BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (Perusahaan Umum Pembangunan Perumahan Nasional) pada proyek pembangunan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN. (Perusahaan Umum Pembangunan Perumahan Nasional) pada proyek pembangunan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Sejarah Perum Perumnas

BAB I PENDAHULUAN. yang kita dapat mengetahui bahwa walaupun perencanaan organisasi dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Perencanaan MEP Proyek Whiz Hotel Yogyakarta di Yogyakarta, yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III OBJEK PENELITIAN DAN METODE PENGUMPULAN DATA. PERUMNAS adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang berbentuk

Kata kunci: PERT, penambahan jam kerja (lembur), lintasan kritis, Time Cost Trade Off.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERUMAHAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. perusahaan selain manajemen sumber daya manusia, manajemen pemasaran dan

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

BAB III METODOLOGI. Data yang dominan dalam Tugas Akhir ini adalah Data Sekunder,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V ANALISA HASIL. kritis, artinya aktivitas tersebut merupakan aktivitas non kritis.

BAB I PENDAHULUAN. Perumnas didirikan sebagai solusi pemerintah dalam menyediakan perumahan yang

BAB I PENDAHULUAN. pokok lainnya. Tuntutan akan kebutuhan rumah sangat tinggi sedangkan

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB II LANDASAN TEORI. tidak dapat dimanfaatkan sesuai dengan rencana, sehingga menyebabkan beberapa

I T S INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA. Biodata Penulis TRI WAHYU NUR WIJAYANTO

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA PEMIKIRAN

Konferensi Nasional Teknik Sipil 3 (KoNTekS 3) Jakarta, 6 7 Mei 2009

BAB I PENDAHULUAN. Pada pelaksanaan proyek biasanya terjadi berbagai kendala, baik kendala

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB II LANDASAN TEORI

Manajemen Operasi. Modul Final Semester MODUL PERKULIAHAN. Tatap Kode MK Disusun Oleh Muka 10 MK Andre M. Lubis, ST, MBA

RUMAH SUSUN PEKERJA PABRIK DI KAWASAN INDUSTRI PRINGAPUS

Manajemen Proyek. Riset Operasi TIP FTP UB

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada Proyek Pemasangan 3 (tiga) unit Lift Barang di

BAB III LANDASAN TEORI

IV. PEMBAHASAN. Perumnas adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang berbentuk. perumahan yang layak bagi masyarakat menengah ke bawah.

BAB V KONSEP DESAIN Konsep desain interior Berdasarkan masalah yang ada, maka perancang menetapkan konsep desain yaitu konsep fungsional efisien.

PENERAPAN PENJADWALAN PROBABILISTIK PADA PROYEK PENGEMBANGAN GEDUNG FSAINTEK UNAIR

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI. A. Manajemen Proyek

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 4 ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tantangan Sektor Properti

Bab 1 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

MATERI 8 MEMULAI USAHA

BAB II LANDASAN TEORI

Rusunawa Khusus Buruh di Kawasan Industri Air Raja Tanjungpinang 1

OPTIMALISASI PELAKSANAAN PROYEK DENGAN METODE PERT DAN CPM (Studi Kasus Twin Tower Building Pasca Sarjana Undip)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

Penjadwalan proyek. 1. Menunjukkan hubungan tiap kegiatan dan terhadap keseluruhan proyek

Manajemen Proyek. Teknik Industri Universitas Brawijaya

Analisa Antisipasi Keterlambatan Durasi Proyek Pembangunan Gedung 2 (dua) Lantai Bank CNB Pusat Surabaya BAB I PENDAHULUAN

Analisis Penjadwalan Proyek Struktur Rom Bin Menggunakan Metode Project Evaluation and Review Technique (PERT) di PT. Lintech Duta Pratama

BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

G. BIDANG PERUMAHAN SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN. 1. Pembiayaan 1. Pembangunan Baru

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 komposisi penduduk

BAB I PENDAHULUAN FRANSISCA RENI W / L2B

Analisa Kebutuhan Tenaga Kerja Untuk Pembangunan Blok Pada Kapal Tanker LTDW Di PT. Daya Radar Utama Unit Lamongan

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III LANDASAN TEORI. A. Manajemen Proyek

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Tahapan dalam melakukan penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut.

Analisis Optimasi Pelaksanaan Proyek Revitalisasi Integrasi Jaringan Universitas Kadiri Menggunakan Metode PERT Dan CPM

EVALUASI PENJADWALAN WAKTU DAN BIAYA PROYEK DENGAN METODE PERT DAN CPM

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Proyek

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MANAJEMEN WAKTU PROYEK MATA KULIAH MANAJEMEN PROYEK PERANGKAT LUNAK. Riani Lubis Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia

MANAJEMEN PROYEK. Manajemen proyek meliputi tiga fase : 1. Perencanaan 2. Penjadwalan 3. Pengendalian

OPTIMASI BIAYA DAN DURASI PROYEK MENGGUNAKAN PROGRAM LINDO (STUDI KASUS: PEMBANGUNAN DERMAGA PENYEBERANGAN SALAKAN TAHAP II)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

OPTIMALISASI BIAYA DAN WAKTU PELAKSANAAN PROYEK PEMBANGUNAN RUMAH TINGGAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE PERT-CPM

BAB I PENDAHULUAN. Medan sebagai salah satu kota besar di Indonesia terus meningkatkan

BAB III LANDASAN TEORI. A. Manajemen Proyek

UPAYA PERCEPATAN PROYEK RUMAH HUNIAN DENGAN OPTIMALISASI BIAYA DI PT. XYZ DENGAN PENDEKATAN CPM & PERT

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERSETUJUAN PERSEMBAHAN ABSTRAK KATA PENGANTAR

Tri Kairo Suwarsono, Udisubakti C.M., Ahmadi

BAB III METODE PENELITIAN

Komposisi Penduduk DKI Jakarta 2012

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III LANDASAN TEORI

APLIKASI ANALISIS NETWORK PLANNING PADA PROYEK KONSTRUKSI BANGUNAN DENGAN METODE CPM

Pendahuluan. Syaiful et al., Evaluasi Penjadwalan Biaya Dan Waktu Proyek Dengan Metode CPM dan PERT...

KEBIJAKAN dan STRATEGI PENYEDIAAN PERUMAHAN TA

BAB 1 PENDAHULUAN. waktu penyelesaian proyek bisa dipercepat dari kurun waktu normal dengan

PERCEPATAN PROYEK PADA SEBUAH GEDUNG BERTINGKAT

PERCEPATAN WAKTU PADA SUATU PROYEK DENGAN MENGGUNAKAN METODE JALUR KRITIS

BAB II LANDASAN TEORI

Kata kunci: optimum, percepatan, lembur, least cost analysis.

BAB I PENDAHULUAN. maupun kinerja organisasi secara keseluruhan. Satu hal yang harus diperhatikan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

STUDI PERENCANAAN PERCEPATAN DURASI PROYEK DENGAN METODE LEAST COST ANALYSIS

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2015.

LAPORAN RESMI MODUL VI PERT & CPM

Penjadwalan Proyek. Oleh Didin Astriani Prasetyowati, M.Stat

TIN102 - Pengantar Teknik Industri Materi #5 Ganjil 2014/2015 TIN102 PENGANTAR TEKNIK INDUSTRI

BAB III METODE CPM-PERT PADA JARINGAN. Sebelumnya pada bab II sudah dijelaskan tentang teori graf, teori graf ini

Analisa Perbaikan Penjadwalan Perakitan Panel Listrik Dengan Metode CPM dan PERT (Studi Kasus : PT. Mega Karya Engineering) ABSTRAK

ANALISIS EVALUASI BIAYA DAN PENJADWALAN WAKTU PROYEK PENGOLAHAN LIMBAH PT. KI DENGAN PENDEKATAN PERT

Transkripsi:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian Penelitian ini dilakukan di Badan Usaha Milik Negara yakni Perum Perumnas (Perusahaan Umum Pembangunan Perumahan Nasional) pada proyek pembangunan rusun area Cengkareng. Adapun periode penelitian dilakukan pada bulan September Mei 217. Pada sub bab dibawah ini akan dijelaskan mengenai sejarah singkat perusahaan, visi dan misi, struktur organisasi, serta produk Perumnas. 1. Sejarah Singkat Perusahaan PERUMNAS adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang berbentuk Perusahaan Umum (Perum) dimana keseluruhan sahamnya dimiliki oleh Pemerintah. Perumnas didirikan sebagai solusi pemerintah dalam menyediakan perumahan yang layak bagi masyarakat menengah ke bawah. Perusahan didirikan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1974, diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 1988, dan disempurnakan melalui Peraturan Pemerintah No. 15 Tahun 24 tanggal 1 Mei 24. Sejak didirikan tahun 1974, Perumnas selalu tampil dan berperan sebagai pioneer dalam penyediaan perumahan dan permukiman bagai masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah. Sebagai BUMN pengembang dengan jangkauan usaha nasional, Perumnas mempunyai 7 Wilayah usaha Regional I sampai dengan VII dan Regional Rusunawa. 4

41 Helvetia Medan, Ilir Barat Palembang, Banyumanik Semarang, Tamalanrea Makasar, Dukuh Menanggal Surabaya, Antapani Bandung adalah contoh permukiman skala besar yang pembangunannya dirintis Perumnas. Kawasan Permukiman tersebut kini telah berkembang menjadi "Kota Baru" yang prospektif. Selain itu, Depok, Bogor, Tangerang, dan Bekasi juga merupakan "Kota Baru" yang dirintis Perumnas dan kini berkembang pesat menjadi kawasan strategis yang berfungsi sebagai penyangga ibukota. a. 1974-1982 Perumnas memulai misinya dalam membangun perumahan rakyat menengah kebawah beserta sarana dan prasarananya. Ribuan rumah di bangun di daerah Depok, Jakarta, Bekasi dan meluas hingga Cirebon, Semarang, Surabaya, Medan, Padang dan Makassar. b. 1983 1991 Perumnas selain membangun rumah sederhana juga mulai merintis pembangunan rumah susun sederhana dengan tujuan mendukung program peremajaan perkotaan. c. 1992-1998 Pada periode ini, Perumnas membangun hampir 5% dari total pembangunan rumah nasional. Melonjaknya produksi perumahan ini didorong oleh program pemerintah untuk membangun 5. rumah sederhana (RS) dan rumah sangat sederhana (RSS).

42 d. 1999-27 Periode pasca krisis dimana Perumnas mengalami restrukturisasi pinjaman perusahaan dan penurunan dalam capacity building akibat lemahnya daya beli masyarakat khususnya masyarakat menengah ke bawah. e. 28-29 Kinerja Perumnas naik hingga mencapai target RKAP 3% lebih tinggi daripada tahun sebelumnya. Perumnas menjadi pelopor dan pemimpin pembangunan Rusuna 1. Tower. f. 21-215 Perumnas menuju National Housing & Urban Corporation dengan menjadi pelaku utama penyedia perumahan dan permukiman di Indonesia. Mencanangkan target pembangunan 1. rumah/tahun. 2. Visi dan Misi Perusahaan 2.1 Visi Perusahaan Menjadi Pengembang Permukiman dan Perumahan Rakyat Terpercaya di Indonesia. 2.2 Misi Perusahaan a. Mengembangkan perumahan dan permukiman yang bernilai tambah untuk kepuasan Pelanggan. b. Meningkatkan professionalitas, pemberdayaan dan kesejahteraan Karyawan.

43 c. Memaksimalkan nilai bagi Pemegang Saham dan Pemangku Kepentingan lain. d. Mengoptimalkan sinergi dengan Mitra Kerja, Pemerintash, BUMN dan Instansi lain. e. Meningkatkan kontribusi positif kepada masyrakat dan lingkungan. 3. Struktur Organisasi Perusahaan Gambar 4. 1 Struktur Organisasi Perumnas

44 4. Produk Perusahaan 4.1 Perumahan / Landed House Perumnas sebagai Pengembang misi Pemerintah dalam menyediakan kebutuhan pokok masyarakat, yaitu perumahan dan pemukiman, sejak didirikan pada tahun 1974 telah membangun lebih dari 5. unit rumah dengan berbagai tipe di seluruh provinsi di Indonesia. Sebagai perintis pengembangan perkotaan, Perumnas telah berhasil melaksanakan misi pemerintah dalam mewujudkan pemerataan pembangunan sampai di wilayah terpencil. Hal ini terbukti di antara kota-kota yang telah dibangun perumahan di lebih dari 15 kota. Dan Perumnas selalu konsisten fokus pada pembangunan kelas menengah ke bawah. Perumahan yang dibangun Perumnas telah dilengkapi dengan fasilitas sosialnya sehingga tercipta lingkungan yang nyaman untuk ditinggali. Beberapa tipe Rumah Sederhana Sehat (RSh, RUmah Sederhana (RS), Rumah Menengah (RM). 4.2 Rusunami Program Sejuta rumah dan program 1 Menara telah mendorong Perumnas untuk memulai babak baru kembali ke pusat kota untuk menata kota dan membangun rusunami ini untuk mendekatkan msyarakat penghuninya ke tempat kerja ataupun kegiatan lainnya. Pada beberapa tahun terakhir ini Perumnas memprogramkan pembangunan perumahan bekerja sama dengan instansi, Pemda, dan lain-lain. Untuk menangani

45 konsumen kolektif agar lebih dapat memenuhi kekurangan rumah yang selama ini belum bisa terpenuhi, baik oleh pengembang, pemerintah maupun swadaya masyarakat. Prestasi saat ini sudah dibangun beberapa Rusunami di Jabodetabek, antara lain CityPark Cengkareng, Bandar Kemayoran, Sentra Timur Pulogebang, Center Point Bekasi, Malaka Green Klender dan akan terus berkembang. Sedang di luar Jabodetabek direncanakan di Antapani & Sarijadi-Bandung, Simpang 5 Semarang, Panakukkang Makasar, dan kota besar lainnya. 4.3 Rusunawa Rumah Susun Sederhana Sewa (RUSUNAWA) adalah rumah susun sederhana yang disewakan kepada masyarakat perkotaan yang tidak mampu untuk membeli rumah atau yang ingin tinggal untuk sementara waktu misalnya para mahasiswa, pekerja temporer dan lain lainnya. Rusunawa yang telah dibangun oleh Perumnas tersebar di beberapa kota besar seperti di Cengkareng, Koja, Kemayoran, Pasar Jumat, Pulogebang Jakarta, Surabaya, Cirebon, Batam, Makasar, Padang, Pontianak dan Samarinda. B. Hasil dan Pembahasan Dari data yang diperoleh pada proyek pembangunan rusun area Cengkareng diketahui bahwa total durasi proyek adalah selama kurang lebih 3 bulan atau 655 hari

46 (dengan asumsi 1 bulan = 22 hari kerja) dengan total biaya sebesar Rp 438.374 (dalam miliar) dengan detail sebagai berikut : Lokasi Tabel 4. 1 Detail Proyek Pembangunan Rusun Area Cengkareng Luas Lahan Status Lahan Jumlah Tower Jumlah Unit Tipe Hunian Cengkareng Jakarta Barat 4,1 Ha HPL Perumnas Total 18 Tower (6 Massa Bangunan) (Tahap I : 6 tower) 4.332 Unit (Tahap I : 1.134 Unit) Studio, 1 BR& 2BR Masa Proyek Februari 216 s/d September 218 Nilai Investasi Rp 438.374 (dalam miliar) Dari data tersebut akan dibuat dua bentuk penjadwalan proyek baru dengan metode CPM dan metode PERT. Dan karena proyek tersebut terjadi keterlambatan dalam penyelesaiannya maka dibuatlah suatu percepatan proyek dengan alternatif penambahan 1, 2 dan 3 jam waktu kerja. 1. Membuat Jaringan Kerja Dengan Metode CPM Sebelum membuat sebuah jaringan kerja, maka perlu diketahui terlebih dahulu ketergantungan setiap item pekerjaan pada proyek. Hal ini bertujuan untuk mengetahui pekerjaan mana yang harus dikerjakan terlebih dahulu sebelum pekerjaan lain dikerjakan, dan pekerjaan mana yang dapat dikerjakan secara bersamaan. Maka dari

47 data WBS proyek area Cengkareng yang telah didapat diketahui logika ketergantungan seperti pada tabel di bawah ini : Tabel 4. 2 Logika Ketergantungan Pelaksanaan Konsturksi & Pemeliharaan Proyek Area Cengkareng Aktivitas Penjelasan Pendahulu Langsung Durasi (hari) A Struktur Bawah - 48 B Struktur Atas A 233 C Arsitektur A 262 D Plumbing A 32 E Mekanikal & Elektrikal A 262 F Landscape B 18 G Masa Pemeliharaan C, D, E, F 128 Total 1343 Tabel 4. 3 Perhitungan Jalur Kritis Aktivitas ES EF LS LF SL Kritis (Ya/Tidak) A 48 48 Ya B 48 281 48 281 Ya C 48 31 127 389 79 Tidak D 48 35 87 389 39 Tidak E 48 31 127 389 79 Tidak F 281 389 281 389 Ya G 389 517 389 517 Ya Adapun bentuk jaringan kerja aktivitas normal yang dibuat dengan metode CPM adalah seperti gambar 4.2 dengan durasi sebanyak 517 hari dan jalur kritis berada pada kegiatan A-B-F-G. Karena proyek mengalami keterlambatan 11 hari, maka durasi penyelesaian proyek bertambah menjadi 627 hari dengan bentuk jaringan kerja seperti pada gambar 4.3 dibawah ini.

48 Mulai A 48 48 48 B 48 48 233 C 48 127 262 D 48 87 32 281 281 31 389 35 389 281 281 F 18 389 389 389 389 G 128 517 517 48 127 E 262 31 389 Gambar 4.2 Diagram Jaringan Kerja Dengan Metode CPM Kondisi Normal Mulai A 158 158 158 B 158 391 158 391 233 C 158 42 237 499 262 D 158 46 197 499 32 391 391 F 18 499 499 499 499 G 128 627 627 158 237 E 262 42 499 Gambar 4.3 Diagram Jaringan Kerja Dengan Metode CPM Kondisi Mengalami Keterlambatan

49 2. Membuat Jaringan Kerja Dengan Metode PERT Penjadwalan proyek dengan metode PERT, dimulai dengan mengestimasi waktu penyelesaian setiap item kegiatan proyek kedalam 3 jenis estimasi waktu yaitu waktu optimis (a), waktu yang paling mungkin (m), dan waktu pesimis (b). Dimana estimasi ini didapat dari hasil wawancara dengan responden yang memiliki pengalaman dalam pengerjaan proyek. Adapun hasil analisa keseluruhan proyek untuk estimasi durasi optimis (a), durasi paling memungkinkan (m) dan durasi pesimis (b) dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Aktivitas Tabel 4. 4 Estimasi Waktu Pada Metode PERT Penjelasan Durasi Optimis (a) Durasi Paling Mungkin (m) Durasi Pesimis (b) A Struktur Bawah 48 158 158 B Struktur Atas 2 233 25 C Arsitektur 23 262 278 D Plumbing 28 32 313 E Mekanikal & Elektrikal 23 262 278 F Landscape 8 18 122 G Masa Pemeliharaan 1 128 142 Setelah membuat estimasi waktu maka dicari nilai te (waktu yang diperkirakan) dengan menggunakan rumus : Dimana : te = waktu yang diperkirakan a = waktu optimis b = waktu pesimis m = waktu paling mungkin te = a + 4m + b 6

5 Maka didapat nilai te untuk masing-masing kegiatan dalam bentuk tabel sebagai berikut : Tabel 4. 5 Nilai Waktu Yang Diperkirakan (te) Aktivitas Penjelasan Waktu yang Diharapkan (te) = (a+4m+b)/6 A Struktur Bawah 139.67 14 B Struktur Atas 23.25 231 C Arsitektur 259.33 26 D Plumbing 3.17 31 E Mekanikal & Elektrikal 259.33 16 F Landscape 15.67 16 G Masa Pemeliharaan 125.67 126 Dari hasil analisa penjadwalan dengan metode PERT dengan nilai te sebagai durasi yang digunakan dalam perhitungan, maka diketahui penyelesaian proyek (TE) selama 63 hari dan diperoleh jalur kritis pada diagram jaringan kerja pada kegiatan A-B-F-G. Berdasarkan lintasan kritis yang telah didapat pada perhitungan, kemudian tentukan nilai deviasi standard dan varians pada proyek secara keseluruhan dengan menggunakan rumus : Nilai deviasi standar : Nilai varians : S = 1 (b a) 6 V (te) = S 2 Maka kedua variabel ini dapat dilihat dalam bentuk tabel sebagai berikut :

51 Tabel 4. 6 Nilai Standard Deviasi dan Varians Kegiatan pada Metode PERT a b Aktivitas Penjelasan S V(te) (hari) (hari) A Struktur Bawah 48 158 18.33 336.11 B Struktur Atas 2 249.5 8.25 68.6 F Landscape 8 122 7. 49. G Masa Pemeliharaan 1 142 7. 49. V(te) 52.17 Standard Deviasi 22.41 Dari tabel diatas dapat diketahui nilai total varians V(te) = 52.17 dan deviasi standar S = 22.41. Dari sifat kurva distribusi normal dimana 99,7% area berada dalam interval (TE-3S) dan (TE+3S) maka besar rentang 3S adalah 3 x 22.41 = 67.23. Maka kurun waktu penyelesaian proyek adalah 63 ± 67.23 hari. Perkiraan penyelesaian proyek paling cepat adalah 63-67.23 = 535.77 hari 536 hari. Dan perkiraan penyelesaian proyek paling lambat adalah 63 + 67.23 = 67.23 hari 671 hari. Jika dalam hal ini target yang ingin dicapai adalah waktu yang paling cepat, maka nilai T (d) = 536 hari. Kemungkinan atau ketidakpastian mencapai target jadwal pada metode PERT dinyatakan dengan z. z = T(d) TE S \ z = 536 63 22.41 z = 2.99

52 Dengan menggunakan tabel distribusi normal kumulatif dengan harga z = -2.99 maka diperoleh hasil.14. Jadi kemungkinan proyek untuk selesai dalam jangka waktu 536 hari hanya sekitar.14%. Untuk analisis selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 4. 7 Target dan Kemungkinan Penyelesaian Proyek No Target Penyelesaian Deviasi Distribusi Normal Probabilitas (hari) z Kumulatif (%) 1 536-2.99.14.14 2 546-2.54.55.55 3 556-2.1.179 1.79 4 566-1.65.495 4.95 5 576-1.2.1151 11.51 6 586 -.76.2236 22.36 7 596 -.31.3783 37.83 8 63..5 5. 9 613.45.6736 67.36 1 623.89.8133 81.33 11 633 1.34.999 9.99 12 643 1.78.9625 96.25 13 653 2.23.9871 98.71 14 663 2.68.9963 99.63 15 671 3.3.9988 99.88 Dari hasil analisis data diatas dapat diketahui bahwa : a. Kemungkinan proyek dapat diselesaikan dalam waktu 536 hari adalah.14%. b. Kemungkinan proyek dapat diselesaikan dalam waktu 63 hari adalah 5.%. c. Kemungkinan proyek dapat diselesaikan dalam waktu 671 hari adalah 99.88%.

53 3. Menghitung Percepatan Waktu dan Biaya Proyek Dalam percepatan proyek untuk alternatif penambahan jam kerja ini hanya berlaku pada kegiatan yang berada pada lintasan kritis karena kegiatan pada lintasan kritis adalah kegiatan yang tidak boleh tertunda. Adapun lintasan kritis yang didapat pada metode CPM dan PERT tersebut terletak pada kegiatan A-B-F-G. Hanya ke empat kegiatan yang berada pada lintasan kritis diatas yang dipercepat dengan alternatif penambahan 1, 2 dan 3 jam waktu kerja. Alternatif tersebut dipilih agar dapat terlihat perbandingan yang signifikan. Berikut merupakan perhitungan untuk mengetahui percepatan proyek : a. Aktivitas normal menggunakan waktu 8 jam kerja dan 1 jam istirahat (8. 17.) sedangkan kerja lembur dilaksanakan setelah waktu kerja normal mulai pukul (18. 19.) untuk penambahan 1 jam, (18. 2.) untuk penambahan 2 jam dan (18. 21.) untuk penambahan 3 jam. Alternatif Penambahan 1 Jam : Crash Duration = Durasi Normal x 8 Jam 8 Jam + 1 Jam Alternatif Penambahan 2 Jam : Crash Duration = Durasi Normal x 8 Jam 8 Jam + 2 Jam Alternatif Penambahan 3 Jam : Crash Duration = Durasi Normal x 8 Jam 8 Jam + 3 Jam Untuk hasil perhitungan dapat dilihat pada tabel 4. 8.

54 Tabel 4. 8 Hasil Percepatan Proyek dengan Penambahan Item Pekerjaaan 1, 2 dan 3 Jam Waktu Kerja Durasi Normal (hari) Crash Duration (hari) 1 Jam 2 Jam 3 Jam Struktur Bawah 158 158 158 158 Struktur Atas 233 27,11 28 186,4 187 169,45 17 Arsitektur 262 262 262 262 Plumbing 32 32 32 32 Mekanikal & Elektrikal 262 262 262 262 Landscape 18 96, 86,4 87 78,55 79 Masa Pemeliharaan 128 113,78 114 12,4 13 93,9 94 Durasi Proyek (Pada Jalur Kritis) 627 hari 576 hari 535 hari 51 hari b. Harga upah pekerja untuk kerja lembur diperhitungkan 1,5 kali upah sejam pada kerja normal, dan untuk jam berikutnya sebesar 2 kali upah sejam normal. Jumlah pekerja : 25 orang Ongkos pekerja per bulan : Rp 3.355.75, (UMP DKI Jakarta 217) Ongkos pekerja per hari : Rp 152.534,9 (1 bulan = 22 hari) Ongkos pekerja per jam : Rp 19.66,76 (1 hari = 8 jam)

55 Alternatif biaya lembur 1 Jam : (1,5 x Rp 19.66,76 ) = Rp 28.6,14 Crash cost pekerja per hari = (8 x normal cost per jam) + (biaya lembur 1 jam) = (8 x Rp 19.66,76) + (Rp 28.6,14) = Rp 152.534,9 + Rp 28.6,14 = Rp 181.134,23 Alternatif biaya lembur 2 Jam : (1,5 x Rp 19.66,76 ) + (2 x 1 x Rp 19.66,76) = Rp 66.733,66 Crash cost pekerja per hari = (8 x normal cost perjam) + (biaya lembur 3 jam) = (8 x Rp 19.66,76) + (Rp 66.733,66) = Rp 152.534,9 + Rp 66.733,66 = Rp 219.267,76 Alternatif biaya lembur 3 Jam : (1,5 x Rp 19.66,76 ) + (2 x 2 x Rp 19.66,76) = Rp 14.867,19 Crash cost pekerja per hari = (8 x normal cost per jam) + (biaya lembur 3 jam) = (8 x Rp 19.66,76) + (Rp 14.867,19) = Rp 152.534,9 + Rp 14.867,19 = Rp 257.41,28 Untuk hasil perhitungan keseluruhan dapat dilihat pada tabel 4. 9.

56 Tabel 4. 9 Perhitungan Biaya dengan Penambahan 1, 2 dan 3 Jam Kerja Aktivitas Biaya Kerja Normal Lembur 1 Jam Lembur 2 Jam Lembur 3 Jam A Rp 4.94.579.24,55 Rp 4.94.579.24,55 Rp 4.94.579.24,55 Rp 4.94.579.24,55 B Rp 7.285.79.852,27 Rp 7.723.563.693,18 Rp 8.45.629.414,6 Rp 8.97.434.552,56 C Rp 8.192.66.22,73 Rp 8.192.66.22,73 Rp 8.192.66.22,73 Rp 8.192.66.22,73 D Rp 9.443.385.568,18 Rp 9.443.385.568,18 Rp 9.443.385.568,18 Rp 9.443.385.568,18 E Rp 8.192.66.22,73 Rp 8.192.66.22,73 Rp 8.192.66.22,73 Rp 8.192.66.22,73 F Rp 3.377.14.772,73 Rp 3.564.721.74,55 Rp 3.91.64.422,59 Rp 4.168.613.73,84 G Rp 4.2.494.545,45 Rp 4.233.17.24,15 Rp 4.629.838.661,22 Rp 4.96.122.634,94 TOTAL Rp45.434.566.988,64 Rp46.29.569.24,6 Rp47.715.285.316,5 Rp48.868.347.79,52 Dari hasil analisa dan perhitungan maka diperoleh nilai cost slope untuk masingmasing penambahan jam kerja seperti terlihat pada tabel dibawah ini. No Keterangan Waktu Tabel 4. 1 Cost Slope Penambahan Jam Kerja Waktu Penyelesaian Proyek Crash Duration Cost Slope 1 Normal 627 hari Rp, 2 Penambahan 1 jam 576 hari 51 Rp 16.784.357,87 3 Penambahan 2 jam 535 hari 92 Rp 24.79.416,6 4 Penambahan 3 jam 51 hari 126 Rp 27.252.227,94 Maka dari hasil perhitungan dapat dilihat hubungan waktu biaya normal dan dipersingkat seperti pada gambar 4. 4.

57 Penambahan Biaya Lembur 1 Jam Aktivitas Biaya Rp49..., Rp48.5.., Rp48..., Rp47.5.., Rp47..., Rp46.5.., Rp46..., Rp45.5.., Rp45..., Crash (576 hari) Biaya : Rp 16.784.357,87 / hari Normal (627 hari) 5 52 54 56 58 6 62 64 Waktu (Hari) Penambahan Biaya Lembur 2 Jam Aktivitas Biaya Rp49..., Rp48.5.., Rp48..., Rp47.5.., Rp47..., Rp46.5.., Rp46..., Rp45.5.., Rp45..., Crash (535 hari) Biaya : Rp 24.79.416,6 / hari Normal (627 hari) 5 52 54 56 58 6 62 64 Waktu (Hari) Penambahan Biaya Lembur 3 Jam Aktivitas Biaya Rp49..., Rp48.5.., Rp48..., Rp47.5.., Rp47..., Rp46.5.., Rp46..., Rp45.5.., Rp45..., Crash (51 hari) Biaya : Rp 27.252.227,94 / hari Normal (627 hari) 5 52 54 56 58 6 62 64 Waktu (Hari) Gambar 4.4 Hubungan Waktu Biaya Normal dan Dipersingkat