BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan jumlah pengguna sektor transportasi yang kian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. atau Low Cost Carrier (LCC), terjadi persaingan bisnis yang cukup signifikan.

BAB I PENDAHULUAN. sekitar 56,5 persen dari total jumlah penduduk (Kelas Menengah dan Perilaku

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Transportasi merupakan salah satu hal penting yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. bagi pemenuhan kebutuhan transportasi yang cepat dan aman. Perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. penerbangan untuk masuk berkompetisi di industri penerbangan Indonesia. Data

BAB I. PENDAHULUAN. Keberhasilan fenomenal Southwest Airlines di Amerika Serikat sebagai

BAB I PENDAHULUAN. pangsa pasar terbesar di dunia. Pertumbuhan industri penerbangan juga cenderung

BAB I PENDAHULUAN. Jasa transportasi merupakan salah satu bidang usaha yang memegang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Perusahaan PT. AirAsia Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. yang memuaskan dalam usaha pengembangan ekonomi suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Menurut Hurriyati (2005, p.49) : untuk bauran pemasaran jasa mengacu

BAB I PENDAHULUAN. yang tetap ingin survive dalam menciptakan keunggulan kompetitif yang UKDW

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

UKDW. 1.1 Latar Belakang Masalah. Akhir-akhir ini perkembangan industri jasa transportasi di Indonesia berkembang

BAB I PENDAHULUAN. ekstrem dapat dikatakan pelayanan tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan. mengakibatkan kepemilikan apapun (Kotler, 2002:83).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. kelancaran kehidupan. Transportasi menjadi bagian penting atas perkembangan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Akhir-akhir ini perkembangan industri jasa transportasi di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Anisa Rosdiana, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Hal ini terbukti dengan meningkatnya ketersediaan maskapai penerbangan di

BAB I PENDAHULUAN. kebersamaan dengan seseorang. Yakni berbagi informasi, ide atau sikap.

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan sarana transportasi yang menunjang proses kehidupan ekonomi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan bisnis yang semakin ketat sekarang ini menyebabkan banyak

BAB I PENDAHULUAN. datang dan berangkat mencapai dan (Buku Statistik

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat. Terkait dengan pertumbuhan industri jasa, di sisi lain juga semakin

BAB I PENDAHULUAN. penerbangan. Dimulai dari penerbangan berbiaya yang cukup tinggi (full service

BAB I PENDAHULUAN. rapi sehingga dapat menunjang kegiatan pariwisawa. Industri yang bergerak di bidang

BAB I PENDAHULUAN. terhadap jasa penerbangan sebagai moda transportasi yang cepat dan efisien

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan penerbangan semakin ketat. Penumpang transportasi udara terus

BAB I PENDAHULUAN. melakukan inovasi yang berguna untuk meningkatkan penjualan dan mencapai

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi saat ini, manusia telah memasuki jaman yang mendunia,

BAB I PENDAHULUAN. H. Frazier Moore. Humas Membangun Citra Dengan Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya, Hal 85

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Faktor Price Perceptions (Persepsi akan Harga) yang terdapat pada penelitian

BAB I PENDAHULUAN. produsen yang memprodusi sebuah produk maupun jasa, disitu mereka

BAB I PENDAHULUAN.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penerbangan domestik tetapi juga dengan maskapai penerbangan internasional.

BAB 1 PENDAHULUAN. situasi persaingan yang ketat (Jurnas, 2013). Persaingan ini mendorong

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGESAHAN... i DAFTAR ISI... i DAFTAR LAMPIRAN... iv Sistematika Pembahasan BAB III... Error! Bookmark not defined.

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai organisasi internasional antara lain PBB, Bank Dunia dan United

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. atau barang dari suatu merek dan tidak terpengaruh oleh faktor-faktor apapun

BAB I PENDAHULUAN. penerbangan salah satu yang unik yang disebut Airline Low Cost Carrier (LCC)

BAB I PENDAHULUAN. signifikan di Indonesia. Sejumlah maskapai penerbangan saling. berkompetitif untuk merebut pasar domesitik maupun internasional.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi transportasi saat ini yang sangat pesat membuat

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia lebih memilih segala sesuatunya serba instan dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Tabel 1.1 Daftar Maskapai Penerbangan di Indonesia Nama Maskapai Penerbangan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dan peningkatan jasa pelayanan perusahaan penerbangan dari

I. PENDAHULUAN. yang sangat banyak yaitu kurang lebih 210 juta, dengan total wilayahnya

2016 PENGARUH PENERBANGAN TARIF RENDAH MASKAPAI PENERBANGAN AIRASIA TERHADAP KEPUTUSAN BERKUNJUNG WISATAWAN KE SINGAPURA

Melalui grafik diatas dapat diketahui bahwa demand penumpang penerbangan di Indonesia terus mengalami penurunan dari tahun 1998 hingga tahun 2000.

BAB I PENDAHULUAN. yang kian hari kian pesat, denga dilakukan oleh manusia dapat disebarkan secara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Industri penerbangan di Indonesia kian kompetitif seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. Alat transportasi adalah suatu alat penunjang kemudahan yang berperan bagi

BAB I PENDAHULUAN. nasional suatu bangsa.semakin maju suatu bangsa, maka semakin besar

BAB 1 PENDAHULUAN. memilki banyak pulau sehingga moda transportasi udara dibutuhkan untuk

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada tahun 2010, Indonesia yang memiliki populasi 237 juta jiwa

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. 2006). Perusahaan menganggap aset takberwujud merupakan aset yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. The International Air Transport Association (IATA) (2012) merilis

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dengan sangat pesat. Perkembangan itu berorientasi pada

BAB 1 PENDAHULUAN. yang mudah dan terpercaya. Hal ini dapat dirasakan dengan bertambahnya

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Masroulina, 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Citilink Indonesia Profil Perusahaan Gambar 1.1 Logo Citilink

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jasa pelayanan maskapai penerbangan dari tahun ke tahun

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan kajian teori, hasil penelitian, dan pengujian path analysis

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah Negara yang berdasarkan atas hukum

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan, mendukung mobilitas manusia, barang dan jasa serta

BAB I PENDAHULUAN. hanya itu, Indonesia juga memiliki modal besar untuk meningkatkan

Perancangan Strategi Art Directing Dalam Produksi. Kampanye Iklan Perusahaan SafetyLink. (Safety Flight with Citilink)

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang juga diprediksikan melaju dengan baik. teknologi. Menurut Salam (2012), hadirnya beragam aplikasi mobile yang terkait

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pertumbuhan ekonomi dan masyarakat kelas menengah di Indonesia

I. PENDAHULUAN. adanya ketimpangan dan ketidakmerataan. Salah satu penyebabnya adalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan ekonomi dan bisnis yang sangat pesat telah mengubah laju

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya kelas ekonomi, bisnis, hingga eksekutif yang menjadi salah satu

BAB III PERUMUSAN MASALAH

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan bisnis terus meningkat setiap tahunnya, perusahaan dihadapkan pada

BAB I PENDAHULUAN. perlambatan jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Perlambatan ekonomi

I. PENDAHULUAN. Sebagai negara kepulauan terluas di dunia dengan total luas 1,9 juta km 2,

PERSEPSI PENUMPANG SRIWIJAYA AIR MENGENAI KESELAMATAN PENERBANGAN. Skripsi. Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat S-1

TINGKAT PEMAHAMAN PENUMPANG LCC (LOW COST CARRIER) TERHADAP PENGEMBALIAN UANG (REFUND) DI BANDARA INTERNASIONAL ADI SOETJIPTO YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. industri penerbangan LCC (Low Cost Carrier) seperti airasia, lion air, tiger

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini dapat dilihat dengan banyaknya bisnis yang bergerak dalam

BAB I PENDAHULUAN. perubahan informasi yang sudah diproses dan dilakukan penyimpanan

Bab 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan jasa sejenisnya dengan memaksimalkan kinerja perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. suatu bukti keberhasilan pembangunan yang dilakukan pemerintah. Ini juga

BAB I PENDAHULUAN. online. Membahas mengenai tingkat kepuasan online atau dikenal dengan istilah

perputaran roda ekonomi semakin cepat. Di Indonesia, dalam lima tahun terakhir ini

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi telah mendorong timbulnya persaingan yang sangat kompetitif

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi dalam suatu negara salah satunya ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan transportasi dan teknik perencanaannya mengalami

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat bisa bepergian kemana saja. Banyak maskapai melihat ini. persaingan penerbangan nasional yang semakin ketat.

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan jumlah pengguna sektor transportasi yang kian signifikan merupakan suatu tantangan sekaligus peluang bagi industri transportasi dalam mengembangkan bisnisnya. Berdasarkan data Biro Sensus Amerika Serikat (Purnomo, 2014), Indonesia memiliki sekitar 250 juta jiwa penduduk, yang menjadikan Indonesia sebagai negara keempat dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia setelah Cina, India, dan Amerika Serikat. Besarnya jumlah penduduk Indonesia sesungguhnya menghasilkan sebuah permintaan yang tinggi akan sarana dan prasarana kehidupan yang memadai, termasuk sarana transportasi. Namun yang terjadi adalah hingga saat ini Indonesia masih mengalami kompleksitas dalam membangun sarana dan prasarana transportasi itu sendiri, baik dalam sektor transportasi darat, udara, maupun laut. Menurut Wakil Menteri Perhubungan Bambang Susantono (Rahman, 2014) rata-rata jumlah pengguna sektor transportasi darat di Indonesia yaitu kereta api mencapai 216,17 juta penumpang per tahun. Pada sektor transportasi udara, Wakil Menteri Perhubungan menyatakan bahwa pertumbuhan rata-rata penumpang jasa penerbangan di Indonesia 1

mencapai 15,26 persen per tahun untuk rute domestik dan 21,9 persen per tahun pada rute internasional selama lima tahun terakhir. Sementara pada sektor transportasi laut, Indonesia masih perlu mengembangkan sarana dan prasarana, salah satunya dengan membangun pelabuhan laut untuk menunjang aktivitas ekspor impor. Melihat banyaknya pengguna jasa transportasi umum serta kebutuhan akan fasilitas yang memadai, Indonesia tentunya perlu terus mengembangkan sarana dan prasarana dalam sektor transportasi. Dalam sektor transportasi udara, industri penerbangan menjadi pemain kunci untuk mengembangkan sarana transportasi itu sendiri. Indonesia dapat dikatakan sudah memiliki cukup banyak perusahaan penerbangan yang memberikan jasa dalam sektor transportasi udara, baik berasal dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN) maupun swasta. Berbicara mengenai industri transportasi udara, secara umum kita dapat membedakan berbagai maskapai penerbangan antara yang satu dengan yang lainnya berdasarkan kategori layanan yang diberikan. Terkait dengan layanan yang diberikan, terdapat dua konsep layanan yang dapat digunakan oleh maskapai penerbangan yaitu layanan full service dan low cost service. Perbedaan mendasar dari konsep layanan full service dan low cost service tentunya terletak pada layanan yang diberikan. Jika penumpang menggunakan jasa layanan full service, umumnya penumpang akan mendapatkan additional service sebagai nilai tambah di luar dari main service yang ditawarkan. Sementara itu, jika penumpang 2

menggunakan low cost service, penumpang hanya akan mendapatkan main service yang bersifat standar, tanpa tambahan layanan lainnya. Adapun beberapa maskapai penerbangan asal Indonesia yang beroperasi di Indonesia adalah Garuda Indonesia, Lion Air, Sriwijaya Air, Citilink, Batik Air, dan Nam Air. Selain itu, terdapat juga maskapai penerbangan lain yang berasal dari luar Indonesia, tetapi beroperasi di Indonesia yaitu Air Asia. Jika dikategorikan berdasarkan konsep layanan yang diberikan, maka Garuda Indonesia dapat dikategorikan sebagai maskapai penerbangan yang memfokuskan bisnisnya dalam memberikan layanan full service. Disusul dengan Batik Air milik Lion Air dan Nam Air milik Sriwijaya Air, yang sengaja dibuat untuk menandingi layanan full service yang diberikan oleh Garuda Indonesia. Di sisi lain, Lion Air dan Sriwijaya Air, memfokuskan bisnis dengan mengusung konsep low price carrier. Istilah penerbangan Low Price Carrier sebenarnya tidak jauh berbeda dengan Low Cost Carrier (LCC). Maskapai penerbangan Low Price Carrier biasanya akan cenderung menawarkan harga tiket yang murah, tetapi belum sepenuhnya mendukung prinsip-prinsip LCC. Maskapai penerbangan dengan konsep bisnis Low Price Carrier dikatakan tidak mendukung prinsip-prinsip LCC dikarenakan struktur cost dan produktivitas pesawatnya masih tergolong mahal. Sementara itu, Citilink dan Air Asia beroperasi dengan benar-benar memfokuskan konsep bisnisnya pada segmen low cost service. Istilah 3

penerbangan low cost atau biasa disebut dengan Low Cost Carrier (LCC) merupakan suatu pola bisnis yang unik dengan strategi penurunan operating cost. Dengan melakukan efisiensi biaya pada lini bisnis, perusahaan penerbangan berkonsep LCC ini dapat menyediakan harga tiket yang lebih terjangkau bagi penumpangnya. Maskapai penerbangan dengan pola bisnis LCC ini umumnya senantiasa menawarkan layanan berprinsip low cost untuk menekan dan meminimalisir biaya operasional sehingga dapat menjaring penumpang dengan segmen menengah ke bawah secara lebih luas. Tidak hanya itu maskapai penerbangan dengan pola bisnis LCC ini juga memiliki konsep volume minded, yang mengharuskan maskapai penerbangannya untuk beroperasi dengan minimal frekuensi tiga kali sehari yaitu pagi, siang, dan malam. Berbicara mengenai maskapai penerbangan yang beroperasi di Indonesia dengan mengusung konsep layanan low cost carrier, pada tahun 2004, industri penerbangan Indonesia kehadiran maskapai penerbangan ekonomis asal Malaysia yaitu Air Asia. Air Asia merupakan maskapai penerbangan yang mengusung pola bisnis Low Cost Carrier (LCC) secara konsisten. Sesuai dengan slogannya Now Everybody Can Fly, Air Asia berhasil membuktikan bahwa kini transportasi udara dapat dinikmati oleh seluruh kalangan, tidak seperti zaman dahulu yang hanya didominasi oleh kalangan menengah ke atas semata. Konsistensi Air Asia dalam menjalankan pola bisnis LCC juga dibuktikan dengan keberhasilan maskapai penerbangan ini dalam meraih Skytrax s World s Best Low- 4

Cost Airline (Maskapai Berbiaya Rendah Terbaik Dunia) selama 6 tahun berturut-turut. Sementara itu, di industri penerbangan tanah air, Citilink merupakan maskapai penerbangan LCC pertama asal Indonesia yang benar-benar beroperasi dengan menggunakan prinsip-prinsip LCC. Citilink didirikan pada tahun 2001 sebagai Unit Bisnis Strategis dari Garuda Indonesia. Maskapai penerbangan ini sempat berhenti beroperasi pada tahun 2008 untuk mempertimbangkan kembali berbagai kebijakan dan strategi perusahaan. Tanggal 5 Juli 2012 Citilink meresmikan penerimaan sertifikat Air Operation Certificate (AOC) dari Kementrian Perhubungan. Kehadiran kembali Citilink pada tahun 2012 tentunya menjadi sebuah era baru bagi manajemen dan bisnis maskapai penerbangan ini. Setelah sempat berhenti beroperasi, Citilink hadir dengan memposisikan bisnisnya sebagai maskapai penerbangan berbiaya rendah atau yang biasa disebut dengan Low Cost Carrier (LCC). Mengacu pada beritasatu.com, menurut Dirut Garuda Indonesia, Arif Wibowo, Garuda Indonesia merasa perlu mengoperasikan kembali Citilink dikarenakan maskapai penerbangan milik BUMN ini melihat industri penerbangan Indonesia berkembang pesat di seluruh segmen. Jika Garuda Indonesia bertumbuh pesat di kelas premium dan mendapatkan pengakuan internasional, maka Citilink dikembangkan untuk merebut kelas menengah ke bawah yang pertumbuhannya paling prospektif. Kembalinya Citilink dengan memposisikan diri sebagai maskapai 5

penerbangan LCC, di tengah ramainya pasar bisnis penerbangan di Indonesia bukanlah merupakan suatu hal yang mudah. Untuk masuk dan bertahan dalam segmen bisnis menengah ke bawah ini, Citilink perlu bersaing setidaknya dengan tiga maskapai penerbangan lain yaitu Lion Air dan Sriwijaya Air, yang dengan konsep Low Price Carrier juga menawarkan tiket penerbangan berbiaya ekonomis, serta Air Asia yang sudah lebih dulu berbisnis dan berpengalaman beroperasi di segmen LCC ini. Citilink mengkhususkan diri dalam menyediakan layanan penerbangan berbiaya murah ke berbagai destinasi kota-kota di Indonesia. Sebagai perusahaan maskapai penerbangan yang tergolong baru, penting bagi Citilink untuk mengembangkan citra perusahaan secara konsisten sebagai maskapai penerbangan LCC, agar menjadi nilai kompetitif yang membedakannya dengan maskapai penerbangan lain di Indonesia. Citra sebagai maskapai penerbangan LCC ini juga sangat penting untuk dikomunikasikan kepada konsumen sehingga konsumen memiliki kesan dan persepsi yang tepat sebagaimana yang diharapkan oleh perusahaan. Sebagai perusahaan maskapai penerbangan baru, Citilink telah berhasil meraih berbagai penghargaan diantaranya oleh Indonesia Travel and Tourism Foundation untuk kategori Leading Low Cost Airline selama empat tahun berturut-turut yaitu tahun 2011/2012, 2012/2013, 2013/2014, 2014/2015; kategori Best Overall Marketing Campaign di The Budgies and Travel Awards 2012; penghargaan Service To Care Award selama dua 6

tahun berturut-turut pada tahun 2012 dan 2013 untuk airlines category dari Markplus Insight, serta Maskapai Penerbangan Nasional Terbaik untuk kategori Transportasi dalam penghargaan Anugerah Adikarya Wisata 2012. Berdasarkan penghargaan-penghargaan tersebut, dapat dilihat bahwa Citilink berhasil memperoleh penghargaan sebanyak empat kali berturutturut dalam kategori Indonesia Leading Low Cost Airlines. Hal ini membuktikan bahwa dalam beberapa tahun sejak kembalinya Citilink, perusahaan penerbangan ini cukup berhasil memposisikan dan memperkuat eksistensi perusahaan sebagai maskapai penerbangan asal Indonesia yang menawarkan konsep low cost service. Guna memperkuat eksistensi perusahaan dalam industri layanan Low Cost Carrier, Citilink perlu membangun dan mengembangkan citra sebagai maskapai penerbangan LCC asal Indonesia. Citra merupakan kesan yang ingin diproyeksikan oleh perusahaan kepada publik secara luas. Menurut Argenti (2009:68), citra merupakan refleksi dari identitas organisasi. Lebih lanjut, citra merupakan bagaimana organisasi dilihat dari sudut pandang publiknya. Oleh karena itu, organisasi dapat memiliki citra yang berbeda di mata publik yang berbeda, bergantung pada persepsi dan hubungan masing-masing publik dengan perusahaan. Dalam membangun dan mengembangkan citra perusahaan tentulah dibutuhkan peran dan fungsi komunikasi yang komprehensif dari 7

corporate communications sebagai praktisi komunikasi yang menempati posisi strategis dalam perusahaan. Menurut Blauw (dalam Riel dan Fombrun, 2007: 25) mendeskripsikan corporate communications sebagai sebuah pendekatan terintegrasi untuk seluruh kegiatan komunikasi yang dihasilkan oleh organisasi yang ditujukan kepada seluruh kelompok sasaran yang relevan. Setiap bagian dari komunikasi harus menyampaikan dan mempertegas identitas perusahaan. Berdasarkan definisi diatas, dapat dikatakan bahwa corporate communications merupakan fungsi manajemen yang terintegrasi berperan dalam mengkoordinasikan seluruh kegiatan komunikasi internal dan eksternal yang bertujuan untuk menciptakan dan mengelola reputasi positif perusahaan. Idealnya, corporate communications dalam suatu perusahaan seharusnya menjalankan fungsi manajemen strategis bagi kepentingan internal dan eksternal perusahaan. Praktik corporate communications ini kian berkembang secara signifikan seiring dengan kian meningkatnya peranan stakeholders dalam menentukan keberhasilan bisnis perusahaan. Untuk itu, manajemen perusahaan perlu semakin jeli dalam mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan serta harapan dari stakeholders perusahaan. Secara umum, aktivitas corporate communications dibutuhkan perusahaan untuk membangun komunikasi yang efektif antara perusahaan dengan publiknya. Kegiatan komunikasi perusahaan dilakukan untuk membangun komunikasi dua arah yaitu komunikasi antara perusahaan 8

kepada publik untuk memberikan informasi, serta komunikasi antara publik dengan perusahaan untuk menyampaikan feedback dan harapan publik terhadap perusahaan. Dalam hal ini, corporate communications sebagai fungsi strategis perusahaan, yang memiliki kemudahan akses untuk berhubungan dengan berbagai publik strategis perusahaan bertanggung jawab terhadap akses informasi penting beserta penyebaran informasi tersebut kepada publik. Kegiatan komunikasi yang dilakukan corporate communications juga menjadi sangat penting untuk dilakukan karena akan berdampak pada pembentukan citra dan reputasi perusahaan. Corporate communications melalui aktivitas komunikasi strategisnya, memiliki peran penting untuk membangun citra yang ingin dikembangkan perusahaan. Sebagaimana diungkapkan oleh Juanita Jana dan Prayudi dalam jurnal komunikasi volume 2 tahun 2005 mengenai Strategic Corporate communications Dalam Proses Repositiong dan Rebranding, corporate communications merupakan infrastruktur profesional untuk mengembangkan dan mendistribusikan informasi melalui cara yang dapat dipercaya dan tidak lekang oleh waktu (CCI Study, 2002: 24). Oleh karena itu, melalui peran dan fungsi corporate communications yang signifikan dalam menyampaikan dan menyebarkan informasi perusahaan, diharapkan dapat membentuk persepsi publik yang tepat akan citra perusahaan. Melalui sejumlah pemaparan diatas, terkait dengan keberadaan Citilink sebagai satu-satunya maskapai penerbangan Indonesia yang secara 9

tegas memposisikan diri dan beroperasi sebagai maskapai penerbangan berbiaya rendah (LCC), yang terus berkembang dan bertumbuh dari tahun ke tahun di tengah persaingan industri penerbangan berbiaya ekonomis yang kian kompetitif, untuk itu, peneliti tertarik untuk melakukan kajian penelitian mengenai peran dan fungsi Corporate Communications Citilink Indonesia dalam mengembangkan citra perusahaan sebagai Indonesia Leading Low Cost Airline. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan pemaparan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimana peran dan fungsi Corporate Communications Citilink Indonesia dalam mengembangkan citra perusahaan sebagai Indonesia Leading Low Cost Airline? 1.3 Tujuan Penelitian Untuk menganalisis peran dan fungsi Corporate Communications Citilink Indonesia dalam mengembangkan citra perusahaan sebagai Indonesia Leading Low Cost Airline. 10

1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Akademis 1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan terhadap pengembangan Ilmu Komunikasi, khususnya bidang public relations, mengenai peran dan fungsi corporate communications dalam mengembangkan citra perusahaan. 2. Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya penelitian mengenai peran dan fungsi corporate communications dalam mengembangkan citra perusahaan. 1.4.2 Praktis 1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan dasar pertimbangan Citilink Indonesia dalam upaya mengembangkan peran dan fungsi corporate communications, khususnya dalaam mengembangkan citra perusahaan kedepannya. 2. Penelitian ini dapat menjadi bahan kajian perusahaan maskapai penerbangan lain dalam menjalankan peran dan fungsi corporate communications untuk megembangkan citra perusahaan. 11