Bab III Tinjauan Karakteristik Kawasan Dukuh Atas

dokumen-dokumen yang mirip
Dukuh Atas Interchange Station BAB III DATA 3.1 TINJAUAN UMUM DUKUH ATAS

BAB I PENDAHULUAN. ketergantungan masyarakat Jakarta dengan kendaraan pribadi sudah sangat

Gambar 5.30 Peta Jalur Transportasi Publik Kawasan Manggarai Gambar 5.31 Peta rencana Jalur Transportasi Publik Kawasan Manggarai...

DUKUH ATAS COMMUTER CENTER 2019

Bab I Pendahuluan. minimal 13 aliran air yang dapat dimanfaatkan menjadi waterways transport, sekaligus menjadi

BAB I: PENDAHULUAN Latar Belakang.

Bab VI Simulasi Rancangan Kawasan TOD Dukuh Atas

BAB IV TINJAUAN TERMINAL TIPE B DI KAWASAN STASIUN DEPOK BARU

MASTERPLAN PERKERETAAPIAN JABODETABEK 2020

LAPORAN PERANCANGAN ARSITEKTUR AKHIR

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perkembangan kehidupan manusia di seluruh dunia tidak terlepas dari yang

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 103 TAHUN 2007 TENTANG POLA TRANSPORTASI MAKRO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. sesuatu yang merupakan penunjang terselenggaranya suatu proses (usaha,

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I: PENDAHULUAN Latarbelakang

STASIUN MRT BLOK M JAKARTA DENGAN KONSEP HEMAT ENERGI BAB I PENDAHULUAN

S K R I P S I & T U G A S A K H I R 6 6

BAB IV: KONSEP Konsep Bangunan Terhadap Tema.

TUGAS AKHIR SKRIPSI. Diajukan sebagai Pelengkap dan Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Teknik Arsitektur Universitas Muhammadiyah Surakarta

BAB IV KONDISI UMUM. Gambar Peta Dasar TPU Tanah Kusir (Sumber: Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta, 2011) Perumahan Warga

Bab IV Analisa Prarancangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Studi Perencanaan Rute LRT (Light Rail Transit) Sebagai Moda Pengumpan (Feeder) MRT Jakarta

BAB 2 LATAR BELAKANG dan PERUMUSAN PERMASALAHAN

BAB III TINJAUAN KOTA YOGYAKARTA

Bab VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kawasan stasiun Pasar Nguter, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

JUMLAH PERJALANAN JABODETABEK MENCAPAI 25,7 JUTA PERJALANAN/HARI. 18,7 JUTA (72,95 %) MERUPAKAN PERJALANAN INTERNAL DKI JAKARTA, 6,9 JUTA (27,05 %) ME

Terminal Antarmoda Monorel Busway di Jakarta

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SHOPPING CENTER DI KAWASAN MONORAIL INTERCHANGE KARET, JAKARTA PUSAT Penekanan Desain Konsep Arsitektur Renzo Piano

BAB III: DATA DAN ANALISA

L E B A K B U L U S BAB 1 PENDAHULUAN

PENELITIAN MODEL ANGKUTAN MASSAL YANG COCOK DI DAERAH PERKOTAAN. Balitbang bekerjasama dengan PT Karsa Haryamulya Jl.Imam Bonjol 190 Semarang

BAB I PENDAHULUAN. Bambang Herawan ( ) Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Transportasi mempunyai peranan penting dalam kehidupan masyarakat.

ERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TENTANG PANDUAN RANCANG KOTA WADUK MELATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

REDESAIN TERMINAL TERPADU KOTA DEPOK

1. BPTJ DAN KONDISI JABODETABEK 2. INDIKATOR KINERJA 3. RENCANA INDUK TRANSPORTASI JABODETABEK

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

Penentuan Prioritas Pengembangan Kawasan Transit Stasiun Gubeng dengan Konsep Transit Oriented Development

Dukuh Atas Interchange Station BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB III ANALISIS. Gambar 15. Peta lokasi stasiun Gedebage. Sumber : BAPPEDA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

TERMINAL ANTARMODA MONOREL BUSWAY DI JAKARATA

2015 STASIUN TRANSIT MONORELBERBASIS SISTEMTRANSIT ORIENTED DEVELOPMENT

2017, No Republik Indonesia Nomor 5229); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2013 tentang Jaringan Lalu Lntas dan Angkutan Jalan (Lembaran N

No Angkutan Jalan nasional, rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan provinsi, dan rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkuta

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG PANDUAN RANCANG KOTA KAWASAN NIAGA TERPADU SUDIRMAN

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 54 TAHUN 2009 TENTANG

BAB III TINJAUAN KOTA

FOKE-NARA ADJI-RIZA JOKOWI-AHOK HIDAYAT-DIDIK FAISAL-BIEM ALEX-NONO

PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR: TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN KAWASAN BERORIENTASI TRANSIT

KETENTUAN TEKNIS MUATAN RENCANA DETAIL PEMBANGUNAN DPP, KSPP DAN KPPP

DIV TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 4 ANALISIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Referensi Transportasi ke Gedung Graha Widya Wisuda, Kampus IPB Darmaga

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab V Konsep Perancangan Kawasan TOD Dukuh Atas

Ir. BAMBANG PRIHARTONO,MSCE JAKARTA, 4 JANUARI 2018

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Kajian Potensi..., Agus Rustanto, Program Pascasarjana, 2008

PENDAHULUAN. Pada umumnya, manusia merupakan makhluk sosial dimana mereka selalu

DAFTAR ISI. Halaman Judul... Surat Pernyataan... Lembar Pengesahan Tugas Akhir... Tanda Lulus Mempertahankan Tugas Akhir...

SUDIMARA STATION INTERCHANGE DENGAN PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR MODERN

E. MRT/ SUBWAY. Planned Stations. 13 Station : 7 Elevated 6 Underground. Integrasi dgn moda angkutan lain. Dukuh Atas. Setiabudi.

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI STUDI DALAM PENGEMBANGAN KA BANDARA SOEKARNO-HATTA

S K R I P S I & T U G A S A K H I R 6 6

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I: PENDAHULUAN Latarbelakang.

BAB V PEMBAHASAN. Kota Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN

BAB 4 KARAKTERISTIK DAN PREFERENSI PENGGUNA POTENSIAL KA BANDARA SOEKARNO-HATTA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

BAB III: DATA DAN ANALISA


LAMPIRAN V KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI KOTA MEDAN. Kualitas yang diharapkan

Alternatif Pemecahan Masalah Transportasi Perkotaan

D4 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL,

KAWASAN TERPADU STASIUN PASAR SENEN

BAB 1 PENDAHULUAN. Relokasi Stasiun Merak 1

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tam

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Peranan tersebut menjadikan angkutan umum perkotaan sebagai aspek

BAB III METODE PERANCANGAN

Transkripsi:

Bab III Tinjauan Karakteristik Kawasan Dukuh Atas III.1 Tautan Makro Kawasan Dukuh Atas memiliki peranan yang penting bagi lingkup regional DKI Jakarta. Hal ini dilandasai oleh direncanakannya kawasan Dukuh Atas sebagai kawasan Transit Intermoda melaui kebijakan transportasi makro, dan kawasan pusat pertumbuhan ekonomi baru melalui rencana pemerintah kotamadya Jakarta Pusat. III.1.1 Simpul Pertemuan 5 Moda Transportasi dalam Kebijakan Transportasi Makro DKI Jakarta Kebijakan Transportasi Makro Pemerintah Provinsi DKI Jakarta merupakan sebuah kebijakan yang dilatarbelakangi dokumen legal dan kebijakan berikut ini: (1) RTRW DKI Jakarta 2010 (2) Studi Transportasi terkait (3) Rencana-rencana Pemerintah Daerah Pada tahun 2014, kota Jakarta diprediksikan akan mengalami kemacetan total akibat pertumbuhan kendaraan tidak sebanding dengan pertumbuhan jalan. Untuk mengatasi masalah itu, sistem angkutan umum dipandang mampu menjadi tulang punggung sistem transportasi di wilayah DKI Jakarta dalam memberikan dukungan bagi aktivitas masyarakat. Berangkat dari dasar inilah, maka Pemda DKI Jakarta menyusun suatu Rencana Induk Transportasi bagi kota Jakarta, yaitu Pola Transportasi Makro. Dalam kebijakan transportasi makro ini Kawasan Dukuh Atas diarahkan menjadi kawasan transit intermoda bagi 3 basis moda transportasi (lihat Gambar III.1), yakni transportasi berbasis jalan, berbasis rel dan berbasis air. Dalam pelaksanaannya transit intermoda ini akan melibatkan 5 jenis moda transportasi yakni busway, MRT, monorail, Kereta/KRL (heavy rail) dan waterway. Selain itu terdapat pula moda transportasi mobil (travel X-Trans), taxi, dan bus umum. 57

Secara lebih rinci beberapa moda transit yang akan melewati kawasan ini antara lain (lihat Gambar III.2) (1) Busway : jurusan Blok M-Kota, jurusan Ragunan-Kuningan, jurusan Pulo Gadung Dukuh-Atas, (2) Bus Umum (3) Taksi (4) MRT jurusan Lebak-Bulus-Kota (5) Monorail green line-inner ring line (6) waterway (perahu) jurusan manggarai-karet tengsin) (7) Kereta Api (KRL): jurusan Bogor, Depok Lama, Depok baru, dan Bojong Gede, KRL jurusan Bekasi, KRL jurusan Serpong, KRL jurusan Tangerang, KRL jurusan Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Cengkareng (8) Travel X-Trans DUKUH ATAS Gambar III.1. Peta kawasan Dukuh Atas(lingkaran oranye) dan Jalur Moda Transportasi Umum 2010. sumber: overlayed map, reproduksi dari peta Dinas Perhubungan, Departemen Perhubungan, Jakarta Monorail dan Dinas Tata Kota DKI Jakarta 58

Gambar III.2 Jalur Kereta Bandara-Gambir. Sumber: Departemen Perhubungan RI Dengan demikian kawasan dukuh atas akan menjadi kawasan transit yang sangat besar pengaruhnya bagi sistem pergerakan di DKI Jakarta, yang menghubungkan jalur transit yang bersifat lokal (busway), dengan jalur regional dan nasional (jalur-jalur komuter berbasis rel, stasiun gambir, dan Bandara Soekarno Hatta), dan jalur internasional (Bandara Internasional Soekarno hatta). Diprediksikan akan terjadi lonjakan demand pergerakan pada kawasan ini (lihat Gambar III.3) baik pergerakan yang ditimbulkan oleh bangkitan dan tarikan fungsi di kawasan Dukuh Atas, maupun pergerakan yang ditimbulkan adanya kegiatan transit. Oleh karena itu perencanaan sirkulasi pada kawasan amat sangat dibutuhkan untuk mencegah masalah konflik pergerakan yang diprediksikan. III.1.2 Kawasan Unggulan Berbasis Ekonomi Dalam perencanaan pengembangan kawasan unggulan Jakarta Pusat. Pemerintah Kotamadya Jakarta Pusat mengarahkan kawasan Dukuh Atas sebagai kawasan unggulan berbasis ekonomi di samping Tanah Abang. Hal ini tidak lepas dari peran strategis kawasan Dukuh Atas dalam kebijakan transportasi Makro sebagai 59

kawasan transit intermoda. Untuk itu, kawasan ini diproyeksikan menjadi kawasan dengan skala regional yang melayani Provinsi DKI Jakarta setingkat dengan kawasan Tanah Abang, Mangga dua (lihat Gambar III.3). Gambar III.3 Jangkauan Pelayanan Kawasan Dukuh Atas Dan Peta Distrik- Distrik Kompetitor, sumber: Wardhani dkk. Kuningan Interchange, RK-61W1. Untuk itu pemerintah kotamadya Jakarta Pusat mengadakan Sayembara Perancangan Proposal Urban Design Guideline untuk Kawasan Dukuh Atas dengan salah satu tujuannya adalah meningkatkan fungsi dan potensi eksisting dalam kesatuan integrasi kawasan. Dengan tujuan tersebut diharapkan pengembangan ekonomi kawasan Dukuh Atas tetap mempertahankan karakter dan nilai historis kawasan yang telah ada seperti adanya pusat penjualan ikan hias dan jajanan khas indonesia. III.2 Tautan Mikro Kawasan Dukuh Atas sendiri merupakan kawasan yang sangat strategis di daerah pusat perkembangan kegiatan ekonomi kota yakni pada pertemuan 2 pusat bisnis Sudirman-Thamrin dan Kuningan. Karakter kawasan ini menjadi sangat kuat dengan lokasinya yang berbatasan dengan daerah tepi air Banjir Kanal, dan kawasan konservasi Menteng. Sehingga kawasan ini memiliki potensi-potensi pengembangan kawasan peralihan transit utama, pusat aktivitas baru di Jakarta Pusat, dan kawasan wisata tepi air perkotaan 60

III.2.1 Kondisi Fisik Kawasan Dukuh Atas Kawasan Dukuh Atas, merupakan bagian dari wilayah Jakarta Pusat. Kawasan yang direncanakan termasuk daerah pengaruh memiliki batas : Batas Utara : Jalan Teluk Betung, Jalan M.H. Thamrin(arteri primer), Kompleks Widya Chandra Batas Barat : Jalan Tanjung Karang Batas Timur : Jalan Sumenep, Jembatan layang Kuningan Batas Selatan : Jalan Jendral Sudhirman(arteri primer), Jalan Galunggung(arteri sekunder), Jalan Setiabudhi Utara 1 Luas : 30,7 ha Sedangkan daerah pengembangan memiliki batas-batas sebagai berikut: Batas Utara : Jalan Teluk Betung, Jalan M.H. Thamrin, Kompleks Widya Chandra Batas Barat : Jalan Tanjung Karang Batas Timur : Jalan Sumenep, Jembatan layang Kuningan Batas Selatan : Jalan Jendral Sudhirman, Jalan Galunggung, Jalan Setiabudhi Utara 1, Jalan Margono Djojohadikoesoemo. Luas Kawasan : 18,3 ha Gambar III.4 Peta Daerah Pengaruh (kiri) dan Daerah Pengembangan (kanan) Kawasan ini berada pada 2 daerah administratif yakni kotamadya Jakarta Pusat dan kotamadya Jakarta Selatan. Kedua daerah ini pun terbagi dalam 4 kelurahan dan 3 kecamatan yakni kelurahan Setiabuhi, kecamatan Setiabudhi; kelurahan 61

Menteng kecamatan Menteng; dan kelurahan Kebon Melati, serta kelurahan Karet Tengsin di kecamatan Tanah Abang. Kawasan memiliki KDB beragam antara 60%-75%, dan KLB antara 1,2 hingga 3. Land Use Tata guna lahan (Land use) eksisting tidak begitu berbeda dengan landuse yang menjadi peruntukan kawsan pada RRTRW kecamatan Menteng (lihat Gambar III.5). Masing-masing fungsi dapat dijabarkan sebagai berikut: (1) Permukiman fungsi kawasan didominasi oleh fungsi permukiman dengan intensitas rendah. Sebagian permukiman ini merupakan bangunan konservasi tipe B yang harus dipertahankan wajah bangunannya. Permukiman ini adalah permukiman pada tepi Jalan teluk betung. Gambar III.5 Land use Berdasarkan RRTRW Menteng Gambar III.6 Permukiman di Dukuh Atas 62

(2) Komersial a. Deretan Ruko. Pada persinggungan dengan jalan Blora, dan Kendal terdapat fungsi komersial berupa deretan ruko yang pada malam hari berfungsi sebagai tempat hiburan malam bagi kelas menengah atas (Jalan Blora), dan fungsi-fungsi lainnya (Jalan Kendal) Gambar III.7. Deretan Ruko Jalan Blora b. deretan jajanan Pak kumis di bagian sebelah timur stasiun terdapat jajanan kios makanan dengan variasi lebel Pak Kumis. Mulai dari Coto Makasar Pak Kumis hingga Sate Pak Kumis. Umumnya lokasi ini menjadi destinasi makan siang bagi karyawan perkantoran yang berada di sekitar kawasan bundaran HI, Menteng dan Sudhirman Gambar III.8 Jajanan Pak Kumis 63

c. Pasar ikan hias terdapat pasar ikan hias yang mengambil daerah bantaran sungai pada Jalan Sumenep. Pasar ini cukup sering dikunjungi karena merupakan salah satu pasar utama penjualan ikan hias disamping pasar ikan dan burung di kawasan melawai jakarta selatan. Gambar III.9. Pasar Ikan Hias Sumenep (3) Fasos dan Fasum a. Fasilitas Transit Stasiun Kereta Api Sudirman, Halte informal Dukuh Atas, Latuharhari dan Tosari, serta X-Trans Stasiun Sudirman dulunya dikenal dengan nama stasiun Dukuh Atas. Namun dengan berbagai citra negatif yang menempel pada nama Dukuh Atas, stasiun ini pun dulunya dikenal sebagai stasiun yang dihindari 1. Tingkat penjualan stasiun ini tidak dapat melampaui tingkat penjualan stasiun-stasiun lain di Jakarta. Hingga pada tahun 2003, nama stasiun ini dirubah menjadi Stasiun Sudirman. Namun perubahan ini justru meningkatkan daya jual stasiun terlebih lagi setelah dibukanya jalur Sudhirman - Serpong. Stasiun ini merupakan stasiun yang berbentuk elevated, dengan adanya mezanin pada level yang setara dengan Jembatan Sudirman. 1 Hasil Wawancara dengan Kepala Stasiun Sudhirman, Bapak Oktavian. 64

Gambar III.10. Stasiun Sudhirman, sumber: dokumentasi pribadi b. Pasar Dukuh Atas Pasar ini menjual kebutuhan pokok dan bahan-bahan bangunan serta onderdil. Kondisi fisik pasar telah sangat menurun dengan beberapa fasilitas penerangan dan struktur bangunan yang rusak. Gambar III.11 Pasar Dukuh Atas, sumber: dokumentasi pribadi c. Balai serbaguna dan pelayanan jasa lingkungan Pada kawasan terdapat Gardu keamanan, Balai Serbaguna RW, dan Balai Pengobatan Yayasan Bakti Mulia 65

1 2 1 2 Gambar III.12 Fasilitas Pelayanan Umum Pendukung Lingkungan Sirkulasi, dan Parkir Sirkulasi pada jalan-jalan utama masih didominasi oleh kendaraan bermotor, hal ini disebabkan belum tersedianya jalur pejalan kaki yang memadai di pinggir jalan-jalan utama tersebut. Sirkulasi pejalan kaki umumnya terkonsentrasi pada stasiun Sudirman dan daerah dalam kawasan pemukiman dukuh atas. Parkir umumnya menggunakan area parkir di tepi Jalan Kendal Gambar III.13. Sirkulasi dan Transit, sumber: dokumentasi pribadi Pada Kawasan Dukuh Atas teridentifikasi adanya beberapa jalan dengan tingkat pelayanan yang berpengaruh terhadap besar volume pengembangan, diantaranya: a. Jalan Blora. Jalan Blora memiliki spesifikasi sebagai berikut: Lebar jalan = 17.03 Jumlah lajur = 2 Jumlah arah = 2 Parkir onstreet = paralel dan seri Lebar efektif = 9.5 m 66

Gambar III.14 Potongan Jalan Tj. Karang, Jl. Thamrin, dan Jl. Blora. Sumber: analisa pribadi b. Jalan Thamrin. Jalan Thamrin memiliki spesifikasi sebagai berikut: Lebar jalan = 17.51 Jumlah lajur = 5 Jumlah arah = 1 Parkir onstreet = tidak ada Lebar efektif = 17.51 c. Jalan Kendal. Jalan Kendal memiliki spesifikasi sebagai berikut: Lebar jalan = 6.5 Jumlah lajur = 2 Jumlah arah = 1 Parkir onstreet = seri Lebar efektif = 4 m d. Jalan Galunggung. Jalan Galunggung memiliki spesifikasi sebagai berikut: Lebar jalan = 6.15 Jumlah lajur = 2 Jumlah arah = 1 Parkir onstreet = tidak ada Lebar efektif = 6 m e. Jalan Purworejo. Jalan Purworejo memiliki spesifikasi sebagai berikut: Lebar jalan = 7 Jumlah lajur = 2 Jumlah arah = 1 Parkir onstreet = tidak ada Lebar efektif = 7 m 67

Gambar III.15 Potongan JalanKendal dan Jl. Galunggung. Sumber: analisa pribadi Gambar III.16 Potongan Jalan Purworejo. Sumber: analisa pribadi Hasil perhitungan lalu lintas (Traffic Counting) menunjukkan volume dari masing-masing jalan adalah sebagaimana dijelaskan dalam tabel III.1 68

Tabel III.1. Traffic Counting Sumber: survey pribadi Dengan mengetahu lebar jalan, lumlah lajur, dan jalur serta gangguan dari masing-masing jalan sebagaimana yang telah digambarkan di atas, besarnya kapasitas jalan dapat dihitung 2 (lihat tabel III.2). Kapasitas jalan ini akan digunakan dalam menghitung tingkat pelayanan jalan (lihat tabel III.3). Tabel III.2. Kapasitas Jalan Sumber: analisa pribadi Tabel III.3. Tingkat Pelayanan Sebelum Pola Transportasi Makro (BRT) Sumber: analisa pribadi Pada kondisi eksisting, sebagian besar pergerakan pejalan kaki berada pada sumber pergerakan stasiun sudhirman, dan tujuan jalur pejalan kaki jalan Thamrin. Besar pergerakan mencapai 5000 orang/ jam (Gambar III.17) pada peak hour yaitu pukul 16.00-19.00 (staff stasiun sudhirman, Suratman, 2007). Sedangkan 2 Besarnya tingkat pelayananan jalan adalah perbandingan antara volume lalu lintas (bersatuan smp) dengan kapasitas jalan. Adapun kapasitas jalan adalah hasil perkalian antara rasio-rasio yang mewakili lebar jalan, jumlah lajur, jumlah arah, lebar efektif, dan jenis gangguan samping (lihat lampiran). 69

berdasarkan prediksi pergerakan pada pola transportasi makro yang dilakukan oleh Dinas Perhubungan, diperoleh data jumlah demand pergerakan transit kendaraan umum sebesar 20.000 pergerakan/jam (Gambar III.18), atau 333 pergerakan permenit. Dengan merencanakan kawasan Dukuh Atas sebagai kawasan intermoda diprediksikan akan terjadi pergantian moda transportasi antara titik. Gambar III.17. Pergerakan Pejalan Kaki Eksisting. Sumber: analisa pribadi Gambar III.18 Demand Pergerakan 2015 Berdasarkan Skenario Pola Transportasi Makro. Sumber: Dinas Perhubungan 70

Ruang Terbuka Hijau dan Vegetasi Diantara Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang terdapat di dalam kawasan Dukuh Atas adalah taman kecil yang juga digunakan sebagai tempat pos jaga gardu dan penjualan tanaman hias. Gambar III.19. Taman Pendukung Lingkungan, sumber: dokumentasi pribadi Pada kawasan terdapat 2 daerah dengan vegetasi potensial untuk dipertahankan yakni vegetasi pada Jalan Kendal, dan Jalan Teluk Betung-Sumenep Gambar III.20.Vegetasi di Jalan Kendal, sumber: dokumentasi pribadi III.3 Kondisi Sosial Kawasan Dukuh Atas Kawasan Dukuh Atas merupakan kawasan yang secara historis dikenal sebagai kawasan pusat hiburan malam. Terdapat dua buah segmentasi hiburan malam di kawasan dukuh atas ini (lihat Gambar III.21). Segmentasi pertama adalah kelas menengah ke atas yang terkonsentrasi di daerah Jalan Blora. Sedangkan segmentasi selanjutnya adalah kelas menengah bawah yang terkonsentrasi pada 71

daerah tepi rel kereta dan sepanang bantaran sungai 3. Hal ini menyebabkan munculnya citra negatif bagi kawasan ini. Gambar III.21 Tempat Hiburan Malam, sumber: dokumentasi pribadi 3 Hasil wawancara dengan Bapak Octriwansyah, Kepala Stasiun Kereta Api Sudhirman) 72