BAB I PENDAHULUAN. bertemunya masyarakat yang beragama, yang disebut juga sebagai jemaat Allah. 1

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kepada semua orang agar merasakan dan mengalami sukacita, karena itu pelayan-pelayan

BAB II GEREJA DAN PASTORAL

BAB IV ANALISA PEMAHAMAN MENGENAI BENTUK-BENTUK PELAYANAN KOMISI DOA DI JEMAAT GPIB BETHESDA SIDOARJO SESUAI DENGAN

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan. Gereja merupakan sebuah wadah yang seharusnya aktif untuk dapat

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab I ini, penulis menjelaskan latar belakang terjadinya penulisan Disiplin

BAB I P E N D A H U L U A N. menghargai orang yang menderita itu. Salah satunya dengan memanfaatkan metodemetode konseling dari ilmu psikologi.

BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1. Latar Belakang Masalah

UKDW BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

BAB IV ANALISA FUNGSI KONSELING PASTORAL BAGI WARGA JEMAAT POLA TRIBUANA KALABAHI

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gereja adalah sebuah persekutuan orang-orang percaya, sebagai umat yang

1. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. material sampai pada segi yang bersifat mental, sehingga tidak mudah untuk menemukan dan

Pelayanan Konseling Pastoral Di GKP Jemaat Cimahi Tanpa Pendeta Jemaat

UKDW BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasahan. 1. Latar Belakang Masalah

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Sejarah Singkat GPIB Jemaat Bethesda Sidoarjo

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 PENJELASAN ISTILAH

BAB I PENDAHULUAN. kemandirian dalam bidang daya dan kemandirian dalam bidang dana. 1 Kemandirian dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1 Majelis Agung GKJW, Tata dan Pranata GKJW, Pranata tentang jabatan-jabatan khusu, Bab II-V, Malang,

Bab 1 Pendahuluan. pada Bab 2 dan sistematika penulisan skripsi ini.

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB IV. Pandangan jemaat GPIB Bukit Harapan Surabaya tentang diakonia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1 Totok S. Wiryasaputra, Pendampingan Pastoral Orang Sakit, Seri Pastoral 245, Pusat Pastoral Yogyakarta,

BAB I PENDAHULUAN UKDW

1. Apa yang dipahami pejabat gereja dalam hal ini Pendeta jemaat tentang PASTORAL? 3. Sejak kapan TIM DOA ini hadir ditengah-tengah Gereja?

BAB II GEREJA, PENDAMPINGAN PASTORAL DAN KONFLIK. memiliki korelasi yang signifikan antara fenomena dengan kondisi yang yang hendak peneliti

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Gereja merupakan persekutuan orang-orang percaya di dalam Kristus.

@UKDW BAB I PENDAHULUAN

BAB V PENUTUP. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:

Pendampingan Pastoral Holistik di Megachurch (Sebuah Studi Tentang Pendampingan Pastoral Gereja Jemaat Kristen Indonesia Injil Kerajaan di Semarang)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Setiap budaya dari suatu kelompok masyarakat, pada dasarnya memiliki cara untuk

PENELAAHAN ALKITAB. Persiapan, Penyusunan dan Penyampaiannya. Pdt. Stephen Sihombing, MTh

Bekerja Dengan Para Pemimpin

TESIS PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DALAM KELUARGA DENGAN ORANG TUA BEDA AGAMA DI JEMAAT GKMI SALATIGA

BAB V PENUTUP. Pada bagian ini akan di paparkan tentang kesimpulan dan saran dari hasil penelitian

GEREJA PROTESTAN di INDONESIA bagian BARAT (G P I B) TATA IBADAH HARI MINGGU VII SESUDAH PENTAKOSTA & SYUKUR HUT KE-35 YAPENDIK GPIB

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS. perempuan atau pun jenis kelamin, semuanya pasti akan mengalaminya. Tidak hanya

ANGGARAN DASAR PERSEKUTUAN PEMUDA KRISTIYASA GKPB BAB I NAMA, WAKTU DAN KEDUDUKAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. ada sebagian kecil orang yang memilih untuk hidup sendiri, seperti Rasul Paulus

BAB V KESIMPULAN. Di dalam Alkitab, setidaknya terdapat tiga peristiwa duka dimana Yesus

BAB I PENDAHULUAN. 1 Chris Hartono, Mandiri dan Kemandirian, dalam Majalah Gema STT Duta Wacana, Maret 1983, p. 46.

Bab I Pendahuluan Bdk. Pranata Tentang Sakramen dalam Tata dan Pranata GKJW, (Malang: Majelis Agung GKJW, 1996), hlm.

TATA GEREJA PEMBUKAAN

BAB I PENDAHULUAN UKDW. E.P. Ginting, Religi Karo: Membaca Religi Karo dengan Mata yang Baru (Kabanjahe: Abdi Karya, 1999), hlm.

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan. A.1. Latar Belakang Masalah

@UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

PEMBERIAN SEBAGAI WUJUD PELAYANAN KASIH 2 Korintus 8:1-15 I Gede Puji Arysantosa

PEMAHAMAN MAKNA LITURGI (Studi Mengenai Makna Warna-warna Liturgis dalam Pemahaman Jemaat Gereja Kristen Protestan Bali/GKPB)

LITURGI GEREJA KRISTEN JAWA: Suatu Studi Teologi Kontekstual Berbasis Budaya Jawa Terhadap Tata Ibadah GKJ

BAB III TEMUAN HASIL PENELITIAN. menguraikan terlebih dulu gambaran umum GPM Jemaat Airmanis.

UKDW. Bab I. Pendahuluan

Setiap Orang Bisa Menjadi Pengajar

BAB V PENUTUP. diberikan saran penulis berupa usulan dan saran bagi GMIT serta pendeta weekend.

UKDW BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG

Bab I Pendahuluan UKDW

UKDW. Bab I Pendahuluan

Bab I Pendahuluan 1. Permasalahan

BAB V PENUTUP. Setelah penulis mengkaji nilai keadilan yang diterapkan dalam kehidupan

BAB I Pendahuluan UKDW

BAB V. Penutup: Refleksi, Kesimpulan dan Saran

BAB I PENDAHULUAN. Obor Indonesia, 1999, p Jane Cary Peck, Wanita dan Keluarga Kepenuhan Jati Diri dalam Perkawinan dan Keluarga, Yogyakarta:

BAB V PENUTUP. sebelumnya, maka pada bab terakhir ini penulis akan menyimpulkan Telaah

BAB I PENDAHULUAN. hidup dalam komunitas sebagai anggota gereja (Gereja sebagai Institusi). 1

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah

BAB I. A. Latar belakang permasalahan

Bisa. Mengajar. Merupakan Pelayanan

Bab I Pendahuluan. Edisi 55, Fakultas Teologi UKDW, Yogyakarta, 1999, hal

BAB 1 Pendahuluan. 1 NN, Badan Geologi Pastikan Penyebab Gempa di Yogyakarta, ANTARA News,

SAUDARA MEMPUNYAI PENOLONG

Gereja. Tubuh Kristus HIDUP BARU BERSAMA KRISTUS

BAB I PENDAHULUAN. gereja, tetapi di sisi lain juga bisa membawa pembaharuan ketika gereja mampu hidup dalam

Pdt. Dr. Retnowati, M. Si Pdt. Totok S. Wiryasaputra, Th.M

BAB III. Deskripsi Proses Perumusan Tema-Tema Tahunan GPIB. 1. Sejarah Singkat GPIB. GPIB (Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat) adalah bagian

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk memperoleh data lapangan guna. penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan

UKDW BAB I PENDAHULUAN

BAB IV ANALISA. sinodal) dan siding majelis jemaat (lingkup jemaat). 2. Hubungan yang dinamis antara majelis sinode dan majelis jemaat.

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

MILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Dr. Harun, Iman Kristen (Jakarta: PT.BPK Gunung Mulia), 2001, hlm

UKDW BAB I PENDAHULUAN

LANGKAH-LANGKAH MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

LANGKAH-LANGKAH MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI

BAB IV ANALISIS DATA

BAB V : KEPEMIMPINAN GEREJAWI

TATA IBADAH MALAM NATAL Minggu, 24 Desember

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persekutuan di dalam Yesus Kristus dipahami berada di tengah-tengah dunia untuk dapat memberikan kekuatan sendiri kepada orang-orang percaya untuk dapat lebih kuat dan sadar akan eksistensi Allah di dalam kehidupannya. Pertemuan dengan Kristus pun dipahami berada di dalam diri seseorang ataupun juga di dalam sebuah lingkup persekutuan orang percaya. Gereja sebagai wadah untuk kemudian mengumpulkan bahkan mempersatukan ragamnya pola pikir, ras dan budaya ini yang kemudian menjadi sangat penting untuk dikembangkan dan dipertahankan di tengah-tengah masyarakat. Gereja berasal dari istilah Yunani yaitu ekklesia, yang artinya pertemuan atau sidang (jemaat), dipahami sebagai tempat bertemunya masyarakat yang beragama, yang disebut juga sebagai jemaat Allah. 1 Pertemuan ini merupakan hal yang penting bagi orang-orang percaya karena merupakan tempat bertemu dengan saudara-saudara yang beriman dan juga bertemu dengan Allah secara khusus. Gereja dipahami sebagai wadah, yang hadir di bumi untuk dapat membawa misi keselamatan untuk menyampaikan kabar baik kepada semua orang, agar dapat merasakan dan juga mengalami sukacita, bahkan dapat menjawab pergumulan warga jemaat di tengah masyarakat. Pelayan yang berkerja di dalam gereja seperti pendeta ataupun majelis jemaat, kemudian diutus untuk dapat bekerja di dalam masyarakat agar dapat menyatakan misi dan sukacita tersebut. Kehadiran gereja lewat pelayanannya kemudian menjadi hal yang sangat penting untuk dapat menyatakan keberadaannya sebagai wadah yang hidup di dalam 1 Yayasan Komunikasi Bina Kasih, Ensiklopedi Alkitab Masa Kini, Jilid I (Jakarta: Tyndale House Publishers, INC., 2007) 332.

masyarakat. Dengan itu maka para pelayan gereja pun harus memiliki wawasan dan teknik yang baik di dalam pendekatan terhadap jemaat, agar supaya jemaat kemudian dapat menerima dan merasakan kehadiran seorang pelayan gereja dalam kehidupannya. Namun dalam kenyataannya Gereja, yang memiliki jumlah warga jemaat yang besar dan minimnya pelayan yang ada, serta beragam pergumulan dan pola pikir yang ada, membuat gereja menjadi wadah yang kurang berperan di dalam kehidupan jemaat Kristen. GPIB dalam hal ini yang merupakan salah satu gereja yang bersifat presbiter sinodal, senantiasa berupaya untuk menyampaikan misi dan pelayanannya melalui rangkaian pelayanan yang disatukan sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam Tata Gereja GPIB. Tata Gereja GPIB dipahami sebagai pencerminan dari inventarisasi pemikiran dan pengalaman, baik pada aras lingkup sinodal maupun jemaat dalam menggumuli organisasi dan penatalayanan GPIB. 2 Peran Gereja di dalam Tata Gereja GPIB melingkupi banyak hal, namun secara khusus mengatur tentang hubungan Gereja dan Jemaat di tengah-tengah masyarakat. Rangkaian pelayanan grejawi diupayakan untuk dapat menjawab permasalahan jemaat yang ada, juga mengaktifkan Gereja yang merupakan wadah untuk kembali aktif dalam mengembalakan jemaatnya dan membantu jemaat sesuai dengan tugas panggilan gereja dan presbiter. Pendeta dan majelis jemaat yang merupakan anggota presbiter berperan di dalam hal penatalayan gereja untuk dapat mengembalakan jemaat agar dapat mencapai misi gereja itu sendiri. Sesuai dengan apa yang tertulis dalam Alkitab yaitu; Gembalakanlah kawanan domba Allah yang ada padamu, jangan dengan paksa, tetapi dengan sukarela sesuai dengan kehendak Allah, dan jangan karena mau mencari keuntungan, tetapi dengan pengabdian diri. Janganlah kamu berbuat seolah-olah kamu mau memerintah diatas mereka yang dipercayakan kepadamu, tetapi hendaklah kamu menjadi teladan bagi kawanan domba itu.(1 Petrus 5:2,3). Penggembalaan warga jemaat di dalam gereja tidak cukup hanya dengan berkhotbah saja, akan tetapi juga perlu dilakukan pendekatan kepada jemaat secara khusus. Pendekatan 2 Ketetapan Persidangan Sinode XIX GPIB, Tata Gereja GPIB: buku III, (Jakarta: Majelis Sinode, 2010), 6.

melalui khotbah atau pemberitaan Firman dari atas mimbar dipahami kurang dapat menyentuh realitas kehidupan jemaat. Pendekatan ini disebut sebagai konseling pastoral (pastoral counseling). Kehadiran konseling dilandaskan pada pemahaman, bahwa individu sebagai bagian dari jemaat memiliki kebutuhan khusus, yang harus diberi perhatian secara khusus pula. Dengan pendekatan ini maka diharapkan adanya jembatan untuk dapat menghubungkan para pelayan jemaat dengan para anggota jemaat itu sendiri. Jembatan atau pendampingan pastoral ini berhubungan dengan manusia tidak peduli macam kepercayaan (agama), kedudukan sosial, atau pun prestisenya untuk dapat menjawab atau membantu kebutuhan manusia di dalam perjalanan hidupnya. 3 Van Beek memahami konseling pastoral sebagai sebuah proses pertolongan yang pada hakekatnya adalah psikologis antara seorang penolong dengan seorang atau beberapa orang yang ditolongnya dengan maksud meringankan penderitaan dari yang ditolong. Sementara kata pastoral berasal dari bahasa Latin yang artinya gembala (Pastor). Seorang pastor adalah seseorang yang bersifat seperti gembala, yang bersedia merawat, memelihara, melindungi dan menolong orang lain dan bahkan seorang pastor juga ikut merasa bahwa karya semacam itu adalah yang seharusnya dilakukannya, katakanlah bahwa itu adalah tanggung jawab dan kewajiban baginya. 4 Menurut Gerrit Singgih, Pendampingan atau Konseling Pastoral yang dilaksanakan di dalam gereja menurut konteks Indonesia, membuat warga jemaat yang ada didalamnya itu akan bertumbuh. 5 Oleh sebab itu maka pelayanan yang ada harus sesuai dengan kondisi jemaat, baik dari sosial warga jemaat. Dengan adanya pendampingan di dalam pengembalaan gereja, maka kita dapat mengerti apa sebenarnya kebutuhan warga jemaat. Fungsi pastoral, dalam hal ini adalah, penyembuhan, mendukung/penopangan, pembimbingan, perdamaian, 3 Mesach Krisetya, Konseling Pastoral, (Salatiga: Fakultas Teologi, Universitas Kristen Satya Wacana, 2010), 5. 4 Aart M. van Beek, Konseling Pastoral, (Semarang: Satya Wacana, 1987), 16-17 5 E. Gerrit Singgih, Mengantisipasi Masa Depan: Berteologi dalam konteks di awal millennium III, (Jakarta: Gunung Mulia, 2005), 349-351.

dan pemeliharaan, diharapkan dapat menjawab permasalahan di dalam berbagai aspek kehidupan manusia. Kekhususan proses konseling pastoral di dalam penugasannya juga dapat menempatkan orang dalam relasinya dengan Allah, menjadikan Allah sebagai realita, membuat wilayah kerja dan kompetensi konselor pastoral menumbuhkan spiritualitas dengan menggunakan sumber-sumber agamis dalam konseling, membantu orang-orang dalam belajar untuk hidup dan mengembangkan kompetensi hubungan antar pribadi, serta membuat konselor dapat memiliki kuasa untuk memberkati dan bahkan diberkati. 6 Dengan itu maka, pendampingan pastoral sangat penting di dalam sebuah gereja sehingga ketika ada permasalahan yang dihadapi oleh jemaat, gereja mengadakan pendekatan melalui perkunjungan pendeta, khotbah dan Pemahaman Alkitab. Dengan itu maka sebagai Gereja, upaya lain dimungkinkan, untuk dapat membantu tercapainya pendampingan jemaat secara menyeluruh. Upaya ini kemudian dituangkan melalui sebuah organisasi atau kelompok kerja yang terbentuk di dalam gereja dengan misi yang sama yaitu mendampingi jemaat secara khusus. Kelompok ini disebut sebagai Komisi Doa. Dengan tugas yang telah diberikan, maka tim atau kelompok ini kemudian melayani ke dalam keluarga-keluarga secara khusus. komisi doa berada di dalam sebuah pelayanan yang berisikan percakapan pribadi dan berdoa bersama, yang dapat membawa jemaat untuk dapat lebih terbuka satu dengan yang lain dan juga mempertemukan jemaat kepada Allah melalui doa. Pendampingan jemaat ini, juga memberdayakan warga jemaat yang ingin melayani dan ikut membantu di dalam tugas pelayanan pendeta dan majelis jemaat. Pemberdayaan warga jemaat ini kemudian dipahami sebagai cara mengajak jemaat yang ada diluar jabatan gereja untuk dapat belajar melayani satu dengan yang lain dan melihat kondisi kehidupan sesama jemaat dalam sebuah gereja. Dalam pelayanan bersama ini 6 Mesach Krisetya, Konseling Pastoral, (Salatiga: Fakultas Teologi, Universitas Kristen Satya Wacana, 2010), 14-19.

maka seseorang dapat belajar dari orang lain mengenai kehidupan. Seperti yang dikatakan oleh Totok Wiryasaputra, bahwa sesungguhnya, manusia bertumbuh dalam proses menjumpai dan dijumpai. 7 Dengan proses ini maka kita akan bersama-sama memahami kebutuhan hidup manusia di dalam setiap pergumulannya bahkan juga dapat saling membantu, menguatkan dan menghibur satu dengan yang lain. Dengan dasar inilah GPIB Bethesda Sidoarjo lalu kemudian membentuk komisi doa untuk dapat membantu tugas pelayanan pendeta dan majelis jemaat di dalam gereja. Di samping itu, GPIB Sidoarjo memiliki jumlah warga jemaat yang besar, Kurang lebih 900-KK dengan 13 Sektor membuat pendeta dan majelis jemaat kewalahan untuk dapat melakukan pelayanan secara total di dalam hal pendampingan pastoral dari satu keluarga ke keluarga lain secara menyeluruh. Dengan itu maka komisi doa menjadi sangat membantu untuk melakukan pelayanan pastoral kepada jemaat serta menjalankan fungsi pastoral untuk menjawab pergumulan jemaat itu sendiri. Pendampingan seperti ini di dalam gereja sangat penting untuk meringankan tugas pendeta dan majelis jemaat dalam menyampaikan misi gereja dalam kehidupan berjemaat serta membuat jemaat bertumbuh di dalam iman dan pelayanannya dengan ikut serta di dalam pelayanan gereja. Namun, perlu juga di ketahui apakah fungsi pastoral di dalam pendampingan pastoral melalui komisi doa tersebut telah sesuai dengan lima fungsi pastoral yang ada dan dapat menjawab pergumulan jemaat di dalam gereja tersebut. Berdasarkan alasan-alasan sebagaimana disebutkan di atas maka skripsi ini diberi judul : KOMISI DOA (Bentuk bentuk Pelayanan Komisi Doa di Jemaat GPIB BETHESDA SIDOARJO dalam Tinjauan Konseling Pastoral) 7 Totok S. Wiryasaputra, Ready to Care, (Yogyakarta: Galang Press, 2006), 47.

1.2. Batasan Masalah Menyadari bahwa ruang lingkup konseling pastoral cukup luas, maka penulis membatasi penyusunan skripsi ini dalam ruang lingkup peran komisi doa di dalam sebuah kelompok jemaat yang berfungsi untuk membantu tugas pelayanan patoral dengan memberdayakan warga jemaat sebagai anggota di dalam pelaksanaan komisi doa tersebut. 1.3. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis merumuskan masalah penulisan skripsi ini sebagai berikut: Apakah Bentuk-bentuk pelayanan komisi doa di GPIB Bethesda Sidoarjo sesuai dengan prespektif pastoral? 1.4. Tujuan Penulisan Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut: Mendeskripsikan Bentuk-bentuk pelayanan komisi doa di GPIB Bethesda Sidoarjo dalam prespektif pastoral. 1.5. Metodelogi Untuk menjawab rumusan masalah serta tujuan yang hendak dicapai maka peneliti menggunakan metode kualitatif dan metode penelitian yang dipakai adalah dengan menggunakan jenis Deskriptif. Jenis penelitian ini diarahkan untuk menggambarkan situasi, gejala, kelompok atau objek penelitian secara menyeluruh, sehingga dapat melakukan analisis

yang mendalam guna memperoleh jawaban yang dapat menjawab permasalahan. 8 Terdapat perbedaan mendasar antara peran landasan teori dalam penelitian kuantitatif dengan penelitian kualitatif. Dalam penelitian kuantitatif, penelitian berangkat dari teori menuju data, dan berakhir pada penerimaan atau penolakan terhadap teori yang digunakan; sedangkan dalam penelitian kualitatif peneliti bertolak dari data, memanfaatkan teori yang ada sebagai bahan penjelas, dan berakhir dengan suatu teori. Dengan Metode ini penulis pun menggabungkan buku yang merupakan sumber teori dan wawancara kepada pihak-pihak terkait dengan judul dan sub.judul skripsi ini. Namun penulis tidak memberikan verbatim, penulis kemudian membahasakannya dalam kata-kata. Melalui metode kualitatif dengan penerapan penelitan deskriptif ini, maka akan didapatkan data primer dan sekunder. 1. Data Primer : a. Wawancara : wawancara dilakukan kepada narasumber terkait antara lain pendeta yang melayani di GPIB Bethesda Sidoarjo, Majelis Jemaat, Ketua dan Anggota Komisi Doa, serta beberapa jemaat yang dirasa mampu mewakili suara Jemaat GPIB Bethesda Sidoarjo. Jenis wawancara yang digunakan adalah wawancara bebas terpimpin, yaitu kombinasi dari wawancara bebas dan wawancara terpimpin, penulis hanya membuat pokok-pokok masalah yang akan diteliti, selanjutnya dalam proses wawancara, penulis hanya mengarahkan orang yang diwawancarai untuk menjawab sesuai kebutuhan agar tidak kehilangan arah. 9 Wawancara ini dilakukan secara langsung tatap muka-perorangan sehingga diharapkan akan mendapat data yang lebih intensif dan valid. b. Observasi partisipan : penulis mengikuti Kegiatan yang diadakan oleh Komisi Doa didalam setiap kunjungan kebeberapa jemaat sesuai dengan 8 Koentjaranigrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat. (Jakarta : Gramedia, 1980) 30-37. 9 Cholid Narbuko & Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), 85.

kebutuhan, sehingga mampu mengumpulkan data dengan cara mengamati dan mencatat hal-hal yang berkaitan dengan topik penulisan skripsi ini. Menurut Burhan Bunging, di dalam pengumpulan data, observasi partisipasi adalah pengumpulan data melalui observasi terhadap objek pengamatan dengan langsung hidup bersama, merasakan serta berada dalam aktivitas kehidupan objek pengamatan. 10 Data Sekunder : Data sekunder diperoleh melalui kajian kepustakaan yang berkaitan dengan penulisan dan yang bermanfaat untuk menyusun landasan teoritis sebagai tolak ukur dalam menganalisa data penelitian lapangan yang berguna menjawab persoalan pada rumusan masalah penelitian. Lokasi dari Penelitian adalah di jemaat GPIB Bethesda Sidoarjo a) Subjek Analisa dari penelitian ini adalah warga jemaat, dengan tujuan untuk menggali pemahaman mengenai pendampingan pastoral terhadap jemaat melalui pelayanan komisi doa, di jemaat GPIB Bethesda Sidoarjo. b) Waktu Penelitian: penelitian dengan teknik wawancara observasi ini akan dilakukan selama 1 bulan pada bulan Desember 2012. c) Informan: penelitian ini akan mendapatkan berbagai informasi dari para informan antara lain : Anggota Komisi Doa. 1.6. Signifikansi penelitian Adapun manfaat penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut: 1. Memberi masukan bagi pendeta dan majelis jemaat didalam pelaksanaan pendampingan pastoral melalui komisi doa di jemaat GPIB BETHESDA Sidoarjo. 2. Memberi masukan bagi jemaat untuk saling terbuka di dalam pelaksanaan pelayanan komisi doa agar jemaat dapat dikuatkan ketika menghadapi masalah kehidupan yang 10 M. Burhan Bunging, Penelitian Kualitatif: Ekonomi, Kebijakan Politik dan Ilmu Sosial lainnya, (Jakarta: Kencana, 2007), 116.

ada, dan jemaat benar-benar dapat merasakan fungsi dan tugas gereja di dalam kehidupan secara pribadi. 3. Memberi masukan bagi Fakultas, diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi pelengkap dan tambahan pengetahuan khususnya sehubungan dengan studi pastoral. Adapun hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi mahasiswa teologi yang berminat pada studi pastoral serta yang akan terjun dalam pelayanan di gereja dan masyarakat. 1.7 Susunan penulisan Sistematika yang disajikan dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut: Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Batasan Masalah 1.3. Rumusan Masalah 1.4 Tujuan Penelitian 1.5 Manfaat Penelitian 1.6 Signifikansi Penelitian 1.7 Sistematika Penulisan Bab II PENDEKATAN TEORITIS 2.1 Pengertian Gereja

2.2 Tugas dan Panggilan Gereja 2.3 Pengertian Pastoral 2.4 Fungsi Pastoral 2.5 Pengertian Konseling Pastoral 2.6 Tahap-Tahap Konseling Pastoral Bab III PENDEKATAN LAPANGAN Bab IV ANALISA DAN REFLEKSI TEOLOGIS Bab V KESIMPULAN DAN SARAN