1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) adalah Lembaga Pemerintah yang dibentuk untuk mengatur proses pengadaan barang/jasa yang dibiayai oleh APBN/APBD. Proses pengadaan di lingkungan pemerintah diharapkan dapat dilaksanakan dengan lebih efektif dan efisien serta lebih mengutamakan penerapan prinsip-prinsip persaingan usaha yang sehat, transparan, terbuka dan perlakuan yang adil bagi semua pihak. Lembaga tersebut diperlukan untuk perencanaan, pengembangan dan penyusunan strategi, penentuan kebijakan serta aturan perundangan pengadaan barang/jasa Pemerintah yang sesuai dengan tuntutan dan perkembangan lingkungan internal maupun eksternal secara berkelanjutan, berkala, terpadu, terarah dan terkoordinasi; Proses pengadaan barang/jasa dalam lingkup dan cakupan Pemerintah merupakan permasalahan lintas institusi dan lintas sektor yang memiliki dampak langsung bagi pengembangan usaha kecil, produksi dalam negeri, dan pengembangan iklim dan dunia usaha pada umumnya, maka dipandang perlu untuk dibentuk LKPP. Visi LKPP yaitu andal dalam mewujudkan sistem pengadaan yang kredibel. Sedang misi yang diembannya adalah mewujudkan aturan pengadaan yang jelas, sistem monitoring dan evaluasi yang
2 andal, sumber daya manusia yang profesional, dan kepastian hukum pengadaan barang/jasa pemerintah. Dalam menjalankan tugas dan fungsi seperti dimaksud dalam Peraturan Presiden No. 106 tahun 2007 tentang Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah serta berlandaskan pada visi dan misi LKPP, salah satu diantaranya yaitu bahwa LKPP melakukan penyelenggaraan pelayanan administrasi umum di bidang perencanaan, penatausahaan, kepegawaian, keuangan dan perlengkapan serta rumah tangga. Untuk menjalankan tugas dan fungsi itu LKPP memiliki Kantor yang saat ini berlokasi di Gedung SME Tower - Lantai 8, Jln. Gatot Subroto Kav 94 Jakarta. Selanjutnya untuk menjalankan tugas dan fungsi tersebut LKPP telah menetapkan kebijakan dengan melakukan reorganisasi. Seiring dengan perkembangan dan intensitas kegiatan yang cenderung meningkat maka kebutuhan reorganisasi dirasakan cukup mendesak. Sehingga secara spasial (kebutuhan dan besaran ruang) kantor saat ini dianggap kurang memadai lagi. Saat ini LKPP telah memiliki aset berupa sebidang tanah yang berlokasi di kawasan prestisius Jakarta yaitu di kawasan CBD Rasuna Epicentrum, Jakarta Selatan dan akan menjadi satu-satunya Kantor Pemerintah yang berdiri di lokasi tersebut. Demi mengoptimalkan kinerja dan aset tersebut diatas, sebagai pengembangan tugas dan fungsi lembaga, LKPP bermaksud menyelenggarakan pembangunan bangunan gedung baru pada lokasi dimaksud.
3 Sejalan dengan prinsip-prinsip kebijakan publik dan pengelolaan lembaga yang menuntut transparansi, partisipasi dan akuntabel, sebagai bagian dari proses penyelenggaraan pembangunan yang diatur dalam Peraturan Presiden No. 54 tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, khususnya pengadaan dengan metode Sayembara, LKPP akan melaksanakan kegiatan Sayembara Desain Arsitektur Gedung LKPP. Dalam hal ini LKPP bekerjasama dengan Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) Jakarta sebagai mitra strategis. 1.2 Maksud Dan Tujuan Maksud penyelenggaraan Desain Arsitektur Gedung LKPP adalah untuk mendapatkan ide atau gagasan desain gedung LKPP dengan membuka sebesar-besarnya partisipasi publik. Tujuan penyelenggaraan Desain Arsitektur Gedung LKPP yaitu untuk mewujudkan ide atau gagasan paling optimal sesuai dengan program ruang yang dibutuhkan serta dapat mewadahi kegiatan LKPP dalam mengimplementasikan tugas dan fungsi yang diembannya. 1.3 Metode Perancangan Dalam membuat desain gedung ini diperlukan adanya data fisik dan non fisik. Data fisik diperoleh melalui data pengukuran dan lokasi project yang sudah ditetapkan. Data gambar didapat dari
4 Kerangka Acuan Kerja yang diberikan untuk menjadi acuan dalam proses pengembangan desain selanjutnya. Dalam melakukan proses pengumpulan data dilakukan melalui beberapa cara antara lain : 1) Melakukan pengamatan atau observasi secara visual atau langsung di lingkungan objek lokasi yang akan dibangun di daerah kuningan khususnya CBD Rasuna Epicentrum. 2) Melakukan pengamatan terhadap gedung kantor yang sudah ada untuk studi banding, pengamatan yang dilakukan lebih difokuskan aspek perancangan apa yang digunakan dalam standar desain bangunan tersebut dan kemudian di olah kedalam analisa. Dalam perancangan desain Gedung Kantor LKPP terdapat target perancangan desain yang diharapkan dapat menjawab kebutuhan dan tuntutan desain yang diminta, yaitu : 1. Konsep Arsitektur Kota; konteks bangunan dengan kawasan CBD Rasuna Epicentrum. Desain mempertimbangkan master plan kawasan agar selaras dengan pengembangan perencanaan dan perancangan kawasan, khususnya akses jalan masuk menuju site. 2. Desain Ruang Luar; pada level lantai dasar bangunan berupa penyediaan Plaza atau communal space pada bangunan dan lansekap yang selaras dan berkesinambungan dengan kawasan serta untuk kegiatan
5 seremonial. 3. Desain Bangunan Kantor yang terdiri atas Basement, Mezzanine dan Lantai Kantor. Mezzanine berfungsi sebagai area lobby terletak antara lantai dasar/plaza dan lantai 1 Bangunan Kantor sehingga ekspresi dari massa bangunan memiliki kesan mengambang ( floating ). 4. Arsitektur Gedung Kantor LKPP; bukan merupakan tiruan dari bangunan yang telah ada dan dapat merepresentasikan bangunan gedung kantor pemerintah yang inovatif dan progresif sekaligus adaptatif terhadap perkembangan arsitektur kedepan. 5. Arsitektur Gedung Kantor LKPP; memiliki karakter kuat (well designed) dan khas, mengingat obyek tersebut sebagai satu-satunya bangunan Pemerintah dalam kawasan CBD Rasuna Epicentrum. 6. Arsitektur Gedung Kantor LKPP; mempertimbangan aspek iklim tropis serta mendukung upaya penggunaan energi yang efisien dan pemanfaatan maksimal potensi tata cahaya dan udara secara cerdas. 7. Disain Tata Ruang Dalam; mencerminkan efisiensi penggunaan ruang, fleksibel dengan desain Detail Teknis Bangunan, desain yang terintegrasi dengan sistem struktur, mekanikal dan elektrikal serta perawatan bangunan yang tepat guna dan efisien bagi sebuah bangunan kantor.
6 8. Penyediaan aksesibilitas; bagi para difabel baik di area dalam dan luar bangunan serta lingkungannya. 9. Taksiran biaya pembangunannya; masih dalam koridor yang wajar bagi ukuran bangunan kantor Pemerintah. Spesifikasi teknisnya diupayakan menggunakan bahanbahan yang mudah didapat dan diutamakan menggunakan kandungan lokal yang paling optimal. Keseimbangan antara pertimbangan ekonomis dengan kualitas yang wajar (reasonable), pendekatan systemwide dalam perancangan, mencakup penerapan standar dan modul yang fleksibel baik untuk material maupun peralatan. 10. Optimum Reliability; dengan memperhatikan durable design details, praktis dan mudah dalam pemeliharaan. 11. Mengadopsi prinsip-prinsip arsitektur berkelanjutan (sustainable architecture ); antara lain: a. Konsumsi sumber daya alam, termasuk konsumsi air dan energi secara minimal dan mempertimbangkan penggunaan sumber energi terbarukan; b. Memberikan dampak negatif yang minimal terhadap alam, lingkungan dan manusia, dengan menyediakan konsep sistem pengelolaan dan pengolahan limbah dari bangunan;
7 c. Kenyamanan termal dan visual di dalam bangunan harus terpenuhi sesuai peraturan atau standar nasional yang berlaku d. Rancangan bangunan tidak meningkatkan konsentrasi CO2 di dalam bangunan; e. memperhatikan orientasi (hadapan) bangunan, penempatan dinding yang dapat menyerap panas berlebih secara proporsional, organisasi ruang sedemikian hingga agar penggunaan AC dapat dioptimalkan tanpa mengurangi kenyamanan termal yang disyaratkan; f. Mengoptimalkan bidang atap dan dinding vertikal bangunan untuk mengurangi efek pemanasan kawasan (heat island effect); g. Mempertimbangkan penyediaan jalur pedestrian yang nyaman dan teduh terpisah dengan jalur kendaraan bermotor. h. Meminimalkan perkerasan dalam site dan memberi peneduhan yang cukup pada permukaan tanah yang membutuhkan perkerasan. 12. Material bangunan dipertimbangkan menggunakan material yang low embodied energi atau low embodied carbon.
8 13. Rancangan mempertimbangkan kemudahaan pelaksanaan melalui metode pelaksanaan yang menggunakan energi yang rendah dalam proses konstruksi. 1.4 Sistematika Pembahasan KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I : PENDAHULUAN Dalam BAB I ini dijelaskan mengenai Latar Belakang dari perancangan, Permasalahan yang dihadapi dalam perancangan, Tujuan dilakukannya perancangan, cara mendapatkan data untuk perancangan dan sistematika dalam membahas rancangan. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Dalam BAB II ini menjelaskan mengenai kantor LKPP yang ada di Jakarta dan berhubungan dengan rancangan, Pustaka mengenai stasiun, kereta, fasilitas Stasiun antar moda, dan Studi banding fasilitas sejenis. BAB III : TINJAUAN PROYEK BAB III ini membahas mengenai Analisa dalam perancangan diantaranya, Analisa Fisik, Analisa Non-Fisik serta rumusan atas analisa dan permasalahan dari perancangan ini.
9 BAB IV : KONSEP Dalam BAB IV ini membahas secara menyeluruh mengenai seluruh konsep dalam perancangan stasiun ini mi]ulai dari, Konsep bangunan, Lingkungan, Sirkulasi, Struktur, Landscape serta tema. PENUTUP LAMPIRAN