BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan asuhan keperawatan juga tidak disertai pendokumentasian yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pertanggungjawaban tenaga keperawatan profesional (Depkes RI, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. menganggap dokumentasi sebagai bagian yang penting dari praktek. mencerminkan perubahan pada praktek keperawatan.

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pelayanan perawatan pasien yaitu penanganan emergency, tidak. Penanganan pada pelayanan tersebut dilaksanakan oleh petugas

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan. Penentu citra institusi pelayanan. akan terlihat dari asuhan keperawatan yang telah diberikan kepada klien.

BAB I PENDAHULUAN. Di Era moderen ini perkembangan profesi keperawatan di Indonesia menuju

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan. Pelayanan kesehatan di rumah sakit merupakan bentuk pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. Sakit pasal 1 ayat 1 menyatakan rumah sakit adalah suatu institusi. pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. besar menentukan pelayanan kesehatan yang berkualitas. Keperawatan sebagai

HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN KELENGKAPAN DOKUMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN DI RSUD dr.soekardjo KOTA TASIKMALAYA

BAB I PENDAHULUAN. Perawat sebagai profesi dalam bidang kesehatan dituntut untuk

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pelayanan kesehatan merupakan bagian penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan administrasi. Rumah sakit dengan peralatan yang canggih dan

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan bahwa perawat merupakan back bone untuk mencapai targettarget

BAB I PENDAHULUAN. pada fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. sosial dan medis berfungsi memberikan pelayanan kesehatan yang lengkap

Jurnal Keperawatan JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO.

FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, dan merupakan bagian integral dari sistem kesehatan Nasional.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sistem pelayanan kesehatan di Indonesia saat ini telah menunjukkan

KUALITAS DOKUMENTASI KEPERAWATAN DAN BEBAN KERJA OBJEKTIF PERAWAT BERDASARKAN TIME AND MOTION STUDY (TMS)

BAB I PENDAHULUAN. Dokumentasi Keperawatan merupakan bagian dari pelaksanaan Asuhan Keperawatan

BAB I PENDAHULUAN. dilengkapi dengan dokter yang mampu ini tidak akan memberikan hasil yang

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG REKAM MEDIS DENGAN KELENGKAPAN PENGISIAN CATATAN KEPERAWATAN JURNAL PENELITIAN MEDIA MEDIKA MUDA

BAB I PENDAHULUAN. profesional, perawat harus mampu memberikan perawatan dengan penuh kasih

ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang

BAB I PENDAHULUAN. perawat dalam memberikan pelayanan kepada klien. Pelayanan keperawatan

BAB III METODE PENELITIAN

STIKES Nani Hasanuddin Makassar 2. STIKES Nani Hasanuddin Makassar 3. STIKES Nani Hasanuddin Makassar ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. tentang pelayanan kesehatan yang berkualitas. Pelayanan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. mencari pertolongan medis sehingga harus dilakukan pengelolaan nyeri sejak

maupun sebagai masyarakat profesional (Nursalam, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan masyarakat banyak, maka peranan pemerintah dalam pelayanan

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. mudah, terjangkau dan terukur kepada masyarakat dan pihak-pihak terkait.

BAB I PENDAHULUAN. keperawatan adalah kepuasan pasien. Kepuasan pasien ditentukan oleh beberapa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keperawatan sebagai profesi dikembangkan sesuai dengan kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan proses belajar seumur hidup bagi perawat. Perawat terus

BAB I PENDAHULUAN. aktifitas pemberian jasa (pelayanan) yang dianggap berharga dan penting.

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. penerima jasa pelayanan kesehatan. Keberadaan dan kualitas pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan kesehatan bertujuan agar setiap penduduk mampu

BAB I PENDAHULUAN. dalam menyampaikan pendapat bagi warga negaranya, termasuk dalam masalah

Relationship Between Nurse Knowledge, Attitude, Workloads with Medical Record Completion at the Emergency Unit, Sanglah Hospital, Denpasar

BAB IV METODE PENELITIAN

HUBUNGAN BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN STRES KERJA DI INSTALASI RAWAT INAP RSU ISLAM SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan era globalisasi, setiap perusahaaan akan berusaha untuk

Kesimpulan: Terdapat hubungan yang signifkan antara tingkat pengetahuan perawat dengan kepatuhan perawat dalam pelaksanaan SOP pemasangan urin.

Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 7, No. 3, Oktober 2011

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. global yang harus segera ditangani, karena mengabaikan masalah mata dan

BAB I PENDAHULUAN. yang mengharuskan mereka dirawat di rumah sakit (Pieter, 2011). Berdasarkan survei dari Word Health Organization (WHO) pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rumah sakit sebagai pusat pelayanan kesehatan harus memberikan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. rumah sakit, dokter, dan kualitas keperawatan yang dirasakan. Pengalaman pasien

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S 1 Keperawatan. Disusun oleh: ISNANI J

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan di Rumah sakit yang diberikan kepada pasien

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU PERAWAT TERHADAP KETEPATAN WAKTU PENGEMBALIAN REKAM MEDIS RAWAT INAP DI RSD KOTA TIDORE KEPULAUAN

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (2013), rumah sakit adalah bagian integral dari suatu

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan dalam penelitian ini adalah bidang Ilmu. Mikrobiologi Klinik dan ilmu penyakit infeksi.

IVANA KUSUMA PARAHITA J

BAB I PENDAHULUAN. harus terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat (Depkes, 1998).

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Standar Prosedur Operasional. Gambar 3.1 Kerangka Konsep

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan kurikulum pendidikan Sarjana Keperawatan atau Ners yang

BAB I PENDAHULUAN. mempertanggungjawabkan dan membuktikan pekerjaannya. Oleh karena itu ada

BAB I PENDAHULUAN. meliputi kebijakan manajerial, kebijakan teknis serta pengembangan standar dan

BAB I PENDAHULUAN. advokat klien, edukator, koordinator, kolaborator, peneliti/pembaharu

BAB I PENDAHULUAN. medis. Sistem pelayanan rekam medis adalah suatu sistem yang. pengendalian terhadap pengisian dokumen rekam medis.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Keperawatan adalah salah satu profesi di rumah sakit yang

BAB I PENDAHULUAN. atau manajemen untuk memberikan pelayanan yang terbaik. Manajemen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Sarana pelayanan kesehatan menurut Peraturan Menteri Kesehatan

ANALISIS PERILAKU DOKTER DALAM MENGISI KELENGKAPAN DATA REKAM MEDIS LEMBAR RESUME RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UNGARAN TAHUN 2005

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. dan profesional kesehatan lain, serta perawat dan komunitas. Proses interaksi

Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 2 (1) 2017

BAB I PENDAHULUAN. profesional yang paling lama kontak dengan pasien (Aditama, 2010). Kepala ruang memiliki peran sebagai first line manager di sebuah

ANALISIS KINERJA PERAWAT PELKASANA DALAM PENERAPAN PROSES KEPERAWATAN DI RUANGAN RAWAT INAP RSUD LABUANG BAJI MAKASSAR

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Ruang kebidanan RSUD.Dr.M.M

BAB I PENDAHULUAN. Pemasangan infus termasuk kedalam tindakan invasif atau tindakan yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan dasar tersebut (Depkes, 2009). yang meliputi pelayanan: curative (pengobatan), preventive (upaya

BAB 1 PENDAHULUAN. bergerak dalam bidang jasa pelayanan kesehatan mempunyai fungsi dan tugas

radiografi konvensional merupakan penelitian analitik dengan menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Djoyosoegito dalam Hatta (2010), rumah sakit merupakan satu

BAB I PENDAHULUAN. personil guna memudahkan pencapaian beberapa tujuan yang telah

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN di RS PKU Muhammadiyah Gamping yang merupakan salah satu. Yogyakarta. RS PKU Muhammadiyah Gamping

BAB I PENDAHULUAN. pula. Setiap komunikasi memiliki tujuan masing-masing, baik dari yang

BAB III METODEOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif korelasi

BAB III METODE PENELITIAN

VOLUME I No 3 Juli 2013 Halaman Hubungan Faktor Internal Dengan Kinerja Pegawai Di Rumah Sakit Umum Daerah Wangaya Kota Denpasar

HUBUNGAN MOTIVASI KERJA PERAWAT DENGAN PELAKSANAAN PENDOKUMENTASIAN PROSES KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT INAP RSUD TOTO KABILA KABUPATEN BONE BOLANGO

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. No.269/MENKES/PER/III/2008 tentang Rekam Medis bab III pasal 5 yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kualitas atau mutu pelayanan kesehatan yang diselenggarakan oleh

HUBUNGAN PERSEPSI PERAWAT PELAKSANA TENTANG KEMAMPUAN SUPERVISI KEPALA RUANG DENGAN KINERJA PERAWAT DI INSTALASI RAWAT

PENGARUH KOMUNIKASI TERAPEUTIK TERHADAP KEPATUHAN DALAM TINDAKAN KEPERAWATAN PADA ANAK USIA 4-12 TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan masalah kesehatan benar-benar merupakan kebutuhan. penting. Oleh karena itu, organisasi pelayanan kesehatan diharapkan

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN LAMA WAKTU TANGGAP PERAWAT PADA PENANGANAN ASMA DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Praktek keperawatan di indonesia saat ini masih dalam suatu proses profesionalisme yaitu terjadinya suatu perubahan dan perkembangan global dan lokal. Masalah yang sering muncul dihadapi di negara indonesia dalam pelaksanaan asuhan keperawatan adalah banyak perawat yang belum melakukan pelayanan keperawatan yang sesuai standar asuhan keperawatan dan pelaksanaan asuhan keperawatan juga tidak disertai pendokumentasian yang lengkap (Asmadi, 2008). Perawat yang profesional merupakan perawat yang sesuai dengan standar, perawat yang dapat memuaskan pelayanannya, dan menerapkan etika profesional keperawatan. Selain itu perawat profesional juga harus mampu untuk berkomunikasi secara efektif, menerapkan aspek etik dan legal dalam praktik keperawatan, melaksanakan asuhan keperawatan profesional di klinik dan komunitas, mampu mengaplikasikan kepemimpinan dan pengelolaan keperawatan, mampu menjalin hubungan bersosialisasi, melakukan penelitian, mampu mengembangkan profesionalisme secara terus menerus atau belajar sepanjang hayat. Tugas perawat dalam memberikan asuhan keperawatan antara lain mengkaji kebutuhan pasien, merencanakan tindakan keperawatan, melaksanakan rencana tindakan, mengevaluasi hasil asuhan keperawatan, dan mendokumentasikan asuhan keperawatan (Staub, 2006) dalam Martini (2007).

Pendidikan tinggi dalam keperawatan secara umum akan menghasilkan tenaga keperawatan yang berkualitas dan mampu membuat pembaharuan dan perbaikan mutu pelayanan/asuhan keperawatan, serta penataan perkembangan kehidupan profesi keperawatan dalam menjalankan praktek keperawatan untuk memenuhi kebutuhan pasiennya. Untuk itu pendidikan sangatlah penting dalam dunia keperawatan. Semakin tinggi pendidikan perawat semakin berkualitas juga dalam memberikan asuhan keperawatan dan mampu berpikir kritis (Asmadi, 2008). Perawat dengan tingkat pendidikan yang berbeda mempunyai kualitas dokumentasi yang dikerjakan berbeda pula karena semakin tinggi tingkat pendidikannya maka kemampuan secara kognitif dan keterampilan akan meningkat (Notoatmodjo, 2003) dalam Yanti (2013). Tenaga keperawatan yang berasal dari berbagai jenjang pendidikan (SPK, D3, D4, S1, dan bahkan pada profesi Ners) dan dari rentang waktu lulusan yang sangat berbeda tapi memiliki tugas yang cenderung sama. Perawat lebih banyak mengerjakan pekerjaan koordinasi dan limpah wewenang. Akhir-akhir ini tanggung jawab perawat terhadap dokumentasi sudah berkurang. Akhirnya isi dan fokus dari catatan yang dilakukan perawat telah dimodifikasi sesuai kebutuhan, bahkan berubah keluar dari konsep asuhan keperawatan sendiri (Sondoro, 2011) dalam Amir, dkk (2013). Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang mengadakan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan pelaksanaan pendokumentasian harus dimiliki oleh berbagai tenaga profesi tenaga kesehatan, salah satunya adalah perawat. Seorang perawat mempunyai

peran dalam melaksanakan pendokumentasian asuhan keperawatan dalam rekam medis (Damayanti, 2013) Seorang perawat harus mampu melaksanakan dokumentasi asuhan keperawatan dalam rekam medis dengan lengkap, jelas, akurat dan dapat dipahami oleh orang lain. Namun, dalam pelaksanaannya pengisian dokumentasi asuhan keperawatan dalam rekam medis oleh tenaga perawat pada dasarnya masih memiliki permasalahan, yaitu masih rendahnya tingkat pemahaman terhadap pendokumentasian asuhan keperawatan. Dokumentasi keperawatan merupakan bagian dari pelaksanaan asuhan keperawatan yang menggunakan proses keperawatan yang memiliki suatu nilai hukum yang sangat penting. Tanpa dokumentasi keperawatan maka semua implementasi keperawatan yang dilaksanakan oleh perawat tidak mempunyai makna dalam hal tanggung jawab dan tanggung gugat. Dokumentasi keperawatan dapat dikatakan sebagai pegangan untuk para perawat dalam mempertanggungjawabkan dan membuktikan pekerjaannya atau tindakan yang perawat lakukan. Oleh sebab itu ada beberapa kaidah atau aturan yang harus ditaati oleh perawat didalam melakukan pendokumentasian perawatan. Ciri dokumentasi asuhan keperawatan yang baik adalah berdasarkan fakta, akurat, lengkap, ringkas, terorganisir, waktu yang tepat, dan bersifat mudah dibaca (Potter & Perry, 2009) dalam Yanti (2013). Berdasarkan pre-survey penelitian di RSUD dr. R Goeteng Taroenadibrata pada tanggal 26 oktober 2016, diketahui jumlah perawat di ruangan adalah 164 perawat (72 perawat S1 dan 92 perawat D3). Dilihat dari

hasil dokumentasi keperawatan (pengkajian, diagnosis, intervensi, implementasi dan evaluasi), perawat dengan pendidikan keperawatan S1 bisa mengisi secara penuh, sedangkan perawat dengan pendidikan keperawatan DIII bisa mengisi setengah saja. Selain itu perawat dengan pendidikan keperawatan S1 juga mencatat hasil dokumentasi keperawatan lebih rinci dibandingkan dengan keperawatan DIII. Dari hasil pre-survey ini dapat disimpulkan bahwa perawat dengan pendidikan keperawatan S1 mencatat hasil dokumentasi keperawatan lebih lengkap dibandingkan dengan perawat dengan pendidikan keperawatan DIII. B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian tentang Apakah ada hubungan tingkat pendidikan dan tingkat pengetahuan perawat dengan kelengkapan pendokumentasian asuhan keperawatan di ruang rawat inap RSUD dr. R Goeteng Taroenadibrata Purbalingga?. C. TUJUAN PENELITIAN 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikan dan tingkat pengetahuan perawat dengan kelengkapan pendokumentasian asuhan keperawatan di ruang rawat inap RSUD dr. R Goeteng Taroenadibrata Purbalingga 2. Tujuan Khusus

A. Untuk mendeskripsikan tingkat pendidikan dan tingkat pengetahuan perawat di ruang rawat inap RSUD dr. R Goeteng Taroenadibrata Purbalingga. a. Gambaran tingkat pendidikan perawat di ruang rawat inap RSUD dr. R Goeteng Taroenadibrata Purbalingga. b. Gambaran tingkat pengetahuan perawat di ruang rawat inap RSUD dr. R Goeteng Taroenadibrata Purbalingga. B. Untuk mendeskripsikan kelengkapan pendokumentasian asuhan keperawatan di ruang rawat inap RSUD dr. R Goeteng Taroenadibrata Purbalingga. C. Untuk menganalisa hubungan antara tingkat pendidikan dan tingkat pengetahuan perawat dengan kelengkapan pendokumentasian asuhan keperawatan di ruang rawat inap RSUD dr. R Goeteng Taroenadibrata Purbalingga. a. Hubungan tingkat pendidikan perawat dengan kelengkapan pendokumentasian asuhan keperawatan di ruang rawat inap RSUD dr. R Goeteng Taroenadibrata Purbalingga. b. Hubungan tingkat pengetahuan perawat dengan kelengkapan pendokumentasian asuhan keperawatan di ruang rawat inap RSUD dr. R Goeteng Taroenadibrata Purbalingga. D. MANFAAT PENELITIAN 1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai pertimbangan masukan dalam penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan pendokumentasian asuhan keperawatan di rumah sakit. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Responden Memberikan gambaran tentang pendokumentasian asuhan keperawatan sehingga diharapkan dapat membuat dokumentasi keperawatan yang lebih baik dan benar. b. Bagi Peneliti Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pengalaman yang lebih mendalam berkaitan dengan dokumentasi keperawatan dan pengalaman penelitian. c. Bagi Universitas Muhammadiyah Purwokerto Dapat digunakan sebagai sumber data, referensi atau bahan rujukan untuk menyusun penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan pendokumentasian asuhan keperawatan. d. Bagi Instansi Terkait Memberikan masukan dalam membuat asuhan keperawatan yang lebih baik sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan yang diberikan kepada pasien di rumah sakit. E. KEASLIAN PENELITIAN

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian 1. Nama I gusti putri mastini Judul penelitian Hubungan pengetahuan, sikap dan beban kerja dengan kelengkapan pendokumentasian asuhan keperawatan irna di RSU Pusat Sanglah Denpasar. Metode penelitian Hasil penelitian Persamaan Perbedaan Dengan metode Cross Sectional. Jumlah sampel adalah 76 orang. Pemilihan sampel dilakukan dengan metode accidental sampling. Data dikumpulkan menggunakan koesioner. Hasilnya dianalisa dengan uji Chi Square dan multivariate (regresi logistik) Subjek penelitian sebagian besar 44 (57,9%) berumur 31-40 tahun, berpendidikan D3 keperawatan 50 ( 65,8%), masa kerja 39 (51,3%) 6-10 tahun, pengetahuan baik 54 (71,1%), sikap positif 54 (71,1%). Menggunakan metode penelitian cross sectional. Pemilihan sampel dilakukan dengan metode accidental sampling, sedangkan penelitian ini menggunakan random sampling. 2. Nama Riko giftian Judul penelitian Metode penelitian Hasil penelitian Hubungan antara pengetahuan perawat tentang rekam medis dengan kelenkapan pengisian catatan keperawatan di bangsal penyakit dalam RSUP Dr. Kariadi Semarang Desain cross sectional. sampel berjumlah 15 observasi tentang kelengkapan pengisian dokumentasi asuhan keperawatan pada rekam medis dan menggunakan kuesioner. Uji statistik menggunakan uji fisher exact-test. Dalam penelitian ini ditemukan hasil yang bermakna antara variabel pengetahuan tentang aspek hukum rekam medis (p=0,017), tata cara pengisian dokumentasi asuhan keperawatan (p=0,022). Sedangkan variabel pengetahuan tentang rekam medis mendapatkan hasil yang bermakna yaitu (p=0,004).

Persamaan Menggunakan metode penelitian cross sectional. Perbedaan Uji statistik menggunakan uji fisher exact-test, sedangkan penelitian ini menggunakan uji Chi-square. 3. Nama Inayatullah Judul penelitian Metode penelitian Hasil penelitian Persamaan Perbedaan Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Tingkat Pengetahuan Perawat tentang Asuhan Keperawatan dengan Pedoman NANDA NOC dan NIC di RSUD Ajibarang Penelitian ini menggunakan desain korelasional dengan pendekatan cross sectional. Sampel penelitian ini sebanyak 57 responden yang dipilih dengan metode simple random sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuisioner. Pengolahan dan analisis hubungan tingkat pendidikan dengan pengetahuan perawat menggunakan uji chi square. Hasil penelitian menunjukan bahwa kebanyakan pendidikan responden adalah perawat DIII (75,4 %), dan pengetahuan respon den pada kategori baik (47,4%). Hasil uji statistik chi square didapatkan X2 hitung 7,085>X2 tabel 5,991, p value 0,029 dan α=0,05. Menggunakan metode penelitian cross sectional. Menggunakan desain korelasional, sedangkan penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif. 4. Nama Maria Muller Judul penelitian Peningkatan Kualitas Dokumentasi Keperawatan, hasil Keperawatan a Diagnosis, Intervensi, dan Luaran Pelaksanaan Studi.

Metode penelitian Hasil penelitian Persamaan Perbedaan Desain eksperimental pretest-posttest, perawat dari 12 bangsal rumah sakit Swiss menerima intervensi-kelas pengantar pendidikan dan kelas berturut-turut, dengan menggunakan metodekasus diskusi melaksanakan diagnosa keperawatan, intervensi, dan diuji menggunakan t tests. Dari 36 catatan keperawatan yang dipilih secara acak dievaluasi sebelum dan setelah implementasi. Kualitas diagnosis didokumentasikan keperawatan, intervensi, dan hasil pasien keperawatan-sensitif dinilai dengan 29 dengan instrumen 0-4 skala, yang disebut Quality of Diagnosis Keperawatan, Intervensi, dan Hasil (Q-DIO) Menggunakan metode penelitian cross sectional. Desain eksperimental pretest-posttest di uji menggunakan T tests, sedangkan penelitian ini menggunakan desain deskriptif. 5. Nama Linda E. Judul penelitian Metode penelitian Hasil penelitian Persamaan Kesehatan Rekaman Dokumentasi elektronik dalam Keperawatan: Nurses Persepsi, Sikap, dan Preferensi Menggunakan desain deskriptif cross-sectional untuk menilai fungsi, kebutuhan dan preferensi, dan sikap personil 100 keperawatan (RNS, perawat praktis berlisensi, dan asisten perawat) terhadap penggunaan EHR. Likert-jenis skala sikap menjelaskan 54% dari varians dalam skor sikap dan menunjukkan validitas konstruk suara dan konsistensi internal (r = 0,77). sepertiga, 36%, bahwa EHRs mengakibatkan beban kerja menurun. 64%, lebih disukai dokumentasi samping tempat tidur. Secara keseluruhan, 75% dari perawat berpikir EHRs telah meningkatkan kualitas dokumentasi dan 76% percaya akan menyebabkan peningkatan keselamatan dan perawatan pasien. Perawat dengan keahlian dalam menggunakan komputer, 80%, menguntungkan sikap terhadap EHRs dibandingkan mereka dengan keahlian kurang. Menggunakan metode penelitian cross sectional.

Perbedaan Penilaian dengan menggunakan Electronic Health Record (EHR) metode dokumentasi, sedangkan penelitian ini masih manual.