan, ketiga adalah saluran atau media, keempat adalah penerima dan yang kelima adalah efek. (Mulyana, 2009 : 71) Komunikasi massa pada dasarnya adalah komunikasi melalui media massa baik media cetak maupun media elektronik. Media massa sendiri memiliki definisi yaitu, alat-alat dalam komunikasi yang bisa menyebarkan pesan secara serempak, cepat kepada audience yang luas dan heterogen. Media massa tidak memiliki hambatan ruang dan waktu serta mampu menyebarkan pesan hampir seketika diwaktu yang tak terbatas (Nurudin, 2009:9). Surat kabar merupakan salah satu bentuk komunikasi massa tetapi kurang masal dibandingkan dengan radio ataupun televisi yang memiliki pelanggan paling banyak. Hampir setiap orang mendengarkan radio dan menonton televisi, pembaca surat kabar biasanya mereka yang lebih terdidik dan lebih tua. Hanya sekitar 50% dari orang yang berusia antara 21 dan 35 tahun yang membaca surat kabar secara teratur. Surat kabar mempunyai dua fungsi umum; pertama yaitu merupakan sumber informasi tentang apa yang sedang
5 terjadi di dunia dan di daerah setempat.fungsi kedua adalah untuk menghibur, dan untuk fungsi inilah kaum muda dan kaum yang kurang terdidik membaca surat kabar, baik dalam rubrik seni, olahraga atau komik (Devito, 1997 : 510-511 ). Berita pada dasarnya adalah laporan dari peristiwa, bukan peristiwa itu sendiri. News is the timely, concise,accurate report of an event, not the event itself.dalam hal ini peristiwa adalah realitas atau fakta yang diliput oleh wartawan yang pada gilirannya akan dilaporkan secara terbuka melalui media massa. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa berita di media massa padadasarnya tidak lebih dari hasil penyusunan realitas-realitas dalam bentuk cerita (Wonohito, 1997:12). Pers dalam arti sempit yang akan dibahas adalah surat kabar dan majalah. Pers adalah lembaga kemasyarakatan ( social institusion). Pers tidak hidup mandiri karena pers bekerja sama antara subsistem tempat ia berada dengan subsistem lainnya tetapi mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lembaga-lembaga kemasyarakatan lainnya. Pers mempunyai keterkaitan organisasi dengan negara, karena eksistensi pers dipengaruhi dan ditentukan oleh falsafah dan sistem politik negara tempat pers itu hidup (Effendy,2004:146). Pengertian pers di Indonesia sudah tercantum dalam Undangundang No. 11 Tahun 1996 tentang ketentuan-ketentuan pokok Pers dan Undang-Undang No.21 Tahun 1982 tentang perubahan atas Undangundang No.11 Tahun1996. fungsi pers diantaranya adalah fungsi menyiarkan informasi,
6 fungsi mendidik, fungsi hiburan dan fungsi kontrol sosial. Jurnalistik adalah pengelolaan laporan harian yang menarik minat khalayak mulai dari peliputan hingga penyebarannya kepada masyarakat. Peristiwaperistiwa yang ada di dunia, baik yang bersifat faktual ataupun opini seseorang yang bertujuan untuk menarik minat khalayak merupakan bahan dasar bagi jurnalistik dan akan menjadibahan berita yang nantinya akan disebarluaskan kepada masyarakat (Effendy, 2004:151). Framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan untuk menseleksi isu dan menulis berita. Cara pandang atau perspektif itu pada akhirnya menentukan fakta apa yang diambil, bagian mana yang ditonjolkan dan dihilangkan, dan hendak dibawa kemana berita tersebut (Eriyanto.2002:68). Media massa mempengaruhi apa yang dipercaya sebagian besar orang sebagai realitas merupakan hal yang kuno dan ditempelkan dalam teori propaganda dan ideologi. Sebagai contoh konstruksi sosial adalah promosi media mengenai nasionalisme, patriotisme, keseragaman sosial, dan sistem kepercayaan. Realitas yang diberikan diberita adalah konstruksi selektif yang dibuat dari bagian-bagian informasi yang nyata dan pengamatan yang disatukan (McQuail, 2011:110). Masing-masing surat kabar, koran misalnya memiliki konstruksi tersendiri atas pemberitaan tentang partai politik misalnya. Koran tersebut akan memberikan berita yang positif apabila ia memiliki
7 kesamaan orientasi dengan partai yang diberitakan, tetapi koran tersebut akan menuliskan berita yang negatif apabila ia tidak memiliki kepercayaan atau bahkan tidak menyukai partai tersebut. Hal ini terjadi karena masing-masing koran memiliki pandangan masing-masing yang terkait dengan pandangan internal dan eksternal masing-masing surat kabar. Metode penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian Kualitatif dengan menggunakan analisis framing. Melihat pembingkaian berita pada salah satu surat kabar harian di Surakarta yaitu Solopos yang menyoroti kasus penembakan yang terjadi di Lapas Cebongan Sleman Yogyakarta yang pelakunya merupakan anggota TNI dengan melalui pengamatan dan penelitian menggunakan data yang berupa katakata. Penelitian kualitatif tidak menggunakan perhitungan angka serta untuk memahami suatu fenomena dalam konteks sosial. Peneliti menggunakan analisis framing dalam mengkaji dan meneliti permasalahan yang terjadi. Secara sederhana analisis framing dapat digambarkan sebagai analisis untuk mengetahui bagaimana realitas ( peristiwa, aktor, kelompok, atau apa saja ) dibingkai oleh media. Pembingkaian tersebut tentu saja melalui proses konstruksi.disini realitas sosial dimaknai dan dan dikonstruksi dengan makna tertentu.peristiwa dipahami dengan bentukan tertentu.semua hasil dari proses wawancara dan proses pemberitaan bukan hanya merupakan teknik jurnalistik tetapi juga akan menandakan bagaimana sebuah
8 peristiwa akandimaknai dan ditampilkan oleh wartawan sebagai penulis berita (Eriyanto, 2002 : 3). Dalam menganalisis berita Tabel 1. Perangkat Framing Robert N, Entman mengenai kasus penembakan yang terjadi di Lapas Cebongan, Sleman, Yogyakarta yang pelakunya adalah anggota TNI, penulis akan menggunakan perangkat framing dari Robert N Entman. Entman melihat framing dalam dua dimensi besar, yaitu seleksi isu dan penekanan atau penonjolan aspek-aspek tertentu dari realitas atau isu. Terdapat empat proses penelitian yang dilakukan oleh Entman diantaranya adalah Define Problems (Pendefinisian Masalah), Diagnose Causes (memperkirakan penyebab masalah), Make moral Judgement (membuat pilihan moral), Treatment recommendation (menekankan penyelesaian). Define Problems ( Pendefinisian Masalah ) Diagnose causes ( memperkirakan masalah atau sumber masalah ) Make Moral Judgement ( membuat keputusan moral ) Treatment Recommendation ( menekankan penyelesaian ) Bagaimana suatu peristiwa / isu dilihat? Sebagai apa? atau sebagai masalah apa? Peristiwa itu dilihat disebabkan oleh apa? Apa yang dianggap sebagai penyebab dari suatu masalah? Siapa ( aktor ) yang dianggap sebagai penyebab masalah? Nilai moral apa yang disajikan untuk menjelaskan masalah? Nilai moral apa yang dipakai untuk melegitimasi atau mendelegitimasi suatu tindakan? Penyelesaian apa yang ditawarkan untuk mengatasi masalah / isu? Jalan apa yang ditawarkan dan harus ditempuh untuk mengatasi masalah?
9 adalah anggota Kopassus. Terdapat Analisis ini kemudian digunakan untuk meneliti teks berita pada surat kabar Solopos dalam membingkai berita kasus penembakan yang terjadi di Lapas Cebongan, Sleman, Yogyakarta yang tersangkanya adalah anggota Kopassus. Pemberitaan yang digunakan adalah edisi 1 April 2013-13 April 2013 dengan melihat bagaimana framing yang dilakukan oleh kedua surat kabar Solopos dalam membingkai berita tersebut dan bagaimanakah citra TNI yang dimunculkan dalam melihat permasalahan tersebut. Hasil Penelitian Peneliti memperoleh jumlah 12 berita dari Solopos. Berita yang diambil adalah mengenai kasus yang terjadi di Lapas Cebongan, Sleman, beberapa temuan peneliti dalam melakukan penelitian terhadap surat kabar Solopos. Dari penelitian yang dilakukan terhadap Solopos, peneliti menemukan tiga pembingkain berita yang dilakukan terkait kasus tersebut, diantaranya adalah : 1. Arogansi Anggota Kopassus Sebagai Bagian dari Kriminalitas Sebagai oknum militer, perbuatan yang dilakukan oleh 11 anggota Kopassus yang menyerang Lapas Cebongan dan menembak mati keempat tersangka kasus pembunuhan terhadap Serka Heru Santoso adalah tindakan kriminalitas karena menghilangkan nyawa orang lain tanpa prosedur hukum yang berlaku. Yogyakarta yang para pelakunya
10 Adanya pro dan kontra Tabel 2. Frame Solopos tentang Problem Identification Causal Interpretation Arogansi Anggota Kopassus Moral Evaluation Treatment Recommendation Sebagai Bagian dari Kriminalitas Masalah Hukum -Akibat dari dibunuhnya Serka Heru Santoso dan pembacokan terhadap Sertu Sriyono -Kurangnya fungsi pengawasan dalam korps militer -Bersalah -tidak dibenarkan secara hukum dengan alasan apapun -penerapan jiwa korsa yang keliru Diadili secara peradilan militer 2. Ketidak percayaan masyarakat Hukum terhadap mengenai aksi yang dilakukan oleh kesebelas anggota Kopassus tersebut, pengamat hukum mengamati bahwa hal tersebut karena adanya ketidakpercayaan masyarakat terhadap proses hukum dan hukum di Indonesia masih dianggap labil sehingga membuat kepercayaan masyarakat terhadap proses hukum menjadi goyah. Hukum di Indonesia juga dianggap membisu maka dari itu senjata yang berbicara seperti yang dilakukan oleh anggota Kopassus tersebut. Tabel 3. Frame Soloposmengenai Problem Identification Causal Interpretation Ketidakpercayaan Masyarakat pada Hukum Masalah ketidakpercayaa n masyarakat pada hukum -Anggota kopassus dianggap memberantas premanisme -anggota
11 kopassus bersalah hukum secara merupakan atasan dari sang eksekutor penembakan terhadap Moral Evaluation Treatment Recommendatio n -Anggota Kopassus bersikap kesatria dan jujur -Anggota Kopassus dijerat dengan sanksi hukum -Bagi para pelaku dikenai sanksi secara hukum -institut kepolisian harus melakukan perubahan keempat tahanan di Lapas Cebongan, karena merasa pernah ditolong oleh Serka Heru Santoso saat melakukan operasi sehingga muncul rasa tidak terima atas aksi pembunuhan yang dilakukan oleh keempat preman tersebut kepada Serka Heru Santoso sehingga muncul reaksi penembakan tersebut. Tabel 4. Frame Solopos mengenai 3. Konflik Pribadi Sebagai Pemicu Penyerangan Konflik Pribadi Sebagai Pemicu Penyerangan Para prajurit Kopassus merasa tidak terima jika kesatuannya dicoreng oleh para preman yang menjadi tersangka kasus pembunuhan terhadap Serka Heru Santoso dan tindakan tersebut didasari atas jiwa korsa sebagai anggota TNI karena atasannya telah dibunuh. Serka Heru Santoso Problem Identification Causal Interpretation Masalah solidaritas Para prajurit Kopassus merasa tidak terima jika kesatuannya dicoreng oleh para preman yang menjadi tersangka kasus pembunuhan terhadap Serka Heru Santoso dan tindakan tersebut
12 didasari atas jiwa korsa sebagai anggota TNI karena atasannya telah dibunuh. Moral Evaluation Para prajurit Kopassus dianggap sebagai pahlawan karena ikut menumpas premanisme yang selama ini meresahkan masyarakat Jogjakarta. Treatment Meringankan Recommendation hukuman para anggota Kopassus penyerang LP Cebongan dan menganggap kasus tersebut bukan merupakan kasus pelanggaran HAM yang berat. dilakukan oleh anggota Kopassus di Lapas Cebongan dalam surat kabar Solopos yang direpresentasikan dalam teks berita yang ada melalui analisis framing. Penelitian ini memilih surat kabar Solopos pada edisi 1 April 2013 sampai 13 April 2013 sebagai fokus kajian dalam melakukan penelitian. Dengan kemampuan dan penafsiran yang serba terbatas, peneliti telah menemukan kesimpulan tentang bagaimanakah framing dalam surat kabar Solopos dan Kedaulatan Rakyat terkait dengan kasus penyerangan di Lapas Cebongan yang dilakukan oleh 11 anggota Kopassus. Solopos sebagai koran Kesimpulan dan Saran 1. Kesimpulan Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana framing pemberitaan Penyerangan yang Lokal masyarakat Solo yang memberitakan peristiwa yang ada di eks karesidenan Surakarta mengangkat pemberitaan mengenai peristiwa penembakan yang terjadi di
13 Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Cebongan yang para pelaku penyerangan tersebut adalah anggota Kopassus yang masih berdinas di Kandang Menjangan, Kartasura. Solopos yang memiliki visi sebagai penyaji informasi utama, terpercaya dengan pengelolaan usaha yang profesional serta dengan salah satu misinya yaitu membentuk sumber daya manusia yang kompeten dan bermoral, Solopos melakukan pemberitaan secara netral, artinya tidak memihak siapapun dan melihat permasalahan yang dilakukan oleh para anggota Kopassus tersebut memang bersalah secara hukum dengan memuat pemberitaan dari beberapa pendapat orang yang ke lapangan yaitu dengan mewawancarai wartawan yang menulis pemberitaan tersebut, sehingga memperoleh informasi yang jelas dan akurat tidak hanya meneliti teks dalam surat kabar saja. Media massa merupakan penyedia informasi bagi publik, akan tetapi realitas bentukan media juga tidak terlepas dari siapa pemilik media tersebut, berada di daerah mana media tersebut hal ini juga terkait dengan unsur bisnis yang dilakukan oleh media, oleh karena itu media bukanlah hakim yang menentukan siapa yang salah dan siapa yang benar. Media dibuat untuk memberikan informasi yang sebenarnya kepada pembacanya. memang ahli di bidang hukum. Masyarakat merupakan Saran Untuk penelitian selanjutnya diharapkan peneliti terjun langsung penikmat media, sehingga diharapkan dapat lebih cermat dan teliti dalam membaca dan melihat
14 fenomena yang ditampilkan oleh media, karena informasi yang diberikan bukan seratus persen murni dari informasi yang didapat, akan tetapi juga terdapat campur tangan dan pandangan yang dikemukakan oleh penulis. Ada beberapa informasi yang ditonjolkan dan adapula yang dihilangkan, oleh karena itu masyarakat harus lebih cermat dan kritis dalam memperoleh informasi dari surat kabar agar permasalahannya tidak menjadi besar dan menyudutkan oknum tertentu.
15 Daftar Pustaka Devito A, Joseph. 1997. Komunikasi Antar Manusia. Jakarta : Profesional Books Effendy Onong, Uchjana. 2001. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya Eriyanto. 2002. ANALISIS FRAMING Konstruksi, Ideologi dan Politik Media. Yogyakarta : LkiS Yogyakarta McQuail, Dennis. 1989. Teori Komunikasi Massa. Jakarta : Erlangga McQuail, Dennis. 2011. Teori Komunikasi Massa. Jakarta : Salemba Humanika Mulyana, Deddy. 2008. Ilmu Komunikasi. Bandung : PT Remaja Rosdakarya Nurudin, M.Si. 2009. Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada Suryawati, Indah. 2011. Jurnalistik Suatu Pengantar. Bogor : Ghalia Indonesia