BAB I PENDAHULUAN. satu-satunya lembaga pendidikan keagamaan Islam yang paling tua. 1 Pendidikan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Lia Nurul Azizah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. melestarikan dan mengalihkan serta mentransformasikan nilai-nilai kebudayaan dalam

2014 PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN AL-ISLAMIYYAH DESA MANDALAMUKTI KECAMATAN CIKALONGWETAN KABUPATEN BANDUNG BARAT

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan agama khususnya Pendidikan agama Islam sangat dibutuhkan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kepemimpinan Perempuan Pembawa Perubahan di Desa Boto Tahun ,

BAB 1 PENDAHULUAN. tradisional tertua di Indonesia. Pesantren adalah lembaga yang bisa dikatakan

2015 PERKEMBANGAN PENDIDIKAN PESANTREN CIPARI DESA SUKARASA KECAMATAN PANGATIKAN KABUPATEN GARUT TAHUN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. tempat untuk belajar dan mengajarkan ilmu agama Islam. Pesantren dalam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pemilihan lokasi penelitian adalah: (usaha perintis) oleh pemerintah. tersebut dipilih atas pertimbangan:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi tahun 1980an telah berdampak pada tumbuhnya

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan sebutan Kyai dan mempunyai asrama untuk tempat menginap

BAB I PENDAHULUAN. jasmaniah dan rohaniah berdasarkan nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar terhadap dunia pendidikan dan pembentukan sumber daya manusia

PERANAN YAYASAN PONDOK PESANTREN MIFTAHUL MIDAD DESA SUMBEREJO KECAMATAN SUKODONO KABUPATEN LUMAJANG

BAB I PENDAHULUAN. terbentuk pulalah masyarakat muslim. Dengan terbentuknya masyarakat muslim

BAB I PENDAHULUAN. Kenyataan menujukan bahwa kebudayan Indonesia telah tumbuh dan. generasi sebelumnya bahkan generasi yang akan datang.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini, penulis akan menguraikan metode penelitian yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan dibahas secara rinci mengenai metode penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Untuk memecahkan suatu masalah diperlukan suatu cara atau metode, di mana

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam bab ketiga akan memaparkan metode dan teknik penelitian yang digunakan dalam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. lembaga pendidikan. Secara historis pesantren adalah bentuk lembaga pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari kondisi sosial kultural masyarakat. Pendidikan memiliki tugas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam dunia pesantren ada beberapa hal yang menjadi kendala

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tubagus Arief Rachman Fauzi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Eksistensi budaya dalam kehidupan sosial masyarakat suatu bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Pesantren adalah lembaga pendidikan keagamaan yang. kekhasan tersendiri dan berbeda dengan lembaga pendidikan lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. Madura telah berjalan beberapa abad silam. Pada abad ke-16, perjalanan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. merupakan salah satu penelitian yang bertujuan untuk merekonstruksi kembali

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses Islamisasi kehidupan masyarakat. Pada proses perjalanan

BAB I PENDAHULUAN. harus berhadapan langsung dengan zaman modern. dilepas dari kehidupan manusia. Islam juga mewajibkan kepada manusia

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pesantren merupakan lembaga pendidikan tradisional Islam untuk memahami,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. sejarah adalah untuk membuat rekonstruksi masa lampau secara sistematis dan

2015 KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON

BAB I PENDAHULUAN. Muhammadiyah sebagai ormas keagamaan menyatakan tidak berpolitik

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mencapai tujuan pendidikan yang lebih optimal, berdaya guna,

BAB I PENDAHULUAN. 34, disebutkan pada ayat 1 bahwa Fakir miskin dan anak terlantar dipelihara

BAB I PENDAHULUAN. Islam menempatkan pendidikan pada kedudukan yang sangat penting.

I. PENDAHULUAN. pesantren terus tumbuh dan berkembang sejalan dengan perkembangan dunia

BAB III METODE PENELITIAN. Bab ini membahas lebih rinci metode penelitian yang digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. aspek, termasuk dalam struktur sosial, kultur, sistem pendidikan, dan tidak

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini peneliti mengambil judul Peranan Syaikh Ahmad

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan jangka panjang Indonesia mempunyai sasaran utama. terciptanya landasan yang kuat dari bangsa Indonesia untuk tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bab III Metodologi Penelitian merupakan bagian penguraian metode penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. lapangan (Fields Research) dengan menggunakan metode sejarah. Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini membahas secara rinci mengenai metode penelitian yang

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan masyarakat muslim di Indonesia. 1. pesantren; dalam hal ini kyai dibantu para ustadz yang mengajar kitab-kitab

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Kajian tentang Perkembangan Perusahaan Dodol Pusaka Terhadap. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Suci Kaler Kecamatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini penulis akan memaparkan tentang metodologi penelitian yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki akhlak yang sangat mulia. Lahir di kampung Ampel Maghfur, pada

BAB I PENDAHULUAN. lebih baik, mereka dapat mengenyam pendidikan sistem Barat.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Pengertian metode menurut Helius Sjamsuddin dalam bukunya yang

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan ekonomi masyarakat dalam bidang perikanan di Indonesia, telah

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia sebagai sebagai salah satu negara berkembang yang sedang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Burhan Nurgiyantoro, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum Sekolah, (Yogyakarta : BPFE, 1988), hlm. 1

lah sebagaimana ditinjau dengan berbagai konsep di atas dan juga agar mempe

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatkan mutu sumber daya manusia, mengejar

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian tradisional pada Masyarakat Banten memiliki berbagai

BAB I PENDAHULUAN. dikenal di Indonesia. Keberadaan pesantren sebagai wadah untuk. diperkirakan masuk sejalan dengan gelombang pertama dari proses

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Peran Kyai Ibrahim Tunggul Wulung Dalam Penyebaran Agama Kristen Di Desa

INTEGRASI SISTEM PENDIDIKAN MADRASAH DAN PESANTREN TRADISIONAL (STUDI KASUS PONDOK PESANTREN AL-ANWAR KECAMATAN SARANG KABUPATEN REMBANG)

BAB I PENDAHULUAN. program indoktrinasi wajib mengenai ideologi negara Pancasila bagi semua

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan dihampir semua bidang membuat masyarakatnya nyaman. Meskipun

BAB I PENDAHULUAN. Perjalanan Islam di Nusantara (Indonesia) erat kaitannya dengan

BAB I PENDAHULUAN. pembaharuan pemikiran Islam di Indonesia, kemudian pembaharuan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Munculnya usaha budidaya benih ikan di Kecamatan Bojongpicung tidak

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

DAFTAR PUSTAKA. Abdurrahman, Dudung. Metode Penulisan Sejarah. Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. sejarah yang merupakan salah satu jenis penelitian yang bertujuan untuk

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. 1 Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003, Bab I, Pasal 1 ayat 11.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kesatuan yang dibangun di atas keheterogenan

BAB I PENDAHULUAN. sempurna yang bertaqwa pada Allah SWT. Serta untuk mencapai kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. sehingga kebijaksanaan mengenai Pribumi (Inlandsch Politiek) sangat. besar artinya dalam menjamin kelestarian kekuasaan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB V PENUTUP. merupakan jawaban dari rumusan masalah sebagai berikut: 1. Historisitas Pendidikan Kaum Santri dan kiprah KH. Abdurrahan Wahid (Gus

BAB I PENDAHULUAN. Modernisasi merupakan fenomena budaya yang tidak dapat terhindarkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan pustaka merupakan suatu proses dalam membuat suatu kerangka

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Eksistensi pesantren di Indonesia secara umum dapat dipandang sebagai satu-satunya lembaga pendidikan keagamaan Islam yang paling tua. 1 Pendidikan ini semula merupakan pendidikan agama Islam yang dimulai sejak munculnya masyarakat Islam di Nusantara pada abad ke-13. Beberapa abad kemudian penyelenggaraan pendidikan ini semakin teratur dengan munculnya tempat-tempat pengajian. Bentuk ini kemudian berkembang dengan berdirinya tempat penginapan bagi para pelajar (santri), yang kemudian disebut dengan pesantren. Meskipun bentuknya masih sangat sederhana, pada waktu itu pendidikan pesantren merupakan satu-satunya lembaga pendidikan yang terstruktur, sehingga pendidikan ini dianggap sangat bergengsi. Di lembaga inilah kaum muslimin Indonesia mendalami doktrin dasar Islam, khususnya menyangkut dengan praktek kehidupan keagamaan. 2 Pesantren merupakan lembaga yang penting dalam penyebaran agama Islam. Dikatakan demikian karena kegiatan pembinaaan calon guru agama, Kiai, atau Ulama terjadi di lembaga pendidikan pesantren. Biasanya seorang santri setelah dari pesantren mereka akan kembali ke kampung halaman masingmasing, dan di tempat asalnya mereka menjadi tokoh agama seperti menjadi Kiai 1 Sartono Kartodirdjo et al, Sejarah Nasional Indonesia III, (Jakarta:Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1976), hlm. 124. 2 M. Sulthon Masyud dan Moh Kusnurdilo, Managemen Pondok Pesantren, (Jakarta:Diva Pustaka Jakarta, 2003). 1

2 ataupun Ulama. Dengan demikian pesantren beserta Kiai mempunyai peranan yang penting dalam proses pengembangan pendidikan masyarakat. 3 Dari peran serta perkembangan pesantren yang berada di Indonesia, pola perkembanganpun terjadi pada pesantren yang berada di wilayah Gedebage Kota Bandung, yaitu pada Pesantren Miftahul Falah. Pondok Pesantren Miftahul Falah didirikan pada tahun 1937. Sebelumnya pondok Pesantren Miftahul Falah berpola salafi (tradisional), yang kemudian berkembang dengan didirikannya Diniyah, Ibtidaiyah, Dan Tsanawiyah. Pondok Pesantren Miftahul Falah didirikan oleh K.H Ahmad Syafii yang bertujuan untuk mengembangkan pendidikan agama Islam bagi masyarakat Gedebage Rancabolang. Ketika pada tahun 1990 Pondok Pesantren Miftahul Falah mulai mendirikan sebuah yayasan yang dimana yayasan ini sebagai wadah bagi lembaga formal maupun non formal. 4 Ketika sebuah pondok pesantren harus mengambil sikap akankah tetap mempertahankan tradisinya, yang mungkin dapat menjaga nilai-nilai agama ataukah mengikuti perkembangan dengan resiko kehilangan asetnya. Tetapi, sebenarnya ada jalan ketiga, hanya saja menuntut kreativitas dan kemampuan rekayasa pendidikan yang tinggi melalui pengenalan aset-asetnya atau identitas 3 Sartono Kartodirjo (1984:223) menyatakan bahwa pesantren sebagai lembaga yang sudah sangat tua usianya tidak hanya mengajarkan pengetahuan dasar tentang Islam tetapi juga banyak memberikan latihan terhadap cara hidup dan cara berpikir. Ketaatan yang mutlak kepada Kiai, penerapan disiplin yang keras dalam kehidupan sehari-hari, dan persamaan serta persaudaraan di kalangan para santri merupakan hal-hal yang paling esensial yang banyak diperoleh dari kehidupan pesantren. Oleh karena itu selama berada dalam pendidikan pesantren tidak mengherankan banyak diperoleh perubahan-perubahan fundamental yang berkaitan dengan pembentukan struktur kepribadian. 4 Wawancara dengan Ustad Agus Ahmad Syakur, 31 tahun, cucu K.H Ahmad Syafii, oleh peneliti pada tanggal 30-05-2012.

3 terlebih dahulu, kemudian melakukan pengembangan secara modern. 5 Pola yang ketiga inilah yang kemudian ditempuh oleh Pondok Pesantren Miftahul Falah, sehingga pondok pesantren mulai diadaptasikan dengan pendidikan Islam yang disponsori oleh Departemen Agama melalui sekolah formal (madrasah). Pengembangan apapun yang dilakukan dan dijalani oleh pesantren tidak mengubah ciri pokoknya sebagai lembaga pendidikan dalam arti luas. Ciri inilah yang menjadikannya tetap dibutuhkan oleh masyarakat. Disebut dalam arti luas karena tidak semua pesantren menyelenggarakan madrasah, sekolah, dan kursus seperti yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan di luarnya. Pesantren Miftahul Falah merupakan pondok pesantren yang berkembang dari mulai lembaga, kurikulum, jumlah santri, sarana-prasarana dan yang menjadi kajian menarik adalah walaupun pendirian Pesantren Miftahul Falah sudah cukup lama, tetapi perkembangan Pesantren Miftahul Falah sebagai suatu pendidikan Islam dinilai berpengaruh dan tetap eksis sampai sekarang. Adapun alasan pertimbangan kurun waktu yang ditetapkan adalah pada tahun 1990-2012, dikarenakan pada tahun 1990 Pondok Pesantren Miftahul Falah mendirikan sebuah yayasan serta adanya pemberian pengesahan akta pendirian kepada Yayasan Miftahul Falah, adapun batasan waktunya yaitu sampai pada tahun 2012 dikarenakan tahun tersebut adalah tahun dimana Pondok Pesantren Miftahul Falah mengalami perkembangan yang cukup pesat dari sisi sarana prasarana serta telah adanya pendataan jumlah santri serta pada masa tahun 5 Nurcholish Madjid, Bilik-Bilik Pesantren Sebuah Potret Perjalanan, (Jakarta: Paramadina, 2007), hlm 7.

4 tersebut kepemimpinan pondok pesantren beralih kepada cucu K.H Ahmad Syafii yaitu H. Agus Ahmad Syakur. Berdasarkan dari latar belakang masalah tersebut, maka diadakan penelitian yang dituangkan dalam sebuah penelitian yang berjudul Perkembangan Pondok Pesantren Miftahul Falah di Gedebage Rancabolang Bandung pada Tahun 1990-2012.

5 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan dari uraian diatas, maka ditemukan masalah penelitian berupa suatu perkembangan pondok Pesantren Miftahul Falah di Gedebage pada tahun 1990 sampai dengan 2012. Untuk menjawab permasalahan tersebut dituangkan dalam sebuah pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana perkembangan Pondok Pesantren Miftahul Falah di Gedebage Rancabolang Bandung pada tahun 1990-2012? 2. Faktor-faktor apa yang mendorong terjadinya perkembangan di Pesantren Miftahul Falah pada tahun 1990-2012? 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini yaitu: 1. Untuk mengetahui perkembangan Pondok Pesantren Miftahul Falah di Gedebage Rancabolang Bandung pada tahun 1990-2012. 2. Untuk mengetahui faktor-faktor apa yang mendorong terjadinya perkembangan di Pesantren Miftahul Falah pada tahun 1990-2012.

6 1.4 Langkah-Langkah Penelitian Langkah-langkah penelitian yang dilakukan dalam metode sejarah itu terbagi atas empat tahapan kegiatan, yaitu tahapan heuristik, tahapan kritik atau analisis, tahapan interpretasi atau sintesis, dan tahapan historiografi. 6 Adapun penelitian sejarah ini dilakukan melalui beberapa tahapan sebagai berikut: 1.4.1 Heuristik Dalam tahapan heuristik, 7 langkah awal dalam kegiatan mencari sumbersumber data, untuk mendapatkan materi sejarah atau evidensi sejarah dalam penelitian ini, penulis berusaha mencari dan mengumpulkan sumber- sumber yang dianggap relevan dan kredibel. Penulis juga berusaha menemukan dimanakah sumber-sumber itu dapat diperoleh. Di dalam mencari dan menemukan sumber penelusuran ini dilakukan dengan mengunjungi observasi langsung kelapangan dengan mengunjungi Pesantren Miftahul Falah dengan cara mengadakan wawancara terhadap tokoh-tokoh yang dapat memberikan informasi sehingga penulis memperoleh gambaran mengenai objek yang diteliti. Adapun perpustakaan yang dikunjungi adalah perpustakaan Batu Api, perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati Bandung, perpustakaan Daerah (Pusda). Setelah sumber-sumber dihimpun langkah selanjutnya adalah mengklasifikasikan sumber yang diperoleh dalam kategori sumber tertulis, sumber 6 E. Kosim, Metode Sejarah Asas Dan Proses, (Bandung:UNPAD, 1984), hal 57. 7 Heuristik berasal dari kata Yunani heuriskein yang berarti menemukan. Menemukan di sini bukan hanya berarti menemukan, tetapi didahului oleh usaha mencari, dan setelah ditemukan kemudian menghimpunnya.

7 lisan dan sumber benda. Setelah mengklasifikasikan sumber tersebut selanjutnya menunjukan apakah sumber tergolong sumber primer atau sumber sekunder. Jika sumber tersebut tergolong sumber primer, apakah juga sumber itu sebagai sumber yang kuat atau sumber primer, yang kurang kuat atau sumber primer kontemporer, atau sumber sezaman. Secara keseluruhan sumber yang didapat merupakan salinan dari yang asli yang diberikan langsung oleh pihak Pondok Pesantren Miftahul Falah. Selain itu penulis pun melakukan dengan membandingkan antara sumber lisan dengan sumber tertulis dan dokumentasi yang di peroleh. Adapun data yang diperoleh yang dikategorikan sebagai sumber primer tulisan (sumber dokumen) yaitu: 1. Piagam Berdirinya Pesantren Miftahul Falah dengan nomor statistik 51.2.32.73.10.009 ditetapkan tanggal berdiri pada tahun 1937. 2. Surat Keputusan Kepala Kantor Departemen Agama Kota Bandung dalam persetujuan pendirian Pondok Pesantren Miftahul Falah dengan nomor 14/pp.008/1944/2001 ditetapkan pada tanggal 01 Juni 2001. 3. Piagam Izin Operasional Diniyah Takmiliyah Mifahul Falah dengan No. Kd.10.19/I/PP.00.8/3058/2009 ditetapkan tahun berdiri pada tahun 1943. 4. Surat Keputusan Kepala Kantor Departemen Agama Kota Bandung Tentang Persetujuan Izin Operasional Diniyah Takmiliyah Miftahul Falah dengan No. Kd.10.19/I/PP.00.8/3058/2009 ditetapkan pada tanggal 28 Mei 2009. 5. Piagam Pendirian Madrasah Tsanawiyah Miftahul Falah Swasta dengan nomor statistik 21.2.32.73.10.030 ditetapkan tanggal berdiri pada 1 Juni 1992.

8 Lampiran Surat Keputusan Kepala Kantor Wilayah Departemen Agama Propinsi Jawa Barat tentang pendirian Madrasah Swasta di lingkungan kantor wilayah Departemen Agama Propinsi Jawa Barat dengan nomor WI/1 PR.008/469/1993. 6. Piagam Jenjang Akreditasi Diakui Madrasah Tsanawiyah Miftahul Falah Swasta dengan nomor B/wi/MTS/355/1999. 7. Piagam Jenjang Akreditasi Disamakan Madrasah Tsanawiyah Miftahul Falah Swasta dengan nomor MI-14/MTS/2003. 8. Piagam Akreditasi Madrasah Tsanawiyah Miftahul Falah sebagai Madrasah Terakreditasi dengan peringkat B dengan nomor B/Kw.10.4/MTS/73/011/2006. 9. Sertifikat Akreditasi Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Falah sebagai Madrasah Terakreditasi dengan peringkat B dengan nomor 02.00/533/BAP-SM/XI/2010 ditetapkan pada tanggal 9 November 2010. 10. Instrument Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Falah (Indentitas, Lokasi, Personal Madrasah, Data Siswa, Data Keuangan, Data Sarana dan Prasarana, Data Kurikulum dan Kegiatan Belajar, Materi Pendidikan) 2009-2010. 11. Piagam Izin Operasional Ibtidaiyah Miftahul Falah dari Departemen Agama dengan nomor statistik Kd.10.19.4.PP.00.4/2883/2005. 12. Surat Keputusan Kepala Kantor Kementrian Agama Kota Bandung Tentang Perubahan Nomor Statistik Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Falah dengan nomor Kd.10.19/4/PP.00.4/3208/2010.

9 13. Piagam Nomor Statistik Madrasah (NSM) Ibtidaiyah Miftahul Falah dengan Nomor: 32-73/MI/0058.2010. 14. Berita Acara Pencabutan Serta Penghapusan NSM dan Izin Operasional MIS Miftahul Falah tahun 2011. 15. Akta Yayasan Miftahul Falah. 16. Dokumen Tanah (Sertifikat Wakaf) Yayasan Miftahul Falah. 17. Data Siswa Madrasah Tsanawiyah Miftahul Falah dari tahun 2009-2012. 18. Data Santri Pondok Pesantren Miftahul Falah 2011-2012. 19. Data Nama Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Pondok Pesantren Miftahul Falah 2011-2012. 20. Daftar Nama Pondok Pesantren Miftahul Falah Beserta Sarana Dan Prasarana Yang Dimilki 2011-2012. Adapun sumber benda yang berupa: 1. Foto K.H Ahmad Syafii, serta foto makam K.H Ahmad Syafii (sebagai pendiri yayasan Ponpes Miftahul Falah) 2. Foto makam orang tua K.H Ahmad Syafii. 3. Foto makam Ibu Hj. Siti Sa adah istri beliau. 4. Foto-foto yang berkaitan dengan lingkungan Pesantren Miftahul Falah. Adapun sumber lisan yang diperoleh dari hasil wawancara dengan pihak keluarga dan orang-orang yang menyaksikan langsung terhadap perkembangan pesantren, diantaranya:

10 1. Bapak Haji Aan, Laki-laki, Usia 69 tahun, Partner K.H Ahmad Zahid dalam mendirikan Tsanawiyah Miftahul Falah sekaligus pengajar di Pesantren Miftahul Falah, 27 November 2013. 2. Siti Hoeriyah, Perempuan, Usia 47 tahun, Kepala Sekolah Ibtidaiyah Miftahul Falah tahun 2012, 19 Desember 2013 3. Iis Mulyani, Perempuan, Usia 43 tahun, Pengajar di Diniyah Miftahul Falah, 08 Januari 2014. 4. Sirojuddin Abbas, Laki-laki, Usia 37 tahun, Pengajar di Pesantren Miftahul Falah, 25 November 2013. 5. Agus Ahmad Syakur, Laki-laki, Usia 31 tahun, Pemimpin Pesantren Miftahul Falah, 30 Mei, 13 November 2013. 6. Hafid Ahmad Syakur, Laki-laki, Usia 25 tahun, Kepala Sekolah Tsanawiyah Miftahul Falah tahun 2012, 19 November 2013. 7. Mahbub Junaedi, Laki-laki, Usia 36 tahun, Pengajar di Tsanawiyah Miftahul Falah, 07 Januari 2014. Sedangkan sumber sekunder yang cukup penting adalah buku-buku yang berhubungan dengan penelitian yaitu mengenai pesantren diantarannya: 1. Ulama dan Kekuasaan (Jajat Bahruddin), didalam buku ini menguak bagaimana ulama memiliki kiprah dalam hal kekuasaan, sehingga bisa dikatakan bahwa Kiai memiliki kiprah penting dalam sejarah umat Islam. 2. Pesantren dan Pembaharuan (Dawam Raharjo), didalam buku ini dibahas mengenai bahwa pondok pesantren merupakan suatu lembaga pendidikan yang telah ada dan mempunyai potensi paling ideal untuk dikembangkan

11 dengan sistem pendidikan komprehensif, guna menjawab tantangan masalah pembangunan pada dewasa ini. Sehingga buku ini dapat membantu mengenai konsep mengenai sistem pendidikan di pesantren. 3. Tradisi Pesantren: Studi Tentang Pandangan Hidup Kiai dan Visinya Mengenai Masa Depan Indonesia (Zamakhsyari Dhofier) didalam buku ini membahas elemen-elemen pesantren yang paling pokok yaitu: Pondok atau tempat tinggal para santri, masjid, kitab-kitab Islam klasik, para santri dan Kiainya. Sehingga buku ini dapat memberikan gambaran dan pengetahuan mengenai konsep-konsep pokok di dalam sebuah pesantren dan peranan mengenai Kiai dalam pesantren tersebut. 4. Bilik-Bilik Pesantren Sebuah Potret Perjalanan (Nurcholish Madjid) didalam buku ini membahas mengenai pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam tradisional sedang menghadapi dilematis, sehingga pesantren harus mengambil sikap akankah tetap mempertahankan tradisinya, yang mungkin dapat menjaga nilai-nilai agama ataukah mengikuti perkembangan dengan resiko kehilangan asetnya. Didalam buku ini diungkapkan bahwa dari pernyataan tersebut, adanya jalan ketiga hanya saja menuntut kreativitas dan kemampuan rekayasa pendidikan yang tinggi melalui pengenalan aset-asetnya atau identitas terlebih dahulu, kemudian melakukan pengembangan secara modern 5. Ideologi Pendidikan Pesantren; Pesantren Di Tengah Arus Ideologi-Ideologi Pendidikan. (Ahmad Muthobar, AR) didalam buku ini menjelaskan mengenai tentang tujuan pendidikan pesantren yang menentukan ke arah mana pesantren

12 tetap dapat relevan dan memperkuat akar akar sosialnya di masyarakat menjadi hal yang harus diperhatikan oleh pesantren dalam proses modernisasi. Didalam buku ini menyatakan bahwa hal tersebut penting karena tujuan tersebut berasal dari pandangan hidup yang secara kontekstual berkembang sesuai dengan realitas sosial. 1.4.2 Kritik Pada tahapan ini bertujuan agar sejarawan tidak menerima begitu saja terhadap yang tertulis dalam sumber-sumber tersebut serta agar proses penyeleksian dan menguji data - data yang telah ditemukan baik secara intern maupun ekstern. Dalam melakukan kritik ekstern upaya yang dilakukan adalah dengan menguji sampai sejauh mana tingkat otentitas sumber? 8 Yang harus diteliti dalam tahapan kritik ini yaitu apakah sumber itu apakah sumber itu palsu atau tidak? Salah satunya dalam melihat sumber dokumen yang berupa: 1. Piagam Berdirinya Pesantren Miftahul Falah dengan nomor statistik 51.2.32.73.10.009 ditetapkan tanggal berdiri pada tahun 1937. 2. Surat Keputusan Kepala Kantor Departemen Agama Kota Bandung dalam persetujuan pendirian Pondok Pesantren Miftahul Falah dengan nomor 14/pp.008/1944/2001 ditetapkan pada tanggal 01 Juni 2001. 8 Helius Syamsudin (2007: 134) sebuah sumber sejarah adalah otentik atau asli jika itu benar-benar adalah produk dari orang yang dianggap sebagai pemiliknya, atau dari periode yang dipercayai sebagai masanya jika tidak mungkin menandai pengarangnya, atau jika itu yang dimaksudkan oleh pengarangnya.

13 3. Piagam Izin Operasional Diniyah Takmiliyah Mifahul Falah dengan No. Kd.10.19/I/PP.00.8/3058/2009 ditetapkan tahun berdiri pada tahun 1943. 4. Surat Keputusan Kepala Kantor Departemen Agama Kota Bandung Tentang Persetujuan Izin Operasional Diniyah Takmiliyah Miftahul Falah dengan No. Kd.10.19/I/PP.00.8/3058/2009 ditetapkan pada tanggal 28 Mei 2009. 5. Piagam Pendirian Madrasah Tsanawiyah Miftahul Falah Swasta dengan nomor statistik 21.2.32.73.10.030 ditetapkan tanggal berdiri pada 1 Juni 1992. Lampiran Surat Keputusan Kepala Kantor Wilayah Departemen Agama Propinsi Jawa Barat tentang pendirian Madrasah Swasta di lingkungan kantor wilayah Departemen Agama Propinsi Jawa Barat dengan nomor WI/1 PR.008/469/1993. 6. Piagam Jenjang Akreditasi Diakui Madrasah Tsanawiyah Miftahul Falah Swasta dengan nomor B/wi/MTS/355/1999. 7. Piagam Jenjang Akreditasi Disamakan Madrasah Tsanawiyah Miftahul Falah Swasta dengan nomor MI-14/MTS/2003. 8. Piagam Akreditasi Madrasah Tsanawiyah Miftahul Falah sebagai Madrasah Terakreditasi dengan peringkat B dengan nomor B/Kw.10.4/MTS/73/011/2006. 9. Sertifikat Akreditasi Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Falah sebagai Madrasah Terakreditasi dengan peringkat B dengan nomor 02.00/533/BAP-SM/XI/2010 ditetapkan pada tanggal 9 November 2010.

14 10. Instrument Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Falah (Indentitas, Lokasi, Personal Madrasah, Data Siswa, Data Keuangan, Data Sarana dan Prasarana, Data Kurikulum dan Kegiatan Belajar, Materi Pendidikan) 2009-2010. 11. Piagam Izin Operasional Ibtidaiyah Miftahul Falah dari Departemen Agama dengan nomor statistik Kd.10.19.4.PP.00.4/2883/2005. 12. Surat Keputusan Kepala Kantor Kementrian Agama Kota Bandung Tentang Perubahan Nomor Statistik Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Falah dengan nomor Kd.10.19/4/PP.00.4/3208/2010. 13. Piagam Nomor Statistik Madrasah (NSM) Ibtidaiyah Miftahul Falah dengan Nomor: 32-73/MI/0058.2010. 14. Berita Acara Pencabutan Serta Penghapusan NSM dan Izin Operasional MIS Miftahul Falah tahun 2011. 15. Akta Yayasan Miftahul Falah. 16. Dokumen Tanah (Sertifikat Wakaf) Yayasan Miftahul Falah. 17. Data Siswa Madrasah Tsanawiyah Miftahul Falah dari tahun 2009-2012. 18. Data Santri Pondok Pesantren Miftahul Falah 2011-2012. 19. Data Nama Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Pondok Pesantren Miftahul Falah 2011-2012. 20. Daftar Nama Pondok Pesantren Miftahul Falah Beserta Sarana Dan Prasarana Yang Dimilki 2011-2012. Data sumber primer tersebut dalam tahapan kritik yaitu diteliti dengan cara tanggal dokumen itu ditulis ataupun dikeluarkan, bahan atau materi sumber dan

15 identifikasi terhadap tulisan tangan, tanda tangan, materai, jenis hurup ataupun watermerk-nya. Selain itu dalam kritik ekstern jika diterapkan terhadap sumber lisan yaitu bertugas menetapkan otentitas sumber itu dalam hal berarti bahwa ia adalah pelaku atau saksi, serta dengan mengetahui keadaan fisik narasumber yang akan diwawancarai, dengan memperhatikan kesediaan narasumber dalam mengemukakan informasi yang akan penulis teliti, dimana tempat tinggal mereka, dan berapa usia narasumber tersebut. Kemudian setelah melakukan tahapan kritik ekstern langkah selanjutnya adalah tahapan kritik intern. Kritik intern dilakukan untuk menjawab pertanyaan apakah kesaksian yang diberikan oleh narasumber itu kredibel atau dapat dipercaya? Salah satunya penulis mengadakan penilaian intrinsik (hakiki) tehadap sumber. Penulis pun berusaha untuk mengkritik para narasumber dalam berbagai perkataan-perkataan dari sumber ke sumber lain. Dalam tahapan ini penulis berusaha semaksimal mungkin dalam mengkritik intern maupun ekstern terhadap sumber-sumber lisan ataupun sumber dokumen yang didapat. 1.4.3 Interpretasi Setelah kita melakukan tahapan kritik, tahapan selanjutnya adalah interpretasi. 9 Telah dikemukakan bahwa dengan kritik dapat mengumpulkan data yang kemudian dari data dapat menyusun sebuah fakta. Dengan tahapan 9 Interpretasi merupakan suatu tahapan atau kegiatan menafsirkan fakta-fakta serta menerapkan makna dan saling berhubungan dari fakta-fakta yang diperoleh atau dengan perkataan lain berdasarkan informasi, yang diberikan oleh jejak-jejak itu, penulis berusaha membayangkan bagaimana rasanya masa lampau.

16 interpretasi fakta-fakta tersebut dirangkai menjadi suatu keseluruhan yang harmonis dan masuk akal. Dalam penelitian ini, pola yang digunakan adalah menggunakan pola deskripsi-analisis yaitu suatu pola yang digunakan untuk menggambarkan atau menjelaskan suatu objek yang akan dibahas, kemudian setelah objek itu digambarkan atau dijelaskan baru menganalisis hasil penjelasan-penjelasan dari objek tersebut. Perkembangan yang terjadi di Pesantren Miftahul Falah adalah perkembangan yang terjadi pada bidang pendidikan Islam yang dilakukan melalui pengembangan pendidikan madrasah. Sebenarnya pendidikan madrasah adalah pendidikan Islam yang diselenggarakan di lembaga-lembaga model Barat yang mempergunakan metode pengajaran klasikal dan berusaha menanamkan Islam sebagai landasan hidup ke dalam diri para siswa. Adapun sistem pembelajaran yang dilakukan Pondok Pesantren Miftahul Falah ialah memberikan beberapa jenjangan untuk pembelajaran Al-Quran. Selain itu yang menjadikan Pondok Pesantren Miftahul Falah terus mengalami perkembangan dari lembaga, sarana-prasana dan kurikulum itu karena adanya faktor pengaruh dari sang pendiri K.H Ahmad Syafii dalam mempertahankan eksistensi pesantren salah satunya dengan kontinuitas kepemimpinan pesantren dilakukan dengan menjadikan anaknya atau dengan mengangkat menantunya sebagai pelanjut estafeta kepemimpinan sebelumnya. Tipe otoritas yang ditemukan pada institusi pesantren seperti ini memang di satu sisi membawa implikasi bahwa keberlangsungan pesantren tetap terjaga

17 dalam waktu yang lama sehingga dapat terus berperan sebagai pusat pendidikan dan dakwah Islam seperti yang dapat diamati dalam paparan mengenai Pesantren Miftahul Falah. Pondok Pesantren Miftahul Falah tersebut, tiada henti-hentinya berupaya untuk mengembangkannya menjadi lebih maju, yaitu dengan mendirikan sebuah lembaga formal seperti madrasah Diniyah, Ibtidaiyah dan Tsanawiyah. Dengan adanya Pondok Pesantren Miftahul Falah ini memberikan pengaruh yang terjadi pada masyarakat yaitu selalu adanya kegiatan-kegiatan keagamaan diwilayah sekitarnya. 1.4.4 Historiografi Dalam tahapan historiografi ini, hasil penafsiran atas fakta-fakta itu kita tuliskan menjadi suatu kisah sejarah yang selaras. Dalam tahapan ini penulis harus mampu menguraikan pikiran, gagasan, konsep, serta fakta-fakta yang menyokong pikirannya itu secara jelas dalam kalimat-kalimat yang efektif karena pada akhirnya harus menghasilkan suatu sintesis dari seluruh hasil penelitian atau penemuannya itu dalam suatu penulisan utuh. Dengan demikian historiografi adalah tahapan lanjutan dari interpretasi yang kemudian hasilnya dituliskan yang berisikan fakta-fakta yang dituliskan menjadi suatu kisah sejarah yang selaras. Dalam menuliskan kisah ini sebaiknya mempergunakan bahasa yang baik dan benar, lugas serta efektif. Masalah bahasa sejarah tidaklah amat berbeda dengan masalah bahasa di dalam bidang-bidang lain yang mempergunakan bahasa. Jadi bahasa sejarah yang

18 baik adalah bahasa prosa liteter modern. Dengan demikian tahapan yang diatas telah disusun dengan sebaiknya melihat tahapan-tahapan tersebut tidaklah mengherankan apabila dikatakan bahwa kerja seorang sejarawan dapat menghasilkan sebuah hasil karya ilmiah yang bernilai historis yang didukung dengan bukti-bukti fakta. Adapun sistematika penulisan yang dipergunakan dalam penelitian ini terdiri dari IV BAB. BAB I berisikan PENDAHULUAN meliputi Latar Belakang Masalah, Tujuan Penelitian, dan Langkah-langkah Penelitian. Pada bab ini berisikan alasan-alasan dalam mengangkat judul kajian yang diteliti dan memaparkan bagaimana berupaya dalam mengumpulkan data-data yang dimana data tersebut di kritik agar bisa menjadi sebuah fakta. BAB II berisikan KAJIAN TEORITIS TENTANG PESANTREN meliputi Pengertian Pesantren, Elemen Pesantren, Tipe Pesantren. Dimana pada bab ini berisikan penjelasan mengenai pesantren dari berbagai pendapat serta mengetahui apa saja elemen yang terdapat di pesantren seperti Kiai, Santri dan lain sebagainya, serta pada bab ini agar kita mengetahui bagaimana tipe pesantren yaitu tipe Tradisional, Modern, Komprehensif. BAB III PERKEMBANGAN PESANTREN MIFTAHUL FALAH TAHUN 1990-2012. Pada bab ini berisikan mengenai bagaimana latar belakang berdirinya Pesantren Miftahul Falah dan sampai terjadi proses perkembangan. Dan yang terakhir adalah BAB IV PENUTUP. Pada bab ini terdiri dari kesimpulan dan saran. Kesimpulan berisikan intisari jawaban yang dikaji sesuai dengan rumusan permasalahan. Sedangkan saran berisikan mengenai rekomendasi yang ditujukan kepada para pembaca umumnya dan kepada

19 pengurus intern pesantren khususnya agar lebih maju dan terus berkembang menjadi lebih baik.