BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data International Labour Organizatiom (ILO) 2013, 1 pekerja. pekerja kehilangan nyawa (Depkes, 2014).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 : PENDAHULUAN. perhatian dan kerja keras dari pemerintah maupun masyarakat.

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang menjadi penentu pencapaian dan kinerja suatu perusahaan. Jika dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. bebas dari resiko yang relatif sangat kecil dibawah tingkatan tertentu, dan hal

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyebabkan traumatic injury. Secara keilmuan, keselamatan dan

BAB 1 : PENDAHULUAN. masalah-masalah baru yang harus bisa segera diatasi apabila perusahaan tersebut

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam UU RI Nomor 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja dituliskan

BAB 1 PENDAHULUAN. Dunia industri dengan segala elemen pendukungnya selalu berkembang secara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB. I PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah salah satu wahana pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan tenaga kerja mengalami hilangnya konsentrasi pada saat bekerja. sehingga dapat menyebabkan kecelakaan kerja.

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan industri besar dan sedang di Jawa Tengah pada tahun 2008

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan bagi para pekerja dan orang lain di sekitar tempat kerja untuk

BAB 1 : PENDAHULUAN. merupakan kondisi yang menunjukkan Indonesia tidak dapat menghindarkan diri dari

BAB 1 : PENDAHULUAN. adanya peningkatan kulitas tenaga kerja yang maksimal dan didasari oleh perlindungan hukum.

BAB I PENDAHULUAN. prevalensinya paling tinggi di dunia. Berdasarkan laporan World Health

BAB I PENDAHULUAN. Repository.Unimus.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Esa Unggul

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh terhadap masalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI PADA PEKERJA PENGELASAN DI KECAMATAN GALANG KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2016

dimilikinya. Dalam hal ini sangat dibutuhkan tenaga kerja yang memiliki kemampuan skill yang handal serta produktif untuk membantu menunjang bisnis

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) memperkirakan setiap 15 detik

BAB I PENDAHULUAN. kematian terbesar kedua di dunia setelah Human Immunodeviciency Virus

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Proses industrialisasi telah mendorong tumbuhnya industri diberbagai sektor dengan

BAB I PENDAHULUAN. ketenagakerjaan, merupakan kewajiban pengusaha untuk melindungi tenaga

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjamin keutuhan dan kesempatan baik jasmani maupun rohani. Keselamatn

BAB 1 : PENDAHULUAN. Dunia perindustrian di era globalisasi mengalami perkembangan yang semakin pesat. Hal

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan angka ketergantungan (Kementrian Kesehatan Republik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit infeksi yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. maupun pemberi kerja, jajaran pelaksana, penyedia (supervisor) maupun manajemen,

BAB I PENDAHULUAN. permanen dalam bekerja. Pada tahun 2010 World Health Organization

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) antenatal care selama

BAB 1 PENDAHULUAN. keberhasilan atas pencapaian tujuan yang telah ditetapkan manajemen.


BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Rokok sudah dikenal manusia sejak tahun sebelum Masehi. Sejak

BAB 1 PENDAHULUAN. Global Adult Tobacco survey (GATS) pada tahun 2011 menunjukkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan pestisida di seluruh dunia (world-wide), tetapi dalam hal kematian

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan (safety) telah menjadi issue global termasuk juga untuk rumah sakit. Ada lima (5)

BAB I PENDAHULUAN. mengenai kematian akibat asma mengalami peningkatan dalam beberapa dekade

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan salah satu bidang

KEADAAN KETENAGAKERJAAN BANTEN AGUSTUS 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan asuhan keperawatan juga tidak disertai pendokumentasian yang

BAB 1 PENDAHULUAN. rahim ibu. Lamanya hamil adalah 280 hari dihitung dari hari pertama haid terakhir

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan kerjanya. Resiko yang dihadapi oleh tenaga kerja adalah bahaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berbahaya, salah satunya medical error atau kesalahnan medis. Di satu sisi

Keywords: PPE; knowledge; attitude; comfort

BAB 1 : PENDAHULUAN. ditandai dengan semakin berkembangnya prindustrian dengan mendayagunakan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut laporan World Health Organitation tahun 2014, kasus penularan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Melihat perkembangan dunia modern saat ini, kegiatan industri telah menjadi

BAB I PENDAHULUAN. pelaku dalam industri (Heinrich, 1980). Pekerjaan konstruksi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Bahaya merokok terhadap remaja yang utama adalah terhadap fisiknya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kehidupannya. Sehat sendiri perlu didasari oleh suatu perilaku, yaitu perilaku

Kata Kunci : Pengetahuan, Sikap, Tindakan, Alat Pelindung Diri (APD), Pekerja Bagian Opening

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usia lanjut merupakan tahap akhir kehidupan manusia. Seseorang pada

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi oleh tenaga kerja di bengkel las (Widharto, 2007). Industri pengelasan merupakan industri informal yaitu industri yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BALI FEBRUARI 2015

BAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang

Pengetahuan dan Sikap Pekerja dalam Penggunaan Alat Pelindung Diri pada Industri Informal Pengelasan di Desa Singajaya, Indramayu

BAB I PENDAHULUAN. berbahaya bagi kesehatan pekerja (Damanik, 2015). cacat permanen. Jumlah kasus penyakit akibat kerja tahun

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization mengidentifikasikan masa remaja

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN KERJA PADA KARYAWAN PT KUNANGGO JANTAN KOTA PADANG TAHUN 2016

tanda keberhasilan pembangunan di Indonesia. Semakin terjadinya peningkatan usia harapan hidup penduduk, dapat mengakibatkan jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Alat Pelindung Diri (APD) sangat penting bagi perawat. Setiap hari

BAB 1 PENDAHULUAN. Hepatitis akut. Terdapat 6 jenis virus penyebab utama infeksi akut, yaitu virus. yang di akibatkan oleh virus (Arief, 2012).

adalah 70-80% angkatan kerja bergerak disektor informal. Sektor informal memiliki

KEADAAN KETENAGAKERJAAN INDONESIA AGUSTUS 2009

BAB 1 : PENDAHULUAN. perusahaan, yang diiringi dengan meningkatnya penggunaan bahan-bahan berbahaya,

BAB III METODE PENELITIAN

PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 5 No. 1 FEBRUARI 2016 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Oleh: Sugeng Solahudin, Mardji, dan Anny Martiningsih Universitas Negeri Malang

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan dan keselamatan kerja perlu dilakukan karena menurut Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. mencari tahu bagaimana sesuatu dapat terjadi (Potter & Perry, 2009). Anak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan sebaliknya kesehatan dapat mengganggu pekerjaan. Tujuan pengembangan

Fakultas Kesehatan Masyarakat*, Universitas Sam Ratulangi*

RUS DIANA NOVIANTI J

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan sektor industri saat ini merupakan salah satu andalan dalam

HUBUNGAN KEPATUHAN INSTRUKSI KERJA DENGAN PERILAKU AMAN PEKERJA BAGIAN PRODUKSI DI PT ANEKA ADHILOGAM KARYA, CEPER, KLATEN

1 Universitas Esa Unggul

BAB 1 : PENDAHULUAN. nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan pada pasal 86, menjelaskan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perilaku merokok dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, sangat

BAB I PENDAHULUAN. standar kualitas pasar internasional. Hal tersebut semakin mendorong banyak

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat menganggap merokok sebuah perilaku yang bisa membuat. ditentukan tidak boleh merokok/ kawasan tanpa rokok.

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat. Mencapai Derajat Sarjana. Oleh: NURFAUZI PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN S1 FAKULTAS ILMU KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN. Merokok adalah salah satu zat adiktif yang bila digunakan. menghisap rokok yang diminati oleh banyak kaum laki-laki.

SKRIPSI. Penelitian Keperawatan Komunitas

BAB I PENDAHULUAN. pasar lokal, nasional, regional maupun internasional, dilakukan oleh setiap

BAB I PENDAHULUAN. kerja. Agar terciptanya lingkungan yang aman, sehat dan bebas dari. pencemaaran lingkungan (Tresnaniangsih, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. dan dikondisikan oleh pihak perusahaan. Dengan kondisi keselamatan kerja

HUBUNGAN KEPATUHAN INSTRUKSI KERJA DENGAN KEJADIAN KECELAKAAN KERJA PADA BAGIAN PRODUKSI DI PT. ANEKA ADHILOGAM KARYA CEPER KLATEN

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut International Labour Organization (ILO), bahwa di seluruh

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAMBI AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2010

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) adalah aplikasi kesehatan masyarakat dalam suatu tempat kerja (perusahaan, pabrik, kantor, dan sebagainya) dan yang menjadi pasien dari kesehatan kerja ialah masyarakat pekerjaan dan masyarakat sekitar perusahaan (Notoadmodjo, 2011). Berdasarkan data International Labour Organizatiom (ILO) 2013, 1 pekerja didunia meninggal setiap 15 detik karena kecelakaan kerja dan 160 pekerja mengalami sakit akibat kerja. Tahun sebelumnya (2012) ILO mencatat angka kematian dikarenakan kecelakaan dan penyakit akibat kerja (PAK) sebanyak 2 juta kasus setiap tahun. Secara global, ILO memperkirakan sekitar 337 juta kecelkaan kerja terjadi tiap tahunya yang mengakibatkan sekitar 2,3 juta pekerja kehilangan nyawa (Depkes, 2014). Angka kecelakaan kerja di Indonesia masih tinggi. Akhir tahun 2015 telah terjadi kecelakaan kerja sebanyak 105.182 kasus. Sementara itu, untuk kasus kecelakaan berat yang mengakibatkan kematian tercatat sebanyak 2.375 kasus dari total jumlah kecelakaan kerja (BPJS, 2016). Dirjen Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan dan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (PPK dan K3) Kementrian Ketenagakerjaan (Kemnaker). Jumlah kecelakaan kerja dari tahun ketahun mengalami peningkatan. Untuk 47

total jumlah kecelakaan kerja setiap tahunya mengalami peningkatan hingga 5%. Namun, untuk kecelakaan kerja berat peningkatanya cukup besar 5%- 10% setiap tahunnya. Untuk jumlah kasus penyakit akibat kerja tahun 2011-2014, tahun 2011 sejumlah 57.929; tahun 2012 sejumlah 60.322; tahun 2013 sejumlah 97.144; tahun 2014 sejumlah 40.696. Provinsi dengan jumlah kasus penyakit akibat kerja tertinggi pada tahun 2011 adalah Provinsi Jawa Tengah, Sulawesi Utara, dan Jawa Timur; tahun 2012 adalah Povinsi Sumatra Utara, Sumtra Selatan, dan Jawa Barat; tahun 2013 adalah Provinsi Banten, Gorontalo, dan Jambi; tahun 2014 adalah Provisni Bali, Jawa Timur dan Sulawesi Selatan (BPS, 2015). Angka kecelakaan kerja di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2015 tercatat sebanyak 7.886 kasus kecelakaan kerja (BPJS, 2016). Sedangkan di Kabupaten Banjarnegara sendiri terjadi 24 kecelakaan ditempat kerja pada tahun 2014 dan masih banyak kecelakaan-kecelakaan kerja yang belum diketahui (Suara Merdeka, 2015). Salah satu penyebab kejadian ini adalah pelaksanaan dan pengawasan K3 yang belum maksimal, sekaligus perilaku masyarakat industri pada khususnya dan masyarakat pada umumnya belum optimal. Jumlah angkatan kerja di Indonesia pada agustus 2014 mencapai 118,0 juta orang. Selama setahun terahir (Agustus 2013-Agustus 2014), jumlah penduduk yang bekerja mengalami kenaikan terutama di sektor indutri sekitar 830 ribu orang (5,71%), serta sektor jasa kemasyarakatan sebesar 450 ribu

orang (2,70%). Agsutus 2014 terdapat sekitar 44,2 juta orang (39,86%) bekerja pada sektor formal dan 66,6 juta orang (60,14%) bekerja pada sektor informal (BPS, 2014) Beberapa jenis usaha sektor informal yaitu home industri, seperti bengkel motor maupun mobil dan sebagainya. Kecenderungan dari tenaga kerja disektor informal adalah masyarakat yang memiliki jenjang pendidikan yang tidak terlalu tinggi. Hal ini dibuktikan data BPS 2014 pada Agustus 2014, penduduk bekerja pada jenjang pendidikan SD kebawah sebesar 53,9 juta orang (58,63%), sedangkan penduduk bekerja dengan pendidikan diploma sekitar 3,0 juta orang (,2,86%) dan penduduk bekerja dengan pendidikan universitas hanaya sebesar 7,0 juta orang (6,30%). (BPS, 2014) WHO melaporkan bahwa faktor resiko kerja memberikan kontribusi pada beberapa penyakit antara lain penyakit punggung (37%), kehilangan kemampuan pendengaran (16%), penyakit paru obstruktif kronis (13%), asma (11%), kecelakaan (10%), kangker paru (9%), leukimia (2%). Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan salah satu perlindungan tenaga kerja disegela jenis bidang usaha, baik formal maupun informal. Kegiatan dan penerapan K3 terhadap tenaga disektor formal, pada umunya sudah diterapkana dengan baik. Sedangkan penerapan disektor informal belum diketahui dengan baik (BPS, 2014). Sektor usaha informal dengan kecenderungan tersebut menyebabkan sistem manajemen keselamatan kerja tidak bisa diterapkan karena kurangnya pengetahuan dari pihak pengelola usaha informal itu sendiri. Pengusaha

sektor informal pada umunya kurang memperhatikan kaidah keamanan dan dan kesehatan kerja. Salah satu jenis usaha informal itu sendiri adalah begkel motor. Pusat servis otomotif bengkel, bengkel diler besar, bengkel sevise pinggir kota, dan bengkel kecil semua mempunyai bahaya kerja seperti pada indutri besar. Pendidikan kesehatan berguna bagi para mekanik dan pekerja lain dalam bengkel otomotif, tujuanya untuk mengembangkan kesadaran dengan penggunaan alat pelindung diri ketika melakukan tugas pekerjaan (Daryanto, 2001). Berdasarkan penelitian yang dilakukan Prilia (2014) menyebutkan bahwa pengetahuan K3 memiliki pengauh yang positif terhadap kesadaran berperilaku K3 dengan korelasi sebesar 0,380 dan kontribusi sebesar 14,5%, sikap memiliki pengaruh positif terhadap kesadaran berperilaku K3 dengan korelasi sebesar 0,541 dan kontribusi sebesar 29,3%, pengetahuan K3 dan sikap memiliki pengaruh yang positif terhadap kesiapan kesadaran berperilaku K3 dengan korelasi sebesar 0,593 dan kontribusi sebesar 35,2%. Berdasarkan observasi yang telah dilkukan peneliti di sejumlah bengkel motor di Desa Karangkobar penerapan K3 masih minim sekali para pekerja kebenyakan tidak menggunakan alat pelindung diri yang sudah direkomendasikan berdasarkan pekerjaanya. Padahal bahaya yang ditimbulkan dari kegiatan perbengkelan sangat memicu terjadinya terjadinya kecelakaan kerja ataupun penyakit akibat kerja. Faktor pengetahuan dan perilaku sangat berpengaruh terhadap penerapan K3 sehingga penulis ingin

melakukan penelitain tentang Pengaruh Pendidikan Kesehatan K3 Terhadap Pengetahuan dan Perilaku Kesehatan Pekerja Bengkel di Desa Karangkobar Banjarnegara. B. Rumusan Masalah Berdasar latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Adakah pengaruh pendidikan kesehatan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) terhadap pengetahuan dan perilaku kesehatan pekerja bengkel di desa Karangkobar Banjarnegara. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Diketahuinya pengaruh pendidikan kesehatan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) terhadap pengetahuan dan perilaku kesehatan pekerja bengkel di desa Karangkobar Banjarnegara 2. Tujuan Khusus a. Diketahuinya karakteristik pendidikan pekerja bengkel di Karangkobar Banjarnegara. b. Diketahuinya tingkat pengetahuan K3 para pekerja bengkel di Karangkobar Banjarnegara sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan K3. c. Diketahuinya pengaruh pendidikan K3 terhadap pengetahuan para pekerja bengkel di Karangkobar Banjarnegara.

d. Diketahuinya perilaku kesehatan pekerja bengkel di Karangkobar Banjarnegara sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan K3. e. Diketahuinya pengaruh pendidikan K3 terhadap perilaku kesehatan pekerja bengkel di Karangkobar Banjarnegara. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Bagi ilmu pengetahuan mampu menambah pengetahuan pendidikan kesehatan dan keselamatan kerja (K3) sebagai bahan pembelajaran. 2. Manfaat Praktis a. Bagi responden Sebagai masukan pengetahuan bagi responden agar hidup dilingkunga kerja yang sehat dan nyaman untuk kesehatan dan keselamatan kerja. b. Bagi masyarakat Sebagai masukan wawasan pengetahuan masyarakat umum tentang K3 supaya masyarakat hidup lebih sehat. c. Bagi profesi keperawatan Sebagai bahan dalam praktik komunitas untuk memberikan edukasi perusahaan-perusahaan disekitar masyarakat

d. Bagi literatur penelitian selanjutnya Sebagai literatur penelitian selanjutnya untuk dikembangkan dengan menganalisis variabel lainya. E. Penelitian Terkait 1. Mamudi., 2016. Melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Pengetahuan K3 dan Sikap Terhadap Kesadaran Berperilaku K3 di Bengkel Pemesinan SMK Negeri 2 Yogyakarta. Jenis penelitian ini menggunakan metode expost facto. Teknik pengumpulan data menggunakan kuisioner. Jumlah responden berjumlah 31 responden, teknik analisis menggunakan deskriptif dan regresi berganda dengan dua faktor. Hasil dari penelitian ini menunjukan terdapat pengaruh yang positif pengetahuan K3 dan sikap secara bersama sama terhadap kesadaran berperilaku K3 siwa kelas X Jurusan Tekhnik Pemesinan SMK Negeri 2 Yogyakarta sebesar 0,361 (36,1%). Terdapat pengaruh yang positif sikap terhadap kesadaran berperilaku K3 sebesar 0,095 (09,5%). Terdapat pengaruh yang positif pengetahuan K3 dan sikap secara bersama-sama terhadap kesadaran berperilaku K3 sebesar 0,426 (42,6%). Terdapat persamaan dan perbedaan penelitian yang dilakukan peneliti, persamaan penelitian terdapat pada variabel yang digunakan yaitu pengetahuan dan perilaku K3 di bengkel. Sedangkan perbedaan penelitian terdapat pada jenis penelitian yang menggunakan metode expost facto pada penelitian ini.

2. Meilani, dkk., 2016. Melakukan penelitian dengan judul Hubungan Antara Pengetahuan dan Sikap Dengan Tindakan Penggunaan Alat Pelindung Diri pada Pekerja Pengelasan di Bengkel Las Kota Manado. Penelitian ini merupakan survei analitik dengan menggunakan rancangan cross sectional. Populasi sebanyak 10 bengkel pengelasan dengan sampel sejumlah 60 pekerja. Sampel ditentukan secara purposesive sampling sebanyak 52 pekerja. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa sebagian besar (82,1%) pekerja pengelasan memiliki pengetahuan baik, 15,4% pengetahuan cukup, dan 1,9% pengetahuan kurang. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan dengan tindakan penggunaan APD pada pekerja bengkel pengelasan dan terdapat hubungan antara sikap dengan tindakan pengunaan APD pada pekerja pengelasan. Terdapat persamaan dan perbedaan penelitian dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti, persamaan terdapat pada variabel pengetahuan, sedangkan perbedaan terdapat pada jenis penelitian dan metode yang akan dilakukan. 3. Navidian, et all., 2015. Melakukan penelitian dengan judul Effect of Motivation Group Interviewing-Based Safety Educational on Worker s Safety Behaviors in Glass Manufacturing. Penelitian ini menggunakan studi kasus Quasy-Experimental. Sampel dalam penelitian ini sejumlah 70 pekerja. Semua sampel secara acak dibagi menjadi kelompok intervensi dan kelompok kontrol dengan masing-masing 35 pekerja disetiap kelompok. Hasil dari penelitian ini terdapat perbedaan skor sebelum dan

sesudah diintervensi, terdapat perubahan yang berarti dalam skor kesdaran, sikap dan penggunaan alat pelindung diri setelah menjalani motivasi (3,74 ± 2.16, 1.71 ± 3.16, dan 3.2 ± 1.92, masing-masing, p <0,05). Skor ini secara signifikan lebih besar dibandingkan pada kelompok kontrol (1,28 ± 1,93, 1,1 ± 3,07, dan 0,2 ± 1,26, masingmasing). Hal ini menunjukan bahwa penggabungan prinsip wawancara motivasi dalam program pendidikan keselamatan memiliki efek positif meningkatkan pengetahuan, sikap pekerja, terutama perilaku kesehatan dan keselamatan kerja. Persamaan penelitian yang dilakukan penelititi terdapat pada desain penelitian menggunakan quasi experiment,sedangkan perbedaan penelitian terdapat pada lokasi penelitian. 4. Nasrullah, dkk., 2014. Melakukan penelitian dengan judul Hubungan Antara Knowledge, Attitude, Practice Safe Behavior Pekerja Dalam Upaya Untuk Menegakkan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja. Penelitian ini termasuk penelitian observasional dan berdasarkan pada desain penelitian, penelitian ini merupakan penelitian cross sectional. Data diperoleh dengan melakukan wawancara dan menyebarkan kuesioner kepada 41 pekerja di unit West Assembly di PT. XYZ. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hubungan yang cukup kuat antara variabel pengetahuan dan sikap dalam perilaku yang aman (R: 0405), hubungan yang sangat rendah antara pengetahuan dan sikap dalam perilaku kesehatan (R: 0,042) dan sikap dan tindakan yang aman dalam perilaku kesehatan (R: 0087). Kesimpulan dari penelitian ini adalah pengetahuan

dan sikap perilaku pada pekerja cukup baik tetapi tindakan perilaku kesehatan perlu ditingkatkan. Terdapat persamaan dengan peneitian yang kana dilakukan peneliti yaitu terdapat pada variabel yang digunakan, sedangkan perbedaan penelitian terdapat pada metode penelitian yang digunakan. 5. Kvorning, et all., 2015. Melakukan penelitian dengan judul Motivation Factors Influencing Small Construction and Auto Repair Enterprises to Participate in Occupatonal Health and Safety Programmes. Penelitian ini adalah studi kasus kualitatif yang dilengkapi dengan data survei. Hasil penelitian menunjukkan bahwa cara program ini diperkenalkan melalui pengawas ketenagakerjaan, asosiasi pengusaha, atau jaringan dipengaruhi motivasi dari perusahaan untuk terlibat dalam program ini. Motivasi untuk partisipasi aktif juga tergantung pada isi paket pencegahan, dukungan ekonomi dan kemungkinan untuk fasilitasi. Keputusan untuk memulai proses pelaksanaan tergantung pada apakah pemilik-manajer mengakui perlunya pendekatan OHS baru dan apakah mereka menemukan proses yang berarti. faktor kontekstual, seperti yang dialami oleh pemilik-manajer, dipengaruhi motivasi untuk partisipasi aktif. Ini termasuk sikap antara lain umum terhadap otoritas dan prosedur, akses ke proyek-proyek yang relevan dan peralatan teknis, karakteristik manajer, dan budaya kerja. Persamaan penelitian terdapat pada variabel yang digunakan, sedangkan perbedaan penelitian terdapat pada jenis dan metode penelitian.