BAB II KAJIAN TEORI. 1. Kemampuan Representasi Matematis. a) Pengertian Kemampuan Representasi Matematis

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dalam proses pembelajaran (Suparlan, 2004: 31). Di dunia

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II LANDASAN TEORI. Slameto (2010:2), bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

PENGARUH GAYA BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF

BAB II KAJIAN PUSTAKA. siswa. Kemampuan seseorang untuk memahami dan menyerap pelajaran sudah

BY: METTY VERASARI MENGENAL TIPE BELAJAR ANAK (AUDITORY, VISUAL, & KINESTETIK)

TINJAUAN PUSTAKA. Gaya belajar adalah cara yang konsisten yang dilakukan oleh seorang murid

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IDENTIFIKASI GAYA BELAJAR (VISUAL, AUDITORIAL, KINESTETIK) MAHASISWA PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIVERSITAS BUNG HATTA

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kemampuan Representasi Matematis. solusi dari masalah yang sedang dihadapinya (NCTM, 2000).

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Pengertian Kemampuan Komunikasi Matematis

PENYUSUNAN SKALA PSIKOLOGIS GAYA BELAJAR SISWA. Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Instrumen dan Media Bimbingan Konseling

Available online at Jurnal KOPASTA. Jurnal KOPASTA, 2 (2), (2015) 13-17

II. TINJAUAN PUSTAKA. Nasution (2008: 93) mengemukakan bahwa gaya belajar atau learning style

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB II KAJIAN TEORITIK. dapat memperjelas suatu pemahaman. Melalui komunikasi, ide-ide

BAB II KAJIAN TEORITIK. NCTM (2000) menyatakan bahwa komunikasi matematis merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Strategi Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) Felder (1994: 5) menjelaskan bahwa dalam strategi TAPPS siswa mengerjakan

I. PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan penting

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gaya belajar setiap orang itu dipengaruhi oleh faktor alamiah (pembawaan)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan mata pelajaran yang memiliki peranan penting

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan dunia pendidikan menuntut guru untuk efektif dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB I PENDAHULUAN. yang unsur-unsurnya logika dan intuisi, analisis dan konstruksi, generalitas

BAB II KAJIAN TEORITIK. a. Kemampuan Representasi Matematis

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi yang begitu pesat

MODUL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH ( PROBLEM-BASED INSTRUCTION) DILIHAT DARI GAYA BELAJAR DAN KECERDASAN EMOSIONAL

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia saat ini

BAB I PENDAHULUAN. Di era informasi instan dewasa ini, setiap masyarakat membutuhkan informasi,

BAB II KAJIAN TEORITIK. communis berarti milik bersama atau berlaku dimana-mana. Menurut

BAB II KAJIAN TEORITIK. a. Analisis Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Cerita

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia efektivitas berasal dari kata efektif yang

MODALITAS BELAJAR. Nama : Faridatul Fitria NIM : Prodi/SMT : PGMI A1/ V. : Ringkasan :

PEDOMAN OBSERVASI GAYA BELAJAR. Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Instrumen dan Media Bimbingan Konseling

BAB V PEMBAHASAN. analisis deskriptif. Berikut pembahasan hasil tes tulis tentang Kemampuan. VII B MTs Sultan Agung Berdasarkan Kemampuan Matematika:

BAB I PENDAHULUAN. Wahyudin Djumanta, Dkk.,Belajar Matematika Aktif Dan Menyenangkan,(Bandung: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, 2008)

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Universitas Negeri Malang

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. lain, berarti kita berusaha agar apa yang disampaikan kepada orang lain tersebut

BAB II KAJIAN TEORI. A. Analisis. Analisis adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data

PERBEDAAN GAYA BELAJAR SISWA KELAS UNGGUL DENGAN KELAS REGULER DI SMP N 12 PADANG. Oleh: ABSTRACK

II. TINJAUAN PUSTAKA. solusi. Sebagai contoh, suatu masalah dapat direpresentasikan dengan obyek,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk mencerdaskan kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Dengan komunikasi siswa dapat mendiskusikan pendapat-pendapat dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran berbasis masalah (Problem-based Learning), adalah model

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB I PENDAHULUAN. matematika sebagai pelajaran wajib dikuasai dan dipahami dengan baik oleh

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dan kreativitasnya melalui kegiatan belajar. Oleh

MENGENAL GAYA BELAJAR PESERTA DIDIK. Oleh Mansur HR Widyaiswara LPMP Provinsi Sulawesi Selatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kemampuan Komunikasi Matematis Komunikasi dapat diartikan sebagai pengalihan pesan dari satu orang ke

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Peran pendidikan matematika sangat penting bagi upaya menciptakan sumber

BAB II KAJIAN TEORITIK. A. Kemampuan Representasi Matematis

II. TINJAUAN PUSTAKA. adalah teori belajar behaviorisme, kognitivisme, dan konstruktivisme.

Jurnal Akademis dan Gagasan matematika Edisi Ke Dua Tahun 2015 Halaman 45 hingga 53

DAFTAR TERJEMAHAN 1 I 1 2 II 33

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Istilah komunikasi berasal dari kata latin Communicare atau Communis yang

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II. Tinjauan Pustaka

Cara setiap siswa untuk berkonsentrasi, memproses dan menyimpan informasi yang baru dan sulit

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA DITINJAU DARI GAYA BELAJAR PADA SMA NEGERI 10 PONTIANAK

II. TINJAUAN PUSTAKA. dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Untuk

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan,

BAB I PENDAHULUAN. satu ilmu dasar yang digunakan secara luas dalam berbagai bidang kehidupan. Hal

BAB II KAJIAN TEORETIS. (2006:10) mengemukakan, Belajar matematika merupakan suatu perubahan. praktis bersikap positif, bertindak aktif dan kreatif.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia,

BAB II KAJIAN TEORITIK. a. Kemampuan Komunikasi Matematis

BAB I PENDAHULUAN. Dengan adanya perubahan kurikulum 2006 menjadi kurikulum 2013 siswa di

TINJAUAN PUSTAKA. Komunikasi merupakan hal yang sangat penting bagi manusia. Komunikasi dapat

BAB I PENDAHULUAN. warga negara yang baik. Hal ini sejalan dalam Undang-Undang No.20 tahun

BAB II KAJIAN PUSTAKA. atau menangkap segala perisitiwa disekitarnya. Dalam kamus bahasa Indonesia. kesanggupan kecakapan, atau kekuatan berusaha.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II ANALISIS KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA DALAM MATERI SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran tradisional kerap kali memosisikan guru sebagai pelaku

BAB I PENDAHULUAN. pengajaran Matematika sangat perlu ditingkatkan. Salah satu cara untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Helen Martanilova, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peserta didik merupakan generasi penerus bangsa yang perlu

Diajukan Oleh : IRFAKNI BIRRUL WALIDATI A

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), saat ini sedang mendapat perhatian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA MELALUI PEMBELAJARAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION (RME) KELAS VIII SMP NEGERI 1 BILUHU

II. KAJIAN PUSTAKA. menyampaikan sesuatu seperti menjelaskan konsep dan prinsip kepada siswa.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI. A. Kemampuan penalaran Matematika

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kemampuan Komunikasi Matematika. Kata komunikasi berasal dari kata communication yang dalam Kamus

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. negatif. Perkembangan teknologi ini dimulai dari negara maju, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. dalam bidang pendidikan yang di survey oleh Organisation for Economic

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Representasi Matematis a) Pengertian Kemampuan Representasi Matematis Menurut NCTM (2000) representasi adalah konfigurasi atau sejenisnya yang berkorespondensi dengan suatu, mewakili, melambangkan atau menyajikan sesuatu. Sedangkan Mandur (2013), mengemukakan bahwa kemampuan representasi matematis merupakan kemampuan menyatakan ide atau gagasan matematis dalam bentuk gambar, grafik, tabel, diagram, persamaan atau ekspresi matematika, simbol-simbol, tulisan atau kata-kata tertulis. Representasi matematis siswa yang dimunculkan oleh siswa merupakan ungkapan-ungkapan dari gagasan-gagasan atau ide matematika yang ditampilkan siswa dalam upayanya memahami suatu konsep matematika ataupun dalam mencari sesuatu solusi dari masalah yang sedang dihadapi. Representasi dapat membantu siswa dalam menjelasan konsep atau ide matematika dan memudahkan anak mendapatkan strategi pemecahan dengan memahami apa yang diketahui, ditanyakan dan menjelaskan langkah-langkah proses penyelesaian masalah. Siswa mempresentasikan sebuah gagasan 6

atau ide matematika tersebut dalam bentuk gambar, tabel, katakata(verbal), benda konkrit atau simbol matematika. Salah satu pencapaian dalam proses pembelajaran matematika hendaknya menjamin siswa agar bisa menyajikan konsep-konsep yang dipelajarinya dalam berbagai macam model matematika, membantu mengembangkan pengetahuan siswa secara lebih mendalam, dengan cara memfasilitasi mereka melalui pemberian kesempatan yang lebih luas untuk merepresentasikan gagasangagasan matematis. Prinsip-rinsip yang penting dalam matematika dapat dihubungkan dengan dunia fisik, yang akan menuntut para siswa untuk mengumpulkan, mencatat, menginterpretasi, menganalisa, mengkomunikasikan dan melakukan representasi data yang sangat penting bagi prosesproses pembuatan keputusan mereka (Wahyudin : 2008). Menurut NCTM (2000), standar representasi matematis dalam kegiatan pembelajaran adalah: 1. Menciptakan dan menggunakan representasi untuk mengorganisir, mencatat, dan mengkomunikasikan ide-ide matematika. 2. Memilih, menerapkan, dan menerjemahkan representasi matematis untuk memecahkan masalah. 7

3. Menggunakan representasi untuk memodelkan dan menginterpretasikan fenomena fisik, sosial, dan fenomena matematika. Berdasarkan keterangan di atas maka dapat disimpulkan bahwa pengertian representasi matematis adalah kemampuan siswa dalam mengungkapkan ide atau gagasan matematika yang disajikan untuk menentukan solusi dari masalah yang dihadapi. b) Indikator Kemampuan Representasi Matematis Adapun indikator-indikator yang digunakan sebagai acuan untuk menilai kemampuan representasi matematis yaitu: 1. Menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bentuk simbol matematis. Pada tahap ini siswa diharapkan dapat menyatakan peristiwa sehari-hari yang berkaitan dengan matematika dalam bentuk simbol matematis. Sehingga Siswa dikatakan dapat menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bentuk simbol matematis jika siswa dapat memahami masalah matematis di dalam kehidupan sehari-hari. 2. Menyajikan masalah dalam bentuk grafik, tabel, gambar, diagram atau sebaliknya. Pada tahap ini siswa diharapkan dapat memberikan penjelasan dari suatu permasalahan matematis dalam bentuk grafik, tabel, gambar ataupun diagram dengan menggunakan 8

ide atau simbol matematis. Dengan demikian maka siswa dapat memperoleh kesempatan lebih luas untuk merepresentasikan gagasan matematis dari suatu permasalahan tersebut. 3. Menyajikan langkah penyelesaian masalah secara runtun. Tahap ini siswa diharapkan dapat mengungkapkan ide-ide atau gagasan matematis dalam menyelesaikan permasalahan matematika. Sehinga siswa dapat mengumpulkan, mencatat, menginterpretasi, menganalisan, mengkomunikasikan dan melakukan representasi data. Siswa dikatakan dapat mengekspresikan ide atau gagasan matematis untuk menyelesaikan masalah jika siswa dapat memahami apa yang diketahui, ditanyakan dan langkah-langkah proses penyelesaian masalah-masalah matematika. 2. Gaya Belajar Dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah, guru dalam menyampaikan materi atau memberikan persoalan matematika kepada siswa tidak bisa lepas dari gaya belajar siswa. Gaya belajar siswa adalah cara yang konsisten dilakukan oleh seorang siswa dalam menangkap stimulus atau informasi, cara mengingat, berpikir dan memecahkan (Nasution : 2011). Sedangkan menurut Deporter dan Hernacki (2011), gaya belajar merupakan suatu kombinasi dari 9

bagaimana seseorang menyerap, dan kemudian mengatur serta mengolah informasi. Gaya belajar bukan hanya berupa aspek ketika menghadapi informasi, melihat, mendengar, menulis dan berkata. Tetapi juga aspek pemrosesan informasi sekunsial, analitik, global atau otak kiri otak kanan, aspek lain adalah ketika merespon sesuatu atas lingkungan belajar (diserap secara abstrak dan konkret). Berdasarkan pada Neuro-Linguistic Programming yang dikembangkan oleh Richard Bandler dan John Grinder dalam model strategi komunikasi, diketahui bahwa selain kita memasukkan informasi dari kelima indera, juga ada preferensi bagaimana kita menciptakan dan memberikan arti pada suatu informasi. Secara umum, menggunakan tiga preferensi sensori yaitu berdasarkan pada visual (penglihatan), auditori (pendengaran) dan kinestetik (sentuhan dan gerakan). Macam-macam Gaya belajar sebagai berikut: 1. VISUAL (Visual Learners) Gaya Belajar Visual (Visual Learners) menitikberatkan pada ketajaman penglihatan. Artinya, bukti-bukti konkret harus diperlihatkan terlebih dahulu agar mereka paham Gaya belajar seperti ini mengandalkan penglihatan atau melihat dulu buktinya untuk kemudian bisa mempercayainya. Ada beberapa karakteristik yang khas bagai orang-orang yang menyukai gaya belajar visual ini. Pertama adalah kebutuhan melihat sesuatu (informasi/pelajaran) secara visual untuk mengetahuinya atau 10

memahaminya, kedua memiliki kepekaan yang kuat terhadap warna, ketiga memiliki pemahaman yang cukup terhadap masalah artistik, keempat memiliki kesulitan dalam berdialog secara langsung, kelima terlalu reaktif terhadap suara, keenam sulit mengikuti anjuran secara lisan, ketujuh seringkali salah menginterpretasikan kata atau ucapan. Ciri-ciri gaya belajar visual ini yaitu : Cenderung melihat sikap, gerakan, dan bibir guru yang sedang mengajar. Bukan pendengar yang baik saat berkomunikasi. Saat mendapat petunjuk untuk melakukan sesuatu, biasanya akan melihat teman-teman lainnya baru kemudian dia sendiri yang bertindak. Tak suka bicara di depan kelompok dan tak suka pula mendengarkan orang lain. Terlihat pasif kegiatan diskusi. Kurang mampu mengingat informasi lisan. Lebih suka peragaan daripada penjelasan lisan. Dapat duduk tenang ditengah situasi yang ribut dan ramai tanpa terganggu. 2. AUDITORI (Auditory Learners ) Gaya belajar auditori (Auditory Learners) mengandalkan pada pendengaran untuk bisa memahami dan mengingatnya. Karakteristik model belajar seperti ini benar- 11

benar menempatkan pendengaran sebagai alat utama menyerap informasi atau pengetahuan. Artinya, kita harus mendengar, baru kemudian kita bisa mengingat dan memahami informasi itu. Karakter pertama orang yang memiliki gaya belajar ini adalah semua informasi hanya bisa diserap melalui pendengaran, kedua memiliki kesulitan untuk menyerap informasi dalam bentuk tulisan secara langsung, ketiga memiliki kesulitan menulis ataupun membaca. Ciri-ciri gaya belajar Auditori yaitu : Mampu mengingat dengan baik penjelasan guru di depan kelas, atau materi yang didiskusikan kelompok/ kelas. Pendengar ulung: anak mudah menguasai materi yang diajarkan guru. Cenderung banyak omong. Tak suka membaca dan umumnya memang bukan pembaca yang baik karena kurang dapat mengingat dengan baik apa yang baru saja dibacanya. Kurang cakap dalam mengerjakan tugas mengarang/ menulis. Senang berdiskusi dan berkomunikasi dengan orang lain. Kurang tertarik memperhatikan hal-hal baru dilingkungan sekitarnya, seperti hadirnya anak baru, adanya papan pengumuman di pojok kelas, dll. 12

3. KINESTETIK (Kinesthetic Learners) Gaya belajar kinestetik mengharuskan individu yang bersangkutan menyentuh sesuatu yang memberikan informasi tertentu agar ia bisa mengingatnya. Tentu saja ada beberapa karakteristik model belajar seperti ini yang tak semua orang bisa melakukannya. Karakter pertama adalah menempatkan tangan sebagai alat penerima informasi utama agar bisa terus mengingatnya. Hanya dengan memegangnya saja, seseorang yang memiliki gaya ini bisa menyerap informasi tanpa harus membaca penjelasannya. Ciri-ciri gaya belajar Kinestetik yaitu : Menyentuh segala sesuatu yang dijumapinya, termasuk saat belajar. Sulit berdiam diri atau duduk manis, selalu ingin bergerak. Mengerjakan segala sesuatu yang memungkinkan tangannya aktif. Contoh: saat guru menerangkan pelajaran, dia mendengarkan sambil tangannya asyik menggambar. Suka menggunakan objek nyata sebagai alat bantu belajar. Sulit menguasai hal-hal abstrak seperti peta, simbol dan lambang. Menyukai praktek/ percobaan. Menyukai permainan dan aktivitas fisik. 13

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa gaya belajar merupakan cara belajar siswa agar lebih cepat memahami dan menyerap informasi secara nyaman atau cocok dengan dirinya sendiri. Dari uraian tentang indikator gaya belajar di atas dirangkum indikator gaya belajar yang digunakan pada penelitian ini yaitu: 1) Indikator Gaya Belajar Visual - Mengerti dengan baik setiap bentuk gambar, warna dan angka. - Senang memperhatikan saat berkomunikasi. - Melihat teman bekerja baru ikut bertindak. - Tidak suka bicara didepan kelompok. - Mengingat apa yang dilihat, daripada apa yang didengar. - Lebih suka peragaan daripada penjelasan lisan - Dapat tenang dalam kondisi ramai. 2) Indikator Gaya Belajar Auditori - Dapat mengingat dengan baik penjelasan guru. - Mempunyai kepekaan terhadap musik. - Bicara sendiri saat bekerja. - Lebih suka mendengarkan daripada membaca. - Merasa hebat dalam bercerita. - Senang bicara saat berdiskusi. - Senang berdiskusi kelompok. - Tidak suka melihat papan pengumuman di kelas. 14

3) Indikator Gaya Belajar Kinestetik - Berorientasi pada bentuk fisik. - Aktif dalam bergerak. - Menggunakan jari untuk petunjuk ketika membaca buku. - Suka mengaitkan materi dengan kejadian sehari-hari. - Lebih mudah menguasai hal-hal yang konkrit daripada abstrak. - Menyukai praktek. - Menyukai permainan. Tabel 1.1 Gaya Belajar Siswa No. Gaya belajar Visual Auditori Kinestetik 1. Saya dapat mengerti dengan baik setiap bentuk gambar, warna dan angka. 2. Saya lebih suka memperhatikan guru menjelaskan secara lisan. 3. Saya tidak suka diburu-buru tugas. 4. Dalam berdiskusi saya merasa malu untuk mengeluarkan pendapat 5. Saya lebih mudah mengingat apa yang dilihat, daripada apa yang didengar. 15 Saya dapat mengingat dengan baik penjelasan guru tanpa menulis. Saya lebih suka bermain musik daripada olah raga Saya sering bicara sendiri saat bekerja Saya lebih suka mendengarkan radio daripada melihat gambar Diantara teman yang lain, sayalah yang paling hebat dalam bercerita. Jika teman mempunyai barang baru, saya ingin memegangnya. Saya lebih suka berlari daripada duduk. Jari saya sangat membantu saya dalam membaca buku Saya biasa mengaitkan materi dengan kejadian sehari-hari. Saya lebih mudah menguasai hal-hal yang konkrit daripada abstrak.

6. Saya lebih suka melihat tabel daripada dijelaskan isi tabel 7. Saya dapat tenang dalam kondisi ramai. Saya tidak memikirkan salah bicara ketika sedang berdiskusi Saya merasa senang ketika disuruh kerja bakti Saya lebih menyukai praktek daripada teori. Permainan apapun membuat saya tidak jenuh. 8. Papan pengumuman di kelas saya terlihat jelek 3. Materi Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil kelas VIIIG SMP N 1 Kembaran tahun ajaran 2016/2017 pada materi bangun ruang sisi datar, yaitu: 1) Materi Pokok Aljabar 2) Standar Kompetensi 1. Memahami bentuk aljabar, relasi, fungsi dan persamaan garis lurus. 3) Kompetensi Dasar 2.2. Membuat matematika dari masalah yang berkaitan dengan sistem per-samaan linear dua variabel 4) Indikator 2.2.1. Membuat matematika dari masalah sehari-hari yang berkaitan dengan SPLDV. 16

B. Penelitian Relevan Penelitian yang relevan ini bertujuan agar tiak terjadi pengulangan dalam penelitian. Beberapa penelitian yang telah dilakukan berkaitan dengan kemampuan representasi matematis dan gaya belajar, yaitu: a. Cicilia (2015) dalam penelitiannya mendeskripsikan kemampuan representasi matematis siswa kelas X SMK.dalam hasil belajar. Hasil penelitian menemukan bahwa kemampuan representasi matematis berpengaruh terhadap hasil belajar. Kemampuan representasi matematis siswa dengan prestasi tinggi sudah baik, kemampuan representasi matematis siswa dengan prestasi sedang sudah baik, dan kemampuan representasi matematis siswa dengan prestasi rendah masih kurang. Persamaan penelitian ini adalah sama-sama mengacu pada kemampuan representasi matematis. Perbedaan penelitian ini adalah peneliti untuk mengetahui kemampuan representasi matematis siswa kelas VIII SMP, sedangkan penelitian tersebut untuk mengetahui kemampuan representasi matematis siswa kelas X SMK. b. Ramlah dkk (2014) dalam jurnal penelitiannya mendeskripsikan gaya belajar dalam hasil belajar. Hasil penelitian menemukan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar matematika. Persamaan penelitian ini adalah sama-sama mengacu pada gaya belajar. Perbedaan penelitian ini adalah peneliti untuk 17

mengetahui kemampuan representasi matematis siswa, sedangkan penelitian tersebut untuk mengetahui pengaruh gaya belajar dan keaktifan siswa terhadap prestasi. Dalam penelitian tersebut akan diterapkan pada siswa kelas VII, VIII, dan IX sedangkan penelitian ini akan diterapkan pada tingkat siswa kelas VIII SMP. C. Kerangka Berpikir Kemampuan representasi matematis merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam pembelajaran matematika karena membantu siswa dalam menyampaikan dan menjelaskan konsep atau ide matematika, dan memudahkan untuk menemukan strategi pemecahan masalah matematika. Siswa akan lebih mudah dalam mengungkapkan ide atau gagasan matematika yang ditampilkan sebagai bentuk suatu permasalahan yang digunakan untuk menentukan solusi dari masalah yang dihadapi sebagai hasil interpretasi pikirannya. Siswa mempresentasikan sebuah gagasan atau ide matematika tersebut dalam bentuk gambar, tabel, kata-kata (verbal), benda konkrit atau simbol matematika. Setiap siswa sebaiknya dapat menyadari gaya belajar yang sesuai dengan dirinya. Selain itu guru juga harus dapat memahami perbedaan gaya belajar. Guru harus dapat menerapkan strategi pembelajaran yang sesuai dengan gaya belajar siswa yang berbeda-beda. Dengan demikian, apabila siswa mengenali gaya belajarnya sendiri maka ia akan lebih mudah dalam melakukan representasi matematis dalam menentukan solusi dari masalah matematika. 18