lebih mudah bagi perkembangan bahasa daripada setiap alternatif yang tersedia.

dokumen-dokumen yang mirip
fonem, kata dan rangkaian kata, misalnya bunyi [0 dilafalkan [0], bunyi [oe]

HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN AKHIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. huruf, kata dan bahasa. Bunyi bahasa yang dihasilkan penderita khususnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah salah satu alat komunikasi. Melalui bahasa manusia dapat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses pembelajaran bahasa terdapat empat kompetensi dasar, yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. seseorang dapat memenuhi kebutuhan pendidikannya dengan belajar menuntut

BAB I PENDAHULUAN. orang dan urutan kedua adalah China dengan jumlah pembelajar Bagi

BAB I PENDAHULUAN. lain-lain. Ketrampilan berbahasa (atau language atrs, language skills) dalam

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pengajaran bahasa mempunyai tujuan agar pembelajar dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. menulis. Keempat aspek keterampilan berbahasa itu saling berhubungan dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat manusia adalah fenomena sosial (Chaer, 2007:32).

BAB I PENDAHULUAN. Proses pemerolehan bahasa dialami manusia sejak lahir. Seorang bayi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Diki Sumarna, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan salah satu alat komunikasi yang mempunyai peranan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

INSTRUMEN PENILAIAN AUDIO TERINTEGRASI BUKU TEKS PELAJARAN BAHASA ASING SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) / MADRASAH ALIYAH (MA)

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. mahasiswa semester III Departemen Pendidikan Bahasa Perancis FPBS

BAB 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

PROGRAM PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS KELAS III - SEMESTER 2

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MAHASISWA DALAM MENULIS KALIMAT LANGSUNG DAN TIDAK LANGSUNG

MAKALAH JURNAL PEMBELAJARAN MENULIS KALIMAT DENGAN TEKNIK MENYUSUN KATA ACAK SISWA KELAS III SDN TAMBUN 06 TAHUN PELAJARAN 2009/2010

95. Mata Pelajaran Bahasa Perancis untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk yang perlu berinteraksi dengan manusia

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. Keterampilan berbahasa ( language skill) dalam kurikulum di sekolah. biasanya mencakup empat segi, yaitu:

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran bahasa asing seperti bahasa Jepang, kita mengenal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. bahasa lain atau bahasa kedua yang dikenal sebagai pengetahuan yang baru.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KONSEP DAN KOMPONEN. Oleh: Pujaningsih

BAB I PENDAHULUAN. hubungan sesamanya dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Hartati (2006: 34)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. maupun tulisan. Menurut Haviland (dalam Fahrin, 2012), bahasa adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Ghyna Amanda Putri, 2013

BAB I PENDAHULUAN. mengandung nilai kesopanan, sehingga mudah dipahami oleh lawan bicara.

2016 EFEKTIVITAS PENGGUNAAN METOD E COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) D ALAM MENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBUAT KALIMAT BAHASA JEPANG

91. Mata Pelajaran Bahasa Arab untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. lancar. Keterampilan membaca memiliki peranan yang sangat penting. Dalam

93. Mata Pelajaran Bahasa Jerman untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dengan siswa lainnya. Bagi siswa sekolah dasar, kadang

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia 4 sampai 5 tahun memiliki rasa ingin tahu dan sikap antusias

BAB I PENDAHULUAN. apalagi dalam mempelajari bahasa terutama bahasa asing. Bunyi ujar dalam

BAB I PENDAHULUAN. bahasa pemikiran dan perasaan dinyatakan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. seorang siswa dituntut bisa belajar pelajaran yang lain. Memperhatikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Shindy Grafina Callista, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah wahana komunikasi, baik dalam masyarakat luas maupun dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ilham Zamzam Nurjaman, 2013

2015 PENERAPAN TEKNIK READING ALOUD DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA SISWA TINGKAT DASAR

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, kita menggunakan bahasa sebagai alat untuk

PROGRAM PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS KELAS II - SEMESTER 2

BAB I PENDAHULUAN. skills) yaitu: keterampilan menyimak (listening skills), keterampilan berbicara

96. Mata Pelajaran Bahasa Perancis untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA) Program Pilihan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

MODEL PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN NARASI DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK FAST WRITING PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 14 GARUT TAHUN PELAJARAN 2011/2012

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah.

SATUAN ACARA PERKULIAHAN. Fonologi DR 411. Dr. Yayat Sudaryat, M.Hum. Hernawan, S.Pd., M.Pd.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. berbahasa, yakni: keterampilan mendengar, keterampilan berbicara, keterampilan membaca dan keterampilan menulis. Begitu pula ketika

BAB I PENDAHULUAN. reseptif yang meliputi menyimak (Hörfertigkeit) dan membaca (Lesefertigkeit),

BAB I PENDAHULUAN. Suatu bahasa tidak terlepas dari pelafalan, kosakata, dan tata bahasa.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. oleh peneliti dalam merancang, melaksanakan, mengolah data dan menarik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. dalam bentuk lambang lambang grafis, yang perubahannya menjadi wicara bermakna dalam

KEMAHIRAN MENYIMAK DALAM PROSES PEMBELAJARAN BAHASA ARAB. Muh. Jabir

PENGGUNAAN TEKNIK WAWANCARA DALAM PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN NARASI PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 3 CISURUPAN KABUPATEN GARUT TAHUN AJARAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa dapat diungkapkan secara lisan maupun tulisan. Penggunaan

IDENTITAS MATA KULIAH 16/03/2008 HERMAN 1

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

ANIS SILVIA

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak lepas dari kegiatan

BAB 1 WACANA FONOLOGI SECARA UMUM

BAB I PENDAHULUAN. Di era informasi ini, kiranya tidaklah berlebihan bila dikatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada

97. Mata Pelajaran Bahasa Jepang untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. pengertian bahasa. Pengertian pertama menyatakan bahasa sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip keilmuan secara holistik,

MODEL PEMBELAJARAN BERBICARA MENCERITAKAN TOKOH IDOLA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KOMUNIKATIF PADA SISWA KELAS VII SMPN 2

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan dasar manusia dalam kehidupan sehari-hari adalah komunikasi.

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi manusia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Alfa Mitri Suhara, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam kehidupan sehari-hari, manusia menggunakan bahasa sebagai sarana

BAB I PENDAHULUAN. Untuk kepentingan komunikasi dengan dunia internasional dengan baik,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Pelajaran 2

BAB I PENDAHULUAN. pendapat yang dapat disampaikan baik secara lisan maupun tulisan. Bahasa merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Raysha Amanda, 2014

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PADA TAMAN KANAK-KANAK KOTA A DISUSUN OLEH: MARYANI.M SEMESTER 4 PROGRAM STUDI S1 PAUD

Interferensi Sistem Bunyi Bahasa Ibu dalam Pemerolehan Belajar Bahasa Perancis

BAB 1 PENDAHULUAN. Kemampuan berbahasa ibu merupakan kemampuan yang dimiliki hampir

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada dasarnya bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi dan untuk

TINJAUAN MATA KULIAH... HAKIKAT BAHASA DAN PEMBELAJARAN BAHASA.. 1.1

MODEL PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN PERSUASI DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS V

UNIVERSITAS TERBUKA UPBJJ BANDUNG

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa yang digunakan manusia di dunia tidak hanya satu macam, hal ini disebabkan oleh masing-masing bangsa minimal memiliki satu bahasa. Pada umumnya manusia berkomunikasi melalui bahasa dengan cara berbicara atau menulis. Apabila komunikasi itu dengan tulisan, tidak ada alat yang ikut terlibat tetapi kalau komunikasi tersebut diiakukan secara lisan, maka alat ucap memegang peranan yang sangat penting. Sebagai alat komunikasi, bahasa sangat dibutuhkan manusia, oleh karena itu manusia tidak dapat melepaskan diri dan terlepas dari bahasa. Menurut Goiys Keraf (1986: 16), bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat berupa lambang bunyi suara yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Lebih lanjut Joseph A. De Vito (1970:7) dalam Chaedar Alwasilah (1993:79), menyatakan bahasa itu ujaran dan merupakan media bahasa yang terpenting dalam berbahasa. Dalam pandangan Ferdinand de Saussure bahasa sebagai sistem tanda selalu terdiri atas petanda (signifie) dan penanda (signifiant). Petanda itu tidak lain ialah konsep sedangkan penanda berupa gambaran akustik yang diwujudkan dalam bentuk bunyi-bunyi bahasa. Banyak linguis mengemukakan pendapat bahwa bunyi adalah sarana yang lebih mudah bagi perkembangan bahasa daripada setiap alternatif yang tersedia.

Berbeda dengan isyarat-isyarat atau substansi lain apa pun perbedaanperbedaannya dapat ditangkap dengan indra penglihat ; bunyi tidak tergantung pada kehadiran sumber cahaya dan tidak begitu sering terhaiang oleh benda-benda di hadapannya, oleh karena itu cocok digunakan untuk berkomunikasi pada malam maupun siang hari. Berbeda pula dengan berbagai macam substansi yang tergantung pada indra peraba untuk membuat dan menangkap perbedaanperbedaannya, bunyi tidak menuntut pengirim dan penerima agar berdekatan dan membiarkan tangan bebas melakukan tugas-tugas lain (John Lyons, 1995:63). Dari pendapat tersebut di atas secara garis besar dapat disimpulkan bahwa salah satu unsur penting yang terdapat dalam bahasa adalah bunyi, baik bahasa sebagai alat komunikasi, bahasa sebagai sistem ujaran maupun bahasa sebagai sistem tanda. Para pendukung hipotesis analisis kontrastif (dalam Tarigan, 1995:23) mengemukakan bahwa dalam pembelajaran bahasa kedua khususnya bahasa asing dapat terjadi transfer positif dan transfer negatif. Transfer positif terjadi tatkala dua bahasa atau lebih serupa, dan apabila bahasa-bahasa itu berbeda, maka transfer negatif yang muncul. Dengan perkataan lain, pada waktu terjadi penguasaan bahasa kedua (bahasa asing) semua unsur bahasa yang mirip baik bentuk, arti maupun distribusi akan mempercepat proses belajar bahasa kedua (transfer positif), sedangkan unsur-unsur bahasa yang berbeda dari bahasa pertama diduga akan menjadi penghambat (transfer negatif). Menurut Lado (1977:12) ada kecenderungan pada pembelajar untuk mentransfer sistem bahasanya sendiri ke dalam sistem bahasa yang sedang

mereka pelajari. Unsur-unsur yang ditransfer ke dalam bahasa kedua itu ialah fonem-fonem beserta varian-variannya, pola-pola tekanan kata dan ritme, transisi, pola-pola intonasi beserta hubungan-hubungannya dengan fonem-fonem lain. Berkenaan dengan pembelajaran bahasa khususnya bahasa asing, Samsuri (1993:8) menegaskan bahwa bahasa asing sebaiknya diajarkan dengan dasar mendengar dan menirukan ucapan-ucapannya, dan kemampuan membaca serta menulis harus dibangun atas dasar penguasaan bahasa secara lisan. Guy CAPELLE (dalam Leon, 1964:xii) mengemukakan bahwa pengajaran pelafalan harus diberikan pada awal pengajaran bahasa. Hal ini sejalan dengan pendapat Leon bahwa pengajaran pelafalan harus menjadi bagian di kelas bahasa Perancis sebagai bahasa asmg, karena pengajaran pelafalan merupakan syarat dalam penguasaan dua kemampuan berbahasa, yaitu penguasaan menyimak dan berbicara (1964:1). Beliau mengemukakan pula bahwa apa pun metode yang digunakan, pengajaran fonetik dapat menjadi bagian materi pengajaran bahasa, dan diberikan tidak hanya kepada pemula tetapi juga kepada semua tingkat. Bahasa Perancis sebagai bahasa asing yang dipelajari secara formal baik di Sekolah Menengah Umum maupun di Perguruan Tinggi mempunyai sistem bunyi yang sangat berbeda dengan bahasa Indonesia. Perbedaan sistem bunyi pada kedua bahasa tersebut dapat menimbulkan kesulitan bagi pembelajar. Kesulitan pertama yang paling sederhana bagi seseorang yang mempelajari bahasa Perancis adalah adanya perbedaan pelafalan pada bahasa Indonesia dan bahasa Perancis. Dalam sistem bunyi bahasa Perancis dengan jelas dibedakan secara fonemik antara [v] - [fj, [z] - [s], [u] - [y], [o] - [3], [s] - [f], [oe] -[»], dan Iain-lain. Misalnya, untuk melafalkan kata-kata base [baz], basse [bas],

bache, terdapat tiga fonem konsonan berbeda yaitu Izl, Is/, Iff, kemudian kata rue [Ry] dan r<jue [Ru], but [byt] dan bqui [bu] memiliki dua fonem yang berbeda yaitu lyl dan /u/. Sedangkan dalam bahasa Indonesia sistem bunyi tidak terlalu banyak variasi. Misalnya, untuk mengucapkan kata baju, saku, buku, dan surat, hanya ada satu fonem yaitu Iwl, untuk melafalkan kata variasi, fakultas, fonem, inyentaris, universitas, dan valutajidak ada perbedaan bunyi [v] dan [f] yang terdengar hanya satu bunyi [fj, kata zaman, zodiak, zat, dan zamzam sering diucapkan dengan menggunakan bunyi [j] seperti melafalkan kata jual, jangan, jalan dan sebagainya. Bahkan dalam bahasa daerah, seperti bahasa Sunda sistem bunyi [z], [v], [fj, [y], [oe], [0], [oe],[3] tidak digunakan. Ditinjau dari segi pengajaran bahasa Perancis di Program Pendidikan Bahasa Perancis Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), pengajaran pelafalan diberikan secara terpadu pada mata kuliah Lire I yaitu mata kuliah pemahaman teks dasar. Dalam proses belajar mengajar Lire I mahasiswa diperkenalkan secara singkat pelafalan vokal dan konsonan bahasa Perancis kemudian dilanjutkan pada pelafalan kata dan rangkaian kata, mahasiswa tingkat I tidak mengenal sama sekali bagaimana cara kerja alat ucap dalam proses pembentukan bunyi sehingga tidak mengherankan apabila hasil tes akhir semester I pada pencapaian kemampuan membaca (membaca nyaring) dan pada pencapaian kemampuan berbicara dalam mata kuliah Communicalion Orale I, mahasiswa masih banyak melakukan kesalahan dalam pelafalan kata dan rangkaian kata bahasa Perancis. Berdasarkan kenyataan yang ada, penulis tertarik untuk membuat suatu model pengajaran pelafalan bahasa Perancis dengan menggunakan model artikulatoris, yaitu suatu model pengajaran pelafalan bahasa Perancis yang

memperkenalkan bagaimana mekanisme alat ucap dalam menghasilkan bunyi bahasa Perancis, sehingga dengan menunjukkan titik, tempat artikulasi,dan cara kerja alat ucap mahasiswa dapat melafalkan fonem, kata dan rangkaian kata dengan sempurna. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah pokok penelitian ini adalah : Model pengajaran apa yang dapat mempermudah pelafalan bahasa Perancis bagi mahasiswa Program Pendidikan Bahasa Perancis? Berdasarkan masalah pokok tersebut fokus penelitian diarahkan pada empat problematik berikut: a. Kesulitan dalam melafalkan fonem apa yang akan terjadi bagi mahasiswa tingkat I Program Pendidikan Bahasa Perancis FPBS UPI Tahun Akademik 1999-2000? b. Seberapa besar peranan model artikulatoris dapat mengatasi kesulitan mahasiswa dalam melafalkan bunyi fonem, kata, dan kalimat bahasa Perancis? c. Apakah model artikulatoris dapat mempermudah dan mempercepat mahasiswa dalam melafalkan fonem, kata, dan kalimat bahasa Perancis? d. Apakah ada perbedaan yang signifikan antara hasil pretes dengan hasil postes?

1.3 Pentingnya Masalah Masalah ini penting untuk dikaji melalui penelitian ilmiah didasarkan pertimbangan bahwa: a. Penguasaan pelafalan merupakan salah satu unsur penting dalam pembelajaran bahasa Perancis karena penguasaan pelafalan dapat menunjang keterampilan berbahasa lisan khususnya pada keterampilan berbicara dan keterampilan membaca (membaca nyaring). b. Pengajaran pelafalan bahasa Perancis perlu diberikan sejak awal di Program Pendidikan Bahasa Perancis agar mahasiswa terbiasa melafalkan kata dan kalimat dengan baik dan benar. c. Model artikulatoris dapat mempermudah mahasiswa dalam melafalkan fonem dan kata bahasa Perancis. 1.4 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan umum untuk mencari model pengajaran pelafalan bahasa Perancis yang tepat, guna mempermudah mahasiswa dalam melafalkan fonem, kata, dan kalimat bahasa Perancis, sedangkan tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran tentang kesulitan pelafalan bahasa Perancis yang dihadapi mahasiswa tingkat I Program Pendidikan Bahasa Perancis, gambaran tentang peranan fonetik artikulatoris, serta gambaran tentang hasil pretes dan hasil postes.

1.5 Manfaat Penelitian Seteiah penelitian ini selesai, diharankan hasilnya bermaniaat: 1 Untuk mempermudah dan mempercepat penguasaan pelafalan bahasa Perancis bagi mahasiswa bahasa Perancis. 2 Untuk mempermudah pengajar bahasa Perancis dalam mengajarkan mata kuliah yang berhubungan dengan penguasaan berbahasa lisan. 3 Untuk membiasakan mahasiswa melafalkan dan menggunakan bahasa Perancis. 1.6 Anggapan Dasar Beberapa pokok pikiran yang dijadikan anggapan dasar sebagai titik tolak penelitian ini adalah: 1. Tiap bahasa memiliki perangkat unit fungsional yang terkecil yaitu fonem dan morfem (Gorys Keraf, 1996: 33). 2. Bunyi bahasa yang dihasilkan oleh alat ucap manusia dapat dipelajari melalui berbagai cabang fonetik, salah satu di antaranya adalah fonetik artikulatoris (Chaedar Alwasilah, 1993:88). 3. Kebiasaan dalam berbahasa ibu sangat berpengaruh terhadap pemerolehan bahasa kedua (Tarigan, 1992:10). 4. Analisis Kontrastif merupakan suatu konsep yang bertujuan menanggulangi masalah pengajaran bahasa kedua (Tarigan, 1995: 41).

5. Bahasa Indonesia telah dipelajari secara formal sejak kelas satu Sekolah Dasar, sedangkan bahasa Perancis merupakan bahasa asing yang pada umumnya mulai dipelajari di Program Bahasa Sekolah Menengah Umum atau di Perguruan Tinggi. 1.7 Hipotesis Hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini yakni : Model Artikulatoris dapat meningkatkan kemampuan pelafalan mahasiswa. 1.8 Definisi Operasional 1. Pengajaran Pelafalan Pengajaran dalam penelitian ini adalah pengajaran pelafalan bahasa Perancis yang terdiri dari pelafalan fonem, kata dan rangkaian kata. 2. Model artikulatoris Model dalam penelitian ini adalah model pengajaran pelafalan yang menampilkan bagan bagian muka sebelah kiri dengan gambar titik, tempat artikulasi, dan cara kerja alat ucap dalam proses pembentukan bunyi 1.9 Metodologi Penelitian 1.9.1 Metode Penelitian Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah Metode Eksperimen dengan desain pre-test andpost-test design. Metode eksperimen ini dipergunakan

untuk mengujicobakan model pengajaran pelafalan bahasa Perancis yaitu model artikulatoris. 1.9.2 Teknik Penelitian 1. Angket Angket digunakan dalam penelitian sebagai data tambahan yang bertujuan mengetahui latar belakang mahasiswa mengenai bahasa yang digunakan, pelafalan bahasa Perancis, usaha-usaha untuk mengatasi kesulitan pelafalan fonem bahasa Perancis. 2. Studi Pustaka Studi pustaka merupakan teknik penelitian yang penulis pergunakan untuk memperoleh teori-teori yang berkenaan denganmasalahpenelitian. 3. Tes Tes lisan (tes pelafalan) diberikan untuk mengetahui kemampuan mahasiswa dalam melafalkan fonem, kata, dan rangkaian kata bahasa Perancis.