BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

bebas dari kerusakan fisik, serta stabil cukup lama selama penyimpanan (Lachman et al., 1986). Banyak pasien khususnya anak kecil dan orang tua

bahan tambahan yang memiliki sifat alir dan kompresibilitas yang baik sehingga dapat dicetak langsung. Pada pembuatan tablet diperlukan bahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

A. DasarTeori Formulasi Tiap tablet mengandung : Fasedalam( 92% ) Starch 10% PVP 5% Faseluar( 8% ) Magnesium stearate 1% Talk 2% Amprotab 5%

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

efek samping terhadap saluran cerna lebih ringan dibandingkan antiinflamasi lainnya. Dosis ibuprofen sebagai anti-inflamasi mg sehari.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Desain formulasi tablet. R/ zat Aktif Zat tambahan (eksipien)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan. Tablet ODT merupakan tablet yang larut dimulut, dengan bantuan saliva sampai terdispersi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SKRIPSI. Oleh : YENNYFARIDHA K FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 2008

merupakan masalah umum yang menimpa hampir 35% dari populasi umum, khususnya pediatri, geriatri, pasien stroke, penyakit parkinson, gangguan

struktur yang hidrofobik dimana pelepasannya melalui beberapa tahapan sehingga dapat mempengaruhi kecepatan dan tingkat absorpsi (Bushra et al,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

kurang dari 135 mg. Juga tidak boleh ada satu tablet pun yang bobotnya lebih dari180 mg dan kurang dari 120 mg.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

mempermudah dalam penggunaannya, orally disintegrating tablet juga menjamin keakuratan dosis, onset yang cepat, peningkatan bioavailabilitas dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

SKRIPSI. Oleh: HENI SUSILOWATI K FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 2008

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

FORMULASI TABLET PARACETAMOL SECARA KEMPA LANGSUNG DENGAN MENGGUNAKAN VARIASI KONSENTRASI AMILUM UBI JALAR (Ipomea batatas Lamk.) SEBAGAI PENGHANCUR

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

Beberapa hal yang menentukan mutu tablet adalah kekerasan tablet dan waktu hancur tablet. Tablet yang diinginkan adalah tablet yang tidak rapuh dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Tablet Khusus. (dibuat dalam rangka memenuhi Tugas mata Kuliah TFSP)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pembuatan Tablet Effervescent Tepung Lidah Buaya. Tablet dibuat dalam lima formula, seperti terlihat pada Tabel 1,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. adalah obat yang menentang kerja histamin pada H-1 reseptor histamin sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Bahan dan Alat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ilmu pengetahuan dan tuntutan dalam pemenuhan kesehatan. Maka diperlukan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Khasiatnya diketahui dari penuturan orang-orang tua atau dari pengalaman (Anonim, 2009). Salah satu tanaman yang telah terbukti berkhasiat sebagai

FORMULASI. Oleh FAKULTAS

Pot III : Pot plastik tertutup tanpa diberi silika gel. Pot IV : Pot plastik tertutup dengan diberi silika gel

OPTIMASI FORMULA SEDIAAN FAST DISSOLVING TABLET

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pembuatan Amilum Biji Nangka. natrium metabisulfit agar tidak terjadi browning non enzymatic.

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pragel pati singkong yang dibuat menghasilkan serbuk agak kasar

IFNA ANGGAR KUSUMA K

BAB III METODE PENELITIAN. ketoprofen (Kalbe Farma), gelatin (Brataco chemical), laktosa (Brataco

PEMBAHASAN. R/ Acetosal 100 mg. Mg Stearat 1 % Talkum 1 % Amprotab 5 %

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berbagai macam spesies bakteri yang sebagian merupakan flora oral normal pada

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh dermatofit, yaitu sekelompok infeksi jamur superfisial yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

KETOKONAZOL TABLET PREFORMULASI DISUSUN OLEH KELOMPOK 1 (SATU) C S1 FARMASI 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah sistolik melebihi 140

Pembuatan Tablet Asetosal dengan Metode Granulasi Kering

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. (Departemen Kesehatan RI, 2006). Obat ini bekerja pada ginjal dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memiliki beberapa keuntungan antara lain: 1) ketepatan dosis, 2) mudah cara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. beberapa keuntungan dibanding dengan sediaan farmasi lain. Beberapa keuntungan

kurang menyenangkan, meskipun begitu masyarakat percaya bahwa tanaman tersebut sangat berkhasiat dalam menyembuhkan penyakit; selain itu tanaman ini

FORMULASI TABLET KUNYAH EKSTRAK DAUN DEWANDARU (Eugenia uniflora L.) DENGAN KOMBINASI BAHAN PENGISI MANITOL-LAKTOSA SKRIPSI

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Dari penelitian yang dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut:

FORMULASI GRANUL EKSTRAK KULIT BUAH MANGGIS (GARCINIA MANGOSTANA. L) MENGGUNAKAN AEROSIL DAN AVICEL PH 101

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA I

OPTIMASI FORMULA TABLET DISPERSIBLE CAPTOPRIL DENGAN KOMBINASI BAHAN PENGHANCUR STARLAC DAN BAHAN PENGISI AVICEL PH 102 SKRIPSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

OPTIMASI FORMULA TABLET DISPERSIBLE NATRIUM DIKLOFENAK DENGAN BAHAN PENGHANCUR EXPLOTAB DAN BAHAN PELICIN PEG 6000 SKRIPSI

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Bahan Baku Ibuprofen

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

OPTIMASI FORMULA TABLET DISPERSIBLE CAPTOPRIL DENGAN KOMBINASI BAHAN PENGHANCUR STARCH 1500 DAN BAHAN PENGISI STARLAC SKRIPSI

Lampiran 1. Perhitungan Pembuatan Tablet Asam Folat. Sebagai contoh F1 (Formula dengan penambahan Pharmacoat 615 1%).

mudah ditelan serta praktis dalam hal transportasi dan penyimpanan (Voigt, 1995). Ibuprofen merupakan obat analgetik antipiretik dan anti inflamasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Loratadin merupakan obat anti histamin non-sedatif yang biasa

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Uji KLT Ekstrak Daun Sirih Hijau

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka. Gambar 1. Tanaman dan Buah nangka (Artocarpus heterophylus)

Bahan tambahan tablet

2.1.1 Keseragaman Ukuran Kekerasan Tablet Keregasan Tablet ( friability Keragaman Bobot Waktu Hancur

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DITOLAK BAGIAN PENGAWASAN MUTU PHARMACEUTICAL INDUSTRIES MEDAN

FORMULASI SEDIAAN TABLET PARASETAMOL DENGAN PATI BUAH SUKUN (Artocarpus communis) SEBAGAI PENGISI

FORMULASI TABLET HISAP EKSTRAK ETANOL DAUN SIRIH MERAH (Piper crocotum Ruiz & Pav.) DENGAN PEMANIS SORBITOL-LAKTOSA-ASPARTAM

PEMBUATAN TABLET HISAP EKSTRAK ETANOLIK DAUN SAGA

SKRIPSI DENIAR K SURAKARTAA Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan cairan lain seperti pepsin di dalam lambung. Kondisi hiperasiditas lambung

terbatas, modifikasi yang sesuai hendaknya dilakukan pada desain formula untuk meningkatkan kelarutannya (Karmarkar et al., 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi, termasuk keanekaragaman buah tropisnya.

TABLET/OT 2015 Sediaan tablet adalah Sediaan padat kompak dibuat secara kempa cetak dalam bentuk tabung pipih atau serkuler, kedua permukaanya rata

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Aloe vera merupakan spesies aloe yang paling banyak dijual dan diproses. Di industri makanan, aloe vera digunakan sebagai sumber makanan fungsional, bahan produk makanan lain, dan produk minuman kesehatan yang mengandung bulir (Madan et al., 2009). Penelitian aloe vera dibuat dalam bentuk sediaan fast dissolving tablet. Fast dissolving tablet (FDT) disebut juga tablet melarut dalam mulut, orodispersible tablet, rapidmelt, tablet poros, dan quick dissolving tablet. Fast dissolving tablet ketika diletakkan dalam mulut langsung melarut dan melepaskan obatnya. Obat yang lebih cepat larut, akan lebih cepat terabsorbsi dan cepat berefek. Bioavailabilitas obat dalam bentuk FDT lebih baik daripada tablet konvensional (Kumar, 2011). Keuntungan lain bentuk sediaan FDT yaitu enak di mulut dan merupakan kesempatan bisnis baru karena berbeda (Madan et al., 2009). Fast dissolving tablet digunakan untuk pasien pediatri, geriatri, bedridden, atau pasien cacat mental yang mungkin sulit menelan tablet konvensional atau kapsul. Fast dissolving tablet juga digunakan untuk lokal dalam mulut seperti bius lokal untuk sakit gigi, sariawan, dan sakit saat tumbuh gigi (Madan et al., 2009). Sediaan fast dissolving tablet, dalam pembuatannya perlu penambahan eksipien utama yaitu disintegrant dan eksipien dasar yaitu gula. Secara prinsip, penambahan disintegrant dapat mempengaruhi kecepatan disintegrasi dan disolusi. Sebagai bulking agent, pemberi rasa manis dan sensasi dingin dalam mulut digunakan manitol. Manitol memiliki kelarutan tinggi dalam air dan rasanya manis, sehingga menutupi rasa tidak enak di mulut (Kumar, 2011). Penelitian ini dilakukan untuk memformulasi dan mengevaluasi fisik sediaan fast dissolving tablet Aloe vera. Alasan dilakukannya penelitian ini karena belum banyak sediaan fast dissolving tablet Aloe vera di pasaran, padahal banyak 1

2 sekali manfaat aloe vera, antara lain sebagai stimulan imun, antiinflamasi, antibakteri, antivirus, antijamur, antidiabetik, antineoplastik, dan antioksidan (Hamman, 2008). Alasan kedua yaitu untuk mengetahui pengaruh jumlah disintegrant yaitu mikrokristalin selulosa (MCC) yang ditambahkan ke dalam fast dissolving tablet terhadap waktu hancurnya. Penelitian ini menggunakan superdisintegrant mikrokristalin selulosa (MCC) karena pada penelitian sebelumnya yang dilakukan Madan et al. (2009), tablet yang menggunakan superdisintegrant MCC menunjukkan kecepatan disintegrasi dan pembasahan yang paling baik dibanding disintegrant lain. MCC mempunyai absorbsi yang baik. Ada banyak jenis superdisintegrant dengan mekanismenya masing-masing. Kebanyakan suatu superdisintegrant digunakan dalam kadar yang sangat kecil dihitung terhadap bobot tablet. Sebagai contoh mikrokristalin selulosa (MCC) digunakan sebagai disintegrant dalam pembuatan FDT dalam range 8,2-9,1% (Sharma, 2008). B. Perumusan Masalah Bagaimana pengaruh perbedaan jumlah mikrokristalin selulosa sebagai superdisintegrant terhadap waktu hancur fast dissolving tablet? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perbedaan jumlah mikrokristalin selulosa sebagai disintegrant tablet terhadap waktu hancur fast dissolving tablet. D. Tinjauan Pustaka 1. Aloe vera Aloe vera (L.) Burm.f. merupakan tanaman xerofit yang berair banyak, yang mempunyai jaringan penyimpan air dalam daunnya untuk bertahan hidup pada daerah kering atau daerah yang jarang turun hujan. Bagian dalam daun bening, lembut, lembab dan jaringannya licin yang terdiri dari sel parenkim yang dindingnya luas dan tipis yang mana airnya membentuk mucilago kental. Oleh

3 karena itu, daunnya yang padat tidak hanya berisi dinding sel karbohidrat seperti selulosa dan hemiselulosa tetapi juga penyimpan karbohidrat seperti mannan terasetilasi (Hamman, 2008). Aloe emodin atau 3-hydroxymethylchrysazin, berupa jarum berwarna orange dan memiliki rumus molekul C 15 H 10 O 5 dalam bentuk bebas terkandung dalam Aloe Sp. (lidah buaya), Rheum Sp. (kelembak) dan Cassia Sp. (daun Senna & ketepeng). Hasil rekristalisasi toluen dengan titik lebur 223-224 o C dan akan menyublim dalam lingkungan gas CO 2. Bahan ini sangat mudah larut dalam alkohol panas, eter, benzena dengan membentuk larutan warna kuning, larut dalam ammonia, air dan asam sulfat dengan membentuk crimson (Sudarsono, 1996). Senyawa aktif dari Aloe vera atau lidah buaya tidak dianjurkan untuk wanita hamil, karena adanya efek pemicu peristaltik pada uterus, dikhawatirkan akan mengakibatkan keguguran janin. Juga tidak dianjurkan diberikan pada wanita menyusui, karena bentuk bebas dari aglikon larut dalam ASI, sehingga menyebabkan bayi menjadi diare (Sudarsono, 1996). 2. Fast Dissolving Tablet Fast dissolving tablet disebut juga tablet meleleh dalam mulut, orodispersible tablet, rapid melt, tablet poros, quick dissolving tablet. Fast dissolving tablet ketika diletakkan dalam mulut langsung rusak dan melepaskan obatnya yang terlarut atau terdispersi dalam saliva. Obat lebih cepat larut, lebih cepat terabsobsi dan cepat berefek. Beberapa obat diabsorbsi dari mulut, faring, dan esofagus melalui saliva masuk dalam perut. Bioavailabilitas obat lebih baik daripada tablet konvensional (Kumar, 2011). Fast dissolving tablet yang ideal seharusnya mudah melarut dalam mulut dalam beberapa detik, mempunyai rasa enak dalam mulut, rasanya mampu menutupi sifat obat yang tidak enak, keras namun mudah rapuh, sedikit atau tidak meninggalkan residu dalam mulut, sensitifitas rendah terhadap kondisi lingkungan (suhu dan kelembaban), dalam pembuatannya boleh menggunakan proses dan pengemasan tablet konvensional (Kumar, 2011).

4 Pada pembuatan FDT Aloe vera ini, dipilih metode granulasi basah. Granulasi basah merupakan metode yang paling banyak digunakan dalam industri farmasi yang melibatkan penambahan larutan cairan ( dengan atau tanpa pengikat) ke dalam serbuk diikuti dengan pencampuran untuk membentuk suatu massa basah dan selanjutnya pengeringan untuk memperoleh ukuran granul yang diinginkan. Keuntungan metode ini yaitu meningkatkan sifat alir dan kompresibilitas dari bahan, bioavailabilitas meningkatkan, meningkatkan homogenitas bentuk sediaan dengan konten aktif rendah. Namun metode ini juga memiliki kekurangan, antara lain, melibatkan beberapa langkah pengolahan, resiko hilangnya material tinggi, tidak cocok untuk kelembaban sensitif, thermolabil, dan bahan yang tidak kompatibel (Saikh, 2013). Sediaan ini memiliki kelebihan antara lain stabilitas yang baik, ketepatan dosis, dan praktis dibawa. Namun sediaan ini memiliki kekurangan, antara lain tablet memiliki kekerasan/ kekuatan mekanik yang kecil. Oleh karena itu, hati-hati dalam penanganannya. Tablet mungkin meninggalkan rasa tidak enak dan atau berpasir dalam mulut jika tidak diformulasi dengan benar (Kumar, 2011). 3. Deskripsi Bahan a. Freeze dried Aloe vera Freeze dried Aloe vera yang didapatkan berbentuk padat, seperti kapas, warna putih kekuningan, ringan, sulit diserbukkan, rasa agak asam. b. Mikrokristal selulosa Avicel merupakan produk merk dagang dari dari FMC Biopolymer yang komponen penyusunnya mikrokristalin selulosa. Avicel biasa digunakan sebagai adsorben, agen pensuspensi, pengisi tablet atau kapsul, dan dapat juga bersifat sebagai disintegrant. Pada pembuatan tablet, Avicel tidak hanya berfungsi sebagai bahan pengisi namun juga dapat berfungsi sebagai bahan pengikat (filler binder). Avicel berupa partikel putih, tidak berbau, dan tidak berasa. Mikrokristalin selulosa ((C 6 H 10 O 5 )n) berwarna putih, serbuk yang mengalir bebas. Secara kimiawi, merupakan zat inert, tidak terdegradasi selama proses pencernaan. Dalam jumlah banyak dapat menyebabkan efek pencahar.

5 Beberapa penelitian menyebutkan pada kadar tertentu terhadap bobot tablet, Avicel akan mampu berfungsi sebagai filler binder. Selain akan memperbaiki sifat kekerasan dan kerapuhan dari tablet. Di perdagangan, Avicel dikelompokkan berdasarkan ukuran partikel, perbedaan ukuran partikel ini akan menyebabkan perbedaan dari sifat alirnya. Sebagai contoh, Avicel 101 memiliki sifat alir lebih buruk dibanding Avicel PH 102. Oleh karena itu, Avicel PH 101 lebih sering digunakan pada metode granulasi basah (Fudholi & Hadisoewignyo, 2013). c. Manitol Manitol memiliki rumus molekul C 6 H 14 O 6, bobot molekul 182,17 Da, serta mempunyai nama lain manna sugar, D-mannite, mannite, dan mannitolum. Manitol merupakan serbuk hablur atau granul mengalir bebas, putih, tidak berbau, rasa manis. Manitol dalam tablet berfungsi sebagai pemanis (Priyadi, 2012). Manitol dapat digunakan pada pembuatan tablet dengan metode kempa langsung maupun granulasi basah. Serbuk manitol bersifat kohesif sedangkan granulnya mudah mengalir. Manitol stabil dalam bentuk kering maupun larutan, namun dalam penyimpanannya manitol harus disimpan di tempat kering dan di dalam wadah tertutup rapat. Granul manitol dapat mengalir dengan baik dan dapat memperbaiki sifat alir dari material yang lain. Namun, biasanya manitol digunakan dengan konsentrasi tidak lebih dari 25% dari bahan yang terkandung dalam satu formula. Manitol biasa digunakan sebagai pengisi pada pembuatan formula tablet kunyah karena memberikan sensasi dingin, rasa manis. d. Talkum Talkum adalah magnesium silikat anhidrat alam, kadang-kadang mengandung sedikit aluminium silikat. Pemerian serbuk hablur, sangat halus, licin, mudah melekat pada kulit, bebas dari butiran, warna putih atau putih kelabu. Talkum digunakan sebagai zat tambahan (Departemen Kesehatan RI, 1979). Dalam pembuatan tablet, talkum digunakan sebagai lubricant.

6 e. Magnesium stearat Magnesium stearat mengandung tidak kurang dari 6,5% dan tidak lebih dari 8,5% MgO dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. Pemerian serbuk halus, putih, licin dan mudah melekat pada kulit, bau lemah khas. Mg stearat digunakan sebagai zat tambahan (Departemen Kesehatan RI, 1979). Dalam pembuatan tablet, Mg Stearat digunakan sebagai bahan pelicin tablet. 4. Evaluasi Fisik Fast Dissolving Tablet Uji fisik untuk evaluasi tablet yang dilakukan antara lain: a. Uji keseragaman bobot Uji keseragaman bobot dilakukan dengan timbangan analitik. Uji ini bertujuan untuk mengetahui keseragaman bobot tablet yang dibuat agar tidak menyimpang dari nilai yang ditetapkan menurut Farmakope Indonesia edisi III. Dibutuhkan 20 tablet untuk melakukan uji keseragaman bobot. b. Uji kekerasan tablet Uji kekerasan tablet dilakukan menggunakan Hardness tester. Uji ini bertujuan untuk mengetahui kekerasan suatu tablet. Dibutuhkan 5 tablet untuk melakukan uji kekerasan tablet. c. Uji kerapuhan tablet Sampel 20 tablet untuk uji kerapuhan menggunakan friabilator. Dua puluh tablet dirotasi pada 25 rpm selama 4 menit. Tablet ditimbang lagi setelah uji kerapuhan dan dihitung persentase berat yang hilang. Uji ini bertujuan untuk mengetahui persentase berat tablet yang hilang karena rapuh. d. Uji waktu hancur Uji ini menggunakan 5 tablet. Untuk uji waktu hancur, tablet ditempatkan di tengan cawan petri (diameter dalam 10 cm) yang berisi 10 ml air dan dicatat waktu hancurnya seluruh tablet. Uji ini bertujuan untuk mengetahui waktu hancur tablet.

7 E. Landasan Teori Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Madan et al. (2009), digunakan empat macam disintegran yaitu mikrokristalin selulosa, sodium kroskarmelosa, sodium starch glycolate, dan crospovidone dalam empat formula yang berbeda. Tablet yang mengandung mikrokristal selulosa (MCC) paling cepat terdisintegrasi dan terbasahi dengan konsentrasi optimal kurang dari 12%, kemudian diikuti sodium kroskarmelosa, crospovidon, dan sodium starch. Penelitian sebelumnya yaitu optimasi fast dissolving tablet (FDT) Aloe vera yang menggunakan mikrokristalin selulosa sebagai disintegran diperoleh kekerasan tablet yaitu 3,55 kg/cm 2, persen berat yang hilang pada uji kerapuhan tablet 0,56 %, dan waktu hancurnya 36,5 detik (Madan et al, 2009). F. Hipotesis Berdasarkan uraian di atas digunakan mikrokristalin selulosa yang terbukti sebagai disintegran terbaik. Diharapkan semakin tinggi kandungan mikrokristalin selulosa, waktu hancur FDT Aloe vera semakin cepat.