BAB V PEMBAHASAN. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

LAPISAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA DALAM MENYELESAIKAN SOAL TIMSS BAGI SISWA SMP KELAS VIII

PROSES BERPIKIR SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA DITINJAU BERDASARKAN KEMAMPUAN MATEMATIKA

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL TEORI PIRIE DAN KIEREN

BAB III METODE PENELITIAN

MATHEdunesa Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 1 No.5 Tahun 2016 ISSN :

MATHEdunesa Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 3 No. 6 Tahun 2017 ISSN :

ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA SPLDV BERDASARKAN LANGKAH PENYELESAIAN POLYA

KEMAMPUAN BERPIKIR SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA (THE THINKING ABILITY OF STUDENTS IN SOLVING MATHEMATICS STORY PROBLEMS)

PENGARUH PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE INFORMATION SEARCH

BAB I PENDAHULUAN. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

EKSPONEN DAN LOGARITMA

BAB V PEMBAHASAN. tentang Identifikasi Kemampuan Berpikir Kritis Siswa dalam Pemecahan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id BAB V PEMBAHASAN

IMPLEMENTASI SCAFFOLDING UNTUK MENGATASI KESALAHAN SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH LINGKARAN

DESKRIPSI KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL

BAB V PEMBAHASAN. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN. 1. Profil Metakognisi Siswa yang Bergaya Kognitif Refleksif

BAB V PEMBAHASAN A. Pembahasan Hasil Penelitian 1. Symbol Sense Siswa Berkemampuan Matematika Tinggi dalam Memecahkan Masalah Aljabar

Kelengkapan Pemahaman Siswa Terhadap Konsep Persamaan Nilai Mutlak

JURNAL ANALISIS KESALAHAN PROSEDURAL SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL BENTUK AKAR KELAS X SMK TI PELITA NUSANTARA TAHUN AJARAN 2016/2017

ANALISIS CARA MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA PADA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH LUAR BIASA

FUNGSI, EKSPONEN DAN LOGARITMA Kelas X MIA

IDENTIFIKASI KESALAHAN SOAL SISTEM PERSAMAAN LINEAR- KUADRAT DUA VARIABEL

Universitas Muhammadiyah Surakarta 1) 2) Kata Kunci: memantau dan mengevaluasi; merencana; metakognitif

BAB V PEMBAHASAN. analisis deskriptif. Berikut pembahasan hasil tes tulis tentang Kemampuan. VII B MTs Sultan Agung Berdasarkan Kemampuan Matematika:

HASIL ANALISIS KESALAHAN DALAM MENYELESAIKAN SOAL SISTEM PERSAMAAN LINEAR PESERTA DIDIK SMK ANTARTIKA 1 SIDOARJO

BAB V PEMBAHASAN. tentang kemampuan berpikir kreatif siswa berdasarkan gender kelas VII C MTs Darul

BAB III METODE PENELITIAN

PEMBELAJARAN RUMUS-RUMUS TRIGONOMETRI MENGGUNAKAN LEMBAR KERJA SISWA MENURUT PRINSIP KONSTRUKTIVISME PADA SISWA KELAS XI IPA MAN CENDIKIA JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas dan berpotensi. Melalui pendidikan akan terjadi proses

ANALISIS KESALAHAN PADA SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL PEMBAGIAN KELAS IV SD

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Standar Kompetensi : 1. Memecahkan masalah yang berkaitan dengan bentuk pangkat, akar, dan logaritma.

ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA BERDASARKAN LANGKAH-LANGKAH POLYA PADA MATERI ARITMATIKA SOSIAL SISWA KELAS VII SMP N 1 BRINGIN

BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN. A. Pembahasan Profil Kemampuan Penalaran Matematika Siswa dalam

RESPONS SISWA TERHADAP SAJIAN SIMBOL, TABEL, GRAFIK DAN DIAGRAM DALAM MATERI LOGARITMA DI SMA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil penelitian pada bab IV, peneliti mengetahui hasil atau

PEMECAHAN MASALAH PADA SOAL CERITA UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR

SATUAN ACARA PERKULIAHAN. : Mahasiswa memiliki pengetahuan konseptual tentang silabus dan prosedur perkuliahan

Struktur Lapisan Pemahaman Konsep Turunan Fungsi Mahasiswa Calon Guru Matematika

BAB V PEMBAHASAN. peneliti memberikan masalah tentang matriks, siswa menemui kesulitan-kesulitan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Secara ringkas pelaksanaan penelitian ini dilakukan di Kelas X SMA Prasetya Gorontalo,

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. Kunandar menjelaskan PTK adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V PEMBAHASAN. deskriptif. Berikut pembahasan hasil tes tulis tentang kemampuan Koneksi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN. Lambung Mangkurat Banjarmasin, Kecamatan Banjarmasin Selatan,

DESKRIPSI KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA PADA MATERI SOAL CERITA PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN BULAT DIKELAS VII SMP NEGERI 1 TAPA

IDENTIFIKASI PROSES BERPIKIR SISWA DALAM MENYELESAIKAN PERTANYAAN PADA MATERI BIOLOGI

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian deskriptif adalah

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB V PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Perbedaan hasil penelitian proses berpikir reflektif pada masingmasing klasifikasi jenis kemampuan awal

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. diperkenalkan lagi hal baru yaitu bilangan yang digunakan untuk menyatakan

I. PENDAHULUAN. pembukaan Undang-undang Dasar Melalui pendidikan, kualitas sumber

BAB III METODE PENELITIAN. dalam Menyelesaikan Masalah Matematika ditinjau dari Kemampuan Matematika

Avissa Purnama Yanti 1 M. Syazali 2 1 Alumni Pendidikan Matematika IAIN Raden Intan Lampung,

Proses Metakognitif Siswa SMA dalam Pengajuan Masalah Geometri YULI SUHANDONO

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam mempercepat penguasaan ilmu teknologi. 1. matematika merupakan sarana berpikir untuk menumbuhkembangkan cara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu cabang ilmu yang membuat peserta didik dapat mengembangkan kemampuan

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB V PEMBAHASAN. kemampuan berpikir kritis 1 atau TKBK 1 (Kurang Kritis) serta ada pula yang. yang dikemukakan oleh Rasiman dan Katrinah.

FUNGSI, EKSPONEN DAN LOGARITMA. Kelas X MIA

ANALISIS KESULITAN SISWA YANG DOMINAN MENGGUNAKAN OTAK KANAN DALAM MENYELESAIKAN SOAL OPERASI BILANGAN BULAT

HASIL ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL MATEMATIKA PADA MATERI RELASI

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Standar Kompetensi: 1. Memecahkan masalah yang berkaitan dengan bentuk pangkat, akar, dan logaritma.

BAB I PENDAHULUAN. oleh peserta didik dapat diterima baik dan berpengaruh terhadap pemahaman serta

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. Elly Susanti, Proses koneksi produktif dalam penyelesaian mmasalah matematika. (surabaya: pendidikan tinggi islam, 2013), hal 1 2

JIME, Vol. 4. No. 1 ISSN April 2018 Penguasaan Materi Matematika SMU Mahasiswa Semester 1 Program Studi Pendidikan Matematika

BAB V PEMBAHASAN. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Analisis Kemampuan Berfikir Kritis Siswa SDN Tulangan dalam Memecahkan Masalah Soal Cerita Berdasarkan Kemampuan Matematika

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) 01

BAB III METODE PENELITIAN

PENDAMPINGAN PENYUSUNAN SOAL CERITA MATEMATIKA BERBASIS KEUNGGULAN LOKAL DITINJAU DARI UNSUR KETERBACAAN

A. PENDAHULUAN. Moh Zayyadi, Berpikir Kritis Mahasiswa. 11

ANALISIS KESULITAN SISWA SMK CITRA MEDIKA SUKOHARJO DALAM MENYELESAIKAN SOAL BENTUK AKAR DAN ALTERNATIF PEMECAHANNYA

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) 02

I. PENDAHULUAN. suatu negara dapat mencapai sebuah kemajuan adalah pendidikan. Pendidikan

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

DESKRIPSI PROSES BERPIKIR SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA PADA MATERI KUBUS DAN BALOK DI KELAS VIII SMP NEGERI 7 GORONTALO JURNAL OLEH

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

ANALISIS KESALAHAN MAHASISWA SERTA UPAYA REMEDIASI DALAM MENYELESAIKAN SOAL SIMPLEKS PROGRAM LINIER

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V PEMBAHASAN. kognitif peserta didik kelas VIII materi pokok fungsi di MTs Darul Falah

BAB I PENDAHULUAN. di zaman modern, sehingga lulusan tersebut dituntut memiliki kualitas yang baik

ANALISIS KESALAHAN MAHASISWA CALON GURU MATEMATIKA DALAM MEMECAHKAN MASALAH PROGRAM LINIER

KESULITAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH FUNGSI

BAB V PEMBAHASAN. Setelah melakukan analisis data hasil penelitian, selanjutnya peneliti dapat

NO.SOAL SKOR TINGKAT KESUKARAN. NO KOMPETENSI DASAR INDIKATOR SOAL BENTUK SOAL 1 Matematika Wajib. Uraian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Berikut hasil analisis dari subjek 1 dari soal nomor

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses perubahan tingkah laku dan kemampuan

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Transkripsi:

BAB V PEMBAHASAN A. Pembahasan Profil Lapisan Pemahaman dan Folding Back Siswa Berkemampuan Matematika Tinggi dan Sedang dalam Menyelesaikan Soal Logaritma di Kelas X IPA 1 SMA Negeri 1 Driyorejo Telah dijelaskan sebelumnya bahwa tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan mengenai profil lapisan pemahaman dan folding back pada siswa yang berkemampuan matematika sedang dan tinggi dalam menyelesaikan soal logaritma. Oleh karena itu, mengacu hasil analisis data dari hasil tes dan hasil wawancara yang dilakukan, diketahui bahwa keempat subjek penelitian yang mewakili dua kelompok siswa dengan kemampuan matematika yang berbeda memiliki pencapaian lapisan pemahaman dan folding back yang berbeda pula. Berikut merupakan pembahasan dari hasil analisis yang telah dilakukan pada bab sebelumnya. 1. Profil Lapisan Pemahaman dan Folding Back Siswa Berkemampuan Matematika Tinggi dalam Menyelesaikan Soal Logaritma di Kelas X IPA 1 SMA Negeri 1 Driyorejo Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan terhadap kedua subjek penelitian dengan kemampuan matematika tinggi dalam menyelesaikan soal pertidaksamaan logaritma, diketahui bahwa siswa dengan kemampuan matematika tinggi mempunyai pemahaman awal yang berkaitan dengan topik dan mampu menjelaskan pengetahuan sederhana yang dimiliki. Siswa berkemampuan matematika tinggi menjelaskan pengetahuan sederhana yang dimiliki dengan menyebutkan apa yang diketahui dan ditanyakan pada soal tanpa menuliskannya pada lembar penyelesaian. Siswa berkemampuan matematika tinggi juga menjelaskan bahwa untuk menyelesaikan soal TPM, siswa mengingat kembali langkah-langkah penyelesaian soal persamaan dan pertidaksamaan logaritma yang pernah dipelajari pada saat semester satu. Hal ini sesuai dengan pendapat Retna, Mubarokah dan Suhartatik dalam penelitiannya yang menjelaskan bahwa siswa 101

102 dengan kemampuan matematika tinggi mampu menyatakan apa yang diketahui dan ditanyakan pada soal menggunakan bahasa sendiri 1. Hal tersebut menunjukkan bahwa usaha awal siswa dalam memahami definisi atau soal yang baru telah dilakukan dengan baik. Selanjutnya pada lapisan pemahaman image making, berdasarkan hasil analisis yang dilakukan, diketahui bahwa siswa dengan kemampuan matematika tinggi mampu membuat gambaran penyelesaian dari pemahaman sebelumnya dan dapat mengembangkan ide-ide tertentu serta membuat gambaran suatu konsep melalui contoh-contoh soal tentang pertidaksamaan logaritma. Siswa berkemampuan matematika tinggi menjelaskan bahwa untuk menyelesaikan soal pertidaksamaan logaritma, siswa menggunakan konsep-konsep pada bab eksponen dan logaritma. Siswa berkemampuan matematika tinggi menjelaskan bahwa untuk mencari himpunan penyelesaian dari pertidaksamaan logaritma, siswa harus mencari daerah penyelesaian dari syarat numerus dan syarat pertidaksamaan terlebih dahulu. Hasil ini menunjukkan bahwa lapisan pemahaman kedua yaitu image making telah dicapai siswa berkemampuan matematika tinggi dengan baik. Pada lapisan pemahaman yang ketiga yakni image having, kedua siswa berkemampuan matematika tinggi diketahui sudah memiliki gambaran abstrak terkait langkah-langkah penyelesaian soal TPM dengan lengkap tanpa mengerjakan contoh-contoh soal. Siswa berkemampuan matematika tinggi menyusun langkah penyelesaian soal dengan Hal tersebut juga sesuai dengan pendapat Retna, Mubarokah dan Suhartatik bahwa siswa berkemampuan matematika tinggi dapat membuat rencana penyelesaian secara lengkap 2. Pada lapisan property noticing, berdasarkan hasil analisis yang dilakukan, siswa berkemampuan matematika tinggi dapat memilih sifat yang berlaku dalam penyelesaian soal dan dapat menjelaskan bentuk umum dari sifat yang digunakan. Siswa berkemampuan matematika tinggi memahami bentuk soal dan memanipulasi bagian yang perlu dirubah agar dapat digunakan untuk 1 Milda Retna, Lailatul Mubarokah, dan Suhartatik, Proses Berpikir Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Ditinjau Berdasarkan Kemampuan Matematika, Jurnal pendidikan Matematika STKIP PGRI Sidoarjo, 1: 2, (September, 2013), 22. 2 Ibid

103 mencari himpunan penyelesaian dari pertidaksamaan logaritma menggunakan sifat-sifat pada materi eksponen dan logaritma. Selanjutnya pada lapisan formalising, berdasarkan hasil analisis yang dilakukan, kedua siswa berkemampuan matematika tinggi dapat menerapkan sifat-sifat eksponen dan logaritma yang muncul pada lapisan property noticing untuk memanipulasi soal agar dapat dicari syarat pertidaksamaan, syarat numerus, dan himpunan penyelesaiannya dengan tepat. Hasil tersebut sesuai dengan pendapat Syaban bahwa siswa berkemampuan matematika tinggi mampu mengidentifikasi dan mengaplikasikan prinsip-prinsip (identify and apply principles) 3. Siswa mengidentifikasi sifat-sifat yang dapat digunakan untuk menyelesaikan soal kemudian menerapkannya dalam langkah penyelesaian soal. Lebih lanjut pada level pemahaman yang keenam yaitu observing, kedua siswa berkemampuan matematika tinggi juga diketahui dapat melakukan pengamatan dari penggunaan konsep yang digunakan serta mampu menggunakan dan mengaitkannya pada permasalahan yang dihadapi. Setelah menyelesaikan soal, siswa berkemampuan matematika tinggi mengecek kembali jawabannya. Ketika mendapati kesalahan pada penentuan daerah penyelesaian dari syarat pertidaksamaan, siswa berkemampuan matematika tinggi langsung memperbaiki jawabannya dengan memperhatikan sifatsifat dan konsep matematika yang berlaku dalam soal. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Retna, Mubarokah dan Suhartatik dimana siswa berkemampuan matematika tinggi mampu memperbaiki jawabannya sendiri ketika mengalami kesalahan 4. Berdasarkan analisis data yang dilakukan, pada lapisan pemahaman ketujuh (Structuring), siswa berkemampuan matematika tinggi diketahui mampu menyelesaikan TPM yang diberikan dengan terstruktur dan dapat membuktikan kebenaran jawabannya. Lapisan structuring pada teori Pirie-Kieren ini merupakan lapisan dimana siswa mampu menyusun tugas yang diberikan berdasarkan 3 Khoirun Nisa, Tesis: Beban Kognitif Siswa pada Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Media Power Point Ditinjau dari Kemampuan Matematika. (Surabaya: UNESA, 2014), 28. 4 Milda Retna, Lailatul Mubarokah, dan Suhartatik, Proses Berpikir Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Ditinjau Berdasarkan Kemampuan Matematika, Jurnal pendidikan Matematika STKIP PGRI Sidoarjo, 1: 2, (September, 2013), 22.

104 pengamatan dan proses pemahaman pada level sebelumnya dan dapat membuktikan jawabannya dengan argumen yang logis. Pada lapisan inventising, siswa berkemampuan matematika tinggi diketahui mampu membuat pertanyaan-pertanyaan baru berdasarkan soal TPM yang sudah dikerjakan dan mampu menjawab pertanyaan peneliti jika diberikan soal baru yang serupa dengan TPM. Kedua siswa dapat menjelaskan langkah-langkah yang akan digunakan untuk menyelesaikan soal baru dengan memperhatikan konsep-konsep yang telah diterapkan pada TPM. Hasil tersebut sesuai dengan pendapat Blinder yang menyatakan bahwa siswa yang berkemampuan tinggi akan lebih mudah mengkonstruksi pengetahuannya dibanding siswa yang berkemampuan matematika sedang dan rendah 5. Berdasarkan analisis yang dilakukan, bentuk folding back yang dialami oleh kedua siswa berkemampuan matematika tinggi adalah bekerja pada lapisan lebih dalam yaitu ketika mengingat kembali sifat-sifat logaritma dan eksponen untuk menyelesaikan soal pertidaksamaan logaritma. Kemudian kedua subjek juga mengalami bentuk folding back mengumpulkan lapisan lebih dalam ketika mengoreksi kembali hasil penyelesaiannya dengan membaca dari awal jawabannya agar dapat memperbaiki jika ditemukan kesalahan. Kedua bentuk folding back tersebut merupakan bentuk-bentuk folding back yang disampaikan oleh Susiswo 6. 2. Profil Lapisan Pemahaman dan Folding Back Siswa Berkemampuan Matematika Sedang dalam Menyelesaikan Soal Logaritma di Kelas X IPA 1 SMA Negeri 1 Driyorejo Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan terhadap kedua subjek penelitian dengan kemampuan matematika sedang dalam menyelesaikan soal pertidaksamaan logaritma, diketahui bahwa siswa dengan kemampuan matematika sedang mempunyai pemahaman awal yang berkaitan dengan topik dan mampu 5 Khoirun Nisa, Tesis: Beban Kognitif Siswa pada Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Media Power Point Ditinjau dari Kemampuan Matematika. (Surabaya: UNESA, 2014), 28. 6 Susiswo, Folding Back Mahasiswa dalam Menyelesaikan Masalah Limit Berdasarkan Pengetahuan Konseptual dan Pengetahuan Prosedural, Prosiding Seminar Nasional TEQIP (Teachers Quality Improvement Program) Universitas Negeri Malang,(Desember, 2014), 6.

105 menjelaskan pengetahuan sederhana yang dimiliki. Siswa berkemampuan matematika sedang menjelaskan pengetahuan sederhana yang dimiliki dengan menyebutkan apa yang diketahui dan ditanyakan pada soal tanpa menuliskannya pada lembar penyelesaian. Siswa berkemampuan matematika sedang juga menjelaskan bahwa untuk menyelesaikan soal TPM, siswa mengingat kembali langkah-langkah penyelesaian soal persamaan dan pertidaksamaan logaritma yang pernah dipelajari pada saat semester satu. Hal ini sesuai dengan pendapat Retna, Mubarokah, dan Suhartatik bahwa siswa dengan kemampuan matematika sedang mampu menyatakan apa yang diketahui dan ditanya dalam soal menggunakan bahasa sendiri 7. Selanjutnya pada lapisan pemahaman image making, berdasarkan hasil analisis yang dilakukan, diketahui bahwa siswa berkemampuan matematika sedang mampu membuat gambaran penyelesaian dari pemahaman sebelumnya, dapat mengembangkan ide-ide tertentu serta membuat gambaran suatu konsep melalui contoh-contoh soal tentang pertidaksamaan logaritma. Siswa berkemampuan matematika tinggi menjelaskan bahwa untuk menyelesaikan soal pertidaksamaan logaritma, siswa menggunakan konsep-konsep pada bab eksponen dan logaritma. Siswa berkemampuan matematika sedang menjelaskan bahwa untuk mencari himpunan penyelesaian dari pertidaksamaan logaritma, siswa harus mencari daerah penyelesaian dari syarat pertidaksamaan terlebih dahulu namun melupakan syarat numerus yang juga harus dicari terlebih dahulu. Pada lapisan pemahaman image having, kedua siswa berkemampuan matematika sedang diketahui kurang mampu menyelesaikan soal sesuai dengan gambaran awal yang dimiliki. Siswa berkemampuan matematika sedang sudah memiliki gambaran abstrak terkait langkah-langkah penyelesaian soal namun tidak lengkap. Hal ini sesuai dengan pendapat Mubarokah dan Suhartatik yang menyatakan bahwa siswa berkemampuan matematika sedang dapat membuat penyelesaian masalah namun tidak lengkap dan 7 Milda Retna, Lailatul Mubarokah, dan Suhartatik, Proses Berpikir Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Ditinjau Berdasarkan Kemampuan Matematika, Jurnal pendidikan Matematika STKIP PGRI Sidoarjo, 1: 2, (September, 2013), 22.

106 kurang mampu menyatakan langkah-langkah penyelesaian dengan menggunakan konsep yang pernah dipelajari 8. Lebih lanjut pada lapisan pemahaman keempat (property noticing), berdasarkan hasil analisis yang dilakukan, siswa dapat memilih sifat yang berlaku dalam penyelesaian soal, namun tidak dapat menjelaskan bentuk umum dari sifat yang digunakan. Siswa memahami bentuk soal dan memanipulasi bagian yang perlu dirubah agar dapat digunakan untuk mencari himpunan penyelesaian dari pertidaksamaan logaritma menggunakan sifat-sifat pada materi eksponen dan logaritma. Hasil ini menunjukkan bahwa siswa berkemampuan matematika sedang mempunyai kelebihan dapat menerapkan sifat-sifat tertentu untuk memanipulasi soal, namun siswa juga mempunyai kekurangan tidak dapat mengingat bentuk umum sifat yang digunakan. Pada lapisan formalising, kedua siswa berkemampuan matematika sedang diketahui dapat menerapkan sifat-sifat eksponen dan logaritma yang muncul pada lapisan property noticing untuk memanipulasi soal agar dapat dicari syarat pertidaksamaan, syarat numerus, dan himpunan penyelesaiannya dengan tepat. Selanjutnya pada level pemahaman yang keenam yaitu observing, berdasarkan hasil analisis yang dilakukan, siswa berkemampuan matematika sedang kurang mampu menggunakan hasil pengamatan dari penggunaan konsep yang digunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. Setelah menyelesaikan soal, siswa berkemampuan matematika sedang tidak mengecek kembali jawabannya dan tidakmengetahui kesalahan konsep yang diterapkan saat menentukan daerah pembuat nol pada syarat pertidaksamaan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Retna, Mubarokah dan Suhartatik dimana siswa berkemampuan matematika tinggi kurang mampu memperbaiki jawabannya sendiri ketika mengalami kesalahan 9. Pada lapisan pemahaman ketujuh (Structuring), siswa berkemampuan matematika sedang diketahui mampu menyelesaikan TPM yang diberikan dengan terstruktur dan dapat menjelaskan tentang jawabannya, namun hasilnya kurang tepat. Lapisan structuring pada teori Pirie-Kieren ini merupakan lapisan dimana 8 Ibid 9 Ibid

107 siswa mampu menyusun tugas yang diberikan berdasarkan pengamatan dan proses pemahaman pada level sebelumnya dan dapat membuktikan jawabannya dengan argumen yang logis. Lebih lanjut pada lapisan inventising, diketahui bahwa siswa berkemampuan matematika sedang mempunyai kelemahan tidak dapat membuat pertanyaan-pertanyaan baru berdasarkan soal TPM dan juga tidak mampu menjawab pertanyaan peneliti ketika diberikan soal baru yang serupa dengan TPM. Siswa berkemampuan matematika sedang tidak dapat menciptakan struktur matematika baru berdasarkan pengetahuan sebelumnya. Hasil tersebut sesuai dengan pendapat Blinder yang menyatakan bahwa siswa yang berkemampuan sedang dan rendah akan lebih sulit mengkonstruksi pengetahuannya dibanding siswa yang berkemampuan matematika tinggi 10. Bentuk folding back yang dialami oleh kedua subjek berkemampuan matematika tinggi adalah bekerja pada lapisan lebih dalam yaitu ketika mengingat kembali sifat-sifat logaritma dan eksponen untuk menyelesaikan soal pertidaksamaan logaritma. Bentuk folding back tersebut merupakan bentuk-bentuk folding back yang disampaikan oleh Susiswo. B. Diskusi Hasil Penelitian Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan hasil penelitian tentang lapisan pemahaman dan folding back siswa dalam menyelesaikan soal logaritma ditinjau dari kemampuan matematika tinggi dan sedang dapat dilihat bahwa siswa berkemampuan matematika tinggi dapat mencapai hingga lapisan kedelapan (Inventising) dengan cukup sempurna, namun siswa berkemampuan matematika sedang hanya dapat mencapai level ketujuh (structuring) saja. Meskipun kelihatannya siswa berkemampuan matematika sedang dapat mencapai level yang cukup tinggi yaitu level ketujuh (structuring), namun perlu diketahui bahwa pencapaian siswa berkemampuan matematika sedang pada setiap levelnya tidak selalu sempurna seperti pencapaian yang dilakukan oleh siswa berkemampuan 10 Khoirun Nisa, Tesis: Beban Kognitif Siswa pada Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Media Power Point Ditinjau dari Kemampuan Matematika. (Surabaya: UNESA, 2014), 28.

108 matematika tinggi. Pada lapisan pemahaman image making dan image having, siswa berkemampuan matematika sedang dapat membuat gambaran langkah-langkah penyelesaian soal, namun tidak terperinci. Siswa berkemampuan matematika sedang diketahui cukup baik dalam menerapkan sifat-sifat logaritma dan eksponen dalam menyelesaikan soal meskipun tidak dapat menjelaskan bentuk umumnya. Pada lapisan structuring, siswa berkemampuan matematika tinggi dan sedang sama-sama dapat menyusun penyelesaian soal secara terstruktur, namun hasil penyelesaikan siswa berkemampuan matematika sedang masih kurang tepat. Banyaknya bentuk folding back yang dialami siswa tidak selalu menunjukkan bahwa siswa tersebut kesulitan untuk menyelesaikan soal dengan tepat. Hal tersebut terbukti berdasarkan analisis yang dilakukan, meskipun siswa berkemampuan matematika tinggi mengalami dua bentuk folding back yaitu bekerja pada lapisan lebih dalam dan mengumpulkan lapisan yang lebih dalam, tetapi siswa berkemampuan matematika tinggi tetap dapat menyelesaikan soal dengan tepat dan tidak mengalami kesulitan yang berarti. Sedangkan siswa berkemampuan matematika sedang yang mengalami bentuk folding back yaitu bekerja pada lapisan yang lebih dalam saja, pada kenyataannya belum bisa menyelesaikan soal pertidaksamaan logaritma dengan tepat. Subjek berkemampuan matematika tinggi melakukan lebih banyak bentuk folding back dikarenakan subjek mengecek kembali jawabannya dan melakukan perbaikan apabila terdapat kesalahan agar memperoleh jawaban yang tepat. Sedangkan subjek berkemampuan sedang hanya mengalami satu bentuk folding back dikarenakan mengganggap jawabannya sudah tepat dan tidak mengetahui letak kesalahan dalam penyelesaian soal.