BAB I PENDAHULUAN. berbagai bidang seperti teknologi, sosial, budaya, ekonomi, pendidikan dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II ISU BURUH MIGRAN DAN MIGRANT CARE. CARE sebagai Non-Government Organization. Pembahasan tentang sejarah baik dari

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah pada tahun 2009 menerapkan kebijakan moratorium dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. dalam Hubungan Internasional untuk memenuhi national interest nya masingmasing.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Setiap negara memiliki kelebihan dan kekurangan akan faktor tenaga kerja, negara berkembang membutuhkan tenaga kerja ahli dengan kemampuan khusus, dim

Dunia internasional pun ikut berpartisipasi dalam memerangi issue kejahatan non-tradisional ini, human trafficking dan tindak kekerasan kepada buruh m

BAB I. memiliki jumlah penduduk yang tinggi seperti Indonesia. Masalah. dan membutuhkan penanganan segera supaya tidak semakin membelit dan

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia. Seiring tingginya laju pertumbuhan penduduk di Indonesia

REKOMENDASI KEBIJAKAN KOALISI PEREMPUAN INDONESIA TERHADAP RUU PPILN

I. PENDAHULUAN. setelah China, India, dan USA. Kondisi ini menyebabkan jumlah pencari kerja

BAB I PENDAHULUAN. kerja di dalam negeri sangat terbatas sehinga menyebabkan banyak Tenaga Kerja

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Bab 5. KESIMPULAN dan SARAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu penyumbang Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang cukup besar adalah

BAB I PENDAHULUAN. memiliki hubungan yang cukup baik dengan negara-negara di kawasan Asia

BAB I PENDAHULUAN. kecil, memaksa para perempuan untuk menjadi tenaga kerja wanita di luar

BAB V PENUTUP. dalam mengadvokasi buruh migran perempuan Indonesia di Malaysia dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pertambahan jumlah penduduk dunia meningkat sangat pesat, ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. untukditeliti dan pengetahuan mengenai fenomena ini sangat berguna dalam

BAB I PENDAHULUAN. waktu sebelum, selama, dan sesudah masa kerja. 1. tidak hanya mengatur hubungan hukum dalam hubungan kerja (during employment),

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah salah satu sumber tenaga kerja yang terbesar di dunia. Salah

TUGAS AKHIR SEMESTER GANJIL

SEJAK 2011, BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REKOMENDASIKAN MORATORIUM PENGIRIMAN TENAGA KERJA INDONESIA KE TIMUR TENGAH

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. membuktikan bahwa pemerintah Indonesia belum mampu memberikan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI

2013, No.3 2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Da

I. PENDAHULUAN. terbuka itu. Begitu pula dengan jumlah masyarakat miskin yang pada tahun 2013

ASPEK-ASPEK HUKUM DAN HAM TERKAIT PERLINDUNGAN TKI DI LUAR NEGERI

BAB I PENDAHULUAN. Hasil Sensus Penduduk 2010, menunjukkan bahwa pertumbuhan penduduk

BAB VI PENUTUP. dijalankan oleh BPBD DIY ini, memakai lima asumsi pokok sebagai landasan

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena pengiriman Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke luar negeri

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI

BAB II UNITED NATION HIGH COMISSIONER FOR REFUGEES (UNHCR) DAN PENANGANAN MASALAH PENGUNGSI

Mengenal Konvensi PBB 1990 tentang Perlindungan Hak-Hak Seluruh Pekerja Migran dan Anggota Keluarganya

KERJASAMA THAILAND DAN KAMBOJA DALAM PENANGANAN MIGRASI TENAGA KERJA DARI KAMBOJA KE THAILAND

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada saat sekarang ini, bisnis jasa Tenaga Kerja Indonesia (TKI) semakin sulit. Hal

BAB I PENDAHULUAN. perubahan. Akibat dari krisis ekonomi yang dialami Indonesia banyak industri

BAB I PENDAHULUAN. manusia sehingga setiap orang membutuhkan pekerjaan, pekerjaan dapat dimaknai

RISALAH KEBIJAKAN PENYUSUN: ENY ROFI ATUL NGAZIZAH

BAB I PENDAHULUAN. Setelah disahkannya Undang-Undang Perseroan Terbatas No. 40 Tahun 2007

BAB V KESIMPULAN. human trafficking di Indonesia yang berkedok dengan menjadi TKI di luar negeri

1. KBRI-Kuala Lumpur tidak optimal dalam menjalankan fungsi dan misi diplomatik dalam situasi perundingan/negosiasi terkait penyelesaian kasus

Bab 1 PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

VII. RANCANGAN PROGRAM PEMBERDAYAAN KOMUNITAS MISKIN

Versi adaptasi dari publikasi oleh Asia Pasific Forum on Women, Law and Development (APWLD)

BAB III PERLINDUNGAN TENAGA KERJA DI LUAR NEGERI DAN PERMASALAHAN TKI DI LUAR NEGERI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dewasa ini keberadaan pembantu rumah tangga sangat diperlukan yang diakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. Bentuk piramida penduduk Indonesia yang expansif menyebabkan Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. sebagai bagian dari perekonomian nasional mempunyai andil yang besar dalam

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN. ±278 juta orang) Mencerminkan sumber tenaga kerja yang juga besar. Jumlah

BAB I PENDAHULUAN. oleh sebuah masyarakat dibidang ekonomi. Oleh sebab itu untuk memenuhi

Analisa Media Edisi November 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nova Windasari

Tenaga Kerja Indonesia (TKI) Calon TKI

PENDAHULUAN Latar belakang Dampak dari krisis moneter yang terjadi pada tahun 1997 adalah pertumbuhan ekonomi Indonesia menurun drastis.

Asesmen Gender Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. orang/manusia bukan kejahatan biasa (extra ordinary), terorganisir

Perlindungan Hukum bagi Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri. Nina Rosida. Fakultas Hukum, Universitas Pancasila

MATRIKS BUKU I RKP 2011

2 sendiri karena gaji yang terlalu rendah bagi mereka. Akibatnya beberapa negara mengadopsi kebijakan untuk memfasilitasi migrasi tenaga kerja salah s

BAB I PENDAHULUAN. timpang dan ketidakseimbangan struktural (Mudrajad Kuncoro, 1997). tidak hanya mampu mendorong, tetapi juga dapat menganggu proses

PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA (TKI) DI LUAR NEGERI: SEBUAH MANDAT KEMERDEKAAN NEGARA INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PENEMPATAN

I. PENDAHULUAN. Anak adalah amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang didalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV KESIMPULAN. Jepang sudah lama memiliki peran penting di dalam masyarakat internasional,

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai dampak, antara lain terjadinya mobilitas penduduk dari

BAB VI KEMITRAAN DAN KERJASAMA PERKUMPULAN

BAB I PENDAHULUAN. yahudi di tanah yang mereka kuasai saat itu. Hal tersebut membuat Israel selalu

BAB I PENDAHULUAN. Pemekaran ditingkat provinsi, kabupaten dan kota di Maluku utara tak

BAB I PENDAHULUAN. perhatian perencanaan pembangunan, terutama di negara sedang berkembang, dan

Antar Kerja Antar Negara (AKAN)

BAB I PENDAHULUAN. menyejajarkan atau menyetarakan tingkat hidup dan masyarakat tiap-tiap bangsa

Pidato Presiden RI mengenai Dinamika Hubungan Indonesia - Malaysia, 1 September 2010 Rabu, 01 September 2010

BAB I PENDAHULUAN. Jawa Timur, Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat. Indonesia untuk memilih bekerja sebagai TKI di luar negeri.

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. publik eksternalnya adalah mereka yang berada di luar bagian dari organisasi atau

TENAGA KERJA INDONESIA: ANTARA KESEMPATAN KERJA, KUALITAS, DAN PERLINDUNGAN. Penyunting: Sali Susiana

MAKALAH PENDIDIKAN PANCASILA HAK ASASI MANUSIA PEKERJA

BAB I PENDAHULUAN. informasi yang semakin pesat, maka mobilitas dan aktivitas manusia dalam. nasional maupun internasional adalah pasar global yang

K143 KONVENSI PEKERJA MIGRAN (KETENTUAN TAMBAHAN), 1975

BAB I PENDAHULUAN. merupakan alternatif kesempatan kerja bagi daerah-daerah yang kekurangan

BAB IV PENUTUP. mengambil kesimpulan sebagai berikut: telah diatur dalam Konvensi ILO No. 188 Tahun 2007 tentang Work In

Pendidikan Alternatif bagi Pekerja Rumah Tangga (Sekolah Wawasan)

I. PENDAHULUAN. Keputusan migrasi didasarkan pada perbandingan untung rugi yang berkaitan

Siaran Pers Kemenaker: TKI Legal Prosedural Aman, Selamat, Sejahtera Jumat, 07 April 2017

Secara umum, perencanaan sosial dimaksudkan untuk:

STUDI KASUS. Sustainable Tribal Empowerment Program (STEP) Program Pemberdayaan Masyarakat Lokal yang Berkesinambungan

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 61/PUU-XIII/2015. Penempatan TKI di Luar Negeri

Apa itu migrasi? Apakah Migrasi Tenaga Kerja? Migrasi adalah tindakan berpindah ke tempat lain baik di dalam satu negara maupun ke negara lain.

BAB I PENDAHULUAN. Masalah ketenagakerjaan di Indonesia terjadi akibat. ketidakseimbangan antara pertumbuhan angkatan kerja dengan

PERDAGANGAN ORANG (TRAFFICKING) TERUTAMA PEREMPUAN & ANAK DI KALIMANTAN BARAT

1.1 Latar Belakang Seperti kita ketahui, tenaga kerja merupakan komponen yang penting dalam

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

B A B 1 P E N D A H U L U A N. Perdagangan anak (trafficking) telah lama terjadi di muka bumi ini dan terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Malang merupakan salah satu daerah di Indonesia yang. warganya terutama perempuan banyak yang bekerja sebagai buruh migran/tenaga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Perdagangan perempuan dan anak (trafficking) telah lama terjadi di muka

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Persoalan migrasi manusia akhir-akhir ini telah mengalami peningkatan yang signifikan. Seiring dengan adanya arus globalisasi yang mendorong perubahan di berbagai bidang seperti teknologi, sosial, budaya, ekonomi, pendidikan dan kesejahteraan masyarakat. Sehingga perpindahan manusia lintas-batas negara menjadi semakin banyak dilakukan. Alasan pendorong migrasi ada beberapa faktor yaitu faktor ekonomi, dimana kebutuhan ekonomi manusia tidak terbatas sedangkan minimsnya lapangan pekerjaan di negara asal kurang mampu memfasilitasi jumlah penduduk yang ada. Selain itu, ada juga faktor sosial dan budaya yang tidak kalah penting. Keadaan sosial dan budaya yang tidak jauh berbeda antara negara tujuan dengan negara asal akan lebih menarik bagi para imigran. Sebab hal ini membuat imigran tidak terlalu sulit dalam beradaptasi dengan lingkungan baru. Misalnya saja Malaysia yang memiliki bahasa dan budaya yang tidak jauh berbeda dengan Indonesia, atau Arab Saudi yang samasama negara mayoritas muslim seperti Indonesia. Ada juga faktor pribadi yang berasal dari masing-masing individu. Peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan di daerah tujuan merupakan hal yang diharapkan oleh semua orang yang melalukan migrasi. Termasuk imigran yang berasal dari Indonesia. Dengan jumlah penduduk terbesar ke-4 di dunia yaitu 1

sebanyak 250 juta jiwa 1, bagaimana ketersediaan lapangan kerja di Indonesia dengan pengangguran yang semakin sulit dipecahkan sehingga tak jarang masyarakat dan pemimpin bangsa menjadikan pengiriman tenaga kerja ke luar negeri sebagai solusi. Akan tetapi hal yang masih disayangkan seringkali pengiriman tenaga kerja ini tidak diikuti dengan sistem dan mekanisme untuk memperbaiki perlindungan bagi TKI. Fenomena tersebut dapat terlihat dari meningkatnya arus migrasi dari tahun ke tahun. BNP2TKI mencatat penempatan tenaga kerja Indonesia (TKI) ke berbagai negara di dunia dari tahun 2011 hingga 2014 sebanyak 2.023.341 orang 2. Menurut Kementrian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, sebanyak 588.075 orang TKI berada di Arab Saudi 3. Begitu banyaknya jumlah tenaga kerja Indonesia di Arab Saudi tak jarang membuat para TKI ini mengalami persoalan. Pada tahun 2013 tercatat 3.769 TKI di Arab Saudi menghadapi permasalahan 4. Persoalan yang dihadapi oleh pekerja pada umumnya seputar PHK sepihak oleh majikan, gaji yang tidak dibayarkan dan perlakuan tidak manusiawi oleh majikan. Dibandingkan tahun 2012, pada tahun 2013 ini persoalan TKI di Arab Saudi menurun sebab diterapkannya moratorium dan ketatnya proses seleksi pengiriman dan penempatan TKI. 1 TKI di 3 Negara Arab ini Paling Sering Hadapi Masalah http://bisnis.liputan6.com/read/809548/tkidi-3-negara-arab-ini-paling-sering-hadapi-masalah diakses pada 20/10/2015 jam 8.52 am 2 Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan TKI www.bnp2tki.go.id/readfull/980/sepanjang- 2014-BNP2TKI-Mencatat-Penempatan-TKI-429.872-Orang diakses pada 20/10/2015 jam 2.36 am 3 Siaran Pers Nomor : 01/Humas PMK/1/2015 http://www.kemenkopmk.go.id diakses pada 20/10/2015 jam 2.58 am 4 TKI di 3 Negara Arab ini Paling Sering Hadapi Masalah http://bisnis.liputan6.com/read/809548/tkidi-3-negara-arab-ini-paling-sering-hadapi-masalah diakses pada 20/10/2015 jam 8.52 am 2

Menanggapi hal tersebut tentu pemerintah Indonesia tidak tinggal diam, pemerintah Indonesia terus berupaya untuk melindungi warga negaranya di luar negeri. Berdasarkan UU Nomor 39 tahun 2004 perlindungan TKI dijelaskan sebagai upaya untuk melindungi kepentingan calon TKI/TKW dalam mewujudkan terjaminnya pemenuhan hak-hak sesuai dengan peraturan perundang-undangan, baik sebelum selama maupun sesudah bekerja. Akan tetapi dalam upayanya pemerintah Indonesia juga menemui hambatan dan benturan diantaranya adalah problematika kultural, dimana di Arab Saudi umumnya TKI dianggap sebagai budak.hal ini menimbulkan adanya eksploitasi terhadap TKI tanpa mengindahkan hak-hak TKI tersebut. Salah satu hak TKI yang acap kali menimbulkan permasalahan adalah upah. Besarnya upah yang diterima dianggap terlalu kecil jika dibandingkan dengan beban pekerjaan yang harus ditanggung. Bahkan terkadang upah yang seharusnya dibayarkan tidak diberikan sebagaimana semestinya. Budaya di Arab Saudi berpandangan bahwa budak merupakan hak majikan sepenuhnya, sehingga bagaimana cara memperlakukannya juga menjadi urusan pribadi masing-masing majikan. Selain kendala dalam hal perbedaan pandangan budaya, ada juga hambatan dalam hal hukum. Antara pemerintah Indonesia dan Arab Saudi belum ada pernjanjian atau MoU Ketenagakerjaan.Dalam prinsip hukum internasional, suatu negara berdaulat dilarang melakukan tindakan yang bersifat pelaksanaan kedaulatah terhadap negara berdaulat lainnya. Oleh sebab itu Indonesia tidak bisa memberlakukan hukumnya di negara lain, termasuk Arab Saudi. 3

Di tengah sistem kapitalisme dan neoliberalisme sendiri hambatan bagi Indonesia untuk memperjuangkan keadilan bagi para pekerjanya semakin kompleks. Potensi sumber daya alam yang seharusnya dapat dimaksimalkan oleh negara untuk mencukupi kebutuhan warga negaranya justru semakin terkikis oleh kerakusan perusahaan berskala multinasional dan transnasional ataupun skala nasional semakin memperparah nasib buruh. Dimana operasional perusahaan-perusahaan besar tersebut melekat sekali dengan image eksploitasi buruh. Dilihat dari segi pemerintah Indonesia, menurut BPK yang dikutip dari News Letter Migrant CARE pada tahun 2011, BPK menekankan bahwa kedua lembaga pemerintah yang ditugaskan untuk mengurusi TKI tidak benar-benar menjalankan tugas utama mereka dalam melindungi dan menjamin keselamatan TKI yang bekerja di luar ngeeri sesuai hak-hak dasar mereka. 5 Penyelesaian dan penanganan TKI bermasalah di luar negeri masih bersifat parsial, pemerintah Indonesia juga tidak memiliki kebijakan tegas dan sistem yang terintegrasi sehingga tidak mendukung penyiapan tenaga kerja yang legal dan prosedural. Dalam penempatannya data yang dimiliki juga tidak akurat dan menyebabkan semakin kesulitan dalam upaya perlindungan TKI. Pemberangkatan TKI seharusnya disertai dengan dokumen dan data-data yang resmi dari pemerintah Indonesia. Hal ini diperlukan untuk mempermudah apabila terjadi masalah yang tidak diduga. Sebab banyak kasus TKI yang terhambat dan tidak dapat ditangani oleh pemerintah Indonesia akibat dari tidak adanya dokumen- 5 News Letter Migrant CARE edisi Mei-Juni 2011 hal. 6 4

dokumen tersebut. Misalnya saja pada kasus penyiksaan Kokom binti Bama, TKI asal Jawa Barat di Arab Saudi pada tahun 2014 lalu. Kokom merupakan tenaga kerja yang statusnya ilegal dan pekerjaannya berpindah-pindah setelah melarikan diri dari majikan pertamanya. Menurut data dari Kementrian Luar Negeri menyebutkan sejak 2011 hingga awal 2014 ada kurang lebih 249 WNI yang terancam hukuman mati, termasuk 20 kasus terakhir pada awal tahun 2014 6. Permasalahan yang timbul selain karena faktor perlakuan majikan, kasuskasus TKI yang bermunculan juga disebabkan karena kurangnya persiapan yang dilakukan sebelum keberangkatan dan penempatan TKI sendiri. Pemberangkatan TKI hendaknya dibekali oleh keterampilan, persiapan dan pelatihan kompetensi tertentu. Misalnya saja kemampuan bahasa setempat maupun bahasa internasional, pengenalan budaya adat istiadat dan kebiasaan hidup sehari-hari, keterampilan dalam menggunakan tekhnologi, peraturan, hukum negara, etika saat dalam lingkungan kerja dan sebagainya. Pengetahuan umum mengenai keadaan politik negara tujuan juga mungkin diperlukan seperti informasi yang berkaitan dengan hubungan bilateral antara negara asal dengan negara tujuan. Hal ini akan meminimalisir terjadinya masalah-masalah yang tidak diinginkan. Pemerintah selayaknya juga memberlakukan seleksi yang ketat sebelum keberangkatan sehingga TKI yang diberangkatkan adalah TKI yang memang benar-benar siap secara fisik dan juga mental. 6 TKI Satinah Menunggu Hukuman Mati di Saudi http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2014/02/140211_nasib_tki_satinah_mati diakses pada jam 9.40 5

Semakin maraknya kasus TKI yang semakin hari semakin bertambah mendorong munculnya Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) di Indonesia yang bergerak memperjuangkan hak-hak para buruh migran. Contohnya adalah Migrant CARE di Indonesia yang memiliki fokus dalam memperjuangkan dan memproteksi nasib para buruh migran. Migrant CARE mulai didirikan pada tahun 2004 dan bertujuan untuk memperkuat perlindungan atas hak-hak pekerja migran melalui program-programnya. Upaya perlindungan tersebut diwujudkan dengan memberikan advokasi bagi pekerja migran sera membangun jaringan, khususnya di kawasan Asia Tenggara 7. Tidak hanya di lingkungan internasional, Migrant CARE juga bekerjasama dengan sejumlah lembaga pemerintah. Pada tahun 2007 Migrant CARE menandatangani MoU dengan Kementrian Pemberdayaan Perempuan untuk program pengawasan pelayanan publik bagi perempuan pekerja migran 8. B. Rumusan Masalah Bagaimana upaya Migrant CARE dalam mendorong penyelesaian kasus TKI yang bermasalah di Arab Saudi pada tahun 2013-2015? C. Kerangka Pemikiran Konsep Non-Government Organization (NGO) 7 Migrant CARE, Profile http://www.mampu.or.id/en/partner/migrant-care diakses pada 20/10/2015 8 Ibid 6

Non-government Organization, sering disingkat dengan NGO atau dikenal juga dengan istilah LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) adalah suatu perkumpulan/lembaga yang bersifat non pemerintah, non profit, volunteering, berkelanjutan, dermawan dan alturuistik 9. Karakteristik utama yang mendasar dari NGO adalah independen dari kontrol negara. Maksud dari non-pemerintah disini adalah NGO membuat keputusannya secara mandiri tanpa campur tangan pemerintah. Dalam menjalankan programnya sebuah NGO tidak diperbolehkan mengambil keuntungan apapun bagi para anggotanya untuk kepentingan pribadi. NGO bersifat sukarela yang artinya dalam keanggotaannya harus benar-benar karena keinginan pribadi untuk berpartisipasi tanpa ada paksaan. NGO juga harus memiliki program yang berkelanjutan tidak hanya sementara waktu. Sebuah NGO tidak memiliki prospek dalam mendapatkan pembayaran, jutru anggota NGO lah yang seharusnya menggalang dana untuk berlangsungnya kegiatan mereka dari berbagai sumber. Altruistik maksudnya adalah tujuan NGO semata-mata untuk kepentingan orang lain atau masyarakat secara umum 10. NGO dapat menjadi pengawas terhadap berlangsungnya pemerintahan, sebab NGO memiliki kemampuan untuk menghimpun massa atau menjadi wakil dari jutaan orang yang mempunyai kepentingan yang sama namun tidak memiliki kekuatan politik. Sehingga dapat dikatakan bahwa hubungan antara NGO dengan masyarakat cukup dekat. Mereka memiliki point of view yang sama seperti masyarakat sebab 9 Salamon dan Anheier (1994) 10 http://www.ngo.org/ngoinfo/define.html 7

mereka melihat sendiri bagaimana keadaan dan penderitaan yang dirasakan masyarakat. Hal ini membuat NGO memiliki peran dalam membantu pemerintahan suatu negara untuk menyelesaikan problem yang dihadapi. Menurut Philip Eldridge, NGO dibagi menjadi beberapa kategori berdasarkan jaraknya dengan pemerintah yaitu high level partnership, high level politics dan empowerment at the grassroot. NGO yang masuk dalam kategori high level partnership adalah NGO yang prinsipnya partisipatif dan kegiatannya lebih diutamakan pada hal-hal yang berkaitan dengan pembangunan daripada yang bersifat advokasi. Ruang gerak NGO ini tidak bersinggungan dengan proses politik namun memiliki tujuan untuk mempengaruhi kebijakan pemerintah. Kemudian NGO yang masuk dalam kategori high level politics adalah NGO yang cenderung aktif dalam kegiatan politik dan menempatkan perannya sebagai pembela masyarakat. NGO kategori ini bersifat advokatif terutama dalam memobilisasi massa untuk mendapatkan tempat dalam kehidupan politik. Dan yang terakhir adalah kategori empowerment at the grassroot, dimana LSM ini memiliki fokus pada peningkatan kesadaran dan pemberdayaan masyarakat akan hak-haknya, NGO ini memiliki prinsip bahwa perubahan akan muncul sebagai akibat dari meningkatnya kapasitas masyarakat. 11 David Corten membagi NGO menjadi 2 kategori yaitu NGO yang bergerak dalam bidang community development, yaitu NGO yang menggunakan pendekatan mikro dalam memecahkan persoalan sosial. Pada kategori ini biasanya LSM melakukan pendampingan pada proyek-proyek pengembangan sosial ekonomi di 11 Bahan ajar kuliah Kajian Lembaga Swadaya Masyarakat Ade Ma rup Wirasenjaya (2015) 8

pedesaan. Dan yang kedua adalah NGO advokasi, yakni NGO yang memiliki pemikiran bahwa untuk merubah tatanan masyarakat yang adil maka tekanan harus diberikan pada kebijakan sehingga LSM jenis ini berusaha untuk mengubah kebijakan yang menyebabkan ketidakadilan. 12 D. Hipotesis Upaya Migrant CARE dalam mendorong penyelesaian kasus TKI di Arab Saudi melalui dua cara. Pertama, Migrant CARE melakukan mobilisasi massa, yaitu dapat menggerakkan massa untuk terlibat dan berpartisipasi dalam isu perlindungan TKI. Kedua, Migrant CARE melakukan advokasi terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah dan undang-undang untuk mewujudkan keadilan bagi tenaga kerja migran. E. Jangkauan Penelitian Jangkauan penelitian dalam penulisan skripsi ini meliputi kasus para tenaga kerja Indonesia yang berada di luar negri khususnya Arab Saudi dan peran serta Migrant CARE dalam mendorong pemerintah untuk menyelesaian kasus tersebut pada tahun 2013-2015. Namun tidak menutup kemungkinan bagi penulis untuk mengambil data dan fakta pada tahun sebelumnya. F. Metode Pengumpulan Data Penulis menggunakan metode pengumpulan data yang bersifat studi pustaka untuk lebih mengakuratkan penelitian dari sisi keilmuan. Metode ini dilaksanakan dengan topik permasalahan yang diangkat melalui penelitian terhadap buku, tulisan, 12 Ibid 9

artikel skripsi sebelumnya. Penulis juga mencari data yang relevan yang bersumber dari media elektronik yang reliable. G. Sistematika Penulisan Penulisan skripsi ini secara sistemaatis berdasarkan kaidah yang berlaku dalam penulisan ilmiah dibagi dalam beberapa bab dengan pembagian pembahasan dalam wilayahhnya sendiri namun saling berkaitan. Yang terdiri dari : Bab I Berisi pendahuluan yang terdiri dari latar belakang permasalahan, rumusan masalah, kerangka pemikiran, hipotesis, jangkauan penelitian, metode pengumpulan data dan sistematika penulisan. Bab II Berisi mengenai perkembangan isu buruh migran di Indonesia dan Migrant CARE sejak berdirinya dan program kerjanya. Bab III Bab ini akan memaparkan tentang perlindungan buruh migran dan permasalahan tenaga kerja migran di luar negeri. Bab IV Berisi tentang upaya advokasi yang dilakukan Migrant CARE terhadap kasus TKI di Arab Saudi Bab V Pemaparan kesimpulan dari bab-bab sebelumnya 10