EKSPLORASI UMUM BAUKSIT DI KABUPATEN SINTANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT. Oleh : Eko Yoan Toreno dan Moe tamar. , 5,91% SiO 2 dan 1,49% TiO 2

dokumen-dokumen yang mirip
Geologi dan Studi Fasies Karbonat Gunung Sekerat, Kecamatan Kaliorang, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur.

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

INVENTARISASI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN BOVEN DIGOEL PROVINSI PAPUA Reza Mochammad Faisal Kelompok Penyelidikan Mineral Logam SARI

III.1 Morfologi Daerah Penelitian

Metamorfisme dan Lingkungan Pengendapan

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

PROSPEKSI ENDAPAN BATUBARA DI DAERAH SUNGAI BELINTANG DAN SUNGAI SAI, KABUPATEN SINTANG, KALIMANTAN BARAT

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB II TINJAUAN UMUM

Ciri Litologi

Umur dan Lingkungan Pengendapan Hubungan dan Kesetaraan Stratigrafi

Bab III Geologi Daerah Penelitian

PENELITIAN BATUAN ULTRABASA DI KABUPATEN HALMAHERA TIMUR, PROVINSI MALUKU UTARA. Djadja Turdjaja, Martua Raja P, Ganjar Labaik

BAB III Perolehan dan Analisis Data

BAB II TATANAN GEOLOGI

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB 3 GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Geologi Daerah Perbukitan Rumu, Buton Selatan 19 Tugas Akhir A - Yashinto Sindhu P /

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

berukuran antara 0,05-0,2 mm, tekstur granoblastik dan lepidoblastik, dengan struktur slaty oleh kuarsa dan biotit.

INVENTARISASI DAN EVALUASI BAHAN GALIAN NON LOGAM DI KABUPATEN MUSI RAWAS DAN MUSI BANYUASIN, PROVINSI SUMATERA SELATAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

KONTROL STRUKTUR GEOLOGI TERHADAP SEBARAN ENDAPAN KIPAS BAWAH LAUT DI DAERAH GOMBONG, KEBUMEN, JAWA TENGAH

Foto III.14 Terobosan andesit memotong satuan batuan piroklastik (foto diambil di Sungai Ringinputih menghadap ke baratdaya)

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Umur GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

3.2.3 Satuan Batulempung. A. Penyebaran dan Ketebalan

BAB III STRATIGRAFI 3. 1 Stratigrafi Regional Pegunungan Selatan

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Kecamatan Nunukan, Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Timur

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

INVENTARISASI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN SUMBA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Subsatuan Punggungan Homoklin

Geologi Daerah Sirnajaya dan Sekitarnya, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat 27

BAB IV GEOMORFOLOGI DAN TATA GUNA LAHAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

dan Satuan Batulempung diendapkan dalam lingkungan kipas bawah laut model Walker (1978) (Gambar 3.8).

Gambar 3.13 Singkapan dari Satuan Lava Andesit Gunung Pagerkandang (lokasi dlk-13, foto menghadap ke arah barat )

Foto 3.6 Singkapan perselingan breksi dan batupasir. (Foto diambil di Csp-11, mengarah kehilir).

Geologi Daerah Perbukitan Rumu, Buton Selatan 34 Tugas Akhir A - Yashinto Sindhu P /

PROSPEKSI MINERAL LOGAM DI KECAMATAN SUBI KABUPATEN NATUNA - PROVINSI KEPULAUAN RIAU Wahyu Widodo Kelompok Penyelidikan Mineral Logam

BAB IV ASOSIASI FASIES DAN PEMBAHASAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB II TINJAUAN UMUM

PENYELIDIKAN PENDAHULUAN BITUMEN PADAT DI DAERAH NANGA DANGKAN DAN SEKITARNYA KABUPATEN SINTANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT

3.2.3 Satuan lava basalt Gambar 3-2 Singkapan Lava Basalt di RCH-9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kastowo (1973), Silitonga (1975), dan Rosidi (1976) litologi daerah

EKSPLORASI UMUM ENDAPAN BESI DI KABUPATEN MUARA ENIM, PROVINSI SUMATERA SELATAN

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II TINJAUAN UMUM

PROSPEKSI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN 2014

BAB II TATANAN GEOLOGI

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB VI NIKEL LATERIT DI DAERAH PENELITIAN

REKAMAN DATA LAPANGAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

PROSPEKSI ENDAPAN BATUBARA DI DAERAH KELUMPANG DAN SEKITARNYA KABUPATEN MAMUJU, PROPINSI SULAWESI SELATAN

Gambar 3.6 Model progradasi kipas laut dalam (Walker, R. G., 1978).

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

RESUME HASIL KEGIATAN PEMETAAN GEOLOGI TEKNIK PULAU LOMBOK SEKALA 1:

Foto 3.5 Singkapan BR-8 pada Satuan Batupasir Kuarsa Foto diambil kearah N E. Eko Mujiono

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Gambar 2.8. Model tiga dimensi (3D) stratigrafi daerah penelitian (pandangan menghadap arah barat laut).

Bab II Geologi Regional

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

PEDOMAN PRAKTIKUM GEOLOGI UNTUK PENGAMATAN BATUAN

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB V MINERALISASI Mineralisasi di daerah Sontang Tengah

BAB IV Kajian Sedimentasi dan Lingkungan Pengendapan

EKSPLORASI BITUMEN PADAT DENGAN OUT CROPS DRILLING DAERAH MALUTU DAN SEKITARNYA KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN, PROPINSI KALIMANTAN SELATAN

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN GEOLOGI

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB 3 GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Raden Ario Wicaksono/

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB 3 Tatanan Geologi Daerah Penelitian

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB IV ALTERASI HIDROTERMAL

BAB 2 GEOLOGI REGIONAL

PROSPEKSI MANGAN DI KECAMATAN TIMPEH, KABUPATEN DHARMASRAYA, PROVINSI SUMATERA BARAT

Geologi dan Potensi Sumberdaya Batubara, Daerah Dambung Raya, Kecamatan Bintang Ara, Kabupaten Tabalong, Propinsi Kalimantan Selatan

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB II TINJAUAN UMUM

Transkripsi:

EKSPLORASI UMUM BAUKSIT DI KABUPATEN SINTANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT Oleh : Eko Yoan Toreno dan Moe tamar SARI Kabupaten Sintang merupakan salah satu kabupaten yang berbatasan langsung dengan negara tetangga yaitu Malaysia, khususnya negara bagian Serawak. Wilayah Kabupaten Sintang yang berbatasan langsung dengan negara Malaysia adalah Kecamatan Ketungau Hulu dan Kecamatan Ketungau Tengah. Geologi Kabupaten Sintang disusun oleh batuan berupa serpih, batulanau, wacke, pasir dan konglomerat dengan anggota batugamping batugamping hablur Formasi Alas berumur Paleozoikum (Karbon). Hasil eksplorasi umum mendapatkan sumberdaya tertunjuk bauksit di daerah Enkitan-Seputau, Kecamatan Ketungau Tengah sebesar 86.632 m 3 dengan kadar rata-rata 51,17% Al 2, 11,6% Fe 2, 5,91% SiO 2 dan 1,49% TiO 2, dan Daerah Bukit Darwin, Desa Sepiluk-Senaning Kecamatan Ketungau Hulu sebesar 1.370.365 m 3 dengan rata-rata 52,63% Al 2, 9,76% Fe 2, 3,57% SiO2 dan 1,32% TiO 2.

PENDAHULUAN Kegiatan ini dimaksudkan untuk mendapatkan data primer tentang potensi sumber daya mineral bauksit yang terdapat di Kabupaten Sintang guna melengkapi dan memutakhirkan data informasi sumber daya mineral yang telah ada. Tujuan kegiatan ini adalah untuk mengetahui potensi sumber daya logam atau bahan galian lainnya serta membantu Pemerintah Kabupaten Sintang dalam mengelola sumber daya alam tersebut termasuk dalam merencanakan pengembangan wilayah pertambangan. Secara administrasi daerah penyelidikan termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Ketungau Hulu dan Kecamatan Ketungau Tengah, Kabupaten Sintang, Provinsi Kalimantan Barat (Gambar 1). Daerah penyelidikan dapat ditempuh dari Jakarta-Pontianak melalui penerbangan komersial, selama 2 jam, kemudian perjalanan dilanjutkan dengan menggunakan kendaraan roda empat antara Pontianak Sintang selama 8 jam. Selanjutnya dari Sintang ke lokasi memakai kendaraan roda empat dengan penggerak empat roda selama 10 jam. Untuk mencapai lokasi penyelidikan dilakukan dengan kendaraan roda dua dan jalan kaki. MORFOLOGI Morfologi daerah penyelidikan terdiri dari satuan morfologi perbukitan terjal, diperkirakan mencakup sekitar 30% luas daerah penyelidikan tersebar di daerah bagian timur, utara dan sebagian di bagian tengah dengan kemiringan lereng berkisar > 25, ketinggian berkisar 150 m sampai dengan 1150 m diatas permukaan laut. Umumnya satuan morfologi ini ditempati oleh satuan batupasir kuarsa Formasi Tutop dan batuan intrusi sintang berupa andesit, diorit dan granodiorit. Selain itu terdapat satuan morfologi perbukitan bergelombang diperkirakan mencakup sekitar 70% luas daerah penyelidikan, merupakan daerah perbukitan dan lembah-lembah sungai dengan lereng landai sedang, kemiringan lereng < 25, yang banyak dimanfaatkan untuk lahan perkebunan sawit, karet dan akasia. Satuan morfologi ini ditempati oleh satuan perselingan batupasir halus dan batulempung, lensa batubara (Formasi Ketungau) dan satuan batupasir sisipan batulanau dan batulempung (Formasi Kantu). Morfologi perbukitan bergelombang sedang di daerah Kecamatan Ketungau Hulu (Gambar 2). LITOLOGI Litologi daerah ini secara berurutan dari tua ke muda adalah Komplek Semitau (CRs) Komplek Busang (PRb) Batuan Gunungapi Jambu (TRuj) Batuan Gunungapi Betung (TRKb), Formasi Kantu, Formasi Tutoop, Formasi Ketungau, merupakan Satuan Perselingan Batupasir halus dan batulempung, lensa batubara, Satuan Batuan Beku/Intrusi (Intrusi Sintang), berumur Oligosen Akhir Miosen Tengah. Batuan diorit/mikro diorit ini bertekstur holokristalin, hipidiomorfik granular, ukuran butir halus sampai kasar, bentuk butir anhedral subhedral, mineral pembentuknya antara lain plagioklas, piroksen, hornblende, kuarsa dan mineral opak. Batuan andesit berbutir halus hingga 1 mm, bentuknya anhedral-subhedral, porfiritik dan berstruktur amigdaloidal, dimana masa dasar

terdiri dari plagioklas, mineral opak, lempung dan karbonat, serta mineral-mineral kuarsa, klorit, epidot dan karbonat yang mengisi rongga-rongga, sedang fenokrisnya plagioklas. Batuan granitik ini telah terubah kuat, berbutir halus hingga 1 mm, bentuk butir anhedral hingga subhedral, bertekstur porfiritik dengan relik-relik fenokris feldspar dan mineral opak dengan masa dasar mikrokristalin mineral sekunder dan opak., Satuan Endapan Aluvium terpecah-pecah, satuan endapan aluvium ini terdapat secara terpisah-pisah. Pengumpulan data sekunder daerah ini didapatkan antara lain dari hasil studi literatur Pemetaan geologi dilakukan oleh S. Supriatna, dkk dari Pusat Penelitian Pengembangan Geologi pada tahun 1983-1985 menghasilkan Peta Geologi Lembar Sanggau dan dipubikasi tahun 1993. Pemetaan geologi dilakukan oleh R. Heryanto, dkk dari Pusat Penelitian Pengembangan Geologi pada tahun 1983-1984 menghasilkan Peta Geologi Lembar Sanggau dan dipubikasi tahun 1993. Pemetaan Geologi dilakukan untuk memperoleh data geologi dan penyebaran endapan bauksit. Disamping pemetaan, data geologi diperoleh dari deskripsi sumur uji/parit uji dan dikompilasi dengan data geologi regional. Pengamatan dilakukan juga terhadap struktur geologi setempat maupun regional sekitar daerah penyelidikan. Conto yang diambil lebih difokuskan terhadap lapisan endapan bauksit hasil penggalian/pembuatan sumur uji dan tebing-tebing bekas longsoran ataupun bekas galian. Perolehan conto dalam kegiatan Eksplorasi Umum Bauksit di Kabupaten Sintang ini didapat 46 conto dari hasil sumur uji. Pengambilan conto dan pemerian deskripsi pada lubang sumur uji yang mengandung bauksit dengan channel sampling dilakukan dengan lebar 10 cm, kedalaman 10 cm dengan interval tebal setiap 1m. Dengan demikian jumlah conto yang diambil tergantung pada tebal endapan bauksit. Kedalaman sumur uji maksimal mencapai 7,20 m sampai menembus Kong/Clay dan air tanah. Kajian Sumber Daya Geologi Pulau Kalimantan, Pusat Sumber Daya Geologi Bandung Tahun 2006. Inventarisasi Dan Penyelidikan Mineral Dan Batubara Daerah Perbatasan Sintang, Provinsi Kalimantan Barat Dengan Malaysia, Pusat Sumber Daya Geologi 2007. Setelah pengambilan conto di lokasi penyelidikan, selanjutnya conto dibawa ke basecamp untuk dilakukan preparasi conto, yaitu : 1. Conto dari lokasi ditimbang untuk mengetahui berat kotor. Pengamatan daerah penyelidikan meliputi Kecamatan Ketungau Hulu dan Kecamatan Ketungau Tengah yang terletak di bagian utara dan merupakan kecamatan yang berbatasan langsung dengan negara tetangga Sarawak- Malaysia, seluruh daerah penyelidikan termasuk di dalam wilayah Kabupaten Sintang. 2. Conto kotor dicuci dengan ayakan bukaan 1 cm dan 1 mm secara manual hingga bersih, agar matrik atau butiran yang lolos dan pengotornya hilang. 3. Dilakukan pengeringan, bisa dilakukan dengan di angin-anginkan sampai 24 jam

4. Conto kering yang bersih ditimbang, untuk mengetahui berat bersih. 5. Menghitung CF (Concretion Factor) = (Berat Bersih : Berat Kotor) x 100% Penghacuran/dipecahkan hingga ukuran < 1cm Conto di mixing dan Quatering (pencampuran 4 bagian) sehingga fraksi conto menjadi homogen. 6. Conto diambil 1 kg. Conto yang sudah dipreparasi tersebut, selanjutnya dikirim ke laboratorium Kimia - Fisika Mineral di Pusat Sumber Daya Geologi, untuk dilakukan analisis unsur-unsur Al 2, Fe 2, SiO 2, TiO 2, CaO, MgO, LOI dan beberapa conto yang didapat di lokasi penyelidikan juga dilakukan analisis petrografi, mineragrafi dan berat jenis. Hasil Eksplorasi Litologi Daerah Geologi daerah penyelidikan terdiri dari batuan beku intermediate - asam, batuan sedimen serta endapan aluvial. Batuan Sedimen Penyebarannya sangat luas, hampir menempati seluruh daerah penyelidikan, terletak tidak selaras menutupi batuan intrusi. Batuan yang tersingkap di utara daerah penyelidikan terdiri dari batupasir halus-sedang, berwarna putih keabu-abuan sampai kemerahan, berlapis baik dengan struktur sedimen perlapisan sejajar dan silangsiur (Gambar 4), pada beberapa tempat nampak terdapat struktur graded bedding terutama pada sisipan batupasir berbutir kasar sampai konglomeratan dengan fragmen berbentuk bulat dari mineral kuarsa dengan diameter hingga 1 cm dengan arah 175 E/14. Batupasir tersebut berselang-seling dengan batulempung dan batulanau, umumnya bersifat lunak hingga getas (Gambar 5), berwarna abu-abu sampai abu-abu kehitaman, setempat berlapis baik dengan struktur sedimen perlapisan sejajar, kadang-kadang mengandung lapisan batubara yang sebagian berupa pita-pita yang sangat tipis hingga berbentuk lensa-lensa atau fragmen-fragmen batubara hasil transportasi. Hasil pengukuran pada lapisan batulempung menunjukkan arah jurus dan kemiringan N240 E/10. Batuan Intrusi Terdiri dari andesit dan batuan terubah granitik hingga granodiorit, diorit mengandung kuarsa, menempati sebelah selatan daerah penyelidikan, tersingkap di daerah Serau Punjung Kecamatan Ketungau Tengah (Gambar 6). Pada bagian permukaan dijumpai lapisan tipis oksida besi berupa limonit terisi pasir dan lempung, diduga berasal dari batuan asal dan terbentuk karena pelapukan (Gambar 7). Peta geologi daerah penyelidikan dapat dilihat pada Gambar 12 dan Gambar 13. Struktur Struktur geologi di daerah penyelidikan adalah sesar dan rekahan, sesar berarah barat - baratlaut, ke barat umumnya agak sejajar dengan batas formasi. Kelompok sesar yang berarah timur - timurlaut memotong menyilang batas

formasi tersebut. Sesar-sesar yang terdapat di daerah ini pada umumnya berupa sesar normal, yang dua sesar utama yang mengontrol perkembangan struktur daerah tersebut. Secara umum lebih banyak struktur sinklin dan antiklin pada batuan metasedimen di bagian utara daerah penyelidikan. bauksit. Tebal lapisan penutup bervariasi dari 0,5 m 3 m. Di bawah lapisan penutup terlihat nodul-nodul atau kongkresi bauksit dengan ketebalan bervariasi dari 1 m 5 m. Di bawah lapisan bauksit pada umumnya dijumpai Zona Transisi (Transition Zone) sebelum mencapai batuan segar yang biasa disebut Kong. Pembahasan Hasil Eksplorasi Bauksit Daerah Senaning-Sepiluk Keberadaan laterit bauksit di daerah penyelidikan terbentuk pada kemiringan 10 s.d. 14 atau < 20. Batuan asal yang terdapat di daerah ini adalah batuan gunung api pra-tersier bersifat asam-intermediet yang kaya akan kandungan unsur aluminium dengan mineral cliachit, feldspar dan gibsit yang mudah larut kemudian mengalami proses laterisasi (proses pertukaran suhu secara terus menerus sehingga batuan mengalami pelapukan). Dari penyelidikan yang dilakukan di daerah Senaning-Sepiluk tersusun oleh endapan bauksit Fe tinggi dan bauksit SiO 2 tinggi. Pendugaan ini dilakukan sebatas interpretasi geologi di lapangan, tidak berdasarkan hasil analisis kimia. Bauksit Fe tinggi dicirikan oleh warna coklat kemerahan coklat kehitaman, kompak, keras dengan bentuk butir membula tanggung, pipa saprolith hingga blocky (Foto 4a dan Foto 4b), sedangkan bauksit SiO 2 tinggi dicirikan oleh coklat kekuningan coklat kemerahan, agak rapuh, relatif tidak homogen, dengan bentuk butir membulat tanggung blocky. Pada bauksit Fe tinggi maupun bauksit SiO 2 tinggi (Gambar 8 dan Gambar 9) pada profil tegak memperlihatkan batas yang jelas/tegas antara lapisan penutup (OB) dengan lapisan Di daerah ini terdapat lima conto batuan yang termineralisasi dilakukan analisis mineragrafi. Mineral yang teridentifikasi sebagian besar berupa mineral, hematite dan oksida besi. Analisis mineragrafi pada conto SN11-01/R mengidentifikasi adanya mineral logam hematite yang tersebar dalam batuan, berbutir halus bentuk subhedral-euhedral dan sebagian terubah menjadi hydrous iron oxide. Pada conto SN11-04/R) juga menunjukkan adanya mineral logam berupa hematit berbutir halus + 0,2 mm bentuk subhedral hingga anhedral dan hydrous iron oxide Analisis Petrografi dari salah satu bongkahan batuan bauksit (SN11-01/R) menunjukan mineral cliachite dan gibsit yang umumnya berupa nodul dikelilingi oleh mineral opak. Gibsit terdapat mengisi rongga dengan bentuk anhedral sedangkan cliachit kemungkinan sudah bercampur bersama oksida besi terlihat mengelilingi mineral gibsit. Pada batuan SN11-04/R kehadiran feldspar berukuran 0,25mm dengan bentuk butir anhedral-subhedral telah mengalami proses laterisasi dan tersebar menjadi mineral gibsit.

Dari analisis kimia unsur conto yang diambil dari sumur uji menunjukkan nilai Al 2 rendah hanya dijumpai pada sumur uji SN09-01/C1 dengan 17,19% Al 2, 24,35 % Fe 2, 20,15% SiO 2 dan 0,75% TiO 2 yang menggambarkan bahwa bauksit SiO 2 tinggi. Sedangkan bauksit Al 2 0 3 tinggi dijumpai pada sumur uji SN11-01 s.d. SN11-13 dengan kandungan rata-rata 53,6% Al 2, 9,3% Fe 2, 3,1% SiO 2 dan 1,3% TiO 2. Ketebalan rata-rata endapan bauksit pada daerah Bukit Darwin desa Sepiluk-Senaning Kecamatan Ketungau Hulu adalah 2,6 m dan rata-rata ketebalan tanah penutup 1,74 m, dapat dilihat pada salah satu profil sumur uji daerah penyelidikan (Gambar 14). Untuk mengetahui gambaran penyebaran ke arah tegak endapan bauksit di daerah Sepiluk- Senaning Kecamatan Ketungau Hulu, dibuat korelasi antara penampang sumur uji searah memanjang. Ke arah memanjang tenggarabaratlaut yang mengkorelasikan sumur uji SN11-01 s.d. SN11-05 (Gambar 15), yang terlihat endapan bauksit menipis ke arah tenggara - baratlaut, sedangkan pada sumur uji SN11-06 s.d. SN11-13 penyebaran endapan bauksit tampak menipis ke arah tenggara dan baratlaut dan endapan lempung semakin menebal (Gambar 16). Bauksit Daerah Seputau Di daerah ini terdapat tiga conto batuan yang termineralisasi dilakukan analisis mineragrafi. Analisis mineragrafi conto SN11-07/R mengidentifikasi adanya mineral logam pirit, hematite yang tersebar dalam batuan, pirit berbutir halus hingga + 0,1 mm dan hematit berbutir halus hingga + 0,05 mm, dari sayatan poles mikroskop cahaya pantul ini terlihat mineral pirit dan hematit berbentuk subhedral-euhedral dan sebagian terubah menjadi hydrous iron oxide berwarna bias refleksi merah. Conto SN11-08/R mineral logam yang terindentifikasi adalah hematit yg tersebar dalam batuan, pirit tidak terindentifikasi. berbutir halus hingga + 0,5 mm, dengan bentuk anhedral subhedral, berwarna abu-abu, anisotrop, terdapat tersebar dalam batuan, sebagian telah terubah menjadi hidrous iron oxide Analisis Petrografi dari salah satu bongkahan batuan bauksit (SN11-07/R) menunjukan batupasir litik terbreksikan yang sudah mengalami tektonik deformasi, terlihat zona-zona rejahan yang terisi oelh mineral lempung dan butiran halus kuarsa Pada batuan SN11-08/R kehadiran feldspar berukuran 0,5mm dengan bentuk butir anhedral-subhedral telah mengalami proses laterisasi dan tersebar menjadi mineral gibsit. Sedangkan mineral gibsit yang merupakan laterisasi dari feldspar berupa serat-serat nodul berserabut didalam fragmen bersama dengan kuarsa yg tersebar sangat sedikit. Analisis kima unsur dari conto yang diambil dari sumur uji SN11-17 s/d SN11-19 menunjukkan kandungan 48,44% - 53,68% Al 2, 7,36% - 16,26% Fe 2, 3,43% - 7,75% SiO 2 dan 1,29% - 1,84% TiO 2. Ketebalan rata-rata endapan bauksit pada daerah ini adalah 2 m dan rata-rata ketebalan tanah penutup 1,65 m, dapat dilihat pada salah satu profil sumur uji daerah peneyelidikan (Gambar 17). Penyebaran endapan bauksit di Seputau Kecamatan Ketungau Tengah dengan korelasi sumur uji SN11-17

s.d. SN11-19 terlihat endapan menipis ke arah tenggara-baratlaut (Gambar 18). Sumber Daya Bauksit Sebagai gambaran dalam penghitungan sumberdaya bauksit, data yang sangat penting adalah pencantuman nomor conto, tebal lapisan tanah penutup, tebal lapisan endapan bauksit, jarak antar sumur uji dan kadar Al 2, Fe 2, SiO 2, TiO 2 serta faktor konkresi. Kemudian dihitung dengan menggunakan rumus : Volume Bauksit Raw Ore = Luas Area x Tebal Endapan = Voume x Berat Jenis CF = (Berat Bersih : Berat Kotor) x 100% Atas dasar pertimbangan tersebut di atas luas daerah pengaruh yang akan diperhitungkan di daerah Bukit Darwin Desa Sepiluk-Senaning Kecamatan Ketungau Hulu 449.300 m 2 dengan rata-rata ketebalan endapan bauksit 2,6 m, rata-rata CF 59% dan berat jenis 1,22 gr/cm 3, maka Sumberdaya Terunjuk sebesar 1.370.365 m 3 dengan rata-rata 52,63% Al 2, 9,76% Fe 2, 3,57% SiO2 dan 1,32% TiO2. Sedangkan luas sebaran endapan bauksit di daerah Engkitan-Seputau Kecamatan Ketungau Tengah 6.448 m 2 dengan rata-rata ketebalan endapan bauksit 2 m, rata-rata CF 49% dan berat jenis 1,6 gr/cm 3, maka Sumberdaya Terunjuk sebesar 86.632 m 3 dengan rata-rata 51,17% Al 2, 11,6% Fe 2, 5,91% SiO 2 dan 1,49% TiO 2. KESIMPULAN Geologi daerah penyelidikan terdiri dari batuan beku itermediate - asam, batuan sedimen serta endapan aluvial Keberadaan laterit bauksit di daerah penyelidikan terbentuk pada kemiringan 10 s.d. 14 atau < 20. Batuan asal yang terdapat di daerah ini adalah batuan gunung api pra-tersier bersifat asam-intermediet yang kaya akan kandungan unsur aluminium dengan mineral cliachit, feldspar dan gibsit yang mudah larut kemudian mengalami proses laterisasi (proses pertukaran suhu secara terus menerus sehingga batuan mengalami pelapukan). Sumberdaya bauksit di daerah penyelidikan adalah Daerah Enkitan-Seputau, Kecamatan Ketungau Tengah sebesar 86.632 m 3 dengan rata-rata 51,17% Al 2, 11,6% Fe 2, 5,91% SiO 2 dan 1,49% TiO 2. Daerah Bukit Darwin, Desa Sepiluk-Senaning Kecamatan Ketungau Hulu sebesar 1.370.365 m 3 dengan rata-rata 52,63% Al 2, 9,76% Fe 2, 3,57% SiO 2 dan 1,32% TiO 2 Untuk lebih mengetahui sebaran serta kuantitas ataupun kualitas bauksit yang telah diselidiki ini, maka perlu dilakukan tindak lanjut tahapan eksplorasi berikutnya seperti khususnya di daerah Engkitan-Seputau Kecamatan Ketungau Tengah.

DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik Kabupaten Sintang, 2010, Hasil Sensus Penduduk Kabupaten Sintang 2010, Kabupaten Sintang. Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Barat, 2010, Kalimantan Barat Dalam Angka/ Kalimantan Barat In Figures, Provinsi Kalimantan Barat. Heryanto, R, dkk. 1983; Geologi Lembar Sintang, Kalimantan, Skala 1 : 250.000, Puslitbang Geologi, Bandung. SNI 13-6179-1999, Penentuan Faktor Konkresi Bijih Bauksit, Badan Standarisasi Nasional, 1999 Tim Inventarisasi, 2007, Inventarisasi Dan Penyelidikan Mineral Dan Batubara Daerah Perbatasan Sintang, Provinsi Kalimantan Barat Dengan Malaysia, Pusat Sumber Daya Geologi 2007. Van Bemmelen, R.W, 1949, Geology of Indonesia Volume II Economy Geology, Bauxite page 136-137, Government Printing Office The Hague, Supriatna, S, dkk. 1983; Geologi Lembar Sanggau, Kalimantan, Skala 1 : 250.000, Puslitbang Geologi, Bandung. SNI 03-6376-2000, Tata Cara Pembuatan Sumur Uji Secara Manual, Badan Standarisasi Nasional, 2000.

Gambar 2. Morfologi di Kecamatan Ketungau Hulu Kabupaten Sintang Kegiatan Eksplorasi Gambar 4. Struktur silang siur batupasir dengan batulempung, terlihat fragmen batubara rapuh di Desa Sepiluk Enteli Gambar 5. Batupasir berselang-seling dengan batulempung dan batulanau dengan lensa batubara

BUKU 2: BIDANG MINERAL Gambar 6. Satuan Batuan Intrusi Sintang, terdiri dari granit, andesit Gambar 7. Lapisan tipis oksida besi terisi lempung, di Desa Enkitan-Seputau

Gambar 8. Pengambilan conto bauksit SN11-06 pada dinding tebing di Desa Sepiluk Gambar 9. Penggalian Sumur Uji di SN11-09 pada endapan bauksit SiO 2 tinggi

BUKU 2: BIDANG MINERAL Gambar 1. Peta Administratif dan Lokasi Daerah Penyelidikan Gambar 10. Peta Geologi Regional Kabupaten Sintang

Gambar 11. Bagan alir tahapan preparasi conto di lokasi penyelidikan Gambar 12. Peta Geologi Daerah Sepiluk-Senaning Kecamatan Ketungau Hulu

BUKU 2: BIDANG MINERAL Gambar 13. Peta Geologi Daerah Engkitan-Seputau Kecamatan Ketungau Tengah Gambar 14. Profil sumur uji daerah Sepiluk-Senaning pada lokasi SN11-02

Gambar 15. Penampang Tegak Endapan Bauksit Sumur Uji SN 11-01 s.d. SN11-05 Gambar 16. Penampang Tegak Endapan Bauksit Sumur Uji SN 11-06 s.d. SN11-13

BUKU 2: BIDANG MINERAL Gambar 17. Profil sumur uji daerah Engkitan-Seputau pada lokasi SN11-17.

Gambar 18. Penampang Tegak Endapan Bauksit Sumur Uji SN 11-17 s.d. SN11-19