BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis mapun pembahasan, penelitian ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Kawasan Dataran Tinggi Dieng adalah sebuah saujana yang terdiri atas tata guna lahan,tata kehidupan msayarakat, arsitektur kawasan dan bentukan-bentukan alami. 2. Saujana di Dataran Tinggi Dieng dapat dikatakan menjadi sebuah saujana yang dapat dikategorikan pusaka karena memiliki nilai ilmu sejarah yang tinggi; nilai pusaka seperti : keunikan masyarakat dan nilai religi; kekhasan kondisi geografis yang unik yaitu sebagai sebuah kawasan pegunungan aktif yang memiliki panorama yang sangat indah dan didominasi pertanian kentang yang mengelilingi lingkungan Dieng; serta memiliki sistem alamiah dan proses perubahan biogeofisik serta sosial budaya yang masih berlangsung yaitu peran kawasan Dieng sebagai kawasan lindung, baik dari segi ekologi seperti kawasan lindung bagi berbagai macam flora dan fauna maupun sebagai kawasan lindung bagi kawasan di sekitarnya. 3. Kemenerusan saujana Dataran Tinggi Dieng sebagai sebuah saujana yang berkategori pusaka terancam oleh kegiatan pertanian dan pariwisata. 246
Kegiatan pertanian dan pariwisata secara konstan menekan keberadaan pusaka saujana di Dataran Tinggi Dieng. Pada saat ini lahan situs purbakala percandian Dieng, percandian Hindu tertua di pulau Jawa banyak digunakan untuk lahan pertanian kentang dan sayur mayur lainnya. Hal inilah yang menjadi awal rusaknya lingkungan situs purbakala di Dieng. Telah terjadi eksploitasi berlebihan, baik di areal situs purbakala maupun di daerah hutan yang selama ini berfungsi sebagai daerah penyangga. Akibatnya, tingkat erosi tinggi di Dieng yang mengancam keberadaan situs arkeologi maupun keindahan panorama di Dataran Tinggi Dieng. 4. Kegiatan konservasi sebagai usaha penyelamatan kawasan pusaka saujana Dataran Tinggi Dieng oleh instansi-instansi terkait belum berjalan maksimal karena masyarakat belum dilibatkan secara penuh dalam perencanaan,pelaksanaan maupun evaluasi sebuah program. Padahal pembangunan partisipatoris harus dimulai dari orang yang mengetahui tentang sistem kehidupan masyarakat setempat, yaitu masyarakat di wilayah Dataran Tinggi Dieng itu sendiri. 6.2 Saran Penelitian ini mengusulkan beberapa saran yang berkaitan dengan kemenerusan pusaka saujana yang memeperhatikan kegiatan pariwisata dan kegiatan pertanian 1. Saran sebagai usaha kemenerusan pusaka saujana Dataran Tinggi Dieng 247
Pusaka saujana Dataran Tinggi Dieng memiliki nilai sejarah tinggi dan keberagaman budaya dan kesenian masyarakat. Dengan keberadaan peninggalan arkeologi yang beraneka ragam yang mencerminkan peradaban masa lampau dan keberagaman budaya yang terdapat di Dataran Tinggi Dieng adalah sebuah potensi pusaka saujana yang sangat menarik dan dapat dipelajari sebagai salah satu studi kasus yang dapat digunakan sebagai tolok ukur untuk meneliti dan mempelajari potensi pusaka saujana di daerah lain di Indonesia. Dataran Tinggi Dieng bukan hanya kekayaan alam dan panorama yang indah, tetapi juga keberagaman kebudayaan masyarakat sekitar yang sangat menarik. Masyarakat Dataran Tinggi Dieng perlu diberi pengetahuan dan informasi-informasi yang memberikan mereka pengetahuan mengenai pentingnya kelestarian alam dan budaya sebagai potensi pusaka saujana yang kemudian berdampak pada kegiatan pariwisata dan pertanian yang lebih maju yang akan mendatangkan keuntungan pada masyarakat Dieng. Pelestarian pusaka saujana Dataran Tinggi Dieng merupakan usaha dari pelestarian wujud, yaitu elemen pembentuk pusaka saujana tata kehidupan masyarakat, arsitektur kawasan dan bentukan alamiah yang ada di Dataran Tinggi Dieng. Masyarakat dan pemerintah daerah perlu mengetahui bahwa beberapa point penting 248
tersebut adalah pokok dari pelestarian pusaka saujana di Dataran Tinggi Dieng. 2. Saran terhadap pegiat kegiatan pertanian dan pariwisata terhadap kemenerusan pusaka saujana di Dataran Tinggi Dieng Kegiatan pertanian Dalam kegiatan pariwisata perlu diperhatikan keseimbangan antara nilai lingkungan, nilai ekonomi dan nilai kepariwisataan dalam hal ini adalah kelestarian akan candi dan benda arkeologi lainnya serta keberagaman potensi alam di dieng. Hal yang perlu dilakukan adalah dengan pendekatan sosio-budaya pada masyarakat, sehingga program pelestarian pusaka saujana di Dataran Tinggi Dieng dapat dijalankan dengan baik. Kegiatan pariwisata Bagi pegiat pariwisata perlu menyeleksi kebudayaan apa saja yang dibawa oleh pengunjung pariwisata sehingga dalam jangka waktu yang lama tidak akan mempengaruhi nilai-nilai positif budaya masyarakat setempat. Pengaruh budaya luar yang negatif akan mengurangi dari nilai keunggulan pusaka saujana di Dataran Tinggi Dieng. 249
3. Upaya Pelestarian Pusaka Saujana Dataran Tinggi Dieng Upaya penerapan konsep pusaka saujana yang dimiliki Kawasan Dataran Tinggi Dieng perlu menggunakan pendekatan eko-ekonomi, artinya pada saat ekonomi menjadi arah pembangunan, maka kearifan lokal sosial-budaya masyarakat dan fungsi ekologi alam menjadi pengontrol dan penyeimbang stabilitas untuk menjaga poduktivitas lingkungan agar tetap lestari. Hal ini mengingatkan bahwa pertumbuhan ekonomi saja,misalnya dengan target PAD setinggi-tingginya, karena yang terjadi di Kabupaten Wonosobo adalah pemerintah daerah lebih berorientasi kepada insentiv dan tidak melibatkan peran serta masyarakat, sehingga masyarakat kurang melestarikan dan melindungi potensi pusaka saujana Dataran Tinggi Dieng, misalnya dengan penggunaan lahan dan eksploitasi lahan yang berlebihan akan menimbulkan masalah lain yaitu degradasi lingkungan. Karena itu harus disadari, pertumbuhan berkelanjutan tidak mungkin tetapi pembangunan ekonomi, misalnya melalui pariwisata budaya, dapat dicapai jika keseimbangan fungsi ekologi dipertahankan sesuai dengan karakter sosial-budaya masyarakat lokal yaitu cara mereka hidup, bekerja dan berkarya. Dengan perkataan lain, pemanfaatan budaya dan alam yang dijadikan sebagai sumberdaya atraksi pariwisata harus dilakukan dengan cara-cara yang eko-ekonomi dan memperhatikan kearifan lokal sosial-budaya masyarakat. Implikasinya, untuk mendukung konsep pusaka saujana Dataran Tinggi Dieng, maka kebijakan, strategi 250
dan taktik yang harus dijalankan pihak pemerintah daerah bersama masyarakat adalah mengelola amenitas yang diberikan alam dengan memperhatikan daya dukung lingkungan, sehingga pemanfaatannya sesuai dengan asas efisiensi hasil ekonomi yang memperhatikan ekologi sekaligus budaya masyarakat. Di samping itu tidak boleh dilupakan pula faktor edukasi karena pemahaman terhadap perlunya melestarikan fungsi ekologi bagi kepentingan ekonomi, dan juga keahlian mengelola bisnis dan mempertajam ketrampilan untuk menciptakan kreasi produk baru dasarnya adalah pengetahuan. Oleh karena itu sosial-budaya masyarakat dalam bentuk kekhasan adat, ritual dan spiritual kehidupan masyarakat akan lestari jika dapat menghasilkan nilai ekonomi dengan memanfaatkan sistem ekologi alam secara efisien dan efektif dilandasi pengetahuan yang cukup. Penggunaan sumberdaya yang bersifat kuantitas bertujuan pencapaian hasil jangka pendek perlu diubah menjadi fokus kualitas, ekologi, orientasi manusia sebagai tujuan akhir pembangunan, perspektif hasil jangka panjang yang menghargai potensi alam maupun budaya. 251