BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Self-efficacy mengarah pada keyakinan seseorang terhadap kemampuannya dalam

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Mahasiswa pada umumnya diakhir perkuliahan akan diwajibkan untuk mengerjakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penjelasan Konsep Teoritis. yang dikemukakan oleh Edwin Locke pada tahun Teori ini menegaskan bahwa

BAB 3 METODE PENELITIAN. Unsur yang paling penting di dalam suatu penelitian adalah metode penelitian, karena

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan

BAB I PENDAHULUAN. awal, dimana memiliki tuntutan yang berbeda. Pada masa dewasa awal lebih

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam model pembelajaran Bandura, faktor person (kognitif) memainkan peran

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Self-efficacy mengarah pada keyakinan seseorang terhadap kemampuannya

BAB I PENDAHULUAN. akademik dan/atau vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni

BAB I PENDAHULUAN. di bidang tekhnologi, ilmu pengetahuan, ekonomi, dan pendidikan. Perubahan

BAB II KAJIAN TEORI. element. At perhaps the most fundamental level, the termindicates that one or

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan Tinggi atau Universitas merupakan lembaga pendidikan tinggi di

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional tentunya memerlukan pendidikan sebaik dan setinggi

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan lebih lanjut ke perguruan tinggi ( Perguruan tinggi

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi, tampaknya persaingan bisnis di antara

BAB I PENDAHULUAN. Krisis multidimensional dalam bidang ekonomi, politik, dan budaya yang

BAB II KAJIAN TEORI. 2010:523) menyatakan bahwa self efficacy mempengaruhi pilihan aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi seperti sekarang ini, Indonesia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang, baik di bidang ekonomi, politik, hukum dan tata kehidupan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus

BAB I PENDAHULUAN. Pada era gobalisasi ini, perkembangan masyarakat di berbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, keadaan dunia pendidikan di Indonesia mengalami. perkembangan. Salah satu perkembangan terbaru yang terjadi adalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia melalui kegiatan pembelajaran yang dilaksanakannya ( Oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, sehingga terus berusaha untuk memajukan kualitas pendidikan yang ada.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Efikasi Diri Akademik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman mendorong terjadinya perubahan di berbagai

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TEORI SELF-EFICACY

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Self-Efficacy. berhubungan dengan keyakinan bahwa dirinya mampu atau tidak mampu

BAB I PENDAHULUAN. Zaman semakin berkembang seiring dengan berjalannya waktu.

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyadari pentingnya peranan pendidikan dalam kehidupan. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. mensosialisasikannya sejak Juli 2005 (

BAB II LANDASAN TEORI. Konsep self-efficacy pertama kali dikemukakan oleh Bandura. Self-efficacy

BAB I PENDAHULUAN. yang dididik secara formal dan diberikan wewenang untuk menerapkan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh pengetahuan atau menambah wawasan. Penyelenggaraan. melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi ini, pertumbuhan di bidang pendidikan kian

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Bandura self efficacy adalah kepercayaan individu pada kemampuannya untuk

Dalam Gereja Protestan, salah satu program yang dijadikan sebagai sarana dalam menanamkan pengetahuan tentang nilai-nilai moral religius pada anak-ana

BAB II KAJIAN TEORITIK. a. Pengertian Kemampuan Komunikasi Matematis. matematis merupakan sebuah cara dalam berbagi ide-ide dan

BAB I PENDAHULUAN. kualitas yang melayani, sehingga masalah-masalah yang terkait dengan sumber

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini kehidupan manusia, termasuk Indonesia telah memasuki era

DAFTAR ISI. Lembar Pengesahan..i. Kata Pengantar.ii. Daftar Isi..v. Daftar Tabel ix. Daftar Bagan...x. Daftar Lampiran...xi

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin kompleks. Hal ini disebabkan aspek-aspek dalam dunia pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan jaman yang semakin maju, maka perubahan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. disadari untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang agar ia tergerak

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di Indonesia. Upaya yang dilakukan pemerintah untuk menambah

BAB I PENDAHULUAN menjadi kurikulum KKNI (kerangka kualifikasi nasional Indonesia) (Dinas

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. sumbangsih bagi bangsa Indonesia di masa yang akan datang. Untuk memajukan

Teori Albert Bandura A. Latar Belakang Teori self-efficasy

BAB I PENDAHULUAN. semakin besar. Di tahun 2009 angka pengangguran terdidik telah mencapai

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi. dan negara. Contoh peran pendidikan yang nyata bagi perkembangan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Konsep Subjective well-being. juga peneliti yang menggunakan istilah emotion well-being untuk pengertian yang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan yang cukup, bahkan bercita-cita untuk lebih dari cukup untuk memenuhi semua

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menyiasati persaingan global, Indonesia berusaha membenahi

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah dan Pemuda Departemen Pendidikan Indonesia, Fasli Jalal (Harian

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU pendidikan No.2 Tahun,1989, pendidikan adalah usaha sadar untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Hubungan Antara Efikasi Diri Dengan Orientasi Tujuan Pada Mahasiswa Ekonomi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga Yang Sedang Menjalani Skripsi

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus bangsa diharapkan

BAB V PEMBAHASAN. Bandura 1997 mengungkapkan bahwa self efficacy membuat individu untuk

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki tahun 2007 ini, negara Indonesia dihadapkan pada tantangan dunia

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Tardif (dalam Muhibbin Syah, 2003) yang dimaksud dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi informasi telah mengubah pandangan orang terhadap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Setiap individu mempunyai tujuan atau cita-cita yang akan diraih di masa

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan dirinya sehingga mampu menghadapi setiap perubahan yang terjadi.

BAB I PENDAHULUAN. semua kebutuhan dalam kehidupannya. Tidak ada seorangpun yang. menginginkan hidup berkekurangan. Oleh karena itu, setiap individu

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran siswa pada masalah yang nyata sehingga siswa dapat menyusun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Universitas Kristen Maranatha

HUBUNGAN ANTARA KEBERSYUKURAN DENGAN EFIKASI DIRI PADA GURU TIDAK TETAP DI SEKOLAH DASAR MUHAMMADIYAH

karir dengan eksplorasi dan mencari informasi karir yang diminati serta mulai

BAB I PENDAHULUAN. tersebut maka terjadi banyak perubahan di segala bidang termasuk di bidang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Data penelitian ini diolah dengan menggunakan software program SPSS (Statistical

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

kelas, yang bukan disebabkan oleh kurangnya pengetahuan akan tetapi

BAB I PENDAHULUAN. barang ataupun jasa, diperlukan adanya kegiatan yang memerlukan sumber daya,

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Efikasi Diri. Menurut Bandura (1997) Efikasi diri merupakan bagian penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan di era globalisasi sangat menuntut sumber daya manusia yang

Self-Efficacy Mahasiswa Prodi PMA Dalam Pembelajaran Kalkulus Oleh: Budi Irwansyah, M.Si 1

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II KAJIAN TEORI. menguntungkan untuk mempraktekkan sesuatu. 1

BAB II KAJIAN TEORI. A. Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI (Team Assisted Individualization) siswa dengan kelompok heterogen. Sedangkan, Sunal dan Hans

BAB I PENDAHULUAN. yaitu SD, SMP, SMA/SMK serta Perguruan Tinggi. Siswa SMP merupakan

BAB I PENDAHULUAN. sampai akhir hayat. Belajar bukan suatu kebutuhan, melainkan suatu. berkembang dan memaknai kehidupan. Manusia dapat memanfaatkan

Transkripsi:

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Self Efficacy 2.1.1 Definisi self efficacy Self-efficacy mengarah pada keyakinan seseorang terhadap kemampuannya dalam mengatur dan melaksanakan serangkaian tindakan dalam mencapai hasil yang ditetapkan (Bandura, 1997). 2.1.2 Aspek-aspek self efficacy Menurut Bandura (1997) terdapat tiga aspek dari self efficacy pada diri manusia, yaitu: a. Tingkatan (level) Adanya perbedaan self efficacy yang dihayati oleh masing-masing individu mungkin dikarenakan perbedaan tuntutan yang dihadapi. Tuntutan tugas merepresentasikan bermacam-macam tingkat kesulitan atau kesukaran untuk mencapai performansi optimal. Jika halangan untuk mencapai tuntutan itu sedikit, maka aktivitas lebih mudah untuk dilakukan, sehingga kemudian individu akan memiliki self efficacy yang tinggi. b. Keadaan umum (Generality) Individu mungkin akan menilai diri merasa yakin melalui bermacam-macam aktivitas atau hanya dalam daerah fungsi tertentu. Keadaan umum bervariasi dalam jumlah dari dimensi yang berbeda-beda, diantaranya tingkat kesamaan aktivitas, perasaan dimana kemampuan ditunjukan (tingkah laku, kognitif, afektif), ciri kualitatif situasi, dan karakteristik individu menuju kepada siapa perilaku itu ditujukan. Pengukuran berhubungan dengan daerah aktivitas dan konteks situasi yang menampakan pola

tingkat generality yang paling mendasar berkisar tentang apa yang individu susun pada kehidupan mereka. c. Kekuatan (Strength) Pengalaman memiliki pengaruh terhadap self efficacy yang diyakini seseorang. Pengalaman yang lemah akan melemahkan keyakinannya pula. Individu yang memiliki keyakinan kuat terhadap kemampuan mereka akan teguh dalam berusaha untuk mengenyampingkan kesulitan yang dihadapi. Berdasarkan hal-hal di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tiga aspek self efficacy yaitu level (tingkat kesulitan tugas), generality (keadaan umum suatu tugas), dan strength (kekuatan atau keyakinan seseorang dalam menyelesaikan tugas). 1.1.3 Faktor-faktor self efficacy Keyakinan seseorang terhadap efficacy yang dimilikinya merupakan aspek utama dari pengetahuan diri yang dimilikinya. Keyakinan akan self-efficacy terbentuk dari empat prinsip utama, yaitu: enactive mastery experience, vicarious experience, verbal persuasion, phisiological and affective states (Bandura, 1997). 1. Pengalaman keberhasilan (enactive mastery experience), berdasarkan pengalaman individu secara langsung. Individu yang pernah memperoleh suatu prestasi, akan terdorong meningkatkan keyakinan dan penilaian terhadap self efficacy-nya. Pengalaman keberhasilan dan pencapaian prestasi individu ini meningkatkan ketekunan dan kegigihan dalam berusaha mengatasi kesulitan, sehingga dapat mengurangi kegagalan. 2. Pengalaman orang lain (vicarious experience). Pengamatan terhadap perilaku dan pengalaman orang lain merupakan sumber bagi proses belajar individu tersebut. self efficacy individu akan dapat meningkat, terutama jika ia merasa memiliki kemampuan yang setara atau bahkan merasa lebih baik dari pada orang yang menjadi subjek

belajarnya. Ia akan mempunyai kecenderungan merasa mampu melakukan hal yang sama. Meningkatkan self efficacy individu ini akan dapat meningkatkan motivasi untuk mencapai suatu prestasi. Peningkatan self efficacy ini akan menjadi efektif jika subjek yang menjadi model tersebut mempunyai banyak kesamaan karakteristik antara individu tersebut dengan model, kesamaan tingkat kesulitan tugas, kesamaan situasi dan kondisi, serta keanekaragaman yang dicapai oleh model 3. Persuasi verbal (verbal persuasion), yaitu individu yang mendapat bujukan atau sugesti untuk percaya bahwa ia akan dapat mengatasi masalah-masalah yang akan dihadapinya. Persuasi verbal ini dapat mengarahkan individu untuk berusaha lebih gigih dalam mencapai tujuan serta kesuksesannya. 4. Keadaan fisiologis dan psikologis (phisiological and affective states), situasi yang menekan kondisi emosional dapat mempengaruhi self efficacy. Gejolak emosi, goncangan, kegelisahaan yang mendalam dan keadaan fisiologis yang lemah yang dialami individu akan dirasakan sebagai suatu isyarat akan terjadi peristiwa yang tidak diinginkan, maka situasi yang menekan dan mengancam akan cenderung dihindari. 2.2 Goal Orientation 2.2.1 Pengertian Goal Orientation Goal orientation yaitu merupakan pola keyakinan yang mengarahkan pada cara yang berbeda dalam pendekatan, penggunaan, dan respon terhadap achievement situation (Pitrich & Schunk dalam Dedy & Wahyu, 2007). Goal orientation merefleksikan standar individu dalam mencapai keberhasilan. Sedangkan menurut Vande Walle (dalam Dedy & Wahyu, 2007) goal orientation merupakan konstruk yang menggambarkan bagaimana individu merespon, memberikan reaksi dan menginterpretasikan situasi untuk mencapai suatu prestasi.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa goal orientation adalah bagaimana individu menanggapi situasi yang ada. Seitjs et al (dalam Dedy & Wahyu, 2007) menyatakan bahwa goal orientation berfokus pada kemampuan (ability). Goal orientation biasanya berorientasi pada tugas-tugas yang kompleks yang berfokus pada pengetahuan (knowledge) dan keahlian (skill). 2.2.2 Jenis Goal Orientation Goal orientation memprediksi dan menjelaskan tidak hanya apa yang dipilih oleh individu tetapi juga bagaimana tugas-tugas itu dijalankan yang berkaitan lebih pada pengetahuan atau kemampuan daripada usaha atau ketekunan semata-mata. Goal orientation sendiri mempunyai hubungan yang konsisten dan langsung dengan sejumlah outcome seperti self efficacy, feedback seeking, learning, dan performance (Bell & Kozlowski dalam Deddy & Wahyu, 2007). Terdapat beberapa tokoh yang membagi goal orientation kedalam beberapa jenis, yaitu : Walle (2001) membagi goal orientation menjadi tiga jenis yaitu learning goal orientation, performance-proving goal orientation, dan performance-avoiding goal orientation. learning goal orientation adalah keinginan mengembangkan diri dengan mempelajari skill baru, menguasai situasi baru, dan memperbaiki kompetensi diri. Performance-proving goal orientation adalah keinginan menunjukkan kompetensi dan menghindari penilaian negatif dari orang lain, dan Performance-avoiding goal orientation adalah keinginan individu menghindari situasi yang bisa menyangkal kompetensinya dan menghindari penilaian negatif dari orang lain. Sedangkan menurut VandeWalle (dalam Deddy, 2007) adanya sedikit perbedaan penjelasan mengenai goal orientation, yaitu performance goal orientation dibagi kedalam prove goal orientation yang berfokus pada penunjukkan satu kompetensi dan pencapaian judgment orang lain, dan avoid goal

orientation yang berfokus pada menunjukkan inkompetensi dan menggunakan negative judgment dari orang lain (Seijts et al dalam Dedy, 2007). Dengan performance-prove goal orientation, individu yang percaya bahwa ability adalah atribut yang fixed dan sulit dikembangkan, dan bukan malleable. Peningkatan usaha dianggap sebagai low ability. Sementara itu, performance-avoid goal orientation berhubungan dengan content goals yang menghidari evaluasi negatif. Seijts et al (dalam Deddy, 2007) juga membagi goal orientation menjadi dua jenis goal orientation, yaitu performance dan learning goal orientation. Performance goal orientation memfokuskan pada penyusunan superioritas melebihi orang lain. Individu yang memiliki performance goal orientation berfokus pada hasil akhir, mempunyai keprihatinan terhadap kegagalan, dan berfokus pada konsekuensi dari kinerja yang buruk, terutama mencela orang lain. Bila mungkin, mereka memilih tugas yang memungkinkannya menunjukkan kompetensi dengan mengorbankan pembelajarannya pada sesuatu yang baru. Learning/mastery goal orientation memfokuskan pada pengembangan kompetensi, mendapatkan keahlian, dan mengerjakan yang terbaik, Sementara itu, individu yang memiliki learning goal orientation mencari tugas-tugas yang menantang yang memberikan kepadanya kesempatan untuk mengembangkan kompetansinya. Bagi mereka, kesalahan adalah sesuatu yang biasa dan merupakan bagian dari proses belajar. Hasil yang dicapai adalah meningkatnya self efficacy (Dedy, 2007). 2.2.3 Aspek-Aspek Goal Orientation Menurut Ames dan Archer (1988) terdapat delapan aspek goal orientation, yaitu : a. Pengertian keberhasilan Yang dimaksud keberhasilan di sini adalah bagaimana pandangan individu terhadap suatu keberhasilan dan apa yang dimaksud dengan keberhasilan tersebut baginya. b. Hal yang dianggap bernilai

Aspek ini berkaitan dengan proses yang ditempuh yang dianggap penting dalam aktivitas yang dilakukan. c. Yang menjadi alasan suatu kepuasan Aspek ini berkaitan dengan apa yang menjadi kepuasan bagi individu dalam melakukan suatu aktivitas. d. Pandangan terhadap orientasi figur otoritas Guru bisa berarti figur yang memiliki kredibilitas dan otoritas untuk mengarahkan dan memberikan masukan bagi individu. e. Pandangan terhadap kesalahan atau kegagalan Aspek ini berkaitan dengan bagaimana individu memandang suatu kesalahan atau kegagalan dalam aktivitas yang dilakukannya. f. Fokus perhatian Aspek ini berkaitan dengan apa yang menjadi perhatian utama individu dalam melakukan suatu aktivitas. g. Alasan untuk berusaha Aspek ini berkaitan dengan hal-hal yang mendorong untuk melakukan usaha yang lebih besar. h. Kriteria evaluasi Aspek ini berkaitan dengan hal yang menjadi patokan bagi individu untuk mengevaluasi diri. 2.3 Self Efficacy & Goal Orientation Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Randan yang menguji ada tidaknya hubungan secara empirik antara self efficacy dengan goal orientation pada guru sekolah minggu, dengan hasil analisis yaitu, dimana self efficacy berhubungan dengan goal orientation mereka saat mengerjakan tugas yang mempunyai tujuan tertentu sehingga

mereka dapat melaksanakan tugas dengan baik dan mencapai hasil seperti yang diharapkan sesuai dengan tujuan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil dari penelitian tersebut menyatakan bahwa terdapat hubungan positif yang sangat signifikan antara self efficacy dengan goal orientation. Ini dapat diartikan bahwa tinggi atau rendah self efficacy berhubungan dengan tinggi atau rendahnya goal orientation (Randan A, 2007). 2.4 Kerangka berpikir Pada penelitian ini subjek yang digunakan yaitu mahasiswa Jurusan Psikologi Bina Nusantara yang sedang menjalani skripsi. Peneliti menemukan fenomena bahwa terdapat mahasiswa yang ekstensi skripsi di setiap tahunnya. Ekstensi skripsi yaitu mahasiswa yang mengambil perpanjangan waktu di semester berikutnya untuk menyelesaikan tugas skripsi. Fenomena ini didapatkan dari hasil wawacara terhadap beberapa responden (dapat dilihat pada lampiran 9, 10 dan 11), dimana responden tersebut mengalami hambatan yang berbedabeda. Seperti, sulitnya mencari teori yang sesuai untuk digunakan, sulitnya mendapatkan buku yang akan digunakan, komunikasi yang kurang baik dan kurang intensif terhadap dosen pembimbing dan jurnal yang digunakan kurang sesuai dengan kondisi responden. Dengan adanya hambatan-hambatan tersebut responden yang pada awalnya memiliki keyakinan untuk dapat menyelesaikan skripsinya dengan tepat waktu menjadi menurun. Hal ini tentunya melibatkan hubungan antara self efficacy dengan goal orientation pada mahasiswa tersebut dalam menyelesaikan skripsinya. Untuk lebih jelasnya maka penulis menggunakan kerangka berpikir yang digambarkan secara skematis seperti gambar dibawah ini. ( Gambar 2.1).

Gambar 2.1 Skema kerangka berpikir hubungan antara self efficacy dengan goal orientation.