BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini ada empat, yaitu tuturan,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. situasi tutur. Hal ini sejalan dengan pendapat Yule (2006: 82) yang. menyatakan bahwa tindak tutur adalah tindakan-tindakan yang

BAB II KERANGKA TEORI. ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi

BAB 2 TINDAK TUTUR DAN SLOGAN IKLAN. Pandangan Austin (Cummings, 2007:8) tentang bahasa telah menimbulkan

TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA INTERAKSI PEMBELAJARAN GURU DAN SISWA KELAS 1 SD TAHUN AJARAN 2011/2012

BAB I PENDAHULUAN. gejala individual yang bersifat psikologis dan keberlangsungan ditentukan oleh

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Dalam penulisan proposal skripsi ini peneliti mengumpulkan data-data dari

BAB I PENDAHULUAN. interaksi antarpesona dan memelihara hubungan sosial. Tujuan percakapan bukan

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Tindak tutur adalah bagian dari pragmatik yang digagasi oleh Austin

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar

Realisasi Tuturan dalam Wacana Pembuka Proses Belajar- Mengajar di Kalangan Guru Bahasa Indonesia yang Berlatar Belakang Budaya Jawa

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan manusia, karena melalui bahasa manusia dapat saling berhubungan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan dan kegiatan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. bersosialisasi mereka membentuk sebuah komunikasi yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya kepentingan untuk menjalin hubungan interaksi sosial.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa berfungsi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Tindak tutur dapat dikatakan sebagai suatu tuturan saat seseorang

REALISASI TINDAK TUTUR DIREKTIF MEMINTA DALAM INTERAKSI ANAK GURU DI TK PERTIWI 4 SIDOHARJO NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Suku Batak terdiri dari lima bagian yaitu; Batak Toba, Batak Karo, Batak Simalungun,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam kehidupannya memerlukan komunikasi untuk dapat

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah pemikiran rancangan suatu karya dasar yang ada diluar bahasa

BAB I PENDAHULUAN. berupasistemlambangbunyiujaranyang kompleks dan aktif. Kompleks,

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. dalam penelitian ini. Hasil penelitian yang memiliki kaitan dengan penelitian ini,

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dibedakan menjadi dua sarana,

BAB II LANDASAN TEORI. dengan judul Tindak Tutur Direktif Guru dalam Komunikasi Proses Belajar

TINDAK TUTUR PADA UNGKAPAN BAK TRUK DI SEPANJANG JALAN RINGROAD SOLO-SRAGEN TINJAUAN: PRAGMATIK NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Cara pengungkapan maksud dan tujuan berbeda-beda dalam peristiwa

TUTUR PUJIAN GURU DALAM INTERAKSI PEMBELAJARAN DI KELAS

BAB I PENDAHULUAN. Batak Toba mempunyai bahasa Batak Toba sebagai lambang identitas dan

BAB I PENDAHULUAN. pertimbangan akal budi, tidak berdasarkan insting. dan sopan-santun non verbal. Sopan-santun verbal adalah sopan santun

BAB I PENDAHULUAN. lain, alat yang digunakan berkomunikasi tersebut adalah bahasa. Chaer

TINDAK TUTUR GURU DAN SISWA SMP PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DAN IMPLIKASINYA

Pelaksanaan Tindak Ujaran. Dwiyanti Nandang ( ) Meita Winda Lestari ( ) Pamela Yunita Sari ( ) Riza Indah Rosnita ( )

BAB I PENDAHULUAN. Media massa tidak hanya memberikan informasi kepada pembaca, gagasan, baik pada redaksi maupun masyarakat umum. Penyampaian gagasan

BAB I PENDAHULUAN. pokok di dalam pragmatik. Tindak tutur merupakan dasar bagi analisis topik-topik

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi bersifat arbitrer yang dipergunakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pragmatik pertama kali diperkenalkan oleh seorang filsuf yang bernama

BAB I PENDAHULUAN. tindakan dalam tuturannya (Chaer dan Leoni. 1995:65).

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Istilah dan teori tentang tindak tutur mula-mula diperkenalkan oleh J. L.

BAB I PENDAHULUAN. kalimat. Objek dalam sebuah kalimat adalah tuturan. Suatu tuturan dapat dilihat

BAB I PENDAHULUAN. Film adalah media komunikasi yang bersifat audio visual untuk

III. METODE PENELITIAN. mengandung implikatur dalam kegiatan belajar mengajar Bahasa Indonesia di

BAB I PENDAHULUAN. karena bahasa merupakan sistem suara, kata-kata serta pola yang digunakan oleh

KEKUASAAN DALAM BAHASA (ANALISIS PERCAKAPAN MELALUI KLASIFIKASI TINDAK TUTUR)

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Penelitian ini membahas strategi komunikasi guru BK (konselor) dalam

TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA FILM MIMPI SEJUTA DOLAR KARYA ALBERTHIENE ENDAH. Suci Muliana Universitas Sebelas Maret (UNS)

BAB I PENDAHULUAN. misalnya di rumah, di jalan, di sekolah, maupundi tempat lainnya.

II. LANDASAN TEORI. Implikatur percakapan, lazim disebut implikatur, adalah implikasi pragmatis yang

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dapat dilakukan oleh manusia melalui bahasa. Chaer (2010:14)

BAB I PENDAHULUAN. Levinson (1987: 60) disebut dengan FTA (Face Threatening Act). Menurut Yule

BAB 2 PRAGMATIK DAN PROGRAM TV BERSAMA ROSSY. Para pakar pragmatik mendefinisikan istilah ini secara berbeda-beda. Yule

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. (Alwi, dkk. 203:588). Sesuai dengan topik dalam tulisan ini digunakan beberapa

BAB 5. KESIMPULAN dan SARAN. pemakaiannya. Bahasa juga kerap dijadikan media dalam mengungkapkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peristiwa tutur merupakan gejala sosial, sedangkan tindak tutur

BAB III METODE PENELITIAN. Bagian ini menjelaskan langkah-langkah yang berkaitan dengan jenis

BAB I PENDAHULUAN. Wacana merupakan komunikasi pikiran dengan kata-kata, ekspresi dengan

TINDAK TUTUR GURU DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI KELAS XII SMK NEGERI 1 NARMADA. Munawir Guru SMK Negeri 1 Narmada

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA PADA PERCAKAPAN SISWA KELAS IX SMP NEGERI 3 GEYER

TINDAK TUTUR DALAM PROSES BELAJAR-MENGAJAR PADA TAMAN KANAK-KANAK DHARMA WANITA KELURAHAN WAPUNTO KECAMATAN DURUKA KABUPATEN MUNA (KAJIAN PRAGMATIK)

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa,

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan hasil penelitian sebagai

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung. Penggunaan bahasa

ANALISIS TINDAK TUTUR PEDAGANG DI STASIUN BALAPAN SOLO NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan digunakan dalam

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAAN PUSTAKA. bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (Alwi,

BAB II KAJIAN TEORI. keakuratan data. Teori-teori tersebut adalah teori pragmatik, aspek-aspek situasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap manusia berkomunikasi menggunakan bahasa. Bahasa yang digunakan

IMPLIKATUR PERCAKAPAN DALAM PEMBELAJARAN OLAHRAGA PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2 BANDAR LAMPUNG

BAB I PENDAHULUAN. Menurut pendapat Austin (1962) yang kemudian dikembangkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. dengan usia pada tiap-tiap tingkatnya. Siswa usia TK diajarkan mengenal

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. (Austin dalam buku yang berjudul How to Do Things with Words) Pertama kali

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Adat istiadat merupakan suatu hal yang sangat melekat dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. mengekspresikan tulisanya baik lisan maupun tulisan dengan memanfaatkan

TINDAK TUTUR DALAM DIALOG DRAMA KISAH CINTA 40 MENIT KARYA DIDI ARSANDI

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain. Mereka saling berinteraksi dengan orang di sekitarnya maupun

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, harapan, pesan-pesan, dan sebagainya. Bahasa adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk dapat berkomunikasi dan

TINDAK TUTUR GURU DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA. Lili Hasmi Dosen STKIP Abdi Pendidukan Payakumbuh

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. beberapa konsep dasar yang dijadikan sebagai acuan yaitu:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi berfungsi sebagai hubungan antara seseorang dengan orang lain untuk mengetahui hal yang terjadi.

TINDAK TUTUR REMAJA KOMPLEK PERUMAHAN UNAND. Sucy Kurnia Wati

II. LANDASAN TEORI. bahasa dari aspek pemakaian aktualnya. Adapun hal-hal yang akan dibahas

BAB I PENDAHULUAN. yaitu bahasa tulis dan bahasa lisan. Bahasa lisan dan bahasa tulis salah satu

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang

BAB I PENDAHULUAN. bahasa tulis salah satu fungsinya adalah untuk berkomunikasi. Bahasa tulis dapat

BAB I PENDAHULUAN. gagasan serta apa yang ada dalam pikirannya. Agar komunikasi dapat berlangsung

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. proses, atau apapun yang ada diluar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk

TINDAK TUTUR DAN KESANTUNAN BERBAHASA DI KANTIN INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran di sekolah menengah atas, pelajaran sains dianggap

BAB I PENDAHULUAN. pembeda antara sub-etnis di atas adalah bahasa dan letak geografis.

BAB I PENDAHULUAN. bahasa disebut sebagai alat komunikasi terpenting manusia. yang harus ada dalam proses komunikasi, yaitu: (1) pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. selalu terlibat dalam komunikasi bahasa, baik dia bertindak sebagai. sebuah tuturan dengan maksud yang berbeda-beda pula.

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa menjadi bagian penting dalam peristiwa komunikasi. Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. dengan kegiatan yang menjadi konteks dan tempat tuturan itu tejadi.

REALISASI TINDAK TUTUR REPRESENTATIF DAN DIREKTIF GURU DAN ANAK DIDIK DI TK 02 JATIWARNO, KECAMATAN JATIPURO, KABUPATEN KARANGANNYAR NASKAH PUBLIKASI

Transkripsi:

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep yang digunakan dalam penelitian ini ada empat, yaitu tuturan, perkawinan, tindak tutur, dan konteks situasi. Keempat konsep ini perlu dibatasi untuk menghindari salah tafsir bagi pembaca. Yang dimaksud dengan tuturan atau lebih sering disebut peristiwa tutur adalah terjadinya atau berlangsungnya interaksi linguistik dalam satu bentuk ujaran atau lebih yang melibatkan penutur dan petutur dengan satu pokok tuturan di dalam waktu, tempat, dan situasi tertentu (Kridalaksana, 1984:200; Leech, 1993:20; Chaer, 1995:47). Dalam usaha untuk mengungkapkan diri mereka, orang-orang tidak hanya menghasilkan tuturan yang mengandung kata-kata dan struktur-struktur gramatikal, tetapi mereka juga memperlihatkan tindakantindakan melalui tuturan itu. Perkawinan merupakan saat peralihan dari tingkat hidup remaja ke tingkat hidup berkeluarga (Koentjaraningrat, 1985:90). Perkawinan termasuk masa peralihan hidup yang terpenting dari semua manusia di seluruh dunia. Hampir semua kelompok etnis mengakuinya dengan berpedoman kepada nilai, aturan, dan kegiatan yang berhubungan dengan tahap tersebut. Pada beberapa etnis, masa ini ditandai dengan berbagai jenis upacara dengan tujuan mematangkan kepribadian si individu. Pelaksanaan upacara tersebut juga dimaksudkan untuk mengabarkan kepada masyarakat daerah bersangkutan tentang perkawinan kedua belah pihak tersebut.

Tindak tutur (speech acts) merupakan gejala individual, bersifat psikologis, dan keberlangsungannya ditentukan oleh kemampuan bahasa si penutur dalam menghadapi situasi tertentu (Chaer dan Leonie Agustina, 1995:50). Kalau dalam peristiwa tutur lebih dilihat pada tujuan peristiwanya, tetapi dalam tindak tutur lebih dilihat pada makna atau arti tindakan dalam tuturannya. Konteks situasi merupakan lingkungan nonlinguistis ujaran yang merupakan alat untuk memperinci ciri-ciri situasi yang diperlukan untuk memahami makna ujaran (Kridalaksana, 1984: 109). Di dalam pragmatik konteks itu pada hakikatnya adalah semua latar belakang pengetahuan yang dipahamai bersama oleh penutur dan lawan tutur. Wijana (1995:11) menyatakan bahwa konteks tuturan adalah konteks dalam semua aspek fisik atau seting sosial yang relevan dari tuturan bersangkutan. 2.2 Landasan Teori Penelitian ini menggunakan teori tindak tutur, yang diyakini mampu menjelaskan fenomena yang terdapat pada tuturan upacara perkawinan masyarakat Tapanuli Selatan. Jenis tindak tutur menyangkut tindak tutur langsung, tindak tutur tidak langsung, tindak tutur literal, dan tindak tutur tidak literal (Wijana 1996). Secara ringkas pandangan Wijana dikemukakan sebagai berikut:

1. Tindak Tutur Langsung Sebuah kalimat menghasilkan tindak tutur langsung apabila kalimat tersebut memiliki kesesuaian dengan modus kalimatnya, seperti modus deklaratif, modus interogatif, dan modus imperatif. Dapat dilihat dalam contoh berikut. (6) Pak Ali memiliki tiga ekor kerbau. (7) Di manakah letak pulau Bali? (8) Ambilkan baju saya! Tindak tutur (6) sampai (8) merupakan tindak tutur langsung. Tuturan (6) bermodus deklaratif untuk memberitakan bahwa ada tiga ekor kerbau. Tuturan (7) bermodus interogatif untuk menanyakan letak pulau Bali. Tuturan (8) bermodus imperatif untuk memerintah seseorang mengambilkan baju. 2. Tindak Tutur Tidak Langsung Tindak tutur tidak langsung terbentuk apabila penutur menyampaikan sebuah kalimat perintah dengan menggunakan kalimat berita atau kalimat tanya agar orang yang diperintah merasa dirinya tidak diperintah, seperti pada tuturan berikut ini. (9) Ada makanan di lemari. (10) Di mana sapunya? Tuturan (9) apabila diucapkan kepada seorang teman yang membutuhkan makanan, dimaksudkan untuk memerintah petutur mengambil makanan di lemari, bukan sekadar menginformasikan bahwa ada makanan di dalam lemari tersebut. Begitu pula, tuturan (10) apabila diutarakan oleh seorang ibu kepada anaknya,

tidak berfungsi menanyakan letak sapu, tetapi secara tidak langsung menyuruh anaknya untuk mengambil sapu tersebut. 3. Tindak Tutur Literal Tindak tutur literal adalah tindak tutur yang maksudnya sama dengan muatan leksikal kata-kata yang menyusunnya (Wijana, 1996:32). Terlihat dalam contoh berikut. (11) Penyanyi itu suaranya bagus. (12) Radionya keraskan! Aku ingin mencatat lagu itu. Jika tuturan (11) diutarakan untuk memuji kemerduan suara penyanyi yang dibicarakan, tuturan itu merupakan tindak tutur literal. Demikian pula, tuturan (12) tergolong tindak tutur literal sebabb penutur menginginkan petutur untuk mengeraskan radio agar lebih mudah mencatat lagu yang didengarnya. 4. Tindak Tutur Tidak Literal Tindak tutur tidak literal adalah tindak tutur yang maksudnya tidak sama atau berlawanan dengan muatan leksikal kata-kata yang menyusunnya (Wijana, 1996:32). Misalnya, (13) Suaramu bagus, (tapi tak usah nyanyi saja). (14) Radionya kurang keras. Tolong keraskan lagi. Aku mau belajar. Tuturan (13) menyarankan petutur tidak usah bernyanyi karena suaranya tidak bagus. Pada (14) penutur menginginkan petutur mematikan radionya, yang berlawanan dengan makna leksikalnya.

Fungsi tindak tutur pada upacara perkawinan masyarakat Tapanuli Selatan digunakan acuan pada (Searle dalam Yule, 2006). Ada lima fungsi tindak tutur yang dijelaskan sebagai berikut: 1) Deklaratif Deklaratif merupakan jenis tindak tutur yang mengubah dunia melalui tuturan, menghubungkan isi tuturan dengan kenyataan; misalnya, berpasrah, memecat, membaptis, memberi nama, mengangkat, mengucilkan, dan menghukum, seperti pada contoh berikut. (15) Pendeta: Sekarang saya menyebut Anda berdua suami-istri. (16) Hakim: Kami nyatakan terdakwa bersalah. 2) Representatif Representatif merupakan jenis tindak tutur yang menyatakan apa yang diyakini penutur kasus atau bukan. Pernyataan suatu fakta, penegasan, kesimpulan, dan pendeskripsian merupakan contoh dunia sebagai sesuatu yang diyakini oleh penutur yang menggambarkannya. Pada waktu menggunakan sebuah representatif, penutur mencocokkan kata-kata dengan dunia (kepercayaannya). Hal ini terlihat pada contoh berikut. (17) Bumi itu datar. (18) Chomsky tidak menulis tentang kacang. (19) Suatu hari yang cerah yang hangat. 3) Ekspresif

Ekspresif merupakan jenis tindak tutur yang menyatakan sesuatu yang dirasakan oleh penutur. Tindak tutur itu mencerminkan pernyataanpernyataan psikologis dan dapat berupa pernyataan kegembiraan, kesulitan, kesukaan, kebencian, kesenangan, atau kesengsaraan. Tindak tutur itu mungkin disebabkan oleh sesuatu yang dilakukan oleh penutur atau petutur, tetapi semuanya menyangkut pengalaman penutur. Pada waktu menggunakan ekspresif penutur menyesuaikan kata-kata dengan dunia (perasaannya). Perhatikan contoh berikut ini. (20) Sungguh, saya minta maaf. (21) Selamat! (22) Oh, yah, baik, mmmm...aahh 4) Direktif Direktif merupakan jenis tindak tutur yang dipakai oleh penutur untuk menyuruh orang lain melakukan sesuatu. Jenis tindak tutur ini menyatakan apa yang menjadi keinginan penutur. Tindak tutur ini meliputi perintah, pemesanan, permohonan, pemberian saran, dan bentuknya dapat berupa kalimat positif dan negatif. Pada waktu menggunakan direktif, penutur berusaha menyesuaikan dunia dengan kata (lewat pendengar), seperti pada contoh berikut. (23) Berilah aku secangkir kopi. Buatkan kopi pahit. (24) Dapatkah Anda meminjami saya sebuah pena? (25) Jangan menyentuh itu! 5) Komisif

Komisif merupakan jenis tindak tutur yang dipahami oleh penutur untuk mengikatkan dirinya terhadap tindakan-tindakan di masa yang akan datang. Tindak tutur ini menyatakan apa saja yang dimaksudkan oleh penutur. Tindak tutur ini dapat berupa janji, ancaman, penolakan, ikrar, dan dapat ditampilkan sendiri oleh penutur sebagai anggota kelompok. Pada waktu menggunakan komisif, penutur berusaha untuk menyesuaikan dunia dengan kata-kata (lewat penutur). Cermati contoh berikut ini. (26) Saya akan kembali. (27) Saya akan membetulkannya lain kali. (28) Kami tidak akan melakukan itu. Selanjutnya, terkait dengan makna lokusi, makna ilokusi, dan makna perlokusi digunakan teori tindak tutur (Leech 1993, Yule 2006, Wijana 1996). Dalam teori ini dimuat tiga komponen tindak tutur, yaitu: a. Tindak Lokusi Tindak lokusi adalah tindak tutur untuk menyatakan sesuatu. Dalam tindak lokusi tidak dipermasalahkan maksud dan fungsi tuturan yang disampaikan oleh penutur. Misalnya, kepalaku gatal semata-mata dimaksudkan untuk memberitahukan kepada petutur bahwa kepala penutur dalam keadaan gatal. b. Tindak Ilokusi Tindak ilokusi adalah tindak melakukan sesuatu dengan maksud dan fungsi tertentu. Misalnya, tuturan Awas ada anjing gila. Tidak hanya berfungsi memberi informasi, tetapi berfungsi memberi peringatan. c. Tindak Perlokusi

Tindak perlokusi adalah tindak memengaruhi petutur. Tindak tutur ini disebut the act of affecting someone. Misalnya, tuturan Kemarin saya sangat sibuk yang bila diutarakan oleh seseorang yang tidak menghadiri undangan kepada pengundangnya, menyatakan permohonan maaf, dan perlokusi (efek) yang diharapkan adalah pengundang dapat memakluminya 2.3 Tinjauan Pustaka Beberapa hasil penelitian yang ditinjau dalam penelitian ini diterangkan sebagai berikut. Tampubolon (2010) dalam tesisnya Umpasa Masyarakat Batak Toba dalam Rapat Adat: Suatu Kajian Pragmatik membahas tiga masalah penelitian, yakni komponen tindak tutur, jenis tindak tutur, dan fungsi tindak tutur. Tampubolon menggunakan metode deskriptif dengan membuat deskripsi yang sistematis dan akurat mengenai data yang diteliti. Dalam menyelesaikan ketiga masalah tersebut Tampubolon menggunakan teori tindak tutur Kempson (1984), Wijana (1996), dan Searle. Jenis tindak tutur menggunakan umpasa masyarakat Batak Toba dalam upacara adat hanya terdapat tiga, yaitu tindak tutur langsung, tindak tutur literal, dan tindak tutur langsung literal. Namun, fungsi tindak tutur umpasa masyarakat Batak Toba dalam rapat adat terdapat lima fungsi, yaitu fungsi asertif, fungsi direktif, fungsi ekspresif, fungsi komisif, dan fungsi deklarasi. Model analisis penelitian Tampubolon dijadikan sebagi acuan yang disesuaikan juga dengan teori yang digunakan untuk menjelaskan terkait jenis, fungsi, dan makna tindak tutur.

Sibarani (2008) dalam tesisnya Tindak Tutur dalam Upacara Perkawinan Masyarakat Batak Toba mengkaji tindak tutur yang digunakan hulahula pemberi istri, dongan sabutuha kerabat semarga, dan boru penerima istri, tindak tutur apa yang dominan, bagaimana cara tindak tutur dilakukan, serta jenis dan fungsi tindak tutur dalam perkawinan masyarakat Batak Toba. Metode deskriptif digunakan Sibarani untuk mendeskripsikan data penelitian secara sistematis dan akurat, yakni menggambarkan dengan jelas objek yang diteliti secara alamiah. Teori yang digunakan Sibarani untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini adalah teori tindak tutur Kempson (1984), Wijana (1996), dan Searle. Hasil penelitian diperoleh bahwa tindak tutur yang ditemukan dalam upacara perkawinan masyarakat Batak Toba terdapat tiga belas jenis tindak tutur, yaitu tindak tutur bersalam, memberkati, memohon, memuji, meminta, berjanji, menyarankan, memperingatkan, mengesahkan, berterima kasih, menjawab, menjelaskan, dan bertanya. Penelitian Sibarani menemukan tiga belas jenis tuturan dalam upacara perkawinan masyarakat Batak Toba yang kemudian diuraikan makna dari tuturan tersebut sesuai jenisnya. Namun, teori yang digunakan dalam penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan menjelaskan masalah jenis dan fungsi tindak tutur. Hutapea (2007) dalam skripsinya Tuturan pada Upacara Adat Perkawinan Masyarakat Batak Toba mengkaji jenis tuturan yang terdapat pada upacara adat perkawinan masyarakat Batak Toba dan tuturan yang paling dominan digunakan dalam upacara tersebut. Hutapea menggunakan metode simak dengan teknik

lanjutan, yaitu teknik simak bebas libat cakap dan dilanjutkan dengan teknik rekam dalam mengumpulkan data penelitiannya. Selanjutnya, data yang diperoleh dari penutur jati bahasa Batak Toba dan dari beberapa buku adat Batak toba yang dianalisis dengan metode padan dengan penentu mitra wicara. Teori yang digunakan adalah teori tindak tutur Searle. Hasil penelitian Hutapea menemukan lima jenis tindak tutur dalam upacara perkawinan masyarakat Batak Toba, yaitu tindak tutur deklaratif, representatif, ekspresif, direktif, dan komisif. Disimpulkan bahwa tuturan yang paling dominan dalam upacara adat perkawinan masyarakat Batak Toba adalah tuturan direktif, yakni tuturan yang bersifat menyuruh orang lain melakukan sesuatu. Penelitian ini menjadi acuan dalam pemakaian teori tindak tutur yang digunakan untuk menyelesaikan permasalahan tindak tutur. Hasibuan (2005) dalam artikelnya yang berjudul Perangkat Tindak Tutur dan Siasat Kesantunan Berbahasa (Data Bahasa Mandailing) menelaah perangkat tindak tutur dan kesantunan berbahasa. Hasibuan menggunakan metode deskripsi dengan teknik baca markah. Kajian ini mengacu pada teori tindak tutur Austin yang membedakan tuturan performatif dan tuturan konstantif. Juga menggunakan teori tindak tutur yang dikembangkan oleh Searle (dalam Leech 1981). Teori kesantunan yang digunakan dalam kajian ini dikemukakan oleh Brown dan Levinson (1987), yang membatasi kesantunan itu sebagai upaya sadar seseorang dalam menjaga keperluan muka orang lain. Penelitian ini menjelaskan terkait perangkat tindak tutur dan jenis tindak tutur. Terdapat lima jenis tindak tutur, yaitu tindak tutur representatif, direktif,

komisif, ekspresif, dan deklaratif dalam bahasa Mandailing. Ada dua jenis siasat kesantunan, yakni kesantunan positif dan kesantunan negatif. Teori tindak tutur Austin dan Searle yang digunakan dalam menyelesaikan masalah dalam penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan, terkait komponen dan jenis tindak tutur. Penelitian Ola dan Ola mengenai Struktur Tuturan Ritual Kelompok Etnik Lamalohot. Penelitian ini membahas struktur kebahasaan dan struktur penuturan pada tuturan ritual kelompok etnik Lamalohot. Metode yang digunakan dalam mengumpulkan data ialah metode pengamatan dan wawancara, dibantu dengan teknik perekaman dengan pita kaset dan kamera video. Selanjutnya data dianalisis dengan menggunakan metode kualitatif dan disajikan dengan metode deskriptif. Teori yang digunakan dalam penelitian ini dikemukakan oleh Brown dan Yule (1996: 25) bahwa untaian bahasa (linguistic string) yang dianalisis sepenuhnya tanpa memperhitungkan konteks. Struktur kebahasaan dalam tuturan ritual kelompok etnik Lamalohot ini mencakup aspek fonologis dan morfosintaksis. Struktur penuturan disebutkan selalu ada tiga tindakan, yakni mayan memanggil atau ahak menyapa, marin mengatakan, dan tonan pamit. Dalam penelitian ini dinyatakan bahwa ada keterkaitan antara struktur bahasa dan struktur penuturan. Penelitian ini dijadikan sebagai bahan referensi terkait kajian mengenai tuturan dan metode yang digunakan.