Prosiding Psikologi ISSN:

dokumen-dokumen yang mirip
Prosiding Psikologi ISSN:

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TENTANG KEADAAN LINGKUNGAN FISIK SEKOLAH DENGAN MOTIVASI BELAJAR

Prosiding Psikologi ISSN:

HUBUNGAN ANTARA ADVERSTY INTELLIGENCE DENGAN SCHOOL WELL-BEING (Studi pada Siswa SMA Kesatrian 1 Semarang)

Prosiding Psikologi ISSN:

HUBUNGAN KONSEP DIRI DAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA MAHASISWA PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI

Studi Deskriptif Student Engagement pada Siswa Kelas XI IPS di SMA Pasundan 1 Bandung

HUBUNGAN KESIAPAN BELAJAR SISWA DENGAN PRESTASI BELAJAR. Dessy Mulyani 1)

Keywords : Motivation To Learn, Classroom Climate, Perception

Studi Deskriptif Children Well-Being pada Anak yang Bekerja sebagai Buruh Nelayan di Desa Karangsong Indramayu

PERBEDAAN MOTIVASI BELAJAR DITINJAU DARI STATUS EKONOMI KELUARGA PADA MAHASISWA Oleh : Meriam Yuliana Mahasiswi jurusan Psikologi Fakultas Psikologi U

Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.5 No.1 (2016)

FACTUM Volume 6, Nomor 1, April 2017 HUBUNGAN ANTARA KOMPETENSI GURU DENGAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SEJARAH DI SMA NEGERI KOTA BANDUNG

Korelasi Penguasaan Konsep Dan Berpikir Kritis Mahasiswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Simulasi Komputer

HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI AKADEMIK DENGAN SCHOOL WELL-BEING PADA SISWA SMP HANG TUAH 1 JAKARTA

Jurnal Sosialisasi Pendidikan Sosiologi-FIS UNM

LEMBAR JUDUL LEMBAR PENGESAHAN ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR

BAB III METODE PENELITIAN

DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI KELAS XI IPS DI SMA N 11 KOTA JAMBI. Benar Sembiring 1 Diliza Afrila 2

HUBUNGAN MOTIVASI MENJADI PERAWAT DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA DI PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI MALANG ABSTRAK

HUBUNGAN MANAJEMEN PESERTA DIDIK DENGANKELANCARAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP MINAT BELAJAR PADA MAHASISWA TINGKAT II DI AKADEMI KEPERAWATAN PANTI KOSALA SURAKARTA. Abstract

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA KELAS II SMK KESEHATAN BHAKTI KENCANA TASIKMALAYA

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi STKIP PGRI Sumatera Barat 2 Dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi STKIP PGRI Sumatera Barat

Hubungan Iklim Kelas dengan Motivasi Belajar Siswa Kelas XI IS-4 SMA Negeri 1 Singaparna Tasikmalaya

HUBUNGAN ANTARA MINAT BACA DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF DI SMK

JURNAL PENDIDIKAN KHUSUS HUBUNGAN PERCAYA DIRI DENGAN HASIL BELAJAR SISWA TUNARUNGU KELAS V

Oleh Resti Damayanti. Rudi Susilana

Studi Deskriptif Children Well-Being pada Anak Kelas VI Sekolah Dasar Full-Day Darul Ilmi Bandung

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI DAN KINERJA GURU DI SMA X

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PENYESUAIAN DIRI PESERTA DIDIK DI SMA N 16 PADANG JURNAL

Prosiding Manajemen Komunikasi ISSN:

Journal of Health (JoH) Vol.2 No.2 Juli 2015

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP KETERAMPILAN DOSEN DALAM MENGELOLA KELAS DENGAN HASIL BELAJAR MAHASISWA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

HUBUNGAN CARA BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR MATA DIKLAT STATIKA SISWA KELAS X TEKNIK GAMBAR BANGUNAN SMK NEGERI 1 PARIAMAN

HUBUNGAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN MINAT BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 PAJANGAN BANTUL TAHUN AJARAN 2015/2016

NASKAH PUBLIKASI. Di Susun Oleh : Dewi Kusumawardani Nim:

ABSTRACT. 'perceptions of teaching students skills PPL Department of PIPS with seventh grade students'

RATIH DEWI PUSPITASARI K

PENGARUH PEMANFAATAN SUMBER BELAJAR DAN PERSEPSI SISWA TENTANG METODE MENGAJAR GURU TERHADAP MOTIVASI BELAJAR AKUNTANSI

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK DI KELAS VIII SMP NEGERI 23 PADANG Oleh:

EFFECT OF ACCOUNTING PROGRAM DEVELOPMENT BANK STATEMENT OF FINANCIAL ACCOUNTING STANDARDS BASED ON THE FINANCIAL DISTRICT IN BMT TEGAL

STUDI KORELASI ANTARA MOTIVASI BELAJAR, MEDIA PEMBELAJARAN, KEMAMPUAN AWAL, DENGAN HASIL BELAJAR. Oleh :

HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR DAN HASIL BELAJAR SISWA JURNAL. Oleh REMILDA TRINORA RISWANDI ERNI MUSTAKIM

HUBUNGAN CARA BELAJAR SISWA DENGAN HASIL BELAJAR MATA DIKLAT STATIKA SISWA KELAS X KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK GAMBAR BANGUNAN DI SMKN 5 PADANG

HUBUNGAN MOTIVASI BERPRESTASI, CARA GURU MENGAJAR DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEDISIPLINAN BELAJAR SISWA SMP TESIS

GAMBARAN STUDENT ENGAGEMENT SISWA SMA SULTAN ISKANDAR MUDA MEDAN SKRIPSI. Resi Pratiwi Ritonga

ARTIKEL PENELITIAN PNBP FT UNM

HUBUNGAN SARANA PRASARANA DAN MINAT PRAKTIK DENGAN HASIL UJI KOMPETENSI KEAHLIAN SISWA JURUSAN TITL SMK NEGERI 5 SURABAYA

NOVITA SRI ARUM SARI K

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA DENGAN MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013

HUBUNGAN SIKAP DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VIII (JURNAL) Oleh WAHYU BIMANTARA F

Economic Education Analysis Journal

Journal of Economic Education

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN BAHAN AJAR DAN MOTIVASI MENGAJAR DENGAN KINERJA MENGAJAR GURU IPS SMP NEGERI DI KABUPATEN SEMARANG

Prosiding Psikologi ISSN:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Perbedaan Peran Keluarga Utuh Dan Keluarga Tidak Utuh Terhadap Kegiatan Belajar Siswa

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI PERHATIAN ORANG TUA DAN KEDISIPLINAN BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS X IPS SMA NEGERI 2 MAGELANG

RENA A JURNAL. Mahasiswa Program Studi Pendidikan Geografi P.IPS. FKIP UNTAD Penerbit : E Journal Geo-Tadulako UNTAD

KATA PENGANTAR..iii. DAFTAR ISI vii. DAFTAR TABEL DAN BAGAN...xii. DAFTAR LAMPIRAN xiii Latar Belakang Masalah Identifikasi Masalah 10

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENDAPATAN ORANG TUA TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS X DI SMA NEGERI 6 BINTAN KABUPATEN BINTAN

Kata Kunci: Efektivitas Komunikasi Antarpribadi, Motivasi Belajar, Konseling, SMA Sutomo I Medan

HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PEMANFAATAN FASILITAS BELAJAR DI SEKOLAH PADA SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI I NATAR

ABSTRACT. Keywords: Group Counseling Services, Learning Mathematics Motivation

HUBUNGAN MINAT MELANJUTKAN PENDIDIKAN KE PERGURUAN TINGGI DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA

Hubungan antara Kohesivitas Kelompok dengan Kepuasan Anggota Kelompok The Relation Between Group Cohesiveness and The Member Satisfactions

HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN PRESTASI AKADEMIK MAHASISWA PENDIDIKAN DOKTER UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

HUBUNGAN ANTARA QUALITY OF SCHOOL LIFE DENGAN EMOTIONAL WELL BEING PADA SISWA MADRASAH SEMARANG

PENYESUAIAN SOSIAL DAN SCHOOL WELL-BEING: Studi pada Siswa Pondok Pesantren yang Bersekolah di MBI Amanatul Ummah Pacet Mojokerto

*Hp: /

Hubungan antara Minat Belajar dan Hasil Belajar Matematika Siswa SMA Kristen Eben Haezer Ibu dengan Menggunakan Analisis Regresi

SIKAP MAHASISWA TERHADAP MATA KULIAH FISIKA DASAR PADA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI

ABSTRACT RELATED LEARNING MOTIVATION AND LEARNING FACILITY WITH STUDENT ACHIEVEMENT IPS

: FETI UTAMININGSIH NIMK

HUBUNGAN ANTARA PENYESUAIAN DIRI DENGAN MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA KELAS X DI SMA NEGERI 8 PURWOREJO

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

PENERAPAN STRATEGI REACT DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA KELAS X SMAN 1 BATANG ANAI

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VII SEMESTER GANJIL SMP PGRI 3 BANDAR LAMPUNG

BAB I PENDAHULUAN. seberapa besar perkembangan pendidikannya (Sanjaya, 2005). Menurut UU RI No

Unnes Journal of Biology Education

Program Studi Diploma IV Bidan Pendidik Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah Yogyakarta

ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DAN PRESTASI AKADEMIK PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS DI DENPASAR

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. dilaporkan dalam tabel 4.1 ; 4.2 ; 4.3 berikut ini : Tabel 4.1 Disribusi responden menurut kelompok umur

ECONOMICA. Journal of Economic and Economic Education Vol.5 No.2 ( )

ABSTRAK. Oleh. Tunggono

HUBUNGAN ANTARA MINAT DAN PERSEPSI LULUSAN SMU TERHADAP PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR (PGSD) Nurhaedah 1, Anas Arfandi 2 1

PENGARUH LINGKUNGAN KELUARGA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI DI SMA NEGERI 1 MARAWOLA

HUBUNGAN ANTARA LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP N 4 SEWON BANTUL TAHUN AJARAN 2016 / 2017

JOHME: Journal of Holistic Mathematics Education DOI: Vol 1 No 1 Dec 2017 pages: E-ISSN:

PENGARUH MOTIVASI DAN LINGKUNGAN SEKOLAH TERHADAP PRESTADI BELAJAR PADA SISWA KELAS TINGGI SDN 2 GEMBONG PATI TAHUN 2015/2016

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN PENYESUAIAN DIRI SISWA KELAS VII SMP N 1 SLEMAN YOGYAKARTA TAHUN PELAJARAN 2015 / 2016 SKRIPSI

HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR IPS SISWA JURNAL. Oleh RIZKI RAMADHANI ERNI MUSTAKIM CUT ROHANI

PENGARUH PERSEPSI IKLIM SEKOLAH TERHADAP STUDENT ENGAGEMENT PADA SISWA SMA SULTAN ISKANDAR MUDA MEDAN SKRIPSI MUHAMMAD ANGGY FAJAR PURBA

HUBUNGAN PEMBERIAN INSENTIF DAN MOTIVASI KERJA DENGAN AKTIVITAS PEMBELAJARAN GURU

PERSEPSI SISWA TERHADAP PEMBELAJARAN GURU PENDIDIKAN JASMANI DI SMA MUHAMMADIYAH KEDIRI

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL ORANGTUA DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA SMP CAHAYA HARAPAN BEKASI

Transkripsi:

Prosiding Psikologi ISSN: 2460-6448 Hubungan School Well-being dengan Motivasi Belajar pada Siswa Kelas XI MA X The Correlation Between School Well-being and Learning Motivation in Grade XI of MA X 1 Salma Amanillah, 2 Dewi Rosiana 1,2 Prodi Psikologi, Fakultas Psikologi, Universitas Islam Bandung,Jl. Tamansari No. 1 Bandung 40116 email: 1 salmaamanillah@gmail.com, 2 dewirosiana@yahoo.com Abstract. The condition of Learning environment and the effort of teacher in teaching their student is one that affects the learning motivation, (Suciati & Prasetya, 2001). MA X has a good learning environment, shown with excellent accreditation, but thus accreditation is different with the survey result from 30 pupils of XI grade which is indicates that the school could not provide their basic needs. That problem also indicate the lower of school well-being that also affect to the lowest lerning motivation. Konu & Rimpela, 2002 on their Journal stated that school well-being is the environment that needed by the student to develop and existence through having, loving, being, and health. Wlodkowski (1990) also stated that learning motivation is an individual internal process that provide a passion or spirit in learning, also contain the attempt the learning objective. These research is population research with a subject 56 students from grade XI who aim to observe the closer relationship between school well-being and learning motivation. The. The result shown that correlation number at 0,614. Its indicate the positive relation between school well-being and learning motivation. Keywords : School Well-Being, Learning Motivation, Accreditation Abstrak. Menurut Suciati & Prasetya (2001), kondisi lingkungan belajar dan upaya pengajar dalam mengajar peserta didik merupakan salah satu yang mempengaruhi motivasi belajar. MA X merupakan MA yang memiliki lingkungan belajar yang baik; ditunjukkan dengan akreditasi sangat baik (A). Hanya saja, akreditasi tersebut tidak sejalan dengan hasil survey pada 30 siswa kelas XI yang menunjukkan bahwa kebutuhan dasar siswa tidak terpenuhi oleh sekolah yang menunjukkan rendahnya school well-being dan kemudian berdampak pada rendahnya motivasi belajar. Menurut Konu & Rimpela (2002), school wellbeing merupakan keadaan sekolah yang diperlukan siswa untuk perkembangan dan eksistensinya melalui Having, Loving, Being, dan Health. Sedangkan menurut Wlodkowski (1990) motivasi belajar adalah proses internal yang ada dalam diri seseorang yang memberikan gairah atau semangat dalam belajar, mengandung usaha untuk mencapai tujuan belajar. Penelitian ini merupakan penelitian populasi pada siswa kelas XI dengan responden sebanyak 56 orang yang bertujuan untuk melihat seberapa erat korelasi antara school well-being dengan motivasi belajar. Hasil korelasi menunjukkan koefisien korelasi sebesar 0,614 yang menunjukkan ada hubungan positif yang erat antara school well-being dengan motivasi belajar. Kata Kunci : School Well-being, Motivasi Belajar, Akreditasi A. Pendahuluan MA X merupakan MA dengan nilai akhir akreditasi yang paling baik yaitu A, dengan nilai akhir 95 dari skala 100 yang menunjukkan bahwa berdasarkan penilaian delapan Standar Nasional Pendidikan, mutu dan kualitas MA X sangat baik dan sekolah dapat memenuhi kebutuhan siswanya. Pada standar isi, MA X mendapatkan nilai 97, standar proses 89, standar kompetensi kelulusan 95, standar pendidik dan tenaga kependidikan 94, standar saran dan prasarana 95, standar pengelolaan 99, standar pembiayaan 97, dan standar penilaian pendidikan 96. Keseluruhan nilai tersebut mengantarkan MA X untuk mendapat akreditasi A. Pada umumnya, lingkungan sekolah yang secara objektif dinilai sangat baik, maka akan menumbuhkan penilaian yang baik juga dari para siswa. Namun, hasil wawancara pada 30 siswa/i kelas XI MA X menunjukkan hal berbeda. Menurut siswa, kebutuhan dasar mereka tidak terpenuhi oleh sekolah yang mengindikasikan 542

Hubungan School Well-being dengan Motivasi Belajar pada Siswa Kelas XI MA X 543 rendahnya School well-being dan kemudian berdampak pada rendahnya motivasi belajar. School Well-being siswa sangat berhubungan erat dengan motivasi belajar siswa. Hal ini sejalan dengan pernyataan Wlodkowski (1990) yang mengatakan bahwa sekolah merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi belajar siswa. Selain itu, Suciati dan Prasetya (2001) juga mengatakan bahwa kondisi lingkungan belajar dan upaya pengajar dalam mengajar peserta didik merupakan salah satu yang mempengaruhi motivasi belajar. Hal ini dikarenakan lingkungan belajar yang dalam penelitian ini adalah lingkungan sekolah, secara keseluruhan dapat membuat siswa merasa sejahtera dapat meningkatkan semangat siswa untuk belajar. Artikel ini bermaksud memaparkan tentang sebarapa erat korelasi school wellbeing dengan motivasi belajar pada siswa kelas XI MA X. Kesejahteraan yang dirasakan siswa akan kondisi sekolahnya secara menyeluruh akan memicu ketertarikan siswa dalam belajar dan meningkatkan semangat belajar siswa sehingga siswa lebih bisa bertanggung jawab dalam pengerjaan tugas, lebih tekun dan menghabiskan waktunya untuk memahami pelajaran sehingga mampu mencapai tujuan belajar. Sebaliknya, tidak terpenuhinya kebutuhan siswa di sekolah, membuat siswa tidak merasa well-being di sekolah yang kemudian mengurangi ketertarikan siswa dalam belajar dan menurunkan semangat belajar siswa sehingga kurang bisa bertanggung jawab dalam pengerjaan tugas, kurang tekun dan menghabiskan sedikit waktunya untuk memahami pelajaran sehingga tidak mampu mencapai tujuan belajar. Penelitian ini merupakan penelitian populasi dengan subjek penelitian berjumlah 56 siswa. Pengumpulan data menggunakan instrumen kuisioner atau disebut juga angket, berisi sejumlah pertanyaan atau persoalan tertulis dalam kalimat yang meminta jawaban terbuka atau tertutup (Noor, 2009). Analisis data yang dilakukan bersifat kuantitatif atau statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan sebelumnya. B. Landasan Teori Konu dan Rimpelä (2002) mendefinisikan School Well-being sebagai sebuah keadaan sekolah yang diperlukan siswa untuk perkembangan dan eksistensinya melalui 4 kata : Having, Loving, Being, dan Health. Konu dan Rimpelä membagi school well-being ke dalam empat kategori, yaitu : kondisi sekolah (having), hubungan sosial (loving), pemenuhan diri (being), dan status kesehatan (health). Keempat aspek tersebut adalah sebagai berikut : 1. Kondisi Sekolah (having) Kondisi sekolah mencakup lingkungan sekitar sekolah dan lingkungan didalam sekolah, lingkungan belajar, dan pelayanan siswa. 2. Hubungan Sosial (Loving) Loving (hubungan sosial) merujuk kepada lingkungan pembelajaran sosial, hubungan antara guru dan murid, hubungan dengan teman sekelas, dinamika kelompok, bullying, kerjasama antara sekolah dan rumah, pengambilan keputusan di sekolah, dan keselurahan atmosfir sekolah. 3. Pemenuhan Diri (Being) Being dilihat sebagai cara sekolah memberikan kesempatan siswa untuk mendapatkan pemenuhan diri. 4. Status Kesehatan (Health) Health (status kesehatan) dilihat dalam bentuk yang sederhana, yakni tidak adanya sumber penyakit dan siswa yang sakit. Sementara Motivasi belajar menurut Wlodkowski (1990) adalah proses internal yang ada dalam diri seseorang yang memberikan gairah atau semangat dalam belajar, Psikologi, Gelombang 2, Tahun Akademik 2016-2017

544 Salma Amanillah, et al. mengandung usaha untuk mencapai tujuan belajar, dimana terdapat pemahaman dan pengembangan belajar. Sejalan dengan definisi tersebut terdapat enam aspek dalam motivasi belajar dari Worell dan Stiwell (1980) yaitu sebagai berikut: 1. Tanggung Jawab Siswa memiliki motivasi belajar yang tinggi merasa bertanggung jawab terhadap tugas yang dikerjakannya dan tidak meninggalkan tugas tersebut. Sedangkan siswa yang motivasi belajarnya rendah, kurang bertanggung jawab terhadap tugas yang ia kerjakan, dan sering menyalahkan hal-hal diluar dirinya. 2. Tekun Siswa dengan motivasi belajar yang tinggi dapat bekerja terus-menerus dengan waktu yang relatif lama, tidak mudah menyerah dan memiliki tingkat konsentrasi yang baik. Sedangkan siswa dengan motivasi belajar rendah memiliki konsentrasi yang rendah sehingga mudah terpengaruh oleh lingkungan sekitarnya dan mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas tepat waktu. 3. Usaha Siswa dengan motivasi belajar yang tinggi, memiliki sejumlah usaha, kerja keras, dan waktu untuk kegiatan belajar, seperti pergi ke perpustakaan. Sedangkan siswa dengan motivasi belajar rendah akan lebih banyak menghabiskan waktunya untuk bermain. 4. Umpan Balik Siswa dengan motivasi belajar yang tinggi, menyukai umpan balik atas pekerjaan yang dilakukannya. Sedangkan siswa dengan motivasi belajar yang rendah tidak menyukai umpan balik karena akan memperlihatkan kesalahannya. Adanya umpan balik berupa penilaian dan kritikan terhadap pekerjaan yang dilakukan siswa ini berhubungan dengan usaha siswa untuk mencapai hasil belajar yang lebih baik. 5. Waktu Siswa dengan motivasi belajar yang tinggi, akan berusaha menyelesaikan setiap tugas dalam waktu yang cepat dan seefisien mungkin. Sedangkan siswa dengan motivasi belajar yang rendah kurang tertantang untuk menyelesaikan tugas secepat mungkin, cenderung lama dan tidak efisien. 6. Tujuan Siswa yang memiliki motivasi belajar yang tinggi mampu menetapkan tujuan yang realistik sesuai dengan kemampuan yang dimiliki dan juga mampu berkonsentrasi terhadap setiap langkah yang dituju, sedangkan siswa dengan motivasi belajar yang rendah akan melakukan sebaliknya. Selanjutnya Menurut Suciati dan Prasetya (2001), terdapat beberapa unsur yang mempengaruhi motivasi belajar diantaranya: cita-cita dan aspirasi, kondisi peserta didik, kondisi lingkungan belajar, unsur-unsur dinamis dalam pembelajaran, dan upaya pengajar dalam membelajarkan peserta didik. C. Hasil Penelitian dan Pembahasan Hubungan School Well-being dengan Motivasi Belajar Berikut adalah hasil korelasi antara School Well-being dengan Motivasi Belajar yang dihitung menggunakan teknis analisis korelasi Rank Spearman. Hasil perhitungan korelasi Rank Spearman adalah sebagai berikut : Volume 3, No.2, Tahun 2017

Hubungan School Well-being dengan Motivasi Belajar pada Siswa Kelas XI MA X 545 Tabel 1. Hasil Korelasi School Well-being dengan Motivasi Belajar Spearman's rho School Wellbeing Motivasi Belajar School Well-being Motivasi Belajar Correlation Coefficient 1.000.614 ** Sig. (1-tailed)..000 N 56 56 Correlation Coefficient.614 ** 1.000 Sig. (1-tailed).000. N 56 56 Tabel 1 menunjukkan bahwa terdapat korelasi positif yang tinggi antara school well-being dengan motivasi belajar. Korelasi positif menunjukkan bahwa semakin tinggi school well-being siswa, maka semakin tinggi juga motivasi belajar siswa, begitupun sebaliknya, semakin rendah school well-being siswa maka akan semakin rendah juga motivasi belajar siswa. Hal tersebut menunjukkan adanya korelasi kausal antara school well-being dengan motivasi belajar dimana school well-being merupakan variabel yang dapat mempengaruhi tinggi rendahnya motivasi belajar. Adanya korelasi positif antara school well-being dengan motivasi belajar pada penelitian ini sejalan dengan pendapat Konu dan Rimpelä (2006) dalam Khatimah (2015) yang mengatakan bahwa siswa yang sehat, merasa bahagia, dan sejahtera, dalam mengikuti pelajaran di kelas dapat belajar secara efektif dan memberi kontribusi positif pada sekolah. Berdasarkan hal tersebut, siswa akan belajar secara efektif jika merasakan school well-being dan selama proses kegiatan belajar yang efektif, baik akademik maupun non akademik, berlangsung, motivasi belajar siswa terlibat didalamnya. Selain itu, menurut Suciati dan Prasetya (2001) kondisi rohani yang sehat akan mendukung pemusatan perhatian dan gairah dalam belajar. Kondisi rohani yang sehat ialah kesejahteraan yang dirasakan oleh siswa akan menimbulkan gairah atau motivasi siswa dalam belajar. Hubungan Aspek School Well-being dengan Motivasi Belajar Berikut adalah hasil koefisien korelasi antara aspek School Well-being dengan Motivasi Belajar yang dihitung menggunakan teknis analisis korelasi Rank Spearman. Hasil perhitungan korelasi Rank Spearman adalah sebagai berikut : Tabel 2. Hasil Korelasi Aspek School Well-being dengan Motivasi Belajar Korelasi Koefisien Korelasi Kesimpulan School Well-being 0.614 Aspek Having 0.530 Aspek Loving 0.433 Terdapat hubungan positif antara School Well-being dengan Motivasi Belajar Having dengan Motivasi Belajar Loving dengan Motivasi Belajar Psikologi, Gelombang 2, Tahun Akademik 2016-2017

546 Salma Amanillah, et al. Aspek Being 0.566 Aspek Health 0.550 Beiing dengan Motivasi Belajar Health dengan Motivasi Belajar Berdasarkan tabel 2 didapat bahwa aspek being merupakan aspek yang paling memiliki korelasi tinggi dengan motivasi belajar dengan koefisien korelasi 0.566. Hal tersebut menunjukkan bahwa siswa kelas XI merasa bahwa mereka memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi bagian dari masyarakat sekolah, siswa juga merasa dapat melakukan pengambilan keputusan terkait dengan keberadaannya di sekolah, serta sekolah memberikan kesempatan untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan berdasarkan minat siswa. Terakhir, siswa diberi berkesempatan oleh guru dalam menyesuaikan diri dengan pelajaran dan kemampuan pada bidang yang mereka minati. Semua hal termasuk menunjukkan bahwa siswa sudah merasa sekolah sudah memberikan kesempatan untuk pemenuhan diri sehingga menimbulkan semangat untuk belajar atau berlatih ekstrakuliker dan lifeskill. Berbeda dengan hasil korelasi being dan motivasi belajar yang menunjukkan adanya korelasi positif, hasil perhitungan motivasi belajar siswa menunjukkan bahwa seluruh siswa kelas XI memiliki aspek waktu yang rendah. Seharusnya, apabila siswa merasa gurunya sudah berhasil membuat siswa semangat untuk belajar atau berlatih ekstrakuliker dan lifeskill, mereka juga akan semangat untuk mengerjakan tugas yang diberikan guru, namun pada kenyataannya, saat mengerjakan tugas mereka tidak tertantang untuk menyelesaikan tugas yang diberikan guru, bahkan cenderung lambat dan tidak efisien saat menyelesaikan tugas tersebut. Hal itu menunjukkan bahwa, ada faktor lain yang membuat siswa memiliki aspek waktu yang rendah. Berdasarkan hasil wawancara pada siswa, mereka mengatakan bahwa padatnya aktivitas di sekolah membuat mereka lelah dan tidak semangat untuk mengerjakan tugas rumah (PR) karena sesampainya di rumah, mereka memilih untuk beristirahat daripada mengerjakan tugas rumah (PR) yang cukup banyak, sehingga mereka sering menunda pengerjaan PR yang di berikan guru D. Simpulan Simpulan sebagai berikut : 1. Terdapat korelasi positif yang kuat antara school well-being dengan motivasi belajar. Koefisien korelasi yang didapat ialah 0.614 yang artinya semakin rendah school well-being siswa maka akan semakin rendah pula motivasi belajar yang dimiliki siswa. 2. Aspek being pada school well-being merupakan aspek yang memiliki korelasi positif paling erat dengan motivasi belajar dengan koefisien korelasi sebesar 0.566 yang artinya semakin rendah school well-being pada aspek being yang dimiliki oleh siswa maka akan semakin rendah pula motivasi belajar yang dimiliki siswa. 3. Menurut siswa, guru sudah berhasil membuat siswa semangat untuk belajar atau berlatih ekstrakuliker dan lifeskill di sekolah. Meskipun begitu, mereka sering menunda pengerjaan tugas rumah (PR) dan tidak semangat dalam mengerjakan PR. Hal tersebut dikarenakan padatnya aktivitas di sekolah membuat siswa lelah dan tidak semangat dalam mengerjakan tugas rumah (PR). Volume 3, No.2, Tahun 2017

Hubungan School Well-being dengan Motivasi Belajar pada Siswa Kelas XI MA X 547 E. Saran Penulis memberikan saran bagi beberapa pihak, sebagai berikut : 1. Pihak Sekolah Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa aspek being pada school well-being memiliki korelasi paling erat dengan motivasi belajar, sehingga untuk meningkatkan motivasi belajar siswa, pihak sekolah disarankan dapat memperbanyak koleksi buku di perpustakaan, mengoptimalkan kegiatan lifesklill dan ekstrakulikuler, dan juga memberikan tambahan waktu bagi siswa untuk memahami pelajaran di kelas. Sebagian besar siswa kelas XI memiliki kondisi kesehatan yang kurang baik sehingga mempengaruhi motivasi belajarnya. Sebaiknya pihak sekolah lebih memperhatikan lagi kesehatan siswa beserta penyebab yang membuat kesehatan siswa kurang baik. Selain itu, sekolah perlu mengoptimalkan lagi kegiatan yang dapat meningkatkan pemenuhan diri siswa seperti kegiatan ekstrakulikuler, lifeskill, dan organisasi. 2. Siswa Diharapkan seluruh siswa kelas XI dapat meningkatkan lagi waktu yang digunakan untuk belajar atau berlatih ekstrakulikuler dan lifeskill. 3. Peneliti Selanjutnya Diharapkan penelitian ini dapat dikembangkan dengan subjek yang terdiri dari beragam kelas dan dilakukan di tempat lain. Daftar Pustaka Ahmad, Nantiasa Jati.(2010). Penggunaan School Well-being pada Sekolah Menengah Atas (SMA) Bertaraf Internasional Sebagai Barometer Evaluasi Sekolah. Jurnal. Vol 1. Tempo-Institute Hidayatishafia, Difa.(2017).Hubungan School Well being & Student Engagement pada Santri di SMP IT Al-Ghifai, Sukabumi.SKRIPSI.Psikologi.Universitas Islam Bandung. Konu, Anne & Rimpelä. (2002a). Well-being in School : A Conceptual Model. Journal. Vol 17. No 1.Univesity of Tampere Konu, A.I, dkk.(2002b).factor Structure of the School Well-being Model.Health Education Research,Vol 17 no. 6 Pages 732-742 Noor, Hasanuddin.(2009).Psikometri Aplikasi dalam Penyusunan Instrumen Pengukuran Perilaku.Jauhar Mandiri Sitinjak, Charli.2015.Efikasi Diri, Kesejahteraan Psikologis, Kecerdasan Emosi, dan Sikap Siswa : Implikasi Terhadap Kualitas Pendidikan.Psychology Forum UMM Suciati dan Prasetya Irawan.2001.Teori Belajar dan Motivasi.Jakarta.PAU-PPAI Universitas Terbuka Sugiono. (2010). Metode Penelitian Administrasi.Alfabeta.Bandung Sugiono.(2014).Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods).Alfabeta.Bandung Wlodkowski, Raymod J & Jaynes, Judith H.1990.Eager to Learn :Helping Children Become Motivated and Love Learning.San Fransisco.Jossey-Bass Publishers Worrel, Judith & Stilwell, William E.(1980).Psychology for Teacher and Students.University of Kentucky Psikologi, Gelombang 2, Tahun Akademik 2016-2017