METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di areal hutan kerangas yang berada dalam kawasan Hak Pengusahaan Hutan PT. Wana Inti Kahuripan Intiga, PT. Austral Byna, dan dalam kawasan wisata alam Trinsing yang secara administratif termasuk ke dalam wilayah Kabupaten Barito Utara Kalimantan Tengah, serta hutan lindung Liang Anggang Kecamatan Gambut Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan. Waktu penelitian dilaksanakan selama 10 bulan, yaitu dari bulan Juli 2001 - Pebruari 2002. Rilhan dan Alat Penelitian Bahan yang dijadikan obyek penelitian adalah Icondisi lahan dan vegetasi dalarn suatu mosaik hutan kerangas yang berada di sekitar areal Hak Pengusahaan Hutan (HPH), areal di sekitar kawasan wisata alam Trinsing. dan hutan lindung Liang - - Anggang. Untuk mosaik hutan kerangas yang berada di sekitar areal HPH terdapat 3 lokasi yaitu 2 tipe pada areal PT. WIKI ( tipe 1 = sekitar lokasi tebangan tahun 199311994, tipe 2 = belum ada penebangan), dan 1 tipe pada areal PT. Austral Byna (tipe 3 = tebangan tahun 198711988), tipe 4 = hutan kerangas di sekitar kawasan 4 wisata alam Trinsing, sedangkan hutan kerangas yang terdapat di hutan lindung Liang Anggang disebut tipe 5. Alat yang digunakan meliputi peta lokasi, haga hypsometer, peralatan pengukuran tanah, pita ukur, phi band, kompas, peralatan dokumentasi, peralatan untuk keperluan pembuatan herbarium, tally sheet, dan alat tulis menulis.
Prosedur Penelitian Teknik Pengiumpulan Data Pelaksanaan pengambilan contoh dilakukan pada plot pengamatan berukuran 2 ha yang diletakan secara purposive pada masing-masing tipe hutan kerangas yang diamati. Adapun data-data yang diambil dalam penelitian ini adalah : 1) Data vegetasi yang mencakup : a. Jumlah pohon, jumlah jenis, diameter setinggi dada, dan tinggi vegetasi (untuk kepentingan pembuatan diagram profil) untuk tingkat pohon dan tiang b. Jumlah jenis vegetasi tingkat pancang dan semai, serta tumbuhan bawah seperti : paku-pakuan, anggrek, herba, semak, liana/perambat, dan palma kecillrotan. c. Celah kanopi 2) Data faktor-faktor lingkungan yang meliputi : a. Data tanah berupa sifat fisik dan kimia tanah b. Data topografi berupa kemiringan lahan c. Aktifitas penebangan yang mencakup umur tebangan serta kegiatan lain yang terjadi pada areal penebangan. d. Data fisik lingkungan menyangkut kondisi umum kawasan wisata alam Trinsing. e. Data fisik lingkungan menyangkut kondisi umum kawasan hutan lindung Liang Anggang.
Sedangkan langkah-langkah yang harus ditempuh dalam pengumpulan data terbagi ke dalam beberapa kategori, yaitu : 1) Analisa vegetasi dalam mendapatkan komposisi jenis dan struktur tegakan Pada masing-masing tipe hutan kerangas yang di amati, ke-50 buah petak contoh berukuran 20 m x 20 m dilakukan pencatatan jumlah jenis, diameter setinggi dada, dan tinggi pohon. Dalam tiap petak contoh 20 m x 20 m dibuat masing-masing sub petak contoh berukuran 10 m x 10 m untuk pengamatan jumlah jenis, diameter setinggi dada, dan tinggi vegetasi pohon tingkat tiang; sub petak contoh 5 m x 5 m untuk pengamatan permudaan tingkat pancang, anggrek, palmafrotan serta jumlah jenis lianalperambat (dibatasi untuk liana dengan ketinggian maksimal 2,5 m); sub petak contoh berukuran 2 m x 2 m untuk pengamatan permudaan tingkat semai, herba, semak dan paku-pakuan. Berdasarkan komposisi jenis yang dihasilkan dari tiap petak contoh, kemudian dilakukan perhitungan ukuran keanekaragaman jenis (kekayaan, kemerataan dan kelimpahan spesies). Dari data yang terekarn juga digunakan dalam penentuan struktur tegakan. 2. Pola spasial beberapa spesies pohon tertentu Penentuan pola spasial hanya dilakukan pada tingkat vegetasi pohon. Berdasarkan hasil perhitungan dominansi yang diperoleh, spesies pohon yang dipilih untuk dicari pola spasialnya adalah masing-masing 5 spesies pohon yang memiliki nilai dominansi tertinggi, dan terkecil. Petak ukur 20 x 20 m dianggap sebagai unit dari pola spasial tingkat pohon dari spesies pohon yang terpilih (Niyama et al., 1999).
3. Penentuan petak pola spasial celah kanopi, kemiringan lahan, dan tumbuhan bawah Celah kanopi ditentukan dengan mengukur pohon-pohon pada pusat petak 5 mx 5 m yang memiliki tinggi tajuk kurang dari 10 m (Hubbell and Foster, 1986 ; Niyama et al, 1999). Petak 5 m x 5 m disebut juga sub petak celah kanopi?unit pengamatan celah kanopi dan kemiringan lahan adalah petak 20 m x 20 my sehingga suatu petak celah kanopi didefinisikan sebagai petak 20 m x 20 m yang memiliki lebih dari 3 sub petak celah kanopi. Sedangkan petak kemiringan lahan didefinisikan sebagai ratarata kemiringan lahan yang terdapat pada petak 20 m x 20 m. Kemiringan lahan dikelompokan menjadi : tipe I = 0-3 %, tipe I1 = 3-8 %, tipe I11 = 8-15 %, tipe IV = 15-30 %, tipe V > 30 % (Departemen Kehutanan dan Perkebunan, 1999). Pengklasifikasian tumbuhan bawah dalam penentuan petak pola sebaran spasial adalah dibatasi pada herba, semak, pandan-pandanan, paku-pakuan, dan palma kecillrotan. Suatu petak herba adalah petak 20 m x 20 m yang mengandung 16 individu herba, petak semak adalah petak 20 m x 20 m yang mengandung 16 individu semak, petak rotan dan palma kecil adalah petak 20 m x 20 m yang mengandung 16 individu rotan atau palma kecil, petak paku-pakuan adalah petak 20 m x 20 m yang -- - mengandung 16 individu paku-pakuan, petak pandan-pandanan adalah petak 20 m x 20 m yang mengandung 16 individu pandan-pandanan (ketiga tipe tersebut didasarkan pada sub petak herba, rotan dan palma kecil, semak, pandan-pandanan, dan paku-pakuan adalah berukuran 5 m x 5 m). (Niyama et al., 1999).
4. Pengukuran sampel tanah Sampel tanah diambil pada masing-masing tipe hutan kerangas yang diamati. Untuk kepentingan analisa laboratorium, tanah di ambil pada kedalam 0-20 cm, dan 20-40 cm. 5. Kondisi lahan penebangan dan kondisi kawasan wisata Kondisi lahan penebangan dikumpulkan dari data perusahaan. Sedangkan untuk kawasan wisata dan hutan lindung, informasi dikumpulkan dari gambaran umum tentang kondisi daerah tersebut. Berikut ini ditampilkan gambar mengenai teknik pengumpulan data untuk kepentingan analisa vegetasi, petak 2 m x 2 m untuk pengamatan permudaan tingkat semai, herba, semak; petak 5 m x 5 m untuk tingkat pancang, anggrek, palma/rotan serta jumlah jenis lianalperambat; petak 10 m x 10 m untuk pengamatan tingkat tiang dan petak 20 m x 20 m untuk pengamatan tingkat pohon (gambar 3) Gambar 3. Teknik pengumpulan data untuk kepentingan analisa vegetasi (a=2mx2m;b=5x5m;c= l0mx 10m;d=20mx20m). Selanjutnya untuk gambaran pengambilan contoh dalam kepentingan penentuan petak contoh pola spasial adalah seperti gambar 4, unit terkecil pola spasial
untuk untuk vegetasi pohon, celah kanopi dan kemiringan lahan adalah petak berukuran 20 m x 20 m dan subpetak pola spasial tumbuhan bawah = semak, rotanlpalma kecil, paku-pakuan, dan herba adalah sub petak berukuran 5 m x 5 m Gambar 4. Gambar petak sebagai unit pola spasial untuk vegetasi pohon, celah kanopi dan kemiringan (20 m x 20 m) dan subpetak tumbuhan bawah (5 m x 5 m = semak, paku-pakuan, herba, dan, juga merupakan sub petak celah kanopi). Indeks keanekara~aman ienis Indeks keanekaragaman yang ditentukan meliputi kekayaan jenis, kelimpahan jenis dan kemerataan (Ludwig and Reynold, 1988).
1. Kekayaan jenis (Species richness) Indeks kekayaan jenis dihitung menggunakan indeks kesamaan jenis Margalef (R'), yakni sebagai berikut : R' = (S- I)/ Ln. N S = jumlah jenis teramati N = jumlah total individu yang teramati Ln = logaritma natural 2. Kelimpahan jenis (Species Abundance) Penentuan indeks kelimpahan jenis pada penelitian ini menggunakan indeks Shannon-Wiener, yang dihitung dengan formula berikut : S H' = - I: (pi) ln pi i: 1 H' = indeks diversitas Shannon s = jumlah jenis pi = proporsi jumlah individu ke-i In = log natural 3. Kemerataan jenis (Species evenness) Kemerataan jenis ditentukan dengan menggunakan Modified Hill's ratio dengan persamaan sebagai berikut : (l/?l)- 1 E5 = eh' - 1 E5 = indeks kemerataan dari rasio Hill h = indeks diversitas(ke1impahan) Sirnpson
H' = indeks diversitas Shannon Sedangkan indeks Simpson dihitung dengan persamaan berikut : h = indeks diversitas Shannon s = jumlah jenis ni = jumlah individu spesies ke-i N = total jumlah indiadu Dominansi spesies tumbuhan Perhitungan dominansi spesies tumbuhan baik tingkat pohon dan permudaan dan tumbuhan bawah ditenrukan dengan menghitung indeks nilai penting, dengan persamaan sebagai berikut (Soerianegara dan Indrawan, 1998): - *- - 1. Tingkat pohon dan tiang Kerapatan - Jrlmlah individu Luas petak contoh Kerapatan satu jenis Kerapatan relatif = x 100 % Kerapatan seluruh jenis Frekuensi - Jumlah petak penemuan suatu jenis 4 Jumlah seluruh petak contoh Frekuensi satu jenis Frekuensi relatif = x 100% Frekuensi seluruh jenis Dominasi - Luas bidang dasar suatu jenis Luas petak contoh
Dominasi satu jenis Dominasi relatif = x 100% Dominasi seluruh jenis Indeks Nilai Penting (INP) = Kerapatan relatif + Frekuensi relatif + Dominasi relatif 2. Tingkat permudaan pancang, semai dan tumbuhan bawah Kerapatan - Jumlah individu Luas petak contoh Kerapatan satu jenis Kerapatan relatif = x 100 % Kerapatan seluruh jenis Frekuensi - Jumlah petak penemuan suatu jenis Jumlah seluruh petak contoh Frekuensi satu jenis Frekuensi relatif = x 100% Frekuensi seluruh jenis Indeks Nilai Penting (INP) = Kerapatan relatif + Frekuensi relatif Pola soasial Pola spasial ditentukan dengan menggunakan indeks Moroshita (IM) dengan persamaan berikut : ni = jumlah individu pada sampel ke-i n = total jumlah individu dalam seluruh sampel N = jumlah sampel
Langkah selanjutnya setelah nilai IM didapatkan adalah menentukan apakah pola spasial tersebut bersifat acak, mengelompok atau seragam. Indeks yang digunakan adalah Standarisasi Indeks Moroshita = IP (Smith - Gill, 1975 dalam Krebs, 1980) dengan langkah-langkah berikut : 1. Menentukan indeks seragam (Uniform Indeks = Mu) dan Indeks kelompok (Clumped indeks = Mc) dengan persamaan sebagai berikut : (Cxi) -1 ~~0,975,0,025 = Chi-square dua arah dengan selang kepercayaan 95 % N Xi = jumlah plotlkuadrat = jumlah individu dalam plotlkuadrat 2. Menentukan IP dengan selang kepercayaan 95 % (limit + 0,5 sampai - * 0,5), dengan ketentuan : Acak = IP : -0,5 sampai + 0,5 Kelompok = IP : +0,5 sampai 1 Seragam = IP : -0,5 sampai -1 pola spasial spesies oho on tertentu denean - celah kano~i, bub bawah dan keberadaan tumbuhan bawah Analisa hubungan asosiasi di antara variabel yang di hubungkan adalah menggunakan metode "presence-absence" plot yang dihadiri individu yang
dihubungkan di tandai frekuensinya. Dalam uji asosiasi pola spasial spesies tertentu dengan kemiringan lahan; 50 petak contoh 20 m x 20 m dibagi menjadi 6 tipe : petak kemiringan 0-3 % dan petak lainnya, petak kemiringan 3-8 % dan petak lainnya, petak kemiringan 8-15 % dan petak lainnya, petak kemiringan 15-30 % dan petak lainnya, petak kemiringan 30-45 % dan petak lainnya, petak kemiringan > 45 % dan petak lainnya. Dalam uji asosiasi pola spasial spesies tertentu dengan celah kanopi; 60 petak contoh 20 m x 20 m dibagi menjadi petak celah kanopi dan kanopi tertutup. Dalam uji korelasi pola spasial spesies tertentu dengan keberadaan tumbuhan bawah 60 petak contoh 20 m x 20 m dibagi menjadi 5 tipe yaitu : petak herba dan lainnya, petak semak dan lainnya, petak paku-pakuan dan lainnya, petak palma kecilhotan dan lainnya.?, Ada atau tidak adanya hubungan diuji dengan menggunakan uji x2, nilai x2 dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut : - - x2 = nilai hitung 0 = nilai hasil observasi E = nilai harapan Piamam ~rofil ve~etasi oho on dan permudaan Diagram profil dibuat untuk masing-masing tipe obyek hutan kerangas yang diamati. Gambaran yang disajikan merupakan proyeksi dari kondisi vegetasi pohon dan tiang dalam suatu areal dengan lebar 10 m dan panjang 60 m..
Perbedaan kondlsl kom.. unitas tumbuhan ~ ada ' the hutan kera Perbedaan antara kondisi komunitas tumbuhan yang di amati di analisa dengan beberapa pendekatan berikut : 1. Nilai struktur tegakan Analisa uji yang digunakan '*adalah uji beda nilai tengah (uji t dengan -- keragaman yang berbeda). Variabel yang diuji adalah struktur tegakan pada masing- masing tipe hutan kerangas yang diamati. Hipotesis yang diuji adalah : Ho : pi = pj : tidak terdapat perbedaan struktur tegakan antara tipe hutan HI : pi # pj kerangas yang di amati : paling sedikit terdapat perbedaan struktur tegakan pada tipe hutan kerangas yang diamati. 2. Nilai indeks kesamaan Indeks kesamaan komunitas dihitung dengan indeks kesamaan komunitas Jaccard dengan persamaan sebagai berikut (Ludwig and Reynold, 1988): IS = indeks kesamaan Jaccard A = jumlah jenis di dalarn contoh A B = jumlah jenis di dalarn contoh B C = jumlah jenis yang sama dari jenis-jenis yangterdapat pada contoh yang dibandingkan.
3. Analisa ordinasi kedudukan tipe-tipe hutan kerangas yang diamati Kedudukan tipe-tipe hutan kerangas diamati dengan analisa ordinasi berdasarkan variabel vegetasi yaitu : nilai indeks keanekaragarnan jenis, jumlah jenis, jumlah individu, besarnya luas bidang dasar, tinggi, diameter dan volume (empat terakhir khusus diperuntukan pada tingkat pohon dan tiang), dan variabel kondisi lahan yaitu sifat kimia tanah, struktur tanah, kondisi celah, tinggi dari permukaan laut (hasil analisa sifat tanah terlampir dalam lampiran 41). Bubunean antara kondisi veeetasi dan faktor-faktor linekuneaq Untuk mengetahui beberapa ha1 yang mempengaruhi terbentuknya hubungan antara kondisi tumbuhan dengan kondisi lingkungan (faktor-faktor lingkungan), dilakukan analisa data dengan menggunakan teknik ordinasi Principal Component Anai'ysis (PCA) dengan bantuan program SAS (SAS Institut Inc., 1987). Dua pendekatan yang digunakan dalam mengetahui hubungan kondisi vegetasi. dan faktor-faktor lingkungan adalah sebagai berikut : 1. Analisa ordinasi kedudukan tipe-tipe hutan kerangas yang menggunakan gabungan variabel vegetasi dan lahan. Hubungan kondisi vegetasi dan faktor. lingkungan didapatkan dari nilai eigenvector yang dihasilkan dalam analisa ordinasi. 2. Analisa ordinasi keberadaan jenis-jenis pohon dalam suatu kondisi vegetasi dan lahan tertentu. Variabel yang dianalisa meliputi sifat kimia tanah, struktur tanah, kondisi celah, tinggi dari permukaan laut, serta karakteristik dari kondisi pohon dan keberadaan tumbuhan bawah.