II. LANDASAN TEORI. yang bersinar. Nama aloe berasal dari bahasa Arab alloeh yang berarti pahit,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Kandungan Gizi dan Vitamin pada Ikan Layur

I. PENDAHULUAN. Tanaman lidah buaya sudah dimanfaatkan sebagai tanaman hias, bahan

PROSPEK DAN PELUANG USAHA PENGOLAHAN PRODUK Aloe vera L. Oleh : Dyah Purwaningsih Jurdik Kimia, FMIPA UNY

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS Es Dawet Lidah Buaya

I. PENDAHULUAN. mengharapkan produk pangan yang lebih mudah disiapkan, mengandung nilai

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus merupakan penyakit kronis yang ditandai dengan

2 ekspor Hasil Perikanan Indonesia. Meskipun sebenarnya telah diterapkan suatu program manajemen mutu terpadu berdasarkan prinsip hazard analysis crit

BAB I PENDAHULUAN. occidentale L.) seluas ha, tersebar di propinsi Sulawesi. Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam beberapa tahun belakangan ini, media di Indonesia sangat gencar

EVALUASI PENERAPAN CARA PRODUKSI YANG BAIK (GOOD MANUFACTURING PRACTICES) DAN PENYUSUNAN SSOP INDUSTRI LIDAH BUAYA DI PT.

I. PENDAHULUAN. Tanaman lidah buaya (Aloe vera) berasal dari kepulauan Canary. vitamin, mineral yang sangat bermanfaat bagi kesehatan tubuh.

seperti Niasin (vitamin B3), vitamin A, C, E, anthraquinon, serat, magnesium,

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting bagi masyarakat dunia. Diperkirakan konsumsi ikan secara global

PENDAHULUAN. kandungan gizi tinggi, akan tetapi mudah mengalami kerusakan (perishable food).

BAB I PENDAHULUAN. bahan dalam pembuatan selai adalah buah yang belum cukup matang dan

GMP (Good Manufacturing Practices) Cara Pengolahan Pangan Yang Baik

Lampiran 1. Daftar Angka Paling Mungkin Coliform dengan Tiga Tabung

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Astawan (2008), jambu biji merupakan buah yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan

PENDAHULUAN. Buah-buahan tidak selalu dikonsumsi dalam bentuk segar, tetapi sebagian

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

TEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN

GOOD MANUFACTURING PRACTICES GOOD MANUFACTURING PRACTICES. Manajemen Mutu 11/17/2011

Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri

Dokumentasi SSOP (Sanitation Standard Operating Procedures) S P O Sanitasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Esa Unggul

PENERAPAN CARA BUDIDAYA IKAN YANG BAIK (CBIB) PADA UNIT USAHA BUDIDAYA

BAB I PENDAHULUAN. bagi konsumennya sehingga tercipta persaingan yang cukup ketat. Produk

I. PENDAHULUAN. juga mengandung beberapa jenis vitamin dan mineral. Soeparno (2009)

I. PENDAHULUAN. mengandung sejumlah mikroba yang bermanfaat, serta memiliki rasa dan bau

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan, mulai dari teh, kopi, karet, kakao, kelapa, rempah-rempah

BAB I PENDAHULUAN. satu keanekaragaman tersebut adalah bunga Tasbih (Canna edulis Ker.) dan ikan

Lu luatul Fuadah, Sutarni, S.P., M.E.P, Analianasari, S.T.P., M.T.A.

BAB I PENDAHULUAN. terlebih keuntungan dalam sektor pertanian. Sektor pertanian terutama

BAB I PENDAHULUAN. ditingkatkan nilai tambah, daya saing dan ekspornya adalah produk hortikultura.

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan bahan-bahan yang dapat dikonsumsi sehari-hari untuk. cair. Pangan merupakan istilah sehari-hari yang digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat, baik perkotaan maupun di pedesaan. Anak-anak dari berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia diantaranya adalah tempe, keju, kefir, nata, yoghurt, dan lainlain.

EVALUASI PELAKSANAAN GOOD SLAUGHTERING PRACTICES DAN STANDARD SANITATION OPERATING PROCEDURE DI RUMAH PEMOTONGAN HEWAN KELAS C SKRIPSI DIANASTHA

EFEK PEMBERIAN AIR PERASAN WORTEL (Daucus carota L) UNTUK MEMPERTAHANKAN KADAR VITAMIN A DALAM PENGASINAN TELUR SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Teh adalah salah satu minuman terkenal di dunia, termasuk di

Lampiran 1. Pengukuran tingkat penerapan Good Manufacturing Practice

I. PENDAHULUAN. diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau

BAB I PENDAHULUAN. Susu merupakan bahan makanan yang bergizi tinggi karena mengandung

PELUANG BISNIS BUDIDAYA JAMBU BIJI

SANITATION STANDARD OPERATING PROCEDURE (SSOP)

BAB I PENDAHULUAN. Ubi jalar atau ketela rambat ( Ipomoea batatas ) adalah sejenis tanaman

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negeri yang kaya akan buah-buahan tropis. Salah satu buah

kerusakan, dan dapat menurunkan kualitas dari buah-buahan.

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

IV. TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

BAB 1 PENDAHULUAN. akan dikonsumsi akan semakin besar. Tujuan mengkonsumsi makanan bukan lagi

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan rongga mulut yang sering ditemukan pada masyarakat adalah kasus

BAB I PENDAHULUAN. pertambahan penduduk, perkembangan ekonomi, perubahan gaya hidup serta kesadaran

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara yang memiliki iklim tropis. Daerah tropis

BAB I PENDAHULUAN. yang berskala besar seperti limbah industri rokok, industri kertas, dan industri

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan keberhasilan program sanitasi makanan dan minuman

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lingkungan masyarakat perkotaan yang penuh dengan polusi, limbah, dan

I. PENDAHULUAN. daratan Malaya. Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi Linn.) banyak ditemui

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sayur-mayur adalah bahan makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Teh sarang semut merupakan salah satu jenis teh herbal alami yang terbuat

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS BISNIS KRIPIK KENTANG

BAB I PENDAHULUAN. manusia, sehingga tanaman kelapa dijuluki Tree of Life (Kriswiyanti, 2013).

BAB 1 PENDAHULUAN. disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga

PRODUK LEBAH MADU PROPOLIS ROYAL JELLY POLLEN

BAB I PENDAHULUAN. Kasus luka pada mulut baik yang disebabkan oleh trauma fisik maupun kimia

II. TINJAUAN PUSTAKA. Limbah adalah kotoran atau buangan yang merupakan komponen penyebab

Lembar Persetujuan Menjadi Responden. Saya yang bernama Dessy Mastika Sari/ adalah mahasiswi

I PENDAHULUAN. Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Peneltian.

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN SERTA PENINGKATAN NILAI TAMBAH PRODUK HASIL P

Bahan pada pembuatan sutra buatan, zat pewarna, cermin kaca dan bahan peledak. Bahan pembuatan pupuk dalam bentuk urea.

PENDAHULUAN. pangan nasional. Komoditas ini memiliki keragaman yang luas dan berperan

BAB I PENDAHULUAN. Telur adalah salah satu sumber protein yang dikonsumsi oleh sebagian besar

BAB V PRAKTEK PRODUKSI YANG BAIK

ASPEK MIKROBIOLOGIS PENGEMASAN MAKANAN

Gambar. Diagram tahapan pengolahan kakao

BAB I Pendahuluan. tropis sehingga tanahnya sangat subur dan cocok untuk pertanian dan. meningkatkan hasil-hasil pertanian serta perkebunan.

I. PENDAHULUAN. Selada (Lactuca sativa L.) merupakan salah satu tanaman sayur yang dikonsumsi

BISNIS BEKATUL KAYA MANFAAT

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

PANGAN LOKAL SEBAGAI SUMBER KARBOHIDRAT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nurfahmia Azizah, 2015

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia merupakan salah satu unsur yang sangat dibutuhkan dalam unsur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Kendal terkenal dengan sentra pertanian, salah satunya adalah

BAB I PENDAHULUAN. dibudidayakan di air tawar dan disukai oleh masyarakat karena rasanya yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kelapa merupakan komoditas penting bagi rakyat Indonesia dan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Nutrisi untuk Mendukung Tenaga Kerja yang Sehat dan Produktif. dr. Yulia Megawati

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Gambaran pentingnya HACCP dapat disimak pada video berikut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. vitamin dan mineral, sayuran juga menambah ragam, rasa, warna dan tekstur

I. PENDAHULUAN. Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang mempunyai

Transkripsi:

II. LANDASAN TEORI A. Lidah Buaya (Aloe Vera) Aloe atau lidah buaya berasal dari Afrika, Aloe berarti senyawa pahit yang bersinar. Nama aloe berasal dari bahasa Arab alloeh yang berarti pahit, karena cairan yang terdapat dalam daunnya terasa pahit. Tumbuhan ini menyerupai kaktus. Daunnya meruncing berbentuk taji, bagian dalamnya bening, bersifat getas dengan tepi bergerigi. Tanaman ini mengandung 96% air, selebihnya adalah bahan aktif termasuk minyak essensial, asam amino, mineral, vitamin, enzim dan glikoprotein (Yohanes, 2005). Lidah buaya telah lama dijuluki sebagai medical plant (tanaman obat) atau master healing plant (tanaman penyembuh utama). Lidah buaya yang nama Latinnya Aloe vera L. tergolong ke dalam suku Liliaceae. Lidah buaya dapat tumbuh subur hampir di semua benua, terutama di daerah beriklim panas, seperti Indonesia. Ada lebih dari 500 jenis lidah buaya yang tersebar di berbagai daerah di seluruh dunia. Lidah buaya mempunyai kandungan zat gizi yang cukup lengkap yang diperlukan tubuh, yaitu vitamin A, B1, B2, B3, B12, C, E, choline, inositol dan asam folat. Kandungan mineralnya antara lain: kalsium (Ca), magnesium (Mg), potasium (K), sodium (Na), besi (Fe), zinc (Zn), dan kromium (Cr). Beberapa unsur vitamin dan mineral tersebut dapat berfungsi sebagai pembentuk antioksidan alami, seperti vitamin C, vitamin E, vitamin A, magnesium, dan zinc. Antioksidan ini berguna untuk mencegah penuaan dini, serangan jantung, dan berbagai penyakit degeneratif (Astawan 2006). Di dalam daging lidah buaya terdapat 200 kandungan berbeda yang sangat berguna bagi manusia. Aloe mengandung sedikitnya tiga jenis asam lemak anti-radang (anti-inflammatory fatty acids) yang bermanfaat bagi perut,

usus besar dan usus kecil. Sebagian mempunyai efek laksatif yang kuat dan ada pula yang bereaksi terhadap alergi (Ika, 2005). Gambar 1: Lidah buaya (http://www.surnames.org/aladin/aloevera.gif, http://www.kaldeneker.hu/download/aloevera200.jpg/aloevera200.jpg) Salah satu indikator penting zat gizi dalam bahan makanan adalah kandungan asam amino, yaitu gugus protein yang memegang peranan penting untuk menjaga metabolisma dalam tubuh. Beberapa asam amino dalam lidah buaya termasuk jenis esensial bagi manusia. Dari beberapa jenis lidah buaya yang dibudidayakan, jenis Aloe barbadensis adalah yang dianggap paling kaya gizi, sehingga jenis ini dijuluki lidah buaya sejati (Yohanes, 2005). Pada awalnya lidah buaya tumbuh liar di tempat berudara panas. Karena bentuknya yang unik, kemudian juga ditanam di pot dan pekarangan rumah sebagai tanaman hias. Beberapa tahun terakhir lidah buaya dibudidayakan untuk tujuan industri, baik industri pangan maupun nonpangan. Cara menanamnya pun mudah, hanya dengan memisahkan tunas dari batang daun induknya. Bagian-bagian dari tanaman lidah buaya yang umum dimanfaatkan adalah: (a) daun, yang dapat digunakan langsung, baik secara tradisional 7

maupun dalam bentuk ekstrak; (b) eksudat (getah daun yang keluar bila dipotong, berasa pahit dan kental), secara tradisional biasanya digunakan langsung untuk pemeliharaan rambut, penyembuhan luka, dan sebagainya; (c) jel (bagian berlendir yang diperoleh dengan menyayat bagian dalam daun setelah eksudat dikeluarkan), bersifat mendinginkan dan mudah rusak karena oksidasi, sehingga dibutuhkan proses pengolahan lebih lanjut agar diperoleh jel yang stabil dan tahan lama. (Astawan 2006). Gambar 2: Perkebunan lidah buaya (http://www.aloeveranederland.nl/images/aloe_top4.jpg) Menurut Astawan (2006), fase pertumbuhan (umur panen) ternyata berpengaruh penting terhadap komposisi dan aktivitas antioksidan tanaman lidah buaya. Pengujian dilakukan terhadap konsentrasi dan aktivitas antioksidan senyawa golongan flavonoid dan polisakarida dari lidah buaya berumur 2, 3, dan 4 tahun. Hasilnya menunjukkan bahwa lidah buaya yang berumur 3 tahun mempunyai kandungan polisakarida dan flavonoid lebih besar dibandingkan yang berumur 2 dan 4 tahun. Dewasa ini tanaman lidah buaya menjadi salah satu komoditas pertanian yang punya peluang sangat besar untuk dikembangkan di Indonesia 8

sebagai usaha agribisnis. Beberapa daerah terutama di Pulau Jawa dan Kalimantan telah membuktikan keberhasilan produksi lidah buaya. Budidaya lidah buaya di Pontianak (Kalimantan Barat) mampu menghasilkan produksi 8.000 kg/ha dengan berat pelepah mencapai 1,5 kg dan panjang 70 cm. Potensi wilayah pertanaman lidah buaya di Kalimantan Barat kurang lebih seluas 20.000 ha, setara dengan produksi kira-kira 200.000 ton daun segar lidah buaya per bulan. Analisis zat gizi telah dilakukan pada jel lidah buaya hasil budidaya di Kalimantan barat yaitu terhadap tanaman berusia 7-8 bulan yang ditumbuhkan di Siantan dan Rasau Jaya. Rata-rata berat pelepah berkisar antara 0.548-0.728 kg. Hasil analisis zat gizi tersebut dapat dilihat pada Tabel 1 (http://pemkot.pontianak.go.id/aloe/pertama.hmtl, 2006). Tabel 1: Kandungan gizi rata-rata jel lidah buaya di Kalimantan Barat No. Zat Gizi Satuan Kandungan (per 100 gr bahan) 1 Air % 99.510 2 Lemak % 0.067 3 Karbohidrat % 0.043 4 Protein % 0.038 5 Vitamin A IU 4.594 6 Vitamin C mg 3.400 7 Total Padatan Terlarut % 0.490 Pemanfaatan lidah buaya semakin lama semakin berkembang. Daun lidah buaya juga dapat diolah menjadi berbagai produk makanan dan minuman, berupa sejenis jeli, minuman segar sejenis jus, nata de aloe, dawet, dodol, selai, dan lain-lain. Makanan dan minuman hasil olahan lidah buaya sangat berpotensi sebagai makanan/minuman kesehatan karena adanya kombinasi kandungan zat gizi dan nongizi yang memiliki khasiat untuk mendongkrak kesehatan. 9

Karena belum banyak industri yang mengolah lidah buaya sebagai bahan pangan, maka pengembangan dan pemasaran lidah buaya oleh industri kecil dan menengah bahkan bisa menembus pasar ekspor. untuk memenuhi persyaratan yang ditetapkan pasar ekspor, penting untuk memiliki program keamanan pangan yang dibangun atas dasar ilmiah dan memiliki jaminan mutu pangan (FDA 2005). Untuk tujuan tersebut, cara produksi yang baik atau lebih dikenal dalam industri sebagai GMP (Good Manufacturing Practices) perlu diterapkan dalam rangka peningkatan mutu, harga jual, dan daya saing di pasar. B. Cara Produksi Yang Baik (GMP - Good Manufacturing Practices) Pola konsumsi menunjukkan kecenderungan konsumen untuk memilih produk dengan mutu yang lebih baik meskipun harus mengeluarkan biaya yang lebih tinggi. Cara Produksi Makanan yang Baik (CPMB) atau lebih dikenal dengan istilah GMP dalam industri, merupakan suatu pedoman cara memproduksi makanan dengan tujuan agar produsen memenuhi persyaratanpersyaratan yang telah ditentukan untuk menghasilkan produk makanan bermutu sesuai dengan tuntutan konsumen. Aturan GMP dikeluarkan oleh masing-masing negara seperti aturan praktek yang higienis (Codes of Hygienic Practices) dikembangkan oleh organisasi internasional seperti Food Hygiene Committee of Food and Agriculture Organization, World Health Organization (WHO) dan Codex Alementarius Commision. FDA mempublikasikan standar GMP pada tahun 1997 yang dirumuskan bersama para koalisi dari asosiasi industri perdagangan The Council for Responsible Nutrition (CRN), National Nutrition Food Association dan Consumer Healthcare Products Association (CHPA). GMP sudah menjadi pedoman yang dikenal baik di Indonesia yang dipublikasikan oleh Departemen Kesehatan RI melalui Surat Keputusan Menteri Kesehatan 10

Nomor 23/Men.Kes/SK/I/1978 (Thaheer, 2005). Persyaratan untuk penerapan GMP seperti yang didefinisikan oleh US- FDA (1986) meliputi: (1) personel; (2) bangunan dan tanah; (3) operasional sanitasi; (4) fasilitas dan pengendalian sanitasi; (5) peralatan; (6) proses pengendalian produksi; (7) penyimpanan dan distribusi. Berikut adalah penjelasan mengenai kriteria untuk persyaratan yang telah disebutkan diatas: Personel. Manajemen bertanggung jawab dan harus mengambil tindakan untuk memastikan hal-hal berikut: pengendalian penyakit dan luka, kebersihan personel, sikap dan perilaku pekerja, pendidikan dan pelatihan pekerja serta pengawasan operasional oleh manajemen. Bangunan dan tanah. Tanah atau lokasi bangunan berada harus tetap dijaga dalam kondisi yang meminimalkan terjadinya kontaminasi terhadap produk. Hal yang harus diperhatikan antara lain: tempat penyimpanan peralatan, area penyaluran dan pembuangan limbah, kebersihan lingkungan produksi, ventilasi, dan penyediaan fasilitas untuk mencegah hama. Operasional sanitasi. Tindakan sanitasi yaitu pembersihan, penyimpanan dan penanganan dilakukan terhadap bangunan dan fasilitas fisik, pengendalian hama (pest control) juga termasuk dalam operasional ini. Selain itu harus diperhatikan juga bahan-bahan yang digunakan untuk membersihkan peralatan, apakah bahan tersebut mengandung bahan yang berbahaya bagi produk pangan atau tidak. Fasilitas dan pengendalian sanitasi. Setiap pabrik/ tempat produksi harus dilengkapi dengan fasilitas sanitasi antara lain: (a) persediaan air yang cukup untuk membersihkan alat, kondisi dan suhu air tertentu dan untuk kebersihan personel; (b) saluran pipa untuk persediaan air dan untuk mengalirkan limbah; (c) pembuangan limbah; (d) fasilitas toilet; (e) fasilitas pencucian tangan; (f) sampah dan kotoran harus dibuang dalam kondisi tidak 11

menyebarkan bau, kuman, ataupun memungkinkan bagi gangguan dari hewan. Peralatan. Semua peralatan produksi harus didesain sedemikian dan dari bahan yang mudah dibersihkan dan dirawat, memiliki ketahanan terhadap bahan yang digunakan dalam proses, dan bukan berasal dari bahan yang mengandung racun atau mudah korosif. Proses pengendalian produksi. Seluruh operasi penerimaan, pemeriksaan, pengangkutan, pemisahan, persiapan, produksi, pengemasan dan penyimpanan harus dilakukan sesuai prinsip sanitasi. Prosedur pemeriksaan secara kimia, fisik, mikrobiologi harus dilakukan untuk menguji kesesuaian mutu produk terhadap standar yang berlaku. Penyimpanan dan distribusi. Penyimpanan dan distribusi harus dilakukan dalam kondisi sedemikian sehingga melindungi produk terhadap kontaminasi fisik, kimia dan mikrobiologi dan juga penurunan mutu atau kerusakan produk. Bagi produk pangan sistem pengendalian mutu diawali dengan penerapan GMP, yakni mendefinisikan dan mendokumentasikan semua persyaratan yang diperlukan agar produk pangan dapat diterima mutunya. Pada GMP pusat perhatian ditujukan pada keamanan mikrobiologis dan sanitasi. Contoh dokumentasi yang dikembangkan di Amerika Serikat mengenai GMP disajikan pada Tabel 2 (Lund et al., 2000). C. Prosedur Standar Operasi Sanitasi (SSOP - Standard Sanitation Operating Procedure) GMP dijadikan pedoman penuntun bagi industri pangan untuk meningkatkan mutu hasil produksinya. Untuk menjamin keberhasilan pelaksanaan GMP, diperlukan SSOP (Standard Sanitation Operating Procedure) atau prosedur standar operasi sanitasi. Secara umum, GMP berfokus dan berakibat pada banyak aspek, baik aspek operasi pelaksanaan 12

operasi produksi maupun personel. Sedangkan SSOP merupakan prosedur atau tata cara yang digunakan industri untuk membantu mencapai tujuan yang diharapkan program GMP (Winarno & Surono 2004). Meskipun SSOP telah berkembang di dunia Industri pangan, namun banyak diantaranya masih mengacu pada praktek-praktek yang telah diterapkan di Amerika Serikat. Berdasarkan asal usulnya, SSOP terbagi menjadi 2 yaitu berasal dari: (1) US-FDA dan (2) US Department of Agriculture FIS (Food Safety And Inspection Service) (Winarno & Surono 2004). SSOP yang berasal dari US FDA meliputi beberapa hal berikut: (1) Pemeliharaan umum: bangunan/ fasilitas fisik pabrik; (2) Bahan yang digunakan untuk pembersihan/ sanitasi; (3) Pengendalian hama, penggunaan insektisida yang diijinkan dan cara pengunaan sedemikian sehingga tidak mengkontaminasi pangan; (4) Sanitasi peralatan yang berkontak langsung dengan makanan; (5) Penyimpanan dan penanganan peralatan: disimpan di lokasi yang bebas dari kontaminasi silang, dilengkapi dengan peralatan sanitasi: sumber air, saluran air, pembuangan sampah, fasilitas toilet dan cuci tangan; (6) Tempat pembuangan: tertutup rapat agar tidak menghasilkan bau dan mengkontaminasi udara dan ruang kerja. SSOP yang berasal dari FIS (Food Safety And Inspection Service) memberikan petunjuk SSOP secara tertulis yang meliputi pelaksanaan seharihari untuk mencegah kontaminasi produk. Untuk melaksanakan hal ini diperlukan lima persyaratan utama yaitu: (1) Industri pangan telah memiliki rencana tertulis untuk menjelaskan tata kerja harian selama pelaksanaan tugas dan frekuensinya; (2) Rencana tertulis tersebut telah disetujui oleh pihak yang berwenang dan bertanggung jawab; (3) Industri pangan telah memiliki prosedur pra-operasional sanitasi; (4) SSOP yang ada menyatakan dengan jelas pihak yang bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas yang telah ditentukan; (5) 13

Industri menjaga arsip, laporan dan catatan yang terkait dengan pelaksanaan tugas, temasuk koreksi, bila ada. Catatan tersebut harus dipastikan ada dan mudah dicari atau ditemukan oleh personel. NO Tabel 2: Dokumen GMP di Amerika Serikat (Lund et al., 2000) PERSYARATAN 1. Persyaratan dasar 1.1. Ruang lingkup 1.2. Definisi 2. Personel 2.1. Status kesehatan dan pengendalian penyakit 2.2. Kebersihan 2.3. Pendidikan dan pelatihan 2.4. Penyeliaan 3. Bangunan dan fasilitas 3.1 Pabrik dan tanah 3.1.1. Tanah dan lokasi 3.1.2. Rancangan dan konstruksi pabrik 3.2. Operasi kebersihan 3.2.1. Perawatan umum 3.2.2. Bahan untuk pembersihan, desinfektan dan penyimpanannya 3.2.3. Pengendalian hama 3.2.4. Kebersihan permukaan yang bersentuhan dengan makanan Penyimpanan dan penanganan kebersihan perangkat canting 3.2.5. dan peralatan 3.3. Pengendalian fasilitas kebersihan 3.3.1. Pasokan air 3.3.2. Pemipaan 3.3.3. Pembuangan air kotor 3.3.4. Fasilitas toilet 3.3.5. Fasilitas cuci tangan 3.3.6. Pembuangan sisa dan limbah 4. Peralatan 4.1. Rancangan perangkat dan peralatan 4.2. Pemeliharaan perangkat dan peralatan 5. Pengendalian produksi dan proses 5.1. Proses dan pengendaliannya 5.1.1. Bahan baku dan tambahan lain 5.1.2. Operasi manufaktur 5.2. Penggudangan dan distribusi 6. Dokumentasi dan rekaman 14

Dalam GMP (Good Manufacturing Practices), selain memperhatikan bahan baku dan proses, perlu diperhatikan juga pengendalian sarana produksi yang baik sesuai dengan persyaratan keamanan pangan yang berlaku. Pengendalian sarana dilakukan di setiap tahap produksi sebagai bagian dari tindakan pencegahan, pengendalian dan jaminan mutu produk hasil proses. 15