Sambutan dan Dialog Presiden RI - Peresmian Pasar Rakyat Doyo Baru, Jayapura, 30 April 2016 Sabtu, 30 April 2016 SAMBUTAN DAN DIALOG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERESMIAN PASAR RAKYAT DOYO BARU JAYAPURA, PAPUA 30 APRIL 2106 Assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh, Selamat siang, Salam sejahtera bagi kita semuanya, Syalom, Saya senang sekali melihat pasar ini, pasar baru. Dan sebetulnya pengennya saya masuk ke pasar, itu yang dagang udah jualan gitu. Ini yang dagang kok belum jualan? Oleh sebab itu, Pak Gubernur, Pak Bupati, Pak Wakil Bupati juga, saya minta pasar ini segera digunakan, dibagi kepada pedagang. Dan aktivitas perdagangan di sini bisa bergerak dalam keseharian kehidupan sehari-hari masyarakat di Sentani, di Kabupaten Jayapura.
Dan ini ada pedagang ga, yang berjualan di sini? Mana pedagangnya? Mana? Mana pedagang? Yang ibu-ibu, mama ada ga? Mana? Mana? Pasarnya gede, kok pedagangnya sedikit gitu? Coba ke sini 3 orang. Pedagang loh ya, pedagang, pedagang. Jangan banyak-banyak. Sudah, sini. Itu 2 orang lagi sudah cukup. Cukup 4 orang aja sini. Cukup. Udah. Ini, coba kenalkan nama dulu. Sudah berdagang di sini berapa tahun? Di Pasar Doyo. Syalom. Syalom. Selamat siang, semua.
Saya ini sebenarnya berdagang dari dulu. Tetapi, kalo di pasar ini, baru saja. Baru saja. Berapa hari? Baru kemarin. Baru kemarin. Iya ambil tempat di sini karena pasarnya baru. Kita baru pindah ke sini. Yang pedagang lama?
Kayaknya pedagang lama belum ada. Ini baru semua. Oh ini baru semua? Iya. Baru buka, jadi. Terus, nanti yang isi siapa kalo gitu karena baru? Mungkin kita minta dari Bapak. Bapak yang kasih modal untuk kita buat usaha di sini. Kasih modal gimana? Kasih modal jualan, Pak.
Dari tadi kita tunggu Bapak datang. Masih subuh jam empat kita sudah bangun, tunggu-tunggu Bapak. Pak Bupati, di sini berapa pedagang yang mau masuk kira-kira? Semuanya? Losnya 144. Nanti dibagi langsung 144 itu? Terus? Pedagang di sekitar sini ditarik ke sini? Terus, dimasukkan? Gratis lo, enggak bayar lo. Iya gratis semuanya kan? Gratis. Sudah gratis, masih minta modal. Ini modal berapa sih? Kalau gini-gini, berapa? Satunya berapa? Terserah Bapak Presiden saja. Kalau mau kasih, kita terima. Yang namanya minta itu harusnya sudah punya hitung-hitungan.
Nanti kalau mintanya banyak? Ya saya kan juga tahu hitung-hitungannya. Masak saya tidak punya hitung-hitungan? Saya kan juga punya hitung-hitungan. Berapa sih? Untuk modal-modal gini, berapa? Ini ada Pak Gubernur gitu lo. Berapa? Untuk jualan gini, berapa untuk modal? Modal dagangnya berapa? Biasa lima juta. Lima juta. Jualan apa lima juta? Jual beli itu, Pak.
Banyak sekali lima juta. Kan diolah. Coba ganti, ganti. Ganti coba. Berapa? Saya mau tanya. Coba berapa? Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, Waalaikumsalam. Kita mau jual apa? Mau jualnya apa? Kalau kita, mau jual kopi susu, macam nasi kuning begitu, Pak, Indomie.
Berapa itu modalnya? Kalau nasi kuning, kopi susu, itu berapa? Modalnya berapa? Kita tidak tahu. Kok tidak tahu? Gimana sih? Ini dagang semua tidak sih? Kita paling tidak, kalo dengan meja-meja semua, sekitar sepuluh jutaan. Meja, kopi, susunya dengan alat-alat semuanya. Iya itu mau jualan apa? Selamat siang. Nama saya Dory Moris.
Bu Dory, berapa itu? Mau jualan apa? Kita biasa hasil bumi. Apa itu hasil bumi? Seperti keladi, betata, daun singkong, singkong. Biasa bawa kelapa. Kalau begitu, modal berapa itu? Satu hari, kalau sedikit, kita jual murah, dapat 300 saja. 300 ribu.
Tapi, kalau bisa, kita minta lima juta. Satu hari 300. Minta lima juta kalau boleh. Maksudnya minta apa tuh? Maksudnya kita pedagang itu, kalau kebun, tidak ada. Kita tidak bisa jual apa-apa toh. Jadi, Bapak bantu kita untuk jual, bantu cari modal. Kalau yang ini, coba mau jualan apa? Selamat siang, Bapak. Selamat siang. Kita orang gunung. Jadi, jualan kelepa, singkong, daun pepaya, sayur labu.
Intinya, saya minta tolong Bapak. Kasih modal kepada saya. Berapa itu hitungannya kalau untuk jualan kayak gitu? Jualan itu kadang laku, kadang tidak laku. Bawa kembali lagi. Sudah kena banting, bawa kembali. Sudah layu-layu, bawa. Orang mau beli bilang, â œini sudah layu.â Kita bawa kembali lagi. Iya berapa? Sehari laku berapa? Kalau pas laku, berapa rupiah duitnya? Laku itu 50 ribu. Yang layu tidak laku, dibawa kembali ke rumah. Kalau laku, 50 ribu. Kalau tidak laku, dibawa ke rumah. Tapi jadi layu. Terus, besok tidak bisa dijual lagi. Ya sudah. Terima kasih. Silakan kembali.
Tadi ketua pedagangnya ada tidak? Jumlahnya berapa, Pak Wakil? 144. Terus, yang ketua pedagangnya sudah ada di sini? Baru mulai didata? Oke. Terus, yang tadi untuk bantuan modalnya gitu nanti disalurkan ke siapa? Baiklah. Kalau gitu, biar masuk dulu. Nanti urusan modal, nanti saya urus, yang kedua. Nanti saya ikut Pak Gubernur saja, biar diatur. Saya titip saja, pasar ini dirawat dengan baik dan nantinya menjadi pasar yang bersih, pasar yang tidak bau. Dagangannya juga diatur yang rapi, terutama untuk pedagang. Dan setiap hari juga selalu dibersihkan. Karena dengan itu, pasarnya akan dikunjungi oleh masyarakat, barangnya akan dibeli oleh pembeli. Tanpa pengelolaan, manajemen yang baik, sebuah pasar tidak akan didatangi oleh pembeli. Saya kira itu yang bisa saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini. Dan, dengan mengucap â Bismillahirrahmanirrahimâ, saya nyatakan Pasar Doyo Baru Sentani diresmikan. Assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh. *****
Biro Pers, Media dan Informasi Sekretariat Presiden