IDENTIFIKASI JEMAAH HAJI SAKIT BERAT

dokumen-dokumen yang mirip
PERTOLONGAN GAWAT DARURAT

RAPAT DENGAR PENDAPAT KEMENKES DENGAN PANJA KESEHATAN HAJI KOMISI IX DPR - RI

RUJUKAN DAN EVAKUASI JEMAAH HAJI SAKIT

ASKEP GAWAT DARURAT ENDOKRIN

BAB I PENDAHULUAN. keterbatasan aliran udara yang menetap pada saluran napas dan bersifat progresif.

PENCATATAN DAN PELAPORAN

PENATALAKSANAAN ASMA EKSASERBASI AKUT

Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Bab 4 Batuk dan Kesulitan Bernapas Kasus II. Catatan Fasilitator. Rangkuman Kasus:

BAB I PENDAHULUAN. maka masa balita disebut juga sebagai "masa keemasan" (golden period),

BAB I PENDAHULUAN. pasien tersebut. Pasien dengan kondisi semacam ini sering kita jumpai di Intensive

Tatalaksana Sindroma Koroner Akut pada Fase Pre-Hospital

EMBOLI CAIRAN KETUBAN

Derajat 2 : seperti derajat 1, disertai perdarah spontan di kulit dan atau perdarahan lain

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS/ RS Dr M DJAMIL PADANG

Suradi, Dian Utami W, Jatu Aviani

HUBUNGAN KADAR GULA DARAH DENGAN KECEMASAN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA

Ns. Furaida Khasanah, M.Kep Medical surgical department

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan salah satu penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

Preeklampsia dan Eklampsia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Efek Diabetes Pada Sistem Ekskresi (Pembuangan)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. merupakan penyakit nomor satu penyebab kematian di Indonesia dan sekitar 20-

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gangguan pada sistem pernafasan merupakan penyebab utama

PENDAHULUAN ETIOLOGI EPIDEMIOLOGI

BAB 1 PENDAHULUAN. Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah kondisi dimana jika tekanan

PENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Middle East Respiratory Syndrome-Corona Virus atau biasa disingkat MERS-

MAKALAH KOMA HIPERGLIKEMI

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. dapat dicegah dan diobati, ditandai oleh hambatan aliran udara yang tidak

M.D. : Faculty of Medicine, University of Indonesia, Pulmonologist: Faculty of Medicine, Univ. of Indonesia, 2007.

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 2 PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN

Penatalaksanaan Astigmatism No. Dokumen : No. Revisi : Tgl. Terbit : Halaman :

Materi 13 KEDARURATAN MEDIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. biasanya progresif dan berhubungan dengan peningkatan respon inflamasi kronik

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) atau Cronic Obstruktive

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan pembunuh nomor satu di seluruh dunia. Lebih dari 80% kematian

CURRICULUM VITAE. Nama : DR. Dr. Nur Ahmad Tabri, SpPD, K-P, SpP(K) Tempat, tanggal lahir : Ujung Pandang, 12 April 1959 Agama: Islam

KEDARURATAN LINGKUNGAN

2006 Global Initiative for Asthma (GINA) tuntunan baru dalam penatalaksanaan asma yaitu kontrol asma

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru kronis ditandai dengan hambatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Komplikasi akut adalah gangguan keseimbangan kadar glukosa darah jangka

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) akan mengalami peningkatan

10 Komplikasi Diabetes dan Obat Alami Diabetes Untuk Melawannya

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan meningkatnya glukosa darah sebagai akibat dari

Hipertensi dalam kehamilan. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi

BAB 1 PENDAHULUAN. karena semakin meningkatnya frekuensi kejadiannya di masyarakat. 1 Peningkatan

DM à penyakit yang sangat mudah kerja sama menjadi segitiga raja penyakit : DM CVD Stroke

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner, stroke), kanker, penyakit pernafasan kronis (asma dan. penyakit paru obstruksi kronis), dan diabetes.

PELAYANAN TERPADU (PANDU) PTM DI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA (FKTP) (KONSEP DASAR & RUANG LINGKUP)

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Indonesia maupun di negara-negara barat. Kematian akibat penyakit jantung

VISITASI KE KLOTER I. DESKRIPSI SINGKAT

Diabetes Mellitus Type II

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan yang optimal dalam lingkungan matra yang serba berubah. Matra adalah

GANGGUAN NAPAS PADA BAYI

ASUHAN KEPERAWATAN PADA USILA DENGAN GANGGUAN SISTEM CARDIOVASKULER (ANGINA PECTORIS)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. angka morbiditas penderitanya. Deteksi dini masih merupakan masalah yang susah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

sebesar 0,8% diikuti Aceh, DKI Jakarta, dan Sulawesi Utara masing-masing sebesar 0,7 %. Sementara itu, hasil prevalensi jantung koroner menurut

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang diproduksi dengan efektif ditandai dengan

MANUAL PROSEDUR TATALAKSANA HIPOGIKEMIA & HIPERGLIKEMIA HIPOGLIKEMI & TATALAKSANANYA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dari sekian banyak kasus penyakit jantung, Congestive Heart Failure

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI DENGAN TRANSIENT TACHYPNEA OF THE NEW BORN

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang meliputi penyakit degeneratif dan man made diseases.

4. HASIL 4.1 Karakteristik pasien gagal jantung akut Universitas Indonesia

HASIL PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PENYELENGGARAAN ISTITHA AH KESEHATAN HAJI

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) termasuk ke dalam penyakit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. patofisiologi, imunologi, dan genetik asma. Akan tetapi mekanisme yang mendasari

Waspada Keracunan Phenylpropanolamin (PPA)

RITA ROGAYAH DEPT.PULMONOLOGI DAN ILMU KEDOKTERAN RESPIRASI FKUI

Ditulis oleh Administrator Kamis, 07 Agustus :41 - Terakhir Diperbaharui Kamis, 02 April :20

Asuhan Keperawatan Pasien Rujuk Balik dengan Diabetes Mellitus di Instalasi Rawat Jalan. RSUD Kota Yogyakarta

SOP TINDAKAN ANALISA GAS DARAH (AGD)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. negara di seluruh dunia (Mangunugoro, 2004 dalam Ibnu Firdaus, 2011).

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok gangguan metabolik. dari metabolisme karbohidrat dimana glukosa overproduksi dan kurang

Materi Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru

Mengapa disebut sebagai flu babi?

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Penyakit paru obstruksi kronik (PPOK) adalah penyakit yang dapat

MENGATASI KERACUNAN PARASETAMOL

PATENT DUCTUS ARTERIOSUS (PDA)

B A B I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) dengan penyakit kardiovaskular sangat erat

BAB I PENDAHULUAN. Stroke adalah sindroma neurologis yang terjadi. tiba-tiba karena cerebrovascular disease (CVD).

BAB I PENDAHULUAN. bertambah dan pertambahan ini relatif lebih tinggi di negara berkembang,

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan. penelitian, manfaat penelitian sebagai berikut.

Dehidrasi. Gejala Dehidrasi: Penyebab Dehidrasi:

PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK EKSASERBASI AKUT PADA LAKI-LAKI LANSIA. Damayanti A. 1)

Pelayanan Kesehatan bagi Anak. Bab 7 Gizi Buruk

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan ada tiga bentuk diabetes mellitus, yaitu diabetes mellitus tipe 1 atau disebut IDDM (Insulin Dependent

BAB 4 HASIL. Hubungan antara..., Eni Indrawati, FK UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia.

Transkripsi:

IDENTIFIKASI JEMAAH HAJI SAKIT BERAT I. DESKRIPSI SINGKAT Berbagai macam penyakit dapat menyerang Jemaah haji saat menjalankan ibadah haji. Berbagai penyakit ini berpotensi menjadi penyakit berat dan mengancam jiwa bila tidak dikenali secara dini dan diberikan tatalaksana dengan benar.untuk mengantisipasi keadaan tersebut, tenaga kesehatan harus dibekali keterampilan untuk mengenali penyakit yang dapat mengancam nyawa dan bagaimana tatalaksananya, sehingga bila ditemukan kondisi seperti diatas dapat dilakukan tatalaksana dengan benar dan tepat sehingga mortalitas dan morbiditas dapat dicegah. II. TUJUAN PEMBELAJARAN A. Tujuan Umum : Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu melakukan identifikasi jemaah haji sakit berat. B. Tujuan Khusus : 1. Mengidentifikasi jemaah haji sakit berat atau yang berpotensi sakit berat 2. Melakukan tatalaksana awal jemaah haji sakit berat III. POKOK BAHASAN Pokok bahasan pada modul ini 11 penyakit yang sering menyerang jemaah haji dan dapat mengancam jiwa 1. Heat Stroke/ Frostbite 2. PPOK Eksaserbasi Akut 3. Asma Eksaserbasi Akut 4. Pneumonia berat 5. Penyakit jantung koroner 6. Gagal jantung 7. Gangguan irama jantung Modul Pelatihan PPIH 2017 1

8. Krisis hiperglikemia dan hipoglikemia 9. Stroke akut 10. Hipertensi emergensi 11. Penyakit menular (Mers-Co, dll) IV. BAHAN BELAJAR 1. Flipchart 2. Whiteboard 3. Alat tulis (ATK) 4. Materi Inti 1 V. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN A. Langkah 1. Penyiapan proses pembelajaran 1. Kegiatan Fasilitator Fasilitator memulai kegiatan dengan melakukan bina suasana dikelas Fasilitator menyampaikan salam dan menyapa peserta dengan ramah dan hangat Fasilitator memperkenalkan diri 2. Kegiatan Peserta a. Mempersiapkan diri dan alat tulis bila diperlukan b. Menjawab salam B. Langkah 2 : Penyampaian pokok bahasan 1. Kegiatan Fasilitator a. Menggali pendapat pembelajar tentang konsep gawat darurat b. Menyampaikan pokok bahasan 2. Kegiatan Peserta a. Memberikan pendapat dari pertanyaan Fasilitator b. Mendengar, mencatat hal-hal yang penting dalam materi c. Mengajukan pertanyaan kepada Fasilitator bila masih ada yang belum dipahami. Modul Pelatihan PPIH 2017 2

C. Langkah 3: Kesimpulan 1. Kegiatan Fasilitator a. Merangkum poin-poin penting dari hasil proses kegiatan pembelajaran. b. Mengakhiri kegiatan pembelajaran dengan mengucapkan salam. 2. Kegiatan Peserta a. Mencatat hal-hal yang penting b. Membalas salam VI. URAIAN MATERI 1. Heat Stroke/ Frostbite Sengatan panas ( heat stroke) merupakan kondisi emergensi yang menjadi salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas selama haji saat musim panas. Banyaknya jemaah haji yang berusia lanjut dengan berbagai komorbid, suhu yang tinggi (bisa lebih dari 45 o C), aktivitas fisik yang berat selama prosesi haji merupakan faktor risiko terjadinya sengatan panas.heat stroke didefinisikan peningkatan suhu inti tubuh melebihi 40 o C disertai adanya disfungsi sistem saraf pusat dan terjadi pada lingkungan dengan suhu yang tinggi. Berikut faktor risiko terjadinya heat stroke Usia lanjut, diatas 65 tahun Penyakit Kronis ( kardiovaskular atau hipertensi, Diabetes mellitus, Penyakit liver, Penyakit ginjal atau penggunaan diuretik) Obesitas Alkohol atau kokain Obat obat antikolinergik Terapi heat stroke diawali dengan stabilisasi airway, breathing, dan circulation. Morbiditas akan sangat menurun bila dapat dilakukan pendinginan sesegera mungkin. Modul Pelatihan PPIH 2017 3

Bila menemukan pasien heat stroke: Pindahkan pasien ke ruangan sejuk dan terlindung dari matahari, longgarkan pakaian pasien Semprotkan air dingin pada seluruh tubuh Berikan kantong es di lipatan tubuh seperti ketiak, lipat paha Bila pasien sadar berikan minum dalam jumlah banyak Pasang IV lines dan berikan loading infus NaCL 0,9% 2. PPOK Eksaserbasi Akut Penyakit Paru Obstruksi Kronis merupakan penyakit yang memiliki ciriciri berupa gejala saluran pernafasan yang persisten dan terbatasnya aliran udara masuk ke paru dikarenakan adanya kelainan pada saluran pernafasan dan atau alveolus yang biasanya disebabkan oleh paparan partikel atau gas yang berbahaya. Bila terjadi eksaserbasi akut PPOK dapat diberikan tatalaksana BerikanOksigenasi (target saturasi 88-92%) Inhalasi Short ActingB2 Agonis (SABA) dengan atau tanpa antikolinergik kerja pendek Kortikosteroid sistemik Antibiotik, bila diindikasikan Antibiotik diberikan bila ada 3 tanda kardinal a. Sesak meningkat. b. Volume sputum meningkat c. Sputum purulen Beberapa pasien memerlukan support ventilasi 3. Asma Eksaserbasi Akut Asma eksaserbasi akut merupakan kondisi emergensi yang sering terjadi di Arab saudi, yang berpotensi menimbulkan ancaman jiwa bila tidak di tatalaksana dengan benar. Bila terjadi eksaserbasi akut dinilai apakah eksaserbasi ringan/sedang, berat atau mengancam nyawa. Modul Pelatihan PPIH 2017 4

Pada eksaserbasi ringan sedang berikan Oksigen dengan target SpO2: 93-95%, Inhalasi Short Acting B2 Agonis (SABA) dapat di ulang tiap 20 menit selama 1 jam Kortikosteroid sistemik 1 mg/kgbb bila diperlukan. Pada eksaserbasi berat dan mengancam jiwa segera transfer ke fasilitas kesehatan, sebelum di transfer berikan Oksigenasi target SpO2: 93-95% Inhalasi SABA+ Ipatropium bromida Kortikostetoid sistemik Nilai perlu tidaknya support ventilasi 4. Pneumonia berat Pneumonia adalah peradangan akut pada parenkim paru, bronkiolus respiratorius dan alveoli, dapat mengganggu pertukaran oksigen dan karbondioksida di paru-paru. Saat petugas curiga terjadi pneumonia pada Jemaah maka petugas harus menentukan apakah derajat pneumonianya. Pertolongan yang dapat dilakukan ditempat tugas adalah memberikan oksigen, memberikan inhalasi bila terdapat bronkospasme, atau bila diperlukan melakukan secure airway dengan memasang intubasi/lma 5. Penyakit jantung koroner (Sindrom Koroner Akut) Suatu keadaan gawat darurat jantung dengan manifestasi klinis perasaan tidak enak di dada atau gejala-gejala lain sebagai akibat iskemia miokard. Ditegakan secara tepat dan cepat berdasarkan 3 kriteria: a) Gejala klinis berupa nyeri dada yang khas b) Gambaran elektrokardiogram (EKG) c) Evaluasi biokomia enzim jantung Bila ditemukan SKA tanpa komplikasi, berikan terapi sebagai berikut Modul Pelatihan PPIH 2017 5

O2 2-5 L/menit Nitrat Short Acting Sub Lingual (bila nyeri dada dan TDS > 90 mmhg) Aspirin 165-320 mg bila tidak ada kontraindikasi Clopidogrel 300 mg Bila nyeri tidak berkurang dengan nitrat dapat diberikan morfin 2,5 mg dapat diulang tiap 5 menit dosis maksimal 20 mg Rujuk Segera Bila ditemukan SKA dengan komplikasi edema paru, berikan terapi sebagai berikut: O2 2-5 L/menit Nitrat Short Acting SL atau IV, (bila nyeri dada dan TDS > 90 mmhg) Furosemid 40-80 mg IV Aspirin 165-320 mg bila tidak ada kontraindikasi Clopidogrel 300 mg Bila nyeri tidak berkurang dengan nitrat dapat diberikan morfin 2,5 mg dapat diulang tiap 5 menit dosis maksimal 20 mg Rujuk segera 6. Gagal jantung Gagal jantung akut kondisi yang mengancam nyawa yang memerlukan tatalakasana segera. Bila terjadi gagal jantung akut berikan terapi suplementasi 02 bila SpO2 < 90%. Kebanyakan pasien mengalami sesak nafas akibat edema paru, sehingga pemberian diuretik intravena secara cepat akan mengurangi gejala. Dosis diuretik yang dibetrikan bisa sampai 2,5x dosis oral sebelumnya (bila pasien pengguna rutin diuretik). Opiat dapat berguna pada pasien edema paru akut, karena mengurangi sesak, mengurangi ansietas dan sebagai venodilator Modul Pelatihan PPIH 2017 6

7. Gangguan irama jantung Atrial fibrilasi merupakan gangguna irama jantung yang paling sering terjadi dan memerlukan tatalaksana segera. Tatalaksana yang diberikan sesuai guidelines tetapi disesuaikan dengan sumber daya yang ada saat bertugas. 8. Krisis hiperglikemia dan hipoglikemia Krisis hiperglikemia merupakan kegawatan yang sering terjadi pada pasien diabetes yang menjalani ibadah Haji. Krisis hiperglikemia dapat berupa Ketoasidosis Diabetikum (KAD) atau Hiperosmolar hiperglicemia State (HHS). KAD ditandai dengan trias : 1) Hiperglikemia (GD > 250) 2) asidosis (HCO3 < 18) 3) ketosis (Keton positif) Begitu masalah diagnosis KAD ditegakkan, segera pengelolaan dimulai. Prinsip-prinsip pengobatan KAD adalah: Penggantian cairan dan garam yang hilang Cairan fisiologis (NaCl 0,9%) diberi kan dengan kecepatan 15 20ml/kgBB/jam atau lebih selama jam pertama (± 1 1,5 liter). secara praktis pemberian cairan sebagai berikut: 1 liter pada 30 menit pertama, 1 liter dalam 2 jam berikutnya, kemudian 1 liter setiap 4 jam sampai pasien terehidrasi. Sumber lain menyarankan 1 1,5 liter pada jam pertama, selanjutnya 250 500 ml/jam pada jam berikutnya. Petunjuk ini haruslah disesuaikan dengan status hidrasi pasien dan penyakit yang mendasari Menekan lipolisis dengan pemberian insulin Mengatasi stress sebagai pencentus KAD Mengembalikan keadaan fisiologi normal Cairan fisiologis (NaCl 0,9%) diberikan dengan kecepatan 15 Modul Pelatihan PPIH 2017 7

20ml/kgBB/jam atau lebih selama jam pertama (± 1 1,5 liter). secara praktis pemberian cairan sebagai berikut: 1 liter pada 30 menit pertama, 1 liter dalam 2 jam berikutnya, kemudian 1 liter setiap 4 jam sampai pasien terehidrasi. Sumber lain menyarankan 1 1,5 liter pada jam pertama, selanjutnya 250 500 ml/jam pada jam berikutnya. Petunjuk ini haruslah disesuaikan dengan status hidrasi pasien. Hipoglikemia Hipoglikemia berarti kadar glukosa darah di bawah normal yang mampu menyebabkan munculnya tanda dan gejala, termasuk terganggunya fungsi otak. Diagnosis hipoglikemia ditegakkan berdasarkan trias Whipple yang terdiri dari: Keluhan yang menunjukan adanya kadar glukosa plasma darah yang rendah, Kadar glukosa darah yang rendah Hilangnya secara cepat keluhan-keluhan setelah kadar glukosa plasma meningkat Tatalaksana Sesudah diagnosis hipoglikemia ditegakkan bila pasien sadar berikan 10-20 gr glukosa oral (teh manis). Idealnya dalam bentuk tablet, jelli atau 150-200 ml minuman yang mengandung glukosa seperti jus buah segar. Dalam kondisi emergensi pasien tidak sadar dapat diberikan glukosa intravena D 40% 2 Flavon, selanjutnya dinilai sesuai kebutuhan gula pasien 9. Stroke akut Sroke akut merupakan kondisi emergensi yang cukup sering terjadi. Pertimbangan kemungkinan ada stroke bila terdapat defisit neurologis atau penurunan kesadaran pada pasien. Stroke secara garis besar dibagi 2, stroke iskemik dan stroke perdarahan. Bila menemukan Modul Pelatihan PPIH 2017 8

pasien terduga stroke maka petugas segera menilai airway, breathing dan circulation memberikan penangan kegawatdaruratan yang sesuai, kemudian merujuk pasien. 10. Hipertensi emergency Berdasarkan JNC VII, krisis hipertensi dibagi dua yaitu hipertensi emergensi dan hipertensi urgensi. Hipertensi urgensi adalah TD> 180/120 Tanpa adanya kerusakan organ akut, sedangkan hipertensi emergensi TD> 180/120 Dengan adanya kerusakan organ akut (system saraf, jantung, ginjal). Hipertensi emergensi tekanan darah harus diturunkan dalam hitungan menit sampai jam dengan menggunakan obat-obatan parenteral misalnya nicardipin dengan dosis 5-15 mg/jam. Saat bertugas di lapangan seringkali tidak tersedia obat-obatan parenteral seperti nicardipin, maka sebagai petugas pertolongan yang dapat diberikan adalah berikan oksigen, obat oral sublingual bila tidak ada kontraindikasi dan segera rujuk. 11. Penyakit menular (Mers-Co, dll) MERS-CoV adalah singkatan dari Middle East Respiratory Syndrome Corona Virus.Virus ini pertama kali dilaporkan pada bulan Maret 2012 di Arab Saudi. Virus SARS tahun 2003 juga merupakan kelompok virus Corona dan dapatmenimbulkan pneumonia berat akan tetapi berbeda dari virus MERS-CoV. MERS-CoV adalah penyakit sindrom pernapasan yang disebabkan oleh virus Corona yang menyerang saluran pernapasan mulai dari yang ringan sampai berat.gejalanya adalah demam, batuk dan sesak nafas, bersifat akut, biasanya. Bila pasiendicurigai menderita MersCoV maka diperlukan tindakan pencegahan standar meliputi: Kebersihan tangan dan penggunaan alat pelindung diri (APD) untuk menghindari kontak langsung dengan darah pasien, cairan tubuh, sekret (termasuk secret pernapasan) dan kulit lecet atau luka. Modul Pelatihan PPIH 2017 9