STUDI TINGKAT EROSI DAERAH ALIRAN SUNGAI LUMPO KECAMATAN IV JURAI KABUPATEN PESISIR SELATAN. Oleh : Sepka Marnil*,Helfia Edial**,Erna Juita** ABSTRAK

dokumen-dokumen yang mirip
STUDI TINGKAT EROSIVITAS DAN ERODIBILITAS DAS AIR HAJI KECAMATAN SUNGAI AUR KABUPATEN PASAMAN BARAT. Oleh:

STUDI TENTANG TINGKAT EROSI TEBING SUNGAI DI ALIRAN BATANG PALANGAI KECAMATAN RANAH PESISIR KABUPATEN PESISIR SELATAN. Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kebutuhan manusia akibat dari pertambahan jumlah penduduk maka

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala

STUDI TENTANG PENGGUNAAN LAHAN SEPANJANG DAS SEMPADAN BATANG LENGAYANG DI NAGARI KAMBANG UTARA KECAMATAN LENGAYANG KABUPATEN PESISIR SELATAN

ANALISIS DAN PEMETAAN DAERAH KRITIS RAWAN BENCANA WILAYAH UPTD SDA TUREN KABUPATEN MALANG

TUGAS TEKNOLOGI KONSERVASI SUMBER DAYA LAHAN

BAB I PENDAHULUAN. utama dunia yaitu lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia dan lempeng. Indonesia juga merupakan negara yang kaya akan hasil alam.

STUDI KESESUAIAN LAHAN TANAMAN TOMAT DI KECAMATAN LEMBAH GUMANTI KABUPATEN SOLOK. Oleh :

ANALISIS KESESUAIAN TANAH UNTUK TANAMAN JERUK NIPIS DI KENAGARIAN SULIT AIR KECAMATAN X KOTO DI ATAS KABUPATEN SOLOK SKRIPSI

ANALISIS DAN PEMETAAN DAERAH KRITIS RAWAN BENCANA WILAYAH UPTD SDA TUREN KABUPATEN MALANG

TINGKAT BAHAYA EROSI PADA LAHAN PERTANIAN DI KENAGARIAN AIE DINGIN KABUPATEN SOLOK

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

STUDI LOKASI TITIK-TITIK RENTAN EROSI DI SEPANJANG JALAN SEKITAR BUKIT SELASIH SAMPAI KECAMATAN LUBUK KILANGAN JURNAL

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kabupaten Temanggung terletak di tengah-tengah Propinsi Jawa Tengah

DAMPAK PENAMBANGAN BAHAN GALIAN C TERHADAP LAHAN DI BATANG KALUMBUK KENAGARIAN AMPANG KURANJI KECAMATAN KOTO BARU KABUPATEN DHARMASRAYA JURNAL

geografi Kelas X PEDOSFER II KTSP & K-13 Super "Solusi Quipper" F. JENIS TANAH DI INDONESIA

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB 3 GAMBARAN UMUM WILAYAH

STUDY OF EROSION HAZARD ON DEGRADATION OF AGRICULTURAL LAND IN PONDOK PARIAN LUNANG VILLAGE DISTRICT OF LUNANG PESISIR SELATAN REGION.

OKTOBERI PRATAMA NIM :

BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Secara Geografis Kota Depok terletak di antara Lintang

LEMBAR KERJA SISWA. No Jenis Tanah Jenis tanaman Pemanfaatannya

HIDROSFER I. Tujuan Pembelajaran

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian. Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas

BAB II DESKRIPSI DAERAH STUDI

ANALISIS DAERAH RAWAN LONGSOR DI KECAMATAN WAY KRUI TAHUN 2015 (JURNAL) Oleh. Catur Pangestu W

PAPER KARAKTERISTIK HIDROLOGI PADA BENTUK LAHAN VULKANIK

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

EROSI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OLEH: MUH. ANSAR SARTIKA LABAN

3. List Program Pertanyaan Untuk Ciri-Ciri Asal Terjadinya Tanah. 4. List Program Pertanyaan Untuk Ciri-Ciri Sifat Dan Bentuk Tanah

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 4. Dinamika Lithosferlatihan soal 4.6

EROSI DAN SEDIMENTASI

GAMBARAN UMUM SWP DAS ARAU

Ali Achmad 1, Suwarno 2, Esti Sarjanti 2.

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis LS dan BT. Beriklim tropis dengan

PENGEMBANGAN KONSERVASI LAHAN TERHADAP EROSI PARIT/JURANG (GULLY EROSION) PADA SUB DAS LESTI DI KABUPATEN MALANG

Gambar 9. Peta Batas Administrasi

IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

mampu menurunkan kemampuan fungsi lingkungan, baik sebagai media pula terhadap makhluk hidup yang memanfaatkannya. Namun dengan

Pendugaan Erosi Aktual Berdasarkan Metode USLE Melalui Pendekatan Vegetasi, Kemiringan Lereng dan Erodibilitas di Hulu Sub DAS Padang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STUDI EROSI LAHAN PADA DAS AIR DINGIN BAGIAN HULU DI KOTA PADANG. Skripsi APRIZON PUTRA 89059

STUDI KARAKTERISTIK TANAH PADA LAHAN TANAMAN JAGUNG HIBRIDA PIONEER 23 DI KECAMATAN TIGO NAGARI KABUPATEN PASAMAN

dampak perubahan kemampuan lahan gambut di provinsi riau

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 2 Peta administrasi DAS Cisadane segmen hulu.

II. TINJAUAN PUSTAKA Pertumbuhan Penduduk dan Dampaknya terhadap Perkembangan Suatu Wilayah

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Proses erosi karena kegiatan manusia kebanyakan disebabkan oleh

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Letak, Batas, dan Luas Daerah Penelitian. Sungai Oyo. Dalam satuan koordinat Universal Transverse Mercator

BAB I PENDAHULUAN. Lahan merupakan sumber daya alam strategis bagi segala pembangunan. Hampir

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Hampir semua sektor pembangunan fisik memerlukan lahan,

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. tersebut relatif tinggi dibandingkan daerah hilir dari DAS Ciliwung.

BAB I PENDAHULUAN. dengan erosi geologi atau geological erosion. Erosi jenis ini tidak berbahaya

V. EVALUASI KEMAMPUAN LAHAN UNTUK PERTANIAN DI HULU DAS JENEBERANG

Tila Novita*, Erna Juita, S.Pd. M.Si**,Rozana Eka Putri, S.Pd.M.Si**

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih baik. Menurut Bocco et all. (2005) pengelolaan sumber daya alam

TEKNOLOGI PEMANFAATAN LAHAN MARGINAL KAWASAN PESISIR

BAB I PENDAHULUAN. Lahan merupakan salah satu sumberdaya alam yang dibutuhkan umat

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

KARAKTERISTIK FISIK LAHAN DI NAGARI PARU (RIMBO LARANGAN) KABUPATEN SIJUNJUNG

TINGKAT BAHAYA EROSI PADA TIAP SATUAN LAHAN DI DAERAH ALIRAN SUNGAI KANAIKAN BAGIAN HULU KABUPATEN PASAMAN BARAT

PEDOSFER BAHAN AJAR GEOGRAFI KELAS X SEMESTER GENAP

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

MODEL PENANGGULANGAN BANJIR. Oleh: Dede Sugandi*)

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung.

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

TANAH / PEDOSFER. OLEH : SOFIA ZAHRO, S.Pd

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Erosi

By: Tilawati*Dasrizal**Aslan Sari Thesiwati.** ABSTRACT

Evaluasi Tingkat Bahaya Longsor Terhadap Lahan Permukiman Di Gunung Padang Kota Padang Sumatera Barat. Oleh :

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

PEMETAAN TINGKAT BAHAYA EROSI BERBASIS LAND USE DAN LAND SLOPE DI SUB DAS KRUENG SIMPO

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III LANDASAN TEORI. A. Metode USLE

BAB I PENDAHULUAN Indonesia menguasai ekspor pasar minyak sawit mentah dunia sebesar

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya yang sangat penting untuk kehidupan

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan hubungan dengan kelingkungan (Versatappen, 1983 dalam Suwarno 2009).

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit

TINGKAT ERODIBILITAS TANAH DI KECAMATAN AMBARAWA KABUPATEN SEMARANG PROPINSI JAWA TENGAH

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IDENTIFIKASI JENIS-JENIS TANAH DI INDONESIA A. BAGAIMANA PROSES TERBENTUKNYA TANAH

ANALISIS POTENSI KEKERINGAN GEOMORFOLOGI MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KABUPATEN PURWOREJO

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Survei Tanah. potensi sumber dayanya adalah survei. Sebuah peta tanah merupakan salah satu

EVALUASI TINGKAT EROSI TANAH DI KECAMATAN SUKOREJO KABUPATEN KENDAL. Evaluation of The Level Of Soil Erosion Sukorejo in District Of Kendal

ANALISIS POTENSI DAERAH RESAPAN AIR HUJAN DI SUB DAS METRO MALANG JAWA TIMUR

BAB IV ANALISIS HASIL PENGOLAHAN DATA INFILTRASI

POTENSI LAHAN DI DESA KAHUKU KECAMATAN LIKUPANG KABUPATEN MINAHASA UTARA BERDASARKAN KELAS KEMAMPUAN

BAB II TINJAUAN UMUM

Transkripsi:

STUDI TINGKAT EROSI DAERAH ALIRAN SUNGAI LUMPO KECAMATAN IV JURAI KABUPATEN PESISIR SELATAN Oleh : Sepka Marnil*,Helfia Edial**,Erna Juita** *,Mahasiswa STKIP PGRI Sumatera Barat ** Staf pengajar Geografi STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuistudi Tingkat Erosi Daerah Aliran Sungai LumpoKecamatan IV Jurai Kabupaten Pesisir Selatan.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yaitu memberikan gambaran tentang karakter objek yang diteliti kemudian diperbandingkan antara satu dengan yang lainnya guna mendapatkan kesimpulan yang diinginkan, cara pengambilan sampel pada penelitian ini adalah metode sampel wilayah (sampling Area), dimana unit pengukuran adalah tiap satuan litologi yang diturunkan dari peta geologi dengan pertimbangan penggunaan lahan (Vegetasi penutup), kemiringan lereng dan jenis tanah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) Tingkat erosi pada daerah penelitian terbagi atas 2 bagian yaitu rendah pada satuan litologi Qal.1.Sw.Lat dan satuan litologi Qal.1.Sm.Lat, sementara tingkat erosi sedang pada satuan litologi Tomp.III.Sw.Lat, Tomp.III.Kc.Lat dan Tomp.V.Ht.Lat, (2) Tidak terdapat perbedaan tingkat erosi berdasarkan penggunaan lahan (perkebunan dan pertanian) pada setiap satuan litologi yang berbeda di DAS Lumpo dan (3) Tidak terdapat perbedaan tingkat erosi berdasarkan penggunaan lahan (perkebunan dan pertanian) pada setiap satuan litologi yang sama di DAS Lumpo. Kata Kunci : Tingkat Erosi, DAS.

STUDI TINGKAT EROSI DAERAH ALIRAN SUNGAI LUMPO KECAMATAN IV JURAI KABUPATEN PESISIR SELATAN. Oleh : Sepka Marnil*, Helfia Edial,**Erna Juita ** *,Mahasiswa STKIP PGRI Sumatera Barat ** Staf pengajar Geografi STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRACT This research study aims to determine the Watershed Erosion Rate LumpoKecamatan IV Jurai South Coastal District. The method used in this research is descriptive method is to give an idea of the character of the object studied and compared between each other in order to obtain the desired conclusion, sampling method in this study is the method of sample areas (sampling area), where the unit of measurement is each lithological units derived from the geological map with consideration of land use (vegetation cover), slope and soil type. The results showed that: (1) The level of erosion in the study area is divided into 2 parts low Qal.1.Sw.Lat lithological units and lithological units Qal.1.Sm.Lat, while the rate of erosion was the lithological units Tomp.III. Sw.Lat, Tomp.III.Kc.Lat and Tomp.V.Ht.Lat, (2) There were no differences in erosion rate based on land use (agriculture and plantation) in each different lithological units in the watershed Lumpo and (3) there were no differences in erosion rate by land use (agriculture and plantation) in each unit of the same lithology in watershed Lumpo. Key Word : Erosion Rate, DAS

PENDAHULUAN Pada saat sekarang masalah erosi merupakan masalah yang serius, sebab erosi dapat menurunkan kualitas air sungai di bagian hulu, ini merupakan proses erosi yang terjadi pada bagian hulu tersebut. Penurunan debit air, produktifitas tanah, banjir yang terjadi setiap tahun dan meningkatnya kandungan lumpur atau bahan organik dimusim kemarau dan ini merupakan tanda-tanda kerusakan sumber daya alam pada wilayah Daerah Aliran Sungai (DAS). Erosi yaitu suatu peristiwa hilang atau terkikisnya tanah atau bagian tanah dari suatu tempat yang terangkut dari suatu tempat ke tempat lain, disebabkan oleh pergerakan air, angin dan es. (Rahim,Supli Efendi,2003). Penelitian tentang erosi telah banyak dilakukan, karena erosi sangat mengganggu sumber daya alam dan lingkungan hidup. Usaha yang di lakukan untuk penanggulangan erosi pada waktu itu baru dimulai dengan menghutankan lahan tandus (Soerpardya,1982). Ada dua tempat kerusakan yang ditimbulkan oleh erosi yaitu (1) Pada tempat terjadi erosi,(2) Pada tempat tujuan akhir tanah yang terangkut tersebut diendapkan. Kerusakan yang dialami pada tanah tempat terjadi erosi berupa kemunduran sifat-sifat kimia dan sifat tanah seperti kehilangan unsur hara dan bahan organik serta memburuknya sifat sifat yang tercermin antara lain, menurunkan kapasitas infiltrasi dan kemampuan tanah menahan air, meningkatkan kepadatan dan ketahanan penetrasi tanah. Sedangkan kerusakan yang dialami pada daerah ini di mana tanah yang tersangkut diendapkan adalah tertimbunya tanaman yang ada, bertambah tingginya permukaan tanah yang tertimbun.(arsyad,1989). Mekanisme terjadinya erosi terdiri dari tiga proses yang bekerja secara berurutan yakni (1) penghancuran agregat dan pelepasan partikel-partikel tanah dari masa tanah, (2) pengangkutan, dan (3) pengendapan. Curah hujan yang jatuh dipermukaan tanah mempunyai kekuatan yang sangat besar untuk memecah gumpalan-gumpalan tanah. Berdasarkan proses terjadinya perlu dipisahkan antara erosi alamiah dengan erosi yang disebabkan oleh tindakan manusia atau erosi yang dipercepat. Erosi alamiah merupakan erosi yang terjadi secara alamiah dilapangan yang lajunya secara normal. Di mana banyaknya partikel tanah yang terangkat atau dipindahkan sama atau seimbang dan banyaknya tanah yang terbentuk. Sedangkan erosi yang dipercepat merupakan banyaknya partikel tanah yang dipindahkan lebih besar dari proses

pembentukan dari tanah itu sendiri, hal ini dikarenakan tindakan-tindakan manusia melakukan kesalahan dalam pengelolaan tanah (Kartasapoerta et al, 1989). Daerah Aliran Sungai Lumpo terdapat variasi batuan yang beragam yaitu Qal (Endapan Permukaan), Tomp (Batuan Gunung Api),dan Qou (batuan gunung api yang tak terpisahkan), juga kondisi geomorfologi yang terdiri dari perbukitan dan lembah yang sangat terjal. Daerah Aliran Sungai Lumpo bagian hulu memiliki arti penting bagi wilayah Kabupaten Pesisir Selatan karena daerah ini adalah tempat cadangan air bersih bagi masyarakat Lumpo, serta wilayah hutan lindung. Sementara pada daerah aliran ini masyarakatnya memanfaatkan lahan didaerah ini untuk usaha pertanian. Kemiringan yang terjadi dan curam dengan tanah yang peka terhadap erosi seperti latosol, aluvium, akibat dari kegiatan tersebut akan mengakibatkan proses geomorfik berupa erosi yang menyebabkan bencana. Pada daerah Lumpo tingkat erosi yang terjadi sudah hampir mencapai tingkat kerusakan yang cukup tinggi sebab pinggir dari tepi sungai sudan melebar kira-kira 1m - 3m arah samping kiri kanannya. Ini disebabkan oleh pengambilan pasir,batu dan kerikil yang terjadi terus menerus yang dilakukan oleh hampir seluruh masyarakat yang tinggal di sekitar aliran sungai tersebut. Metodologi Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk, mencatat, menganalisa dan menginterpretasikan kondisi yang ada, selanjutnya akan dideskripsikan sesuai dengan keadaan yang terjadi. Tempat penelitian dilaksanakan di nagari Daerah Aliran Sungai Lumpo kecamatan IV Jurai Kabupaten Pesisir Selatan. Penelitian ini dilakukan pada bulan September 2012 dan berakhir pada bulan Oktober 2012. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh satuan litologi yang termasuk wilayah Daerah Aliran Sungai Lumpo dengan satuan litologinya Qal, Tomp,dan Qou. Hasil Dan Pembahasan A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Kondisi Fisik (Letak,Luas dan Batas) Berdasarkan proyeksi menggunakan peta kecamatan IV Jurai,secara astronomis berada pada 1 10' LS - 1 23' LS dan 100 32' BT - 100 47'BT dengan batas-batas sebagai berikut :

a. Sebelah utara berbatas dengan Bayang b. Sebelah selatan berbatas dengan Batang Kapas c. Sebelah barat berbatas dengan Samudera Indonesia d. Sebelah timur berbatas Kabupaten Solok Luas kecamatan IV Jurai adalah 373,80 km 2 yang terdiri dari 6 Nagari, yaitu Painan, Salido, Bungo Pasang Salido, Tambang, Sago dan Lumpo. 2.Iklim Daerah Penelitian Daerah penelitian memiliki curah hujan yang relatif tinggi setiap tahunya. Wilayah Kecamatan 1V Jurai merupakan bagian dari wilayah Kabupaten Pesisir Selatan dengan keadaan iklimnya tidak jauh berbeda antara tempat yang satu dengan yang lainnya dengan kisaran temperatur udara 22 C hingga 32 C serta curah hujan rata-rata 2.919,24 mm/tahun. 3.Topografi Topografi merupakan relief dari tinggi rendahnya permukaan bumi. Topografi daerah penelitian pada umumnya merupakan wilayah yang mempunyai topografi variasi mulai datar, landai, miring dan curam yang terletak pada ketinggian 400 m -800 m di atas permukaan laut (dpl). 4.Geologi Daerah Penelitian Keadaan geologi atau struktur batuan yang ada di Kecamatan IV Jurai sangat mempengaruhi kondisi fisik daerah ini. Berdasarkan peta geologi Kecamatan IV Jurai dengan skala 1 : 500.000 dengan kondisi di lapangan maka batuan yang tersebar di kawasan IV Jurai Kenagarian Lumpo adalah batuan adalah Qal yaitu endapan permukaan, Tomp yaitu batuan gunung api, dan Qou yaitu batuan gunung api asam yang terpisahkan. 5.Geomorfologi Daerah Penelitian Geomorfologi adalah ilmu yang mempelajari bentuk-bentuk permukaan bumi sebagai akibat adanya pengaruh tenaga asal dalam dan tenaga asal luar bumi (hujan, angin, penyinaran, pemanasan matahari, benturan benda ruang angkasa, serta aliran air dan gletser) yang menghasilkan proses-proses mengakibatkan berubahnya bentuk-bentuk permukaan bumi.daerah penelitian ini tergolong pada daerah dengan tipe yang relatif berombak sampai curam.kemiringan lereng daerah ini juga bervariasi antara landai sampai curam dengan bentuk lereng datar, cekung, cembung, dan komplek.

Berdasarkan peta satuan lahan di kecamatan IV Jurai Kabupaten Pesisir Selatan terdapat dua bentuk lahan seperti : a. Bentuk Lahan Vulkanik (V) Bentuk lahan asal vulkanik dibagi menjadi bentuk-bentuk eksplosif dan efusif dan juga merupakan hasil kegiatan gunung api baik yang berupa kegiatan gunung api di permukaan bumi maupun di dalam kerak bumi. Pada satuan bentuk lahan perbukitan vulkanik yang berada di bagian timur DAS Lumpo, keadaan topografi satuan bentuk lahan ini berbukit-bukit, berlereng terjal dengan kemiringan 8-15%.Satuan bentuk lahan ini umumnya tertutup hutan dan kebun campuran. b. Bentuk lahan fluvial (F) Bentuk lahan proses fluvial adalah suatu proses baik fisika maupun kimia yang mengakibatkan perubahan-perubahan bentuk permukaan bumi karena air permukaan. 6.Jenis Tanah Berdasarkan peta jenis tanah Kecamatan IV Jurai Kabupaten Pesisir Selatan yang terdapat di daerah penelitian antara lain : andosol, latosol, dan aluvial. a. Andosol Jenis tanah ini banyak mengandung bahan organik dengan ph 4. Bila tanah ini terdapat pada daerah dataran tinggi sangat cocok untuk tanaman sayuran, bunga-bungaan, kopi, teh, dann coklat. Kalau untuk daerah dataran rendah sangat baik untuk sawah dan tanaman muda lainya. b. Latosol Jenis tanah ini terdiri dari latosol latosol merah dan latosol tebal. Jenis tanah ini sebelumnya berjenis solum tebal tetapi penggunaan yang terus-menerus dengan mengabaikan usaha konservasi akar pada saat sekarang ketebalanya berkurang. Jenis tanah ini biasanya ditanami kedelai, tebu, mangga, jeruk, dan tanaman tua seperti cengkeh, karet, pala, dan kelapa. c. Aluvial Jenis tanah ini adalah tanah yang sering kebanjiran dan dapat dianggap sebagai tanah muda, tanah ini memberi hasil yang sangat memuaskan untuk sawah, palawija dan tebu. 7.Penggunaan Lahan. Penggunaan lahan daerah aliran sungai Lumpo telah banyak mengalami perubahan dari hutan, kebun campuran, menjadi penggunaan lahan lainya dan akan berdampak terhadap infiltrasi, run off, debit aliran sungai dan akhirnya mempengaruhi debit banjir bagi daerah kenagarian Lumpo.Kebun campuran yang terdapat di lokasi penelitian umunya di

dominasi kelapa, rambutan, pisang, dan sebagainya. B.Hasil Penelitian 1. Tingkat Erosi Berdasarkan karakteristik dari pengharkatan 5 (lima) satuan litologi yang telah diuraikan di atas. Sedangkan gambaran umum masingmasing satuan litologi dapat diuraikan sebagai berikut: a. Satuan Litologi Qal.I.Sw.Lat (Sungai Gayo) Tabel IV.5 Tingkat Erosi Pada Satuan Litologi Qal.I.Sw.Lat Daerah yang berada pada satuan litologiqal.i.sw.lat berada pada daerah Sungai Gayo. Jenis tanahnya latosol dengan jenis batuannya Qal, topografinya dataran,dimanfaatkan untuk sawah dengan Karakteristik tanah lempung liat berdebu, bahan organik sedang, struktur tanah agak kasar, permeabilitas lambat, kemiringan lereng 0-2%, panjang lereng > 250 m dan kecuraman lereng lurus. Untuk lebih jelasnya perhatikan tabel dibawah ini: Satuan Litologi Kriteria Tingkat Erosi No Qal.I.Sw.Lat Harkat Kelas 1 Karakteristik tanah Lempung liat 2 Sedang berdebu 2 Bahan Organik 3 3 Sedang 3 Struktur tanah Granular 2 Agak buruk 4 Permeabilitas Lambat 2 Agak baik 5 Kemiringan lereng Datar 1 Baik 6 Panjang Lereng Sangat panjang 4 Buruk 7 Kecuraman lereng Datar 4 Baik Jumlah 17 Rendah Sumber : Pengolahan Data Primer,2012 Berdasarkan hasil pengharkatan terhadap 7 kriteria tingkat erosi maka jumlah nilai yang diperoleh adalah 17 dengan tingkat erosi tanah tergolong pada kelas II (rendah). Pada satuan litologi ini terdapat faktor yang dapat mendorong terjadinya erosi yaitu faktor panjang lereng yang sangat panjang. b. Satuan Litologi Qal.I.Sm.Lat (Bukit Siayah) Daerah yang berada pada satuan litologi Qal.I.Sm.Lat berada pada daerah Bukit Siayah. Jenis tanahnya latosol dengan jenis batuannya Qal, topografinya dataran, penggunaan lahannya semak belukar, dengan Karakteristik tanah lempung berpasir, bahan organik sangat rendah, struktur tanah granular,

permeabilitas sedang, kemiringan lereng 0-2%, panjang lereng > 250 m dan kecuraman lereng lurus. Untuk lebih jelasnya perhatikan tabel dibawah ini: Tabel IV.6 Karateristik Tanah Pada Satuan Litologi Qal.I.Sm.Lat Satuan Litologi Kriteria Tingkat Erosi No (Qal.I.Sm.Lat) Harkat Kelas 1 Karakteristik tanah Lempung berpasir 2 Sedang 2 Bahan Organik 0 1 Sangat rendah 3 Struktur tanah Granular 2 Agak baik 4 Permeabilitas Lambat 4 Baik 5 Kemiringan lereng Datar 4 Baik 6 Panjang Lereng Sangat panjang 1 Agak buruk 7 Kecuraman lereng Datar 4 Baik Jumlah 16 Rendah Sumber : Pengolahan Data Primer,2012 Berdasarkan hasil pengharkatan terhadap 7 kriteria tingkat erosi maka jumlah nilai yang diperoleh adalah 16 dengan tingkat erosi tergolong pada kelas II (rendah). Pada satuan litologi ini terdapat faktor yang dapat mendorong terjadinya erosi yaitu faktor panjang lereng yang sangat panjang. c. Satuan Litologi Tomp.III.Sw.Lat (Limau Gadang) Daerah yang berada pada satuan litologi Tomp.III.Sw.Lat berada pada daerah Limau Gadang. Jenis tanahnya latosol dengan jenis batuannya Tomp, topografinya agak curam, dimanfaatkan untuk sawah dengan Karakteristik tanah pasir berlempung, bahan organik agak buruk, struktur tanah granular halus, permeabilitas agak lambat, kemiringan lereng 15-24%, panjang lereng >170 m dan kecuraman lereng cekung. Untuk lebih jelasnya perhatikan tabel dibawah ini: Tabel IV.7 Tingkat Erosi Pada Satuan LitologiTomp.III.Sw.Lat Satuan Litologi Kriteria Tingkat Erosi No (Tomp.III.Sw.Lat) Harkat Kelas 1 Karakteristik tanah Pasir berlempung 3 Sedang 2 Bahan Organik 6 4 Agak buruk 3 Struktur tanah Granular halus 3 Agak Buruk 4 Permeabilitas Agak lambat 3 Agak baik 5 Kemiringan lereng 25 40% 3 Agak buruk 6 Panjang Lereng 170 (panjang) 3 Agak buruk 7 Kecuraman lereng Berbukit 2 Agak buruk

Jumlah 21 Sedang Sumber : Pengolahan Data Primer,2012 Berdasarkan hasil pengharkatan terhadap 7 kriteria tingkat erosi maka jumlah nilai yang diperoleh adalah 21 dengan tingkat erosi tanah tergolong pada kelas III (sedang). Pada satuan litologi ini terdapat beberapa faktor yang dapat mendorong terjadinya erosi yaitu faktor kemiringan lereng, struktur tanah dan panjang lereng. d. Satuan Litologi Tomp.III.Kc.Lat (Karatau) Daerah yang berada pada satuan litologi Tomp.III.Kc.Lat berada pada daerah Karatau. Jenis tanahnya latosol dengan jenis batuannya Tomp, topografinya agak curam, dimanfaatkan untuk kebun campuran dengan Karakteristik tanah pasir berlempung, bahan organik rendah, struktur tanah granular halus, permeabilitas agak lambat, kemiringan lereng 15-24%, panjang lereng 200 m dan kecuraman lereng cekung. Untuk lebih jelasnya perhatikan tabel dibawah ini: TabelIV.8 Tingkat Erosi Pada Satuan Litologi Tomp.III.Kc.Lat Satuan Litologi Kriteria Tingkat Erosi No (Tomp.III.Kc.Lat Harkat Kelas 1 Karakteristik tanah Pasir berlempung 3 Kasar 2 Bahan Organik 1 2 Agak buruk 3 Struktur tanah Granular halus 3 Agak baik 4 Permeabilitas Agak lambat 3 Agak baik 5 Kemiringan lereng 25 40% 3 Agak buruk 6 Panjang Lereng 170 (panjang) 3 Agak buruk 7 Kecuraman lereng Berbukit 3 Agak buruk Jumlah 20 Sedang Sumber : Pengolahan Data Primer,2012 Berdasarkan hasil pengharkatan terhadap 7 kriteria tingkat erosi maka jumlah nilai yang diperoleh adalah 20 dengan tingkat erosi tanah tergolong pada kelas III (sedang). Pada satuan litologi ini terdapat beberapa faktor yang dapat mendorong terjadinya erosi yaitu faktor kemiringan lereng, struktur tanah, permeabilitas dan panjang lereng. e. Satuan Litologi Tomp.V.Ht.Lat (Limau Gadang)

Daerah yang berada pada satuan litologi Tomp.VI.Ht.Lat berada pada daerah Limau Gadang. Jenis tanahnya latosol dengan jenis batuannya Tomp, topografinya curam dan penggunaan lahannya adalah hutan. Nilai Karakteristik No tanahlempung pasir, bahan organik rendah, struktur tanah granular halus, permeabilitas sedang, kemiringan lereng > 40%, panjang lereng 200 m dan kecuraman lereng cekung. Untuk lebih jelasnya perhatikan tabel dibawah ini: Tabel IV.9 Tingkat Erosi Pada Satuan Litologi Tomp.V.Ht.Lat Satuan Litologi Kriteria Tingkat Erosi (Tomp.V.Ht.Lat) Harkat Kelas 1 Karakteristik tanah Pasir berlempung 3 Kasar 2 Bahan Organik 2 2 Agak buruk 3 Struktur tanah Granular halus 3 Agak baik 4 Permeabilitas Agak lambat 4 Agak baik 5 Kemiringan lereng 25 40% 4 Agak baik 6 Panjang Lereng 170 (panjang) 3 Agak buruk 7 Kecuraman lereng Curam 4 Agak buruk Jumlah 23 Sedang Sumber : Pengolahan Data Primer,2012 Berdasarkan hasil pengharkatan terhadap 7 kriteria tingkat erosi maka jumlah nilai yang diperoleh adalah 23 dengan tingkat erosi tanah tergolong pada kelas III (sedang). Pada satuan litologi ini ini terdapat beberapa faktor yang dapat mendorong terjadinya erosi yaitu faktor kemiringan lereng, struktur tanah, permeabilitas dan panjang lereng. 1. Pengunaan lahan (pertanian dan perkebunan) yang sama pada satuan litologi yang sama 2. Penggunaan lahan (pertanian dan perkebunan) yang sama pada satuan litologi yang berbeda C.Pembahasan Pertama,Tingkat Erosi pada satuan litologitingkat erosi pada daerah penelitian terbagi atas dua kategori yaitu rendah dan sedang. a. Tingkat erosi rendah Daerah yang berada pada tingkat erosi rendah adalah satuan litologi Qal.I.Sw.Lat dengan penggunaan lahan sawah dan Qal.I.Sm.Lat dengan penggunaan lahan semak. Faktor yang

membuat daerah berada pada tingkat erosi rendah adalah karakteristik tanah, bahan organik, struktur tanah dan permeabilitas. Karakteristik tanah pada satuan litologi ini adalah lempung liat berdebu, dengan kriteria bahan organik baik, struktur tanah granular dan permeabilitas lambat. b. Tingkat erosi sedang Daerah yang berada pada tingkat erosi sedang adalah satuan litologi Tomp.III.Sw.Lat dengan penggunaan lahan sawah dan Tomp.III.Kc.Lat dengan penggunaan lahankebun campuran dan Tomp.V.Ht.dengan penggunaan lahan hutan. Faktor yang membuat daerah berada pada tingkat erosi sedang adalah karakteristik tanah, bahan organik, struktur tanah dan permeabilitas. Karakteristik tanah pada satuan litologi ini adalah lempung liat berdebu, dengan kriteria bahan organik baik, struktur tanah granular dan permeabilitas lambat. Kedua,Penggunaan Lahan (pertanian dan perkebunan) Yang Sama Pada Satuan Litologi Yang Berbeda. Perbandingan tingkat erosi pada penggunaan lahan yang sama dengan satuan litologi yang berbeda, didapatkan tingkat erosi pada penggunaan lahan sawah pada satuan litologi aluvium termasuk kategori rendah, sedangkan sawah pada batuan gunung api juga memiliki resiko erosi rendah. Sementara penggunaan lahan kebun campuran pada satuan litologi gunung api memiliki resiko tingkat erosi sedang, sedangkan semak pada satuan litologi aluvium memiliki resiko tingkat erosi rendah. Dalam hal ini erosi dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah vegetasi penutup yang sama tapi dengan satuan litologi yang berbeda dan mempunyai penggunaan lahan yang berbeda seperti penggunaan lahan pertanian dan perkebunan. Ketiga,Penggunaan Lahan (pertanian dan perkebunan) Yang Berbeda Pada Satuan Litologi Yang Sama. Perbandingan tingkat erosi pada penggunaan lahan yang sama dengan satuan litologi yang berbeda, didapatkan tingkat erosi pada penggunaan lahan sawah pada satuan litologi aluvium termasuk kategori rendah, sedangkan sawah pada batuan gunung api juga memiliki resiko erosi rendah. Sementara penggunaan lahan kebun campuran pada satuan litologi gunung api memiliki resiko tingkat erosi sedang, sedangkan semak pada satuan litologi aluvium memiliki resiko tingkat erosi rendah. Perbandingan tingkat erosi pada setiap satuan litologi ini di dasarkan pada perhitungan tingkat erosi pada setiap satuan litologi memiliki tingkat permeabilitasnya berbeda-beda. Dalam hal ini erosi dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah vegetasi penutup yang sama tapi dengan satuan litologi yang sama dan mempunyai penggunaan lahan

yang berbeda seperti penggunaan lahan pertanian dan perkebunandan pada kebun campuran. Asdak, Chay. (1995). Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai, UGM : Yogyakarta. KESIMPULAN Kesimpulan yang dapat di ambil dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Tingkat erosi pada daerah penelitian terbagi atas 2 bagian yaitu rendah pada satuan litologi Qal.I.Sw.Lat dan satuan litologi Qal.I.Sm.Lat, sementara tingkat erosi sedang pada satuan litologi Tomp.III.Sw.Lat, Tomp.III.Kc.Lat dan Tomp.V.Ht.Lat. 2. Tidak terdapat perbedaan tingkat erosi berdasarkan penggunaan lahan (perkebunan dan pertanian) pada setiap satuan litologi yang berbeda di DAS Lumpo. 3. Tidak terdapat perbedaan tingkat erosi berdasarkan penggunaan lahan (perkebunan dan pertanian) pada setiap satuan litologi yang sama di DAS Lumpo. DAFTAR PUSTAKA Arsyad,Sitanala, (1989). Konservasi Tanah dan Air, IPB Bogor. Dalim, Yeniwarti. (1985). Geografi Tanah, Jurusan Pendidikan Geografi FPIPS UNP Padang: Padang. Efendi, Supli Rahim, (2012). Pengendalian Erosi Tanah. Bumi Aksara: Jakarta. Hardjowigeno, Sarwono. (1986). Sumber Daya Fisik Wilayah dan Tata Guna Lahan, Jurusan Tanah Fakultas Pertanian IPB Bogor. Hardjowigeno, Sarwono. Ilmu Tanah, CV Akademika Pressindo: Jakarta Hermon, Dedi, (2008). Metode dan Tekhnik Penelitian Geografi Tanah. Padang. Yayasan Jihadul Khair Center, (2009). Geografi Tanah, Suatu Tinjauan Teoritis, Metodologis dan Aplikasi Proposal Penelitian. Padang. Yayasan Jihadul Khair Center. Markis. (2001).Studi Tingkat Erosi Dan Gerakkan Masa Batuan Pada

Satuan Lahan Di Perbukitan Daerah Aliran Sungai Lubuk Nyiur Kecamatan Batang Kapas.STKIP PGRI SUMATERA BARAT. Nawi, Marnis. (1999). Petunjuk Pratikum Mineral dan Batuan. Jurusan Pendidikan Geografi FPIPS Universitas Negeri Padang: Padang. Zakaria, (2011).Studi Karakteristik tanah Untuk Arahan Pertanian Konservasi Di Jorong IV Koto Utara Kecamatan Kinali Kabupaten Pasaman Barat.STKIP PGRI SUMATERA BARAT. Silitonga, Eric, J. (1991). Geologi Umum, Jakarta. Gaya Media Pratikum.