BAB III PROFIL SANITASI WILAYAH KABUPATEN BULUKUMBA

dokumen-dokumen yang mirip
Bab 3: Profil Sanitasi Wilayah

BAB 3 PROFIL SANITASI WILAYAH KABUPATEN BULUKUMBA

BAB III Profil Sanitasi Wilayah

Profil Sanitasi Wilayah

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI. 3.1 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik

Memorandum Program Percepatan Pembangunan Sanitasi BAB 1 PENDAHULUAN

RINGKASAN EKSEKUTIF DIAGRAM SISTEM SANITASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK KABUPATEN WONOGIRI. (C) Pengangkutan / Pengaliran

Lampiran A. Kerangka Kerja Logis Air Limbah

BAB 2 Kerangka Pengembangan Sanitasi

B A B V PROGRAM DAN KEGIATAN

STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016

KERANGKA KERJA LOGIS KABUPATEN TANAH DATAR 2015

KERANGKA KERJA LOGIS (KKL) KABUPATEN ACEH TENGGARA

Pokja PPSP Kabupaten OKU TIMUR III - 1

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Kabupaten Balangan. 2.1 Visi Misi Sanitasi

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

ISU STRATEGIS DAN TANTANGAN LAYANAN SANITASI

BAB IV STRATEGI UNTUK KEBERLANJUTAN LAYANAN SANITASI KOTA

Tersedianya perencanaan pengelolaan Air Limbah skala Kab. Malang pada tahun 2017

BAB IV PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI SAAT INI DAN YANG DIRENCANAKAN

Penyepakatan VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI SANITASI KOTA TASIKMALAYA SATKER SANITASI KOTA TASIKMALAYA

BAB. III Profil Sanitasi Kabupaten Jembrana

MAKSUD & TUJUAN ISU STRATEGIS & PERMASALAHAN AIR LIMBAH. Tujuan umum : KONDISI EKSISTING

1.2 Telah Terbentuknya Pokja AMPL Kabupaten Lombok Barat Adanya KSM sebagai pengelola IPAL Komunal yang ada di 6 lokasi

Bab 3 Kerangka Pengembangan Sanitasi

1. Sub Sektor Air Limbah

BAB 3 STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

KEBUTUHAN DATA SEKUNDER PADA BAB 2

Lampiran 2. Hasil Analisis SWOT

BAB III RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN SANITASI

Program penyusunan Masterplan. Tersedianya Master Plan sistem pengelolaan air limbah domestik tahun Penyusunan Master Plan skala kabupaten

BAB STRATEGI MONITORING DAN EVALUASI

BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

IVI- IV TUJUAN, SASARAN & TAHAPAN PENCAPAIAN

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Tabel 2.1 : Visi Misi Sanitasi Kabupaten Aceh Jaya. Visi Sanitasi Kabupaten

KERANGKA KERJA LOGIS (KKL)

STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

LAMPIRAN 2 LAMPIRAN 2 ANALISIS SWOT

2.1 Visi Misi Sanitasi

3.1 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang.

Strategi Sanitasi Kabupaten Tahun

Permasalahan Mendesak Tujuan Sasaran Strategi Program Kegiatan. Perencanaan menyeluruh pengelolaan sistem air limbah skala Kota.

Ringkasan Studi EHRA Kabupaten Malang Tahun 2016

BAB V INDIKASI PERMASALAHAN DAN POSISI PENGELOLAAN SANITASI

3.1 Rencana Kegiatan Air Limbah

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB 2

STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

ISSU STRATEGIS TUJUAN SASARAN STRATEGI KEBIJAKAN PROGRAM KEGIATAN. Jumlah KK yang tidak mempunyai jamban dari 30% menjadi 0% di tahun 2018

Strategi Percepatan Pembangunan Sanitasi

BAB 3 STRATEGI SANITASI KOTA (SSK) KOTA TERNATE BAB 3

PENDAHULUAN. Bab Latar Belakang. BPS Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung

Tabel 4.1 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik

BAB III ISU STRATEGIS & TANTANGAN SEKTOR SANITASI KABUPATEN KLATEN

Matrik Kerangka Kerja Logis Kabupaten Luwu

PENYUSUNAN KEBIJAKAN STRATEGI SANITASI KOTA TANGERANG 1

3.1 TUJUAN, SASARAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AIR LIMBAH DOMESTIK TABEL 3.1 TUJUAN, SASARAN DAN TAHAPAN PENCAPAIAN PENGEMBANGAN AIR LIMBAH DOMESTIK

2. Program Peningkatan Infrastruktur Air Limbah Domestik Sistem Setempat dan Sistem Komunal

BAB 4 STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

Sia Tofu (Bersama dan Bersatu) dan Visi Pembangunan Kabupaten Pulau Taliabu Tahun

BAB VI PEMANTAUAN DAN EVALUASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB 4 STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

BAB V STRATEGI MONITORING DAN EVALUASI

BAB. III Profil Sanitasi Kabupaten Jembrana

Bab 3 Rencana Kegiatan Pembangunan Sanitasi

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Grobogan Halaman 1 1

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa pokok utama yang telah dicapai dengan penyusunan dokumen ini antara. lain:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB V Area Beresiko Sanitasi

Lampiran 2: Hasil analisis SWOT

Tabel Deskripsi Program / Kegiatan

BAB III ISU STRATEGIS DAN TANTANGAN LAYANAN SANITASI KOTA

Bab 2: Kerangka Pengembangan Sanitasi

BAB IV STRATEGI KEBERLANJUTAN LAYANAN SANITASI SSK

Target. Real isasi. Real isasi 0% 10% 0%

BAB IV. Strategi Pengembangan Sanitasi

Sub Sektor : Air Limbah

BAB VI MONITORING DAN EVALUASI CAPAIAN SSK

BAB IV STRATEGI UNTUK KEBERLANJUTAN LAYANAN SANITASI KOTA

5.1 Gambaran Umum Monitoring dan Evaluasi

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN BANJARNEGARA. Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Banjarnegara

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON I - 1

BAB. III Profil Sanitasi Kabupaten Jembrana

Bab 3: Strategi Percepatan Pembangunan Sanitasi

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 70 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT

Tabel 3.34 Daftar Program/Proyek Layanan Yang Berbasis Masyarakat Tabel 3.35 Kegiatan komunikasi yang ada di Kabupaten Merangin...

STRATEGI SANITASI KOTA PAREPARE. Lampiran 1. Hasil Kajian Aspek Non Teknis dan Lembar Kerja Area Berisiko

Bab 3 Rencana Kegiatan Pembangunan Sanitasi

Bab 3 : Strategi Percepatan Pembangunan Sanitasi

L-3. Kerangka Kerja Logis TABEL KKL. Pemutakhiran SSK Kabupaten Batang L3-1

IV.1. Tujuan, Sasaran, dan Tahapan Pencapaian

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

Transkripsi:

BAB III PROFIL SANITASI WILAYAH KABUPATEN BULUKUMBA Secara umum kondisi pengelolaan sanitasi Kabupaten masih belum memadai hal ini dikarenakan beberapa faktor, utamanya masih terbatasnya infrastruktur pengelolaan sanitasi seperti masih belum maksimalnya pengelolaan persampahan disebabkan oleh Tempat Pembuangan Akhir belum layak, dari sisi cakupan pelayanan persampahan juga masih terbatas pada kawasan perkotaan hal ini dikarenakan armada pengangkutan sampah masih minim. Sektor pengelolaan air limbah domestik juga demikian, sampai saat ini sarana Instalasi Pengelolaan Air limbah (IPAL) maupun Instalasi Pengelolaan Limbah Tinja (IPLT) belum tersedia secara menyeluruh, IPLT yang ada belum dapat berfungsi secara maksimal. sedangkan untuk program sektor drainase tidak terencana dengan baik. Untuk kegiatan Promosi Higiene dan Sanitasi di Kabupaten, programprogram kegiatan Promosi Higiene dan Sanitasi belum mampu merubah pola pikir masyarakat tentang pentingnya pola hidup bersih dan sehat, hal ini dikuatkan dari hasil study EHRA yang telah dilakukan dimana angka tidak melakukan Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) di lima waktu penting masih cukup besar yakni mencapai 96,5%. Penganggaran daerah dalam APBD untuk sektor sanitasi dari tahun ke tahun mengalami peningkatan sampai pada akhir Tahun 2012 realisasi belanja sanitasi sebesar Rp. 5.970.162.000,-. Namun porsi belanja sektor sanitasi relatif masih kecil jika dibandingkan dengan anggaran belanja sektor lainnya, presentase anggaran belanja langsung sanitasi untuk Tahun 2010 sebesar 0,45% dari total belanja langsung sebesar Rp. 589.258.970.851,-. (Lihat Tabel 3.1 Perhitungan Pendanaan Sanitasi oleh APBD Tahun 2009-2012) Retribusi daerah untuk pengelolaan sanitasi masih terbatas pada retribusi persampahan, sedangkan untuk komponen sanitasi lainnya belum berjalan. Tahun 2012 pendapatan dari retribusi persampahan sebesar Rp. 25.882.000,-. (Lihat Tabel 3.2 Realisasi dan Potensi Retribusi Sanitasi Tahun 2009-2012.) Kelompok Kerja Kabupaten Tahun 2013 42

Tabel 3.1 Perhitungan Pendanaan Sanitasi oleh APBD Tahun 2009-2012 Belanja (Rp) Rata2 Pertum No Sub Sektor 2009 2010 2011 2012 buhan (%) 1 Belanja Sanitasi 1.524.177.445 2.625.212.402 3.700.944.825 5.767.092.700 55,83 1.1 Air Limbah 269.867.375-2.030.535.450 2.217.717.500-1.2 Sampah 1.167.148.795 2.233.637.202 1.670.409.375 3.549.375.200-1.3 Drainase 87.161.275 391.575.200 - - - 1.4 Aspek PROHISAN - - - - - 2 Dana Alokasi Khusus - - 2.030.532.450 - - 2.1 DAK Sanitasi - - 2.030.532.450 - - 2.2 DAK Lingkungan Hidup - - - - - 2.3 DAK Perumahan - - - - - 3 Pinjaman/Hibah Sanitasi - - - - - Bantuan Provinsi Untuk 4 Sanitasi - - - - - Belanja APBD Murni Sanitasi 1.524.177.445 2.625.212.402 5.731.477.275 5.970.162.000 55,83 Total Belanja Langsung 539.769.130.201 589.258.970.851 - - Presentase APBD Murni 2,82 0,45 - - terhadap belanja langsung Sumber : Laporan Realisasi APBD Tahun 2009-2012 Bappeda No Sub Sektor 1 Retribusi Air Limbah Tabel 3.2 Realisasi dan Potensi Retribusi Sanitasi Tahun 2009-2012 Retribusi Sanitasi Tahun (Rp) 2009 2010 2011 2012 1.a Realisasi Retribusi - - - - - 1.b Potensi Retribusi - - - - - 2 Realisasi Sampah Kelompok Kerja Kabupaten Tahun 2013 43 Pertum buhan( %) 2.a Realisasi Retribusi 20.180.000 29.214.000 3.216.000 25.882.000 8,65 2.b Potensi Retribusi - - - - -

3 Realisasi Drainase 3.a Realisasi Retribusi - - - - - 3.b Potensi Retribusi - - - - - Total Realisasi Retribusi 20.180.000 29.214.000 3.216.000 25.882.000 8,65 Total Potensi Retribusi - - - - - Proporsi - - - - - Sumber : Laporan Realisasi APBD Tahun 2009-2012 DPPKAD 3.1 Promosi Higiene dan Sanitasi Promosi higiene dan sanitasi adalah sebuah upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui proses pembelajaran dari-oleh-untuk dan bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong dirinya sendiri, sesuai dengan kondisi sosial budaya setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan kesehatan serta mengembangkan kegiatan untuk bekerja dengan masyarakat dalam meyakinkan dan mendukung anggota keluarga untuk mengadopsi praktik sanitasi dan higiene yang aman. Kondisi kesehatan di Kabupaten tidak bisa dilepaskan dari beberapa faktor yang ikut mempengaruhi seperti tingkat pendidikan masyarakat dan tingkat ekonomi masyarakat yang masih rendah turut memberi andil terhadap rendahnya derajat kesehatan masyarakat. Perilaku masyarakat yang belum sesuai dengan Pola Hidup Bersih dan Sehat memberi andil pada rendahnya derajat kesehatan masyarakat. Pada dasarnya penyakit-penyakit yang terjadi pada masyarakat ini bisa dicegah bila masyarakat secara sadar dan mau menerapkan pola hidup sehat serta menjaga lingkungannya agar tetap bersih dan sehat. Ada dua hal mendasar yang menjadi obyek sasaran promosi higiene dan sanitasi yaitu rumah tangga dan sekolah. Hal ini disadari mengingat permasalahan sanitasi menyangkut perilaku masyarakat sehingga harus ada penyadaran khusus bagi rumah tangga dan perlunya pemahaman di usia dini bagi siswa sekolah akan pentingnya pemahaman sanitasi yang benar. Kelompok Kerja Kabupaten Tahun 2013 44

3.1.1 Tatanan Rumah Tangga Pada tatanan rumah tangga di Kabupaten perilaku hidup bersih dan sehat dipengaruhi oleh tingkat partisipasi dan pola pikir masyarakat dalam melakukan tindakan pengelolaan sektor sanitasi di lingkungannya, maka untuk mendorong itu kegiatan Promosi dan Higiene dan Sanitasi menjadi sangat penting. Akses informasi tentang sanitasi yang diperoleh rumah tangga di Kabupaten lebih dominan didapatkan dari kegiatan penyuluhan-penyuluhan yang dilakukan petugas sanitarian, selain itu informasi sanitasi juga diperoleh dari berbagai sumber seperti dari tayangan televisi, radio, surat kabar, dan lain-lain. (Lihat Gambar 3.1 Grafik Sumber Informasi Sanitasi) Gambar 3.1 Grafik Sumber Informasi Sanitasi GRAFIK SUMBER INFORMASI SANITASI KABUPATEN BULUKUMBA TAHUN 2013 6,0% 24,0% 8,7% 4,2% 11,2% 68,0% Penyuluhan Televisi Radio Papan Informasi Surat Kabar Lainnya Sumber : Studi Komunikasi dan Pemetaan Media 2013 Kelompok Kerja Kabupaten Tahun 2013 45

Gambar 3.2 Grafik Penyuluhan Sanitasi GRAFIK PENYULUHAN SANITASI KABUPATEN BULUKUMBA TAHUN 2013 Lainnya 12,0% Air Bersih 54,0% CTPS 20,0% Saluran Air Limbah 23,0% Air Limbah dan Jamban 38,0% Masalah Sampah dan Kebersihan 31,0% 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% Sumber : Studi Komunikasi dan Pemetaan Media 2013 telah melakukan kegiatan Promosi Higiene dan Sanitasi dalam skala rumah tangga melalui berbagai penyuluhan-penyuluhan dan edukasi kepada masyarakat, selain dari itu promosi juga memanfaatkan media walaupun masih terbatas pada media poster, leaflet yang dipasang pada wilayah strategis kelurahan/desa yang menjadi sasaran kegiatan. Penyuluhan sanitasi biasanya didapatkan masyarakat dari kader-kader puskesmas atau sanitarian tetapi kebanyakan penyuluhan sanitasi yang didapatkan masyarakat tentang Air Bersihyaitu 54,00% (Lihat Gambar 3.2 Grafik Penyuluhan Sanitasi, Gambar 3.3 Grafik Penyampai Pesan Sanitasi) Kelompok Kerja Kabupaten Tahun 2013 46

Gambar 3.3 Grafik Penyampai Pesan Sanitasi GRAFIK PENYAMPAI PESAN SANITASI KABUPATEN BULUKUMBA TAHUN 2013 16,2% 11,0% 23,0% Aparat 14,6% Toko Agama Tokoh Masyarakat 29,0% 9,0% Penyuluh Kesehatan Guru Media Massa Lainnya 66,7% Sumber : Studi Komunikasi dan Pemetaan Media 2013 Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) Di Kabupaten Perilaku mencuci tangan pakai sabun masih tergolong sangat rendah yaitu hanya sebesar 3,50 % Dari beberapa indikator yang disurvey, waktu yang paling sering untuk mencuci tangan memakai sabun dari 3,50% memiliki persentase yang cukup tinggi adalah mencuci tangan pakai sabun sebelum makan 80,40% sedangkan mencuci tangan memakai sabun setelah makan43,30%. (Lihat Gambar 3.4 CTPS di Lima Waktu Penting) Kelompok Kerja Kabupaten Tahun 2013 47

Gambar 3.4 CTPS di Lima Waktu Penting CTPS DI 5 (LIMA) WAKTU PENTING 3,5% 96,5% Tidak Ya Sumber : Kajian Study EHRA 2013 Perilaku Buang Air Besar Sembarangan (BABS) Study EHRA menunjukkan, bahwa kepemilikan jamban bagi rumah tangga penduduk di kabupaten sudah lumayan tinggi yaitu yang menggunakan jamban pribadi 78,00% dan yang menggunakan MCK/WC umum sebanyak 4,20%. Meski begitu Perilaku BABS relatifmasih cukup tinggiyaitu 32,10%. Perilaku BABS lebih banyak ke sungai, kebun, dan pekarangan, perilaku ini tidak terbatas pada masyarakat perdesaan maupun perkotaan melainkan masyarakat yang tinggal di bantaran sungai. (Lihat Gambar 3.4 Grafik Perilaku BABS) Kelompok Kerja Kabupaten Tahun 2013 48

Gambar 3.5 Grafik Perilaku BABS PERSENTASE PRAKTIK BABS DI KABUPATEN BULUKUMBA TAHUN 2013 100,0 80,0 60,0 71,3 71,9 61,5 76,4 47,5 67,9 40,0 20,0 28,8 28,1 38,5 23,6 52,5 32,1 Tidak Ya, BABS 0,0 0 1 2 3 4 Total Kluster Desa/Kelurahan Sumber : Kajian Study EHRA 2013 Pengelolaan Air Minum Potensi air bersih yang dimiliki cukup besar karena didukung oleh topografi dataran rendah sampai bergelombang dan dataran tinggi hampir berimbang dengan dataran rendah. Khusus untuk kawasan perkotaan sumber air minum diperoleh dari layanan PDAM sedangkan daerah pedesaan diperoleh dari sumber-sumber air dari alam seperti dari mata air terlindungi maupun yang tidak terlindungi. Dalam pengelolaan air untuk diminum berdasarkan study EHRA angka dikelola secara direbus 92.60%. (Lihat Gambar 3.6 Grafik Pengelolaan Air Minum) Kelompok Kerja Kabupaten Tahun 2013 49

Gambar 3.6 Grafik Pengelolaan Air Minum GRAFIK PENGELOLAAN AIR MINUM DI KABUPATEN BULUKUMBA TAHUN 2013 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0%,0 3,9 7,9 2,2 6,1,0 2,9 3,3 4,2 1,8 93,5 88,1 95,6 90,6 100,0 92,6 0 1 2 3 4 Total Tidak tahu Lainnya Menggunakan filter keramik Ditambahkan kaporit Direbus Kluster Desa/Kelurahan Sumber : Kajian Study EHRA 2013 Perilaku Pengelolaan Sampah Berdasarkan hasil kajian Study EHRA, menggambarkan suatu perilaku yang tidak sesuai dengan yang diinginkan. Hasil pengamatan menunjukkan 58,80% responden masih ada sampah yang berserakan atau tumpukan sampah di sekitar lingkungan hunian mereka. Hal tersebut mengakibatkan banyak binatang yang berkeliaran serta aroma yang kurang sedap dan menyumbat saluran drainase. Pengelolaan sampah ditingkat rumah tangga masih menunjukkan prilaku yang tidak baik, 32,40% responden menjawab membuang ke lahan kosong/kebun/dibiarkan membusuk dan yang cukup mengkhawatirkan adalah perilaku mengelola sampah secara dibakar sebesar37,70%. (Lihat Gambar 3.7 Grafik Pengelolaan Sampah Setempat) Kelompok Kerja Kabupaten Tahun 2013 50

Gambar 3.7 Grafik Pengelolaan Sampah Setempat PENGELOLAAN SAMPAH BERDASARKAN CLUSTER DI KABUPATEN BULUKUMBA TAHUN 2013 100 80,0 36,3 9,4 44,4 4,8 7,5 31,5 44,3,0 15,0 6,2 37,7 Dikumpulkan oleh kolektor informal yang mendaur ulang Dikumpulkan dan dibuang ke TPS 60 40 25,0 8,8 7,1 5,7 52,5 9,9 Dibakar Dibuang ke dalam lubang dan ditutup dengan tanah 20 37,5 28,1 37,9 26,8 30,0 32,4 Dibuang ke dalam lubang tetapi tidak ditutup dengan tanah 0 0 1 2 3 4 Total Kluster Desa/Kelurahan Dibuang ke sungai/kali/laut/danau Dibiarkan saja sampai membusuk Sumber : Kajian Study EHRA 2013 Perilaku Pengelolaan Sistem Pembuangan Air Limbah (SPAL) Potensi pencemaran karena SPAL cukup tinggi, dari hasil kajian study EHRA didapat bahwa angka pencemaran karena SPAL di Kabupaten 59,00%. Penyebab utama hal ini adalah karena SPAL yang berfungsi di Kabupaten hanya sekitar 58,50% selebihnya tidak ada SPAL di lingkungan dan walaupun ada tidak dapat berfungsi dengan baik.(lihat Gambar 3.8 Grafik Pencemaran Karena SPAL) Kelompok Kerja Kabupaten Tahun 2013 51

Gambar 3.8 Grafik Pencemaran Karena SPAL PENCEMARAN SPAL BERDASARKAN KLASTER DI KABUPATEN BULUKUMBA 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% 41,3 58,1 61,9 56,1 59,0 87,5 58,8 41,9 38,1 43,9 41,0 12,5 0 1 2 3 4 Total Ada Pencemaran SPAL Tidak ada Pencemaran SPAL Kluster Desa/Kelurahan Sumber : Kajian Study EHRA 2013 Dari penyampaian data diatas dapat disimpulkan ada beberapa permasalahan mendesak dan issu strategis, utamanya masih rendahnya kesadaran masyarakat pada tatanan rumah tangga terhadap perilaku hidup bersih dan sehat. (Lihat Tabelr 3.3 Permasalahan Mendesak dan Issu Strategis) Tabel 3.3 Permasalahan Mendesak dan Isu Strategis Permasalahan Mendesak 1. Rendahnya pengetahuan, sikap, dan perilaku masyarakat dalam menerapkan PROHISAN Issu Strategis 1. Masyarakat yang melakukan cuci tangan pakai sabun khususnya di 5(lima) waktu penting Kelompok Kerja Kabupaten Tahun 2013 52

2. Belum tercapainya target RAD AMPL khususnya STOP BABS 3. Masih kurangnya SDM yang memiliki kemampuan dalam memicu masyarakat untuk melakukan hidup sehat 4. Belum adanya regulasi yang terkait sanitasi 5. Belum adanya rencana kegiatan yang terintegrasi diantara lintas sektor dan lintas program 2. Masyarakat yang melakukan BABS masih tinggi yaitu 32, 1%, sementara target RAD AMPL Stop BABS sebesar 85% 3. Masyarakat belum memiliki motivator yang dapat mempengaruhi perilaku dalam pelaksanaan PROHISAN 4. Belum adanya kebijakan yang dapat memayungi masyarakat dalam meningkatkan kesadarannya untuk berperan serta dalam penyediaan sarana sanitasi dan pelaksanaan PROHISAN 5. Koordinasi yang masih kurang pada saat penyusunan rencana kegiatan diantara instansi dan lintas program terkait Sumber : Dinas Kesehatan 3.1.2 Tatanan Sekolah Sekolah sebagai sebuah institusi pendidikan formal, selain memberikan pelajaran sesuai kurikulum hendaknya juga menjadi tempat mempelajari cara berperilaku yang benar dalam sanitasi. Siswa sekolah merupakan komunitas besar dalam masyarakat, dalam wadah organisasi sekolah yang telah mapan, tersebar luas di pedesaan maupun perkotaan, serta telah ada program usaha kesehatan sekolah. Siswa sekolah merupakan umur yang mudah menerima inovasi baru dan mempunyai keinginan kuat untuk menyampaikan pengetahuan dan informasi yang mereka terima kepada orang lain. Kondisi perilaku hidup bersih dan sehat pada lingkungan sekolah dapat dilihat dari ketersedian dan kondisi fasilitas sanitasi di sekolah seperti toilet dan tempat cuci tangan, tempat sampah, SPAL dan pengetahuan tentang kesehatan di sekolah. Di Kabupaten sebagian besar sekolah baik di tingkat taman kanak-kanak (TK), SD/MI, SMP/MTs, maupun Kelompok Kerja Kabupaten Tahun 2013 53

SMA/MA, telah menyediakan fasilitas dan sarana sanitasi sekolah. Namun dari segi kelayakan tidak sesuai dengan sarat kesehatan dan pengelolaan prasarana dan sarana sanitasi masih perlu adanya peningkatan, hal ini selain karena keterbatasan anggaran terkait penyediaan sarana sanitasi, kurangnya kesadaran untuk ber PHBS di lingkungan sekolah menjadi penyebab kurangnya perhatian akan perilaku hidup bersih dan sehat di lingkungan sekolah. (Lihat Tabel 3.4 Kondisi Sarana Sanitasi di Sekolah dan Tabel 3.5 kondisi Sanitasi Sekolah Tingkat Sekolah Dasar) Kelompok Kerja Kabupaten Tahun 2013 54

Tabel 3.4 Kondisi Sarana Sanitasi di Sekolah Kelompok Kerja Kabupaten Tahun 2013 55

Sumber : Dinas Kesehatan Kelompok Kerja Kabupaten Tahun 2013 56

Nama Sekolah Apakah pengetahuan ttg Higiene dan Sanitasi diberikan Ya, saat Ya, saat mata pertemuan / Tidak pelajaran penyuluhan pernah PenJas di kelas tertentu Tabel 3.5 Kondisi Sarana Sanitasi Sekolah Tingkat Sekolah Dasar Apakah ada dana utk air bersih / sanitasi / pend. higiene Ya Tidak Cara Pengelolaan Sampah Dikumpulkan Dipisahkan Dibuat kompos Kapan Tangki Septik Dikosongkan Kondisi Higiene Sekolah SDN 214 - - - - - Belum Pernah Cukup Ada SDN 105 - - - - Belum Pernah Baik Ada Rencana perbaikan sanitasi sekolah SDN 312 - - - Belum Pernah Baik Belum Ada SDN 27 - - - Belum Pernah Baik Belum Ada SDN 331 - - - - Belum Pernah Cukup Ada SDN 29 - - - - Belum Pernah Cukup Ada SDN 221 - - - - Belum Pernah Baik Ada SDN 3 - - - - - Belum Pernah Cukup Ada SDN 10 - - - - - Belum Pernah Cukup Belum Ada SDN 343 - - - - - Belum Pernah Cukup Belum Ada SDN 318 - - - - - Belum Pernah Cukup Belum Ada SDN 118 - - - - Belum Pernah Baik Ada SDN 166 - - - Belum Pernah Baik Belum Ada Kelompok Kerja Kabupaten Tahun 2013 57

SDN 348 - - - - Belum Pernah Baik Ada SDN 263 - - - - Belum Pernah Baik Ada SDN 154 - - - - - Tidak Pernah Cukup Belum Ada SDN 151 - - - - - Tidak Pernah Cukup Belum Ada SDN 134 - - - - Tidak Pernah Cukup Belum Ada SDN 15 - - - Belum Pernah Baik Belum Ada SDN 269 - - - Belum Pernah Baik Belum Ada SDN 20 - - - - Belum Pernah Baik Ada SDN 62 - - - - Belum Pernah Cukup Ada SDN 79 - - - Belum Pernah Baik Belum Ada SDN 80 - - - - - Belum Pernah Cukup Belum Ada SDN 92 - - - - Belum Pernah Baik Ada SDN 86 - - - Belum Pernah Baik Ada SDN 279 - - - - - Belum Pernah Cukup Belum Ada SDN 50 - - - - Belum Pernah Cukup Belum Ada SDN 235 - - - - - Belum Pernah Baik Ada SDN 52 - - - - Belum Pernah Baik Ada Sumber : Dinas Kesehatan Kelompok Kerja Kabupaten Tahun 2013 58

3.2 Pengelolaan Air Limbah Domestik Sarana sanitasi air limbah wilayah Kabupaten secara kuantitas dan kualitas belum memenuhi kebutuhanmasyarakat. Masih banyak sarana airlimbah kurang memenuhi ditinjau dari aspek kesehatan lingkungan terutama di kawasan pedesaan seperti masih menggunakan closet cemplung (cubluk), belum adanya penyedota nlumpurtinja, dan sarana pembuanganakhir lumpurtinja. Dalam pengelolaan limbah cair domestic di Kabupaten sebagian besar masyarakat masih menggunakan system on site (setempat) serta masih sangat sedikit yang sudah menggunakan system komunal untuk pengelolaan blackwater. Sedangkan untuk greywater sebagian besar rumah tangga masih melakukan pembuangan kelahan terbuka, drainase, saluran irigasi, bahkan ke sungai. Dalam pengelolaan air limbah dikenal ada 2 (dua) sistem pengelolaan, yaitu on site system dan off site system. Kedua system pengelolaan ini memiliki kelebihan dan kekuangan, yaitu: On Site System Off Site System Keuntungan : Keuntungan : 1. Menggunakan teknologi sederhana. 1. Menyediakan pelayanan yang terbaik. 2. Memerlukan biaya yang rendah. 3. Masyarakat dan tiap-tiap keluarga 2. Sesuai untuk daerah dengan kepadatan tinggi. dapat menyediakan sendiri. 4. Pengoperasian dan pemeliharaan 3. Pencemaran terhadap air tanah dan badan air dapat dihindari. oleh masyarakat. 4. Memiliki masa guna lebih lama. 5. Manfaat dapat dirasakan secara langsung. 5. Dapat menampung semua Limbah. Kerugian : Kerugian : 1. Tidak dapat diterapkan pada setiap daerah, misalkan sifat permeabilitas tanah, tingkat kepadatan, dan lainlain. 2. Fungsi terbatas hanya dari buangan kotoran manusia, tidak melayani air limbah kamar mandi dan air bekas cucian. 3. Operasi dan pemeliharaan sulit dilaksanakan. 1. Memerlukan biaya investasi, operasi, dan pemeliharaan yang tinggi. 2. Menggunakan teknologi tinggi. 3. Tidak dapat dilakukan oleh perseorangan. 4. Manfaat secara penuh diperoleh setelah selesai jangka panjang. 5. Waktu yang lama dalam perencanaan dan pelaksanaan. 6. Perlu pengelolaan, operasional, dan pemeliharaan yang baik. Kelompok Kerja Kabupaten Tahun 2013 59

3.2.1 Kelembagaan Pengelolaan air limbah domestik non tinja (jenis buangan mandi, cuci) belum ada kelembagaan atau unit usaha tertentu yang berminat. Pada umumnya sistem pembuangan limbah non tinja ini dialirkan melalui lubangresapan yang disalurkan melalui saluran pipa (tertutup) atau saluran terbuka, masih banyak ditemui masyarakat membuang air limbah non tinja ke sungai atau saluran drainase terdekat. Pengelolaan limbah non tinja untuk rumah tangga dengan konstruksi rumah panggung umumnya dialirkan langsung dikolong rumah dapur yang pada umumnya tidak memiliki lubang resapan. Pada Kabupaten pengelolaan air limbah domestik menjadi tupoksi lintas SKPD yang mana secara teknis menjadi kewenangan Dinas Tata Ruang dan Permukiman. Pengelolaan air limbah domestik juga berkaitan erat dengan tupoksi SKPD Badan Pengendalian dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah terutama dalam hal perumusan kebijakan, pengawasan maupun pembinaan. Institusi pemerintahan tersebut memiliki korelasi yang kuat, dimana Dinas Tata Ruang dan Permukiman berperan sebagai operator karena lebih bersifat teknis, dan Badan Pengendalian dan Pengelolaan Lingkungan Hidup serta Badan Perencanaan Pembangunan Daerah lebih memainkan peran sebagai regulator. Upaya-upaya preventif dan promotif menjadi bagian penting yang tidak terpisahkan dari rangkaian kegiatan pengelolaan air limbah domestik sehingga peran dari Dinas Kesehatan juga bersifat penting. (Lihat Tabel 3.6 Daftar Pemangku Kepentingan Dalam Pengelolaan Air Limbah Domestik, Tabel 3.7 Daftar Peraturan Terkait Air Limbah Domestik) Kelompok Kerja Kabupaten Tahun 2013 60

Tabel 3.6 Daftar Pemangku Kepentingan Dalam Pengelolaan Air Limbah Domestik FUNGSI Pemerintah Kab. PEMANGKU KEPENTINGAN Swasta Masyarakat Perencanaan Menyusun Target Pengelolaan Air Limbah domestik skala kabupaten Menyusun rencana program air limbah domestik dalam rangka pencapaian target Menyusun rencana anggaran program air limbah domestik dalam rangka pencapaian target Pengadaan Sarana Menyediakan sarana pembuangan awal air limbah domestik Membangun sarana pengumpulan dan pengelolaan awal (tangki septik) Menyediakan sarana pengangkutan dan tangki septik ke IPLT (truk Tinja) Membangun jaringan dan saluran pengaliran limbah dari sumber ke IPAL (pipa kolektor) Membangun sarana IPLT dan atau IPAL Pengelolaan Menyediakan layanan penyedotan lumpur tinja Mengelola IPLT dan atau IPAL Melakukan penarikan retribusi penyedotan lumpur tinja Memberikan izin usaha pengelolaan air limbah domestik dan atau penyedotan air limbah domestik Melakukan pengecekan kelengkapan utilitas teknis bangunan (tangki septik, dan saluran drainase lingkungan) dalam pengurusan IMB Pengaturan dan Pembinaan Mengatur prosedur penyediaan layanan air limbah domestik (pengangkutan, personil, peralatan, dll) Kelompok Kerja Kabupaten Tahun 2013 61

Melakukan sosialisasi peraturan, dan pembinaan dalam hal pengelolaan air limbah domestik Memberikan sanksi terhadap pelanggaran pengelolaan air limbah domestik Monitoring dan Evaluasi Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap capaian target pengelolaan air limbah domestik skala kabupaten Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kapasitas infrastruktur sarana pengelolaan air limbah domestik Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap efektivitas layanan air limbah domestik dan atau menampung serta mengelola keluhan atas layanan air limbah domestik. Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap baku mutu air limbah domestik Sumber : Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya Tabel 3.7 Daftar Peraturan Terkait Air Limbah Domestik Peraturan Air Limbah Domestik Target Capaian Pelayanan Pengelolaan Air Limbah Domestik Kewajiban dan sanksi bagi Pemerintah Kab/Kota dalam penyediaan layanan pengelolaan Air Limbah Domestik Kewajiban dan sanksi bagi pemerintah Kab/Kota dalam memberdayakan masyarakat dan badan usaha dalam pengelolaan Air Limbah Domestik Kewajiban dan sanksi bagi masyarakat dan atau pengembang untuk menyediakan sarana pengelolaan Air Limbah Domestik di hunian umum Keawajiban dan sanksi bagi Industri rumah tangga untuk menyediakan sarana pengelolaan Air Limbah Domestik di tempat usaha Kewajiban dan sanksi bagi kantor untuk menyediakan sarana pengelolaan Air Limbah Domestik di tempat umum Ketersediaan Tdk Ada Ada Efektif Pelaksanaan Belum efektif Tidak efektif Ket Kelompok Kerja Kabupaten Tahun 2013 62

Kewajiban pengelolaan air limbah domestik untuk masyarakat, industri rumah tangga, dan kantor pemilik tangki septik Retribusi pengelolaan air limbah domestik Tata cara perizinan untuk kegiatan pembangunan air limbah domestik bagi kegiatan permukiman, usaha rumah tangga, dan perkantoran Sumber : Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya 3.2.2 Sistem dan Cakupan Pelayanan Air limbah domestik di Kabupaten dikelola secara on-site (setempat), dimana sistem pembuangan air limbah dilakukan secara individual, diolah dan dibuang di tempat. Sistem ini meliputi tangki septik, cubluk dan resapan. Sedangkan untuk tangki, suspek aman masih cukup besar yaitu 60,00%. (Lihat Gambar 3.9 Grafik Tempat Penyaluran Akhir Tinja, Gambar 3.10 Grafik Persentase Tangki Suspek Aman dan Tidak Aman) Gambar 3.9 Grafik Tempat Penyaluran Akhir Tinja TEMPAT PENYALURAN AKHIR TINJA DI KABUPATEN BULUKUMBA TAHUN 2013 0,4% 0,7% 1,4% 21,1% 20,3% 55,8% Tangki septik Pipa sewer Cubluk/lobang tanah Langsung ke drainase Sungai/danau/pantai Kebun/tanah lapang Tidak tahu 0,4% Sumber : Kajian Study EHRA 2013 Kelompok Kerja Kabupaten Tahun 2013 63

Gambar 3.10 Grafik Persentase Tangki Suspek Aman dan Tidak Aman 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% TANGKI SEPTIK SUSPEK AMAN & TIDAK AMAN DI KABUPATEN BULUKUMBA TAHUN 2013 53,8 54,1 46,3 45,9 66,7 33,3 52,9 47,1 90,0 10,0 60,0 40,0 0 1 2 3 4 Total Suspek aman Tidak aman Sumber : Kajian Study EHRA 2013 Kluster Desa/Kelurahan Kabupaten ada saat ini pengelolaan black water (air limbah yang berasal dari jamban atau WC) masih sebatas pengumpulan dan penampungan, sedangkan unit pengolahan pengangkutan dan pengolahan akhir lumpur tinja atau Instalasi Pengolahan Limbah Tinja (IPLT) belum berfungsi secara maksimal dimana tidak pernah dilakukan penyedotan lumpur tinja skala rumah tangga.(lihat Peta 3.1Peta Cakupan Layanan Pengelolaan Air Limbah Domestik, Peta 3.2 Peta Lokasi Infrastruktur Utama Pengelolaan Air Limbah Domestik) Sistem pengolahan air limbah domestik yang terdiri atas black water yang berasal dari tinja, urine, air pembersih dan air penggelontor. Umumnya menggunakan jamban leher angsa, plengsengan, cemplung dan sebagian lagi masih buang air besar sembarangan. Air limbah domestik lainnya adalah Grey Water yang merupakan air limbah hasil kegiatan dapur, mandi dan Kelompok Kerja Kabupaten Tahun 2013 64

mencuci. (Lihat Tabel 3.8 Diagram Sistem Sanitasi Pengelolaan Air Limbah Domestik, Tabel 3.9 Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik di Kabupaten ) Tabel 3.8 Diagram Sistem Sanitasi Pengelolaan Air Limbah Domestik Input User Interface Pengumpulan Penampungan Pengolahan Awal Pengaliran Pengolahan Akhir Pembuangan Daur Ulang Kode / Nama Aliran Jamban/WC/ Toilet Tangki Septik Tidak Ada Tidak Ada Tanah AL.1 Jamban/WC/ Toilet Tangki Septik Tidak Ada Tidak Ada Drainase AL.2 Black Water Jamban/WC/ Toilet Jamban/WC/ Toilet Tangki Septik Tangki Septik Truk Tinja Tidak Ada IPLT Tidak Ada Sungai Sungai AL.3 AL.4 Jamban/WC/ Toilet Cemplung Tidak Ada Tidak Ada Tanah AL.5 BABs Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Sungai AL.6 BABs Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tanah AL.7 Kamar Mandi Tidak Ada Drainase Tidak Ada Sungai AL.8 Grey Water Kamar Mandi Kamar Mandi Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tanah Sungai AL.9 AL.10 Dapur Tidak Ada Drainase Tidak Ada Sungai AL.11 Dapur Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tanah AL.12 Kelompok Kerja Kabupaten Tahun 2013 65

Dapur Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Sungai AL.13 Cuci Mobil Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Sungai AL.14 Cuci Mobi Tidak Ada Drainase Tidak Ada Sungai AL.15 Sumber : Hasil Rapat Pokja Sanitasi Tabel 3.9 Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik di Kabupaten Kelompok Fungsi Teknologi yang digunakan Data Sekunder ( Perkiraan ) Nilai Data Sumber Data User interface Jamban / WC Buah 62.975 Dinkes Pengumpulan Penampungan Pengolahan Awal Pengolahan Akhir Tangki Septik Unit 35.141 Dinkes IPLT Unit 1 DTRCK Pembuangan Daur Ulang Sungai Drainase Sungai Tidak ada Tidak ada Sumber : Dinas Kesehatan Kelompok Kerja Kabupaten Tahun 2013 66

Peta 3.1 Peta Cakupan Layanan Pengelolaan Air Limbah Domestik Kelompok Kerja Kabupaten Tahun 2013 67

Peta 3.2 Peta Lokasi Infrastruktur Utama Pengelolaan Air Limbah Domestik Kelompok Kerja Kabupaten Tahun 2013 68

3.2.3 Kesadaran Masyarakat dan PMHSJK Pengelolaan air limbah masih membutuhkan perhatian serius dan perlu melibatkan berbagai pihak, tidak saja pemerintah tetapi yang paling utama adalah masyarakat itu sendiri karena selain sebagai obyek, saat ini masyarakat diharapkan lebih banyak memainkan peran dalam berbagai aspek pembangunan termasuk sektor sanitasi. Pemenuhan sarana dan prasarana tentu saja sangat penting dalam pembangunan sektor sanitasi tetapi capaian tujuan secara menyeluruh selalu bermuara pada sejauhmana penyediaan sarana dan prasarana tersebut dapat memberikan manfaat bagi perbaikan kualitas hidup masyarakat. Karena pada kenyataannya, ketersediaan sarana dan prasarana hanya dapat berdampak positif jika masyarakat dapat memanfaatkan secara baik, yang berarti pengetahuan, wawasan dan tingkat kesadaran masyarakat merupakan bagian yang memiliki intervensi sangat signifikan dalam pembangunan sektor sanitasi terlebih mengenai pengelolaan air limbah. (Lihat Tabel 3.10 Pengelolaan Sarana Jamban dan MCK Oleh Masyarakat) Kelompok Kerja Kabupaten Tahun 2013 69

Peta 3.10 Pengelolaan Sarana Jamban dan MCK Oleh Masyarakat Kecamatan RT Jumlah RW Jumlah Pddk miskin Jamban Keluarga Dikelola RT Dikelola RW Jumlah MCK Dikelola CBO Tahun MCK dibangun Jumlah Sanimas Ganking 256 138 5.008 9.300 - - - - - - - - - - Ujung Bulu 147 79 2.307 6.516 - - - - - - - - - - Bonto Bahari 116 59 1.667 4.858 - - - - - - - - - - Bonto Tiro 148 90 3.234 4.507 - - - - - - - - - - Herlang 131 67 2.939 2.373 - - - - - - - - - - Kajang 193 139 5.941 5.281 - - - - - - - - - - Bulukumpa 338 161 5.409 9.450 - - - - - - - - - - Kindang 188 100 2.516 5.063 - - - - - - - - - - Ujung Loe 175 89 4.058 5.880 - - - - - - - - - - Rilau Ale 238 136 3.323 9.747 - - - - - - - - - - Sumber : DTRCK Dikelola Lainnya Dikelola RT Dikelola RW Dikelola CBO Dikelola Lainnya Tahun Sanimas dibangun Kelompok Kerja Kabupaten Tahun 2013 70

Kabupaten, dimana masih terdapat angka buta huruf, tingkat pendidikan relatif masih minim, kondisi perekonomian yang masih membutuhkan perhatian jauh lebih besar terutama masyarakat berpenghasilan rendah, serta aksesibilitas yang relatif masih sulit, tentu saja mempengaruhi pola pikir dan perilaku hidup yang masih sangat bergantung pada kebijakan, serta belum begitu mengedepankan pentingnya pola hidup bersih dan sehat. Dalam konteks rumah tangga, kaum perempuan cukup terlibat namun dalam pengambilan keputusan masih didominasi oleh laki-laki, padahal dalam pengelolaan sanitasi posisi perempuan sebenarnya sangat strategis dan memiliki pengaruh sangat besar. Sehubungan dengan hal tersebut maka upaya-upaya pemberdayaan masyarakat, pengharusutamaan jender serta pelibatan masyarakat berpenghasilan rendah dalam pengelolaan air limbah maupun sektor sanitasi secara umum, seharusnya dapat menjadi salah satu prioritas dan target capaian pembangunan. (Lihat Tabel 3.11 Kondisi Sarana MCK, Tabel 3.12 Daftar Program/Proyek Layanan Air Limbah Domestik Yang Berbasis Masyarakat) Tabel 3.11 Kondisi Sarana MCK No Lokasi MCK Jumlah Pemakai MCK Sumber Air PDAM SPT SGL Jumlah Toilet Jumlah KM L P S K T S K T S K T L P L P 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 3 1 1 1 1 4 1 1 1 1 Kelompok Kerja Kabupaten Tahun 2013 71

Keterangan : L = Laki-laki P = Perempuan S = Selalu tersedia air T = Tidak ada persediaan air K = Kadang-kadang Y = Ya T = Tidak SPT = Sumur pompa tangan SGL = Sumur gali Fas. Cuci Tanga Persedia an Sabun Sumber : Hasil monitoring evaluasi APBD 2012 Bappeda Ada Biaya Pemaka ian MCK Tempat Buangan Air kotor Y T Y T Y T Y T Kapan tangki Septik Dikosongkan Belum pernah Belum pernah Belum pernah Belum pernah Tabel 3.12 Daftar Program/Proyek Layanan Air Limbah Domestik Yang Berbasis Masyarakat No Komponen Nama Program /Kegiatan 1 Air Limbah Penangulangan Kemiskinan terpadu (Paket) P2KP Penangulangan 2 MCK Kemiskinan terpadu (Paket) P2KP Sumber : Keterangan : PM = Pemberdayaan Masyarakat JDR = Jender MBR = Masyarakat Penghasilan Rendah Pelaksana Tahun Pengerjaan Kondisi Saat ini Aspek PMJK Tidak Fungsi Rusak PM JDR MBR Fungsi Pakem 2009 Pakem 2009 3.2.4 Pemetaan Media Sanitasi dan kepedulian masyarakat tidak dapat lepas dari komunikasi dimana dalam komunikasi terdapat pengirim pesan, media pesan yang ingin disampaikan, alat komunikasi, komunikasi yang digunakan serta sasaran komunikasi. Untuk itu dilakukan studi komunikasi dan pemetaan Kelompok Kerja Kabupaten Tahun 2013 72

media yang merupakan salah satu studi yang dilakukan oleh pokja Kabupaten dalam rangka penyusunan buku putih. Media memiliki peran penting dalam mendorong perubahan perilaku masyarakat untuk hidup bersih dan sehat serta higienis. Informasi mengenai pengelolaan persampahan melalui media secara umum jarang dilakukan, baik melalui media cetak maupun media elektronik. Sejauh ini sejumlah media yang ada belum dimanfaatkan secara optimal dalam sosialisasi mengenai kebijakan yang berkaitan dengan pengelolaan persampahan. Informasi selama ini masih dilakukan secara insidentil berdasarkan program SKPD terkait, antara lain melalui spanduk atau papan himbauan. Pemerintah Kabupaten sampai saat ini belum melakukan kerjasama dengan berbagai media informasi. Akan tetapi mengingat pentingnya peran media dalam memberikan informasi kepada masyarakat maka kedepan Pemerintah Kabupaten akan bekerjasama dengan beberapa media yang ada di Kabupaten.(Lihat Tabel 3.13 Kegiatan Komunikasi Terkait Komponen Air Limbah Domestik, Tabel 3.14 Media Komunikasi dan Kerjasama Terkait Komponen Air Limbah Domestik) Tabel 3.13 Kegiatan Komunikasi Terkait Komponen Air Limbah Domestik No. Kegiatan Tahun Dinas Pelaksana Tujuan Kegiatan Khalayak Sasaran Pesan Kunci Pembelajaran - - - - - - - - Sumber : Kelompok Kerja Kabupaten Tahun 2013 73

Tabel 3.14 Media Komunikasi dan Kerjasama Terkait Komponen Air Limbah Domestik No. Nama Media Jenis Acara Terkait Air Limbah Isu yang Diangkat Pesan Kunci Efektifitas - - - - - - Sumber : 3.2.5 Partisipasi Dunia Usaha Penyedia layanan pengelolaan air limbah domestik di Kabupaten masih terbatas terutama dari dunia usaha atau pihak swasta. Sampai saat ini di Kabupaten belum ada pihak swasta yang berkontribusi terhadap kegiatan pengelolaan air limbah domestik kecuali LSM Rejo Mandiri. (Lihat Tabel 3.15 Penyedia Layanan Air Limbah Domestik) Tabel 3.15 Penyedia Layanan Air Limbah Domestik di Kabupaten Nama Provider Tahun Mulai Operasi Jenis Kegiatan Potensi Kerjasama Sumber :Dinas Tata Ruang dan Permukiman 3.2.6 Pendanaan dan Pembiayaan Anggaran Pendapatan dan Belanja, baik belanja investasi maupun operasional dan pemeliharaan yang dilakukan Pemerintah Daerah melalui SKPD terkait yang berwenang dalam operasi pengelolaan air limbah domestik pada Tahun Anggaran 2012 sebesar Rp. 1.009.536.000,-.Anggaran tersebut sepenuhnya membiayai kegiatan investasi berupa pembangunan Kelompok Kerja Kabupaten Tahun 2013 74

sarana MCK sedangkan untuk kegiatan operasional dan pemeliharaan sejak tahun 2009 sampai tahun 2012 belum teralokasikan sama sekali. Adapun retribusi yang bersumber dari kegiatan sub sektor air limbah domestik belum ada karena pengelolaan maupun regulasinya juga belum tersedia. (Lihat Tabel 3.16 Rekapitulasi Realisasi Pendanaan Sanitasi Komponen Air Limbah Domestik, Tabel 3.17 Realisasi dan Potensi Retribusi Air Limbah Domestik) No Tabel 3.16 Rekapitulasi Realisasi Pendanaan Sanitasi Komponen Air Limbah Domestik Sub Sektor 1 Air Limbah Domestik Belanja (Rp) 2009 2010 2011 2012 Pertum buhan (%) 1.a Investasi 350.000.000 675.250.000 101.948.000 1.009.536.000 42,35 1.b Oprasional / Pemeliharaan (OM) - - - - - 1.c Perkiraan Biaya OM berdasarkan Infrastruktur terbangun - - - - - Sumber : Laporan Realisasi APBD Tahun 2009-2012 Bappeda Tabel 3.17 Realisasi dan Potensi Retribusi Air Limbah Domestik No Sub Sektor 1 Air Limbah Domestik Belanja (Rp) 2009 2010 2011 2012 Pertum buhan (%) 1.a Realisasi Retribusi - - - - - 1.b Potensi Retribusi - - - - Sumber : Laporan Realisasi APBD Tahun 2009-2012 DPPKAD 3.2.7 Permasalahan mendesak dan isu strategis Di Kabupaten Ada beberapa isu pokok yang timbul terkait sistem sanitasi pengelolaan air limbah domestik antara lain bahwa sebagian besar Kelompok Kerja Kabupaten Tahun 2013 75 -

pengelolaan air limbah domestik di Kabupaten mennggunakan on site system dimana limbah buangan langsung dialirkan ke sungai. Sistem kelembagaan sanitasi masih lemah,kondisi ini menuntut adanya peningkatan kapasitas layanan pengelolaan air limbah, terutama dalam meningkatkan kepedulian dan kesadaran masyarakat untuk hidup bersih dan sehat, sehingga tatanan pengelolaan air limbah domestik memenuhi harapan. Untuk mendorong peningkatan kesadaran masyarakat untuk hidup bersih dan sehat maka perlu dukungan media komunikasiuntuk memberi informasi mengenai pentingnya hidup bersih dan sehat di masyarakat. Permasalahan mendesak yang menjadi prioritas di Kabupaten pada sektor air limbah domestik lebih kepada penyediaan sarana dan prasarana seperti sarana Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL) terpusat maupun komunal dan Instalasi Pengelolaan Limbah Tinja (IPLT). (Lihat Tabel 3.18 Permasalahan Mendesak dan Isu Strategis) Tabel 3.18 Permasalahan Mendesak dan Isu Strategis Permasalahan Mendesak 1. Belum adanya Regulasi Sanitasi 2. Belum tersedianya sarana dan sistim pendukung pengelolaan air limbah domestik yang layak. 3. Sarana dan prasarana limbah domestik IPLT yang ada TAPI tidak difungsikan secara optimal. Sumber : DTCRK Issu Strategis 1. Penyusunan Perda Sanitasi 2. Sistem pengelolaan air limbah masih menggunakan sistem on site sehingga pencemaran air sungai oleh limbah domestik mengakibatkan sungai tidak layak dijadikan sumber air baku air minum. 3. Sistem kelembagaan sanitasi masih lemah, kondisi ini menuntut adanya peningkatan kapasitas layanan pengelolaan air limbah. Kelompok Kerja Kabupaten Tahun 2013 76

3.3 Pengelolaan Persampahan Lembaga atau instansi pengelola persampahan merupakan motor penggerak seluruh kegiatan pengelolaan sampah dari sumber sampai TPA. Kondisi kebersihan suatu kota atau wilayah merupakan output dari rangkaian pekerjaan manjemen pengelolaan persampahan yang keberhasilannya juga ditentukan oleh faktor-faktor lain. Kapasitas dan kewenangan instansi pengelola persampahan menjadi sangat penting karena besarnya tanggung jawab yang yang harus dipikul dalam menjalankan roda pengelolaan yang biasanya tidak sederhana bahkan cenderung cukup rumit sejalan dengan makin besarnya kategori kota. Penanganan pengelolaan persampahan di Kabupaten dilaksanakan oleh Dinas Cipta karya dan Tata Ruang dan didukung oleh Badan Lingkungan Hidup.Tugas pokoknya adalah penampungan, pengangkutan, pembuangan dan pemusnahan, dan mengelola TPA sementara.kondisi dukungan kebijakan bagi optimalnya pengelolaan persampahan di Kabupaten saat ini belum memadai. Ketimpangan tersebut masih belum didukung oleh SDM (sumber daya manusia) yang memadai terutama ditinjau dari kuantitas dan kualitas. Upaya-upaya peningkatan kualitas personil yang telah dilakukan beberapa waktu yang lalu berupa training bidang persampahan yang dilakukan oleh perbagai pihak baik Pemerintah maupun Pemerintah Daerah baik di dalam maupun luar negeri, tidak ditindak lanjuti oleh Pemerintah Daerah secara memadai. Para tenaga terdidik tersebut pada umumnya telah menempati tugas diluar sektor persampahan 3.3.1 Kelembagaan Berdasarkan orientasi kerja dan kesepadanan tupoksi SKPD maka pengelolaan sub sektor persampahan secara operasional berkaitan langsung dengan Dinas Tata Ruang dan Permukiman, sedangkan Badan Lingkungan Hidup dan Bappeda lebih berperan dalam perumusan kebijakan serta perencanaan secara makro. Pengelolaan sub sektor persampahan tidak Kelompok Kerja Kabupaten Tahun 2013 77

cukup hanya berorientasi pada upaya-upaya penyediaan sarana dan prasarana serta penyelamatan lingkungan tetapi juga sangat diintervensi oleh aspek penyehatan lingkungan dan perilaku hidup masyarakat sehingga Dinas Kesehatan juga memegang peranan penting terutama dalam tahap preventif dan promotif. Kebersihan adalah bidang pada Dinas Tata Ruang dan Permukiman yang memiliki mandat tupoksi langsung dengan pengelolaan sub sektor persampahan. tupoksi yang dimaksud antara lain merencanakan langkahlangkah teknik, menyusun konsep yang sifatnya teknis, melaksanakan pengawasan dan pengendalian serta monitoring dan evaluasi secara teknis kegiatan Bidang Kebersihan. Pengawasan Lingkungan, serta Pengawasan dan Pengendalian adalah bidang pada Badan Lingkungan Hidup yang memiliki keterkaitan erat dengan pengelolaan sub sektor persampahan. Hal tersebut tergambar dari tupoksi yang diemban antara lain merumuskan kebijakan operasional, melaksanakan pembinaan, evaluasi implementasi program pencegahan dan pengendalian serta pemulihan kualitas lingkungan. Tupoksi tersebut kemudian menempatkan Badan Lingkungan Hidup pada posisi regulator dalam pengelolaan sub sektor persampahan. Merumuskan kebijaksanaan, program dan kegiatan pembangunan daerah bidang Perencanaan Wilayah meliputi sumber daya alam dan lingkungan hidup, perumahan dan pemukiman, merupakan tupoksi Bidang Perencanaan Pembangunan Fisik pada Bappeda sehingga juga memiliki keterkaitan erat dengan pengelolaan sub sektor persampahan. Bidang Penanggulangan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan pada Dinas Kesehatan adalah bidang berkaitan erat dengan pengelolaan sub sektor persampahan. Pengelolaan persampahan dilakukan melalui berbagai tahapan yakni perencanaan, pengadaan sarana dan prasarana, pengelolaan, pengaturan dan pembinaan serta monitoring dan evaluasi. Dalam konteks Kabupaten Kelompok Kerja Kabupaten Tahun 2013 78

, hal tersebut belum seluruhnya dapat dilakukan. (Lihat Tabel 3.19 Daftar Pemangku Kepentingan Dalam Pengelolaan Persampahan) Pemerintah kabupaten sebagai salah satu pemangku kepentingan dalam hal ini masih mengalami berbagai keterbatasan, baik sumberdaya manusia, ketersediaan sarana dan prasarana termasuk Tempat Pembuangan Akhir (TPA), penganggaran, regulasi hingga aspek kelembagaan. Disisi lain, pihak swasta yang diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap pengelolaan sub sektor persampahan terutama pada posisi pengadaan sarana dan pengelolaannya, juga belum maksimal memberikan partisipasi nyata. Demikian pula dengan keterlibatan masyarakat secara langsung dalam tahapan fungsi pengelolaan persampahan, masih sangat minim. Secara keseluruhan masih terbatas pada kegiatan pengumpulan sampah dari sumber ke Tempat Penampungan Sementara (TPS) itupun hanya pada lokasi-lokasi tertentu dalam lingkup layanan masih sangat kecil. Sebagian besar masih mengelola sampah dengan membakar atau bahkan membuang begitu saja ke lingkungan sekitar rumah dan sungai. Hal ini dikarenakan karena belum efektifnya beberapa peraturan mengenai persampahan. (Lihat Tabel 3.20 Daftar Peraturan Terkait Persampahan) Tabel 3.19 Daftar Pemangku Kepentingan Dalam Pengelolaan Persampahan Perencanaan FUNGSI Menyusun Target Pengelolaan Sampah skala kabupaten Menyusun rencana program persampahan dalam rangka pencapaian target Menyusun rencana anggaran program persampahan dalam rangka pencapaian target Pengadaan Sarana Pemangku Kepentingan Pemda Swasta Masyarakat Kelompok Kerja Kabupaten Tahun 2013 79

Menyediakan sarana pewadahan sampah di sumber sampah Membangun sarana pengumpulan dari sumber sampah ke TPS Membangun sarana penampungan sampah (TPS) Membangun sarana pengangkutan sampah dari TPS ke TPA Membangun sarana TPA Pengelolaan Mengumpulkan sampah dari sumber ke TPS Mengelola sampah di TPS Mengangkut sampah dari TPS ke TPA Mengelola sampah di TPA Melakukan pemilahan sampah Melakukan penarikan retribusi sampah Memberikan izin pengelolaan sampah Pengaturan dan Pembinaan Mengatur prosedur penyediaan layanan sampah (jam pengangkutan, personil, peralatan, dll) Melakukan sosialisasi peraturan dan pembinaan dalam hal pengelolaan sampah Memberikan sanksi terhadap pelanggaran pengelolaan sampah. Monitoring dan Evalusi Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap capaian target pengelolaan sampah skala kab/kota Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kapasitas infrastruktur sarana pengelolaan persampahan Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap efektivitas layanan persamapahan, dan atau menampung serta mengelola keluhan atas layanan persampahan Sumber : DTRCK Kelompok Kerja Kabupaten Tahun 2013 80

Tabel 3.20 Daftar Peraturan Terkait Persampahan Persampahan Peraturan Target Capaian Pelayanan Pengelolaan persampahan kab/kota Kewajiban dan sanksi bagi Pemerintah Kab/Kota dalam pemberdayaan masyarakat dan badan usaha dalam pengelolaan sampah Kewajiban dan sanksi bagi masyarakat untuk mengurangi sampah, menyediaan tempat sampah di hunian rumah dan membuang ke TPS Kewajiban dan sanksi bagi kantor/unit usaha di kawasan komersial/fasilitas sosial/fasilitas umum untuk mengurangi sampah, menyediakan tempat sampah dari TPS ke TPA Pembagian kerja pengumpulan sampah dari sumber ke TPS, dari TPS ke TPA, pengelolaan di TPA, dan pengaturan waktu pengangkutan sampah dari TPS ke TPA. Kerjasama pemerintah kab/kota dengan swasta atau pihak lain dalam pengelolaan sampah Retribusi pengelolaan sampah atau kebersihan Sumber : DTRCK Ketersediaan Tdk Ada Ada Efektif Pelaksanaan Belum efektif Tidak efektif Ket 3.3.2 Sistem dan Cakupan Pelayanan Sumber timbulan sampah terbesar adalah rumah tangga (permukiman), baik yang sifatnya organik maupun anorganik. Di Kabupaten jumlah produksi sampah mecapai sekitar 380 m 3 dengan jumlah sampah yang terangkut sekitar 300 m 3. Sebagaimana yang telah diuraikan sebelumnya bahwa infrastruktur persampahan yang tersedia dan digunakan oleh masyarakat hanya berupa TPS, itupun dalam jumlah terbatas dan terdapat hanya di kawasan perkotaan. Namun demikian, masih banyak masyarakat yang sering membuang sampah sembarangan, misalnya di saluran air Kelompok Kerja Kabupaten Tahun 2013 81

ataupun di tanah kosong bahkan disungai. Sampah tersebut biasanya langsung dibakar, namun ada pula yang dibiarkan begitu saja, baik di kawasan perkotaan maupun pedesaan.(lihat Gambar 3.11 Grafik Pengelolaan Sampah) Gambar 3.11 Grafik Pengelolaan Sampah PENGELOLAAN SAMPAH BERDASARKAN CLUSTER DI KABUPATEN BULUKUMBA TAHUN 2013 100 80 60 40 20 0,0 9,4 4,8 7,5,0 15,0 6,2 36,3 31,5 44,4 44,3 37,7 52,5 25,0 8,8 7,1 5,7 9,9 37,5 28,1 37,9 26,8 30,0 32,4 0 1 2 3 4 Total Kluster Desa/Kelurahan Dikumpulkan oleh kolektor informal yang mendaur ulang Dikumpulkan dan dibuang ke TPS Dibakar Dibuang ke dalam lubang dan ditutup dengan tanah Dibuang ke dalam lubang tetapi tidak ditutup dengan tanah Dibuang ke sungai/kali/laut/danau Sumber : Kajian Study EHRA 2013 Ketidaktersediaan ataupun minimnya sarana dan prasarana persampahan menjadi salah satu penyebab penanganan sampah masih terabaikan, disamping kemampuan, wawasan dan kesadaran masyarakat yang juga masih rendah teruatama konsep 3R belum terinternalisasi dalam pengelolaan sampah. Disisi lain, pihak swasta maupun lembaga non pemerintah sampai saat ini belum memperlihatkan partisipasi, inisiatif dan kontribusi nyata terhadap pengelolaan persampahan. (Lihat Gambar 3.12 Grafik Praktik Pemilihan Sampah Oleh Rumah Tangga) Kelompok Kerja Kabupaten Tahun 2013 82

Gambar 3.12 Grafik Praktik Pemilahan Sampah Oleh Rumah Tangga 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% PRAKTIK PEMILAHAN SAMPAH OLEH RUMAH TANGGA DI KABUPATEN BULUKUMBA TAHUN 2013 0,0 100,0 20,0 20,6 23,1 19,1 80,0 79,4 76,9 80,9 0 1 2 3 Total 1. Ya, Memilah 2. Tidak Memilah Kluster Desa/Kelurahan Sumber : Kajian Study EHRA 2013 Kriteria dan dasar pelayanan persampahan berdasarkan target Pembangunan Nasional adalah 70% sampah domestik dan 100% sampah non domestik harus mendapatkan penanganan melalui sistem pelayanan umum. Pemerintah Kabupaten belum mampu melayani persampahan secara menyeluruh, terutama untuk daerah perdesaan yang jauh dari ibukota kabupaten. Konsentrasi untuk pendistribusian sampah dari TPS ke TPA baru berkisar di kota dan sekitarnya. (Lihat Peta 3.3 Peta Cakupan Layanan Persampahan, Peta 3.4 Peta Lokasi Infrastruktur Utama Pengelolaan Persampahan) Dalam Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 20 Tahun 2008 tentang Juknis SPM Bidang Lingkungan Hidup, dijelaskan bahwa selain kegiatan transportasi dan industri, kegiatan pembakaran terbuka dan kawasan permukiman juga memiliki pengaruh terhadap kualitas udara. Sebagian masyarakat menganggap pembakaran sampah bukanlah sesuatu yang dapat menghawatirkan, terlebih karena dengan luasan Kelompok Kerja Kabupaten Tahun 2013 83

lahan yang masih sangat memadai, penggunaan bahan dan materi yang dominan masih alami, dianggap tidak memberikan intervensi terhadap kualitas udara. Padahal jika dihitung volume timbunan sampah yang dihasilkan setiap harinya dan diasumsikan paling tidak 50% dari jumlah tersebut dibakar setiap harinya, maka dapat dibayangkan seberapa besar pengaruhnya terhadap kualitas udara yang setiap saat dihirup. (Lihat Tabel 3.21 Diagram Sistem Sanitasi Pengelolaan Persampahan, Tabel 3.22 Sistem Pengelolaan Persampahan di Kabupaten ) Tabel 3.21 Diagram Sistem Sanitasi Pengelolaan Persampahan Input User Interface Pengumpulan Setempat Penampungan Sementara Pengangkutan Semi Pengolahan Akhir Terpusat Daur Ulang / Pembuangan Akhir Kode Nama Aliran Sampah Rumah Tangga Tong Sampah Karung goni/kresek Motor sampah Gerobak sampah TPS / Counter Dump Truk Arm roll Truck Tidak Ada TPA P1 Sampah Rumah Tangga Tong Sampah Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Dibakar P2 Sampah Rumah Tangga Karung goni/kresek Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Drainase/Sungai/Kebun/ Lahan Kosong P3 Sampah anorganik Tong Sampah Karung goni/kresek Pemulung Pengumpul perorangan Tidak ada Tidak ada Tidak ada P4 Sampah anorganik Tong Sampah Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Dibakar P5 Sumber : Hasil Rapat Pokja Sanitasi Kelompok Kerja Kabupaten Tahun 2013 84

Tabel 3.22 Sistem Pengelolaan persampahan di Kabupaten Kelompok Fungsi User interface Pengumpulan setempat Penampungan sementara Pengangkutan Semi Pengelolaan akhir terpusat Daur ulang / pembuangan akhir Teknologi yang digunakan Data Sekunder ( Perkiraan ) Nilai Data Sumber Data Tong Sampah Buah 866 Kantong Kresek Buah 0 DTRCK Karung goni Buah 0 Motor sampah Unit 36 Gerobak sampah Buah 4 DTRCK Pemulung Orang 16 Countiner Unit 26 Bak sampah Buah 0 DTRCK Pengumpul Unit 1 Dump Truck Unit 75 DTRCK Armroll Truck Unit 15 Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada TPA Tidak ada Tidak ada Tidak ada Sumber : Dinas Tata Ruang dan Permukiman Kelompok Kerja Kabupaten Tahun 2013 85

Peta 3.3 Peta Cakupan Layanan Pengelolaan Persampahan Kelompok Kerja Kabupaten Tahun 2013 86

Peta 3.4 Peta Lokasi Infrastruktur Utama Pengelolaan Persampahan Kelompok Kerja Kabupaten Tahun 2013 87

3.3.3 Kesadaran Masyarakat dan PMHSJK Sejalan dengan uraian sebelumnya, bahwa masih kurangnya partisipasi dan inisiatif masyarakat dalam pengelolaan persampahan tidak hanya disebabkan oleh belum mencukupinya kebutuhan sarana dan prasarana persampahan, tetapi juga kondisi ekonomi, pengetahuan dan wawasan yang akhirnya berpengaruh nyata terhadap tingkat kesadaran masyarakat menjadi indikasi masih rendahnya pengelolaan sanitasi termasuk sub sektor persampahan. Demikian pula dengan masyarakat miskin yang masih mengalami kesulitan terhadap akses, terutama informasi maupun transportasi. Padahal jika konsep pemilahan sampah diterapkan maka masyarakat khusunya masyarakat miskin akan merasakan dampak positif dari penerapan teknologi 3R. (Lihat Tabel 3.23 Pengelolaan Persampahan di Kelurahan/Kecamatan, Tabel 3.24 Pengelolaan Persampahan di Kabupaten) No 1. Jenis Kegiatan Pengumpulan Sampah dari rumah Tabel 3.23 Pengelolaan Persampahan di Kelurahan/Kecamatan Dikelola Oleh Masyarakat Formal Tingkat Swasta RT/Dusun RW/Ling Desa/Kecam atan L P L P L P L P 2. Pemilahan Sampah di TPS 3. 4. Pengangkutan Sampah ke TPS Pengangkutan Sampah ke TPA 5. Pemilahan Sampah ke TPA 6. Para Penyapu Jalan Sumber : DTRCK Kelompok Kerja Kabupaten Tahun 2013 88

No 1. Jenis Kegiatan Pengumpulan Sampah dari Rumah Tabel 3.24 Pengelolaan Persampahan di Kabupaten Dikelola Oleh Sektor Pemkab Masyarakat Swasta Formal L P L P L P L P 2. Pemilahan Sampah di TPS 3. 4. Pengangkutan Sampah ke TPS Pengangkutan Sampah ke TPA 5. Pemilahan Sampah ke TPA 6. Para Penyapu Jalan Sumber : DTRCK Ketergantungan masyarakat terhadap pemerintah relatif masih tinggi sehingga dalam proses perencanaan, pengadaan sarana, pengelolaan, pengaturan serta monitoring dan evaluasi terhadap pengelolaan persampahan diserahkan kepada kebijakan yang ada. Dalam konteks yang lebih mikro, keluarga sebagai unit terkecil yang diharapkan menjadi wahana promosi dan pembinaan pengelolaan persampahan belum dapat diberdayakan secara optimal. Kesejajaran peran laki-laki dan perempuan cukup proporsional tetapi pada tahap tertentu misalnya pengambilan keputusan, penentuan lokasi, ukuran dan sistem masih didominasi oleh laki-laki, padahal kedudukan perempuan dalam keluarga sangat strategis terutama dalam penerapan pola hidup bersih dan sehat. (Lihat Tabel 3.25Daftar Program/Proyek Layanan Persampahan Yang Berbasis Masyarakat) Kelompok Kerja Kabupaten Tahun 2013 89

Tabel 3.25 Daftar Program/Proyek Layanan Persampahan Yang Berbasis Masyarakat No Komponen Nama Program /Kegiatan Lokasi Pelaksana Tahun Pengerjaan Fungsi Kondisi Saat ini Tidak Fungsi Aspek PMJK Rusak PM JDR MBR - - - - - - - - - - Sumber :Dinas Tata Ruang dan Permukiman 3.3.4 Pemetaan Media Media memiliki peran penting dalam mendorong perubahan perilaku masyarakat untuk hidup bersih dan sehat serta higienis. Informasi mengenai pengelolaan persampahan melalui media secara umum jarang dilakukan, baik melalui media cetak maupun media elektronik. Sejauh ini sejumlah media yang ada belum dimanfaatkan secara optimal dalam sosialisasi mengenai kebijakan yang berkaitan dengan pengelolaan persampahan. Informasi selama ini masih dilakukan secara insidentil berdasarkan program SKPD terkait, antara lain melalui spanduk atau papan himbauan. HasilidentifikasitentangpengalamanKabupaten dalammenjalankankampanyepengelolaan sampahsertasejauhmanapemerintahkabupaten melakukan penyampaian informasi kepada masyarakat dan mengetahui peran media massa dalam mendukungpengelolaansampah. S a mp a i s aa t i n i belum pernah dilakukan kegiatan komunikasi maupun kerjasama dengan media komunikasi secara maksimal. Untuk itu masih perlu ditingkatkan dengan senantiasa mengikuti perkembangan informasi melalui media massa, maupun media elektornik serta informasi teknis tentunya harus pro aktif memberikan sosialisasi agar nantinya masyarakat dapat memahami arti penting hidup sehat, membuang sampah pada tempatnya yang ada dengan Kelompok Kerja Kabupaten Tahun 2013 90

terpisah sampah kering dan sampah basah.(lihat Tabel 3.26 Kegiatan Komunikasi Terkait Komponen Persampahan, Tabel 3.27 Media Komunikasi dan Kerjasama Terkait Komponen Persampahan) Tabel 3.26 Kegiatan Komunikasi Terkait Komponen Persampahan No. Kegiatan Tahun Dinas Pelaksana Tujuan Kegiatan Khalayak Sasaran Pesan Kunci Pembelajaran - - - - - - - - Sumber : Tabel 3.27 Media Komunikasi dan Kerjasama Terkait Komponen Persampahan No. Nama Media Jenis Acara Terkait Persampahan Isu yang Diangkat Pesan Kunci Efektifitas - - - - - - Sumber : 3.3.5 Partisipasi Dunia Usaha Partisipasi dunia usaha dalam pengelolaan sanitasi sub sektor persampahan masih sangat minim, baik kuantitas maupun variannya. Keterlibatan dalam tahapan pengelolaan pun masih sangat terbatas, hanya pada pengadaan sarana sedangkan partisipasi dalam perencanaan, pengelolaan, maupun Kelompok Kerja Kabupaten Tahun 2013 91

pembinaan belum nampak. Hampir semua kegiatan pengelolaan persampahan ditangani langsung Pemerintah dan masih dianggap menjadi tanggung jawab Pemerintah. Padahal seyogyanya dunia usaha dapat lebih memberikan kontribusi upaya-upaya perbaikan kualitas hidup dan penyelamatan lingkungan sebagai bagian dari tanggung jawab sosial terhadap masyarakat dan lingkungan, dimana usaha tersebut melakukan kegiatannya.(lihat Tabel 3.28 Penyedia Layanan Pengelolaan Persampahan di Kabupaten ) Tabel 3.28 Penyedia Layanan Pengelolaan Persampahan di Kabupaten Nama Provider Tahun Mulai Operasi Jenis Kegiatan Potensi Kerjasama - Sumber : DTRCK 3.3.6 Pendanaan dan Pembiayaan Pendanaan dan pembiayaan sub sektor persampahan dialokasikan pada SKPD Dinas Tata Ruang Permukiman Cipta Karya dan Badan Pengendalian Pengelolaan Lingkungan Hidup. Sedangkan pendapatan yang dihasilkan dari retribusi persampahan masih relative kecil jika dibandingkan dengan jumlah penduduk di wilayah cakupan pelayanan, karena pengelolaannya memang Kelompok Kerja Kabupaten Tahun 2013 92

belum dilakukan secara optimal dan regulasi yang mengatur tentang hal tersebut juga belum tersosialisasi dengan baik. (Lihat Tabel 3.29 Rekapitulasi Realisasi Pendanaan Sanitasi Komponen Persampahan, Tebel 3.30 Realisasi dan Potensi Retribusi Persampahan) Tabel 3.29 Rekapitulasi Realisasi Pendanaan Sanitasi Komponen Persampahan No Sub Sektor 2 Sampah Pendanaan Investasi 2.a Persampahan 2.b Oprasional / Pemeliharaan (OP) Perkiraan Biaya OM 2.c berdasarkan Infrastruktur terbangun Sumber : DTRCK Belanja (Rp) 2009 2010 2011 2012 Pertum buhan (%) 1,410,040,350 1,697,368,000 1,102,620,000 987,300,000.. 453,875,350 2.233.637.201 1.670.409.375 2.896.883.200.. No Sub Sektor 2 Retribusi Sampah Tabel 3.30 Realisasi dan Potensi Retribusi Sampah Belanja (Rp) 2009 2010 2011 2012 Pertum buhan (%) 2.a Realisasi Retribusi 20.180.000 29.214.000 3.216.000 25.882.000 8,65 2.b Potensi Retribusi - - - - - Sumber : Laporan Realisasi APBD Tahun 2009-2012 DPPKAD 3.3.7 Permasalahan mendesak dan Isu strategis Kabupaten mempunyai permasalahan persampahan yang cukup berat selain dengan tidak adanya Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang Kelompok Kerja Kabupaten Tahun 2013 93

memadai juga oleh tindak perilaku masyarakat dalam mengolah sampah belum baik, seperti dengan masih membuang sampah di saluran bahkan disungai. Terbatasnya dan masih kurang optimalnya sarana bangunan 3R menjadi salah satu permasalahan cukup penting selain dari perilaku masyarakat. Pemilihan sampah mulai dari sumbernya dapat meminimalisir jumlah timbunan sampah. (Lihat Tabel 3.31 Permasalahan Mendesak dan Issu Strategis) Tabel 3.31 Permasalahan Mendesak dan Issu Strategis Permasalahan Mendesak Issu Strategis 1. Jumlah penduduk cenderung meningkat, menyebabkan volume sampah bertambah, Konsep 3R belum memasyarakat ; 2. Sebagian besar masyarakat masih melakukan penanganan sampah dengan membakar, informasi wawasan dan tingkat kesadaran pentingnya pengelolaan sampah secara baik dan benar, relatif masih rendah. 3. Tempat Pembuangan Akhir (TPA) belum memadai dan dikelola secara maksimal. 1. Fungsi operator dan regulator belum dilakukan secara proporsional. 2. Masyarakat belum memahami potensi ekonomi dari mengelola sampah sehingga umumnya terjadi penolakan dari masyarakat bila wilayahnya akan dijadikan tempat TPA. 3. Untuk membangun TPA yang permanen dan sesuai ketentuan pengelolaannya membutuhkan anggaran yang relatif besar, sedangkan kemampuan daerah masih sangat terbatas dari segi Pendanaan dan Sumber daya manusia pengelola Sumber : DTRCK BPPLH Kelompok Kerja Kabupaten Tahun 2013 94

3.4 Pengelolaan Drainase Lingkungan Sistem drainase perkotaan terdiri dari berbagai elemen yang seringkali dioperasikan dan dikelola oleh berbagai institusi, baik di tingkat nasional, provinsi maupun kebupaten/kota. Masing-masing institusi seringkali menggunakan berbagai defenisi dan terminologi yang berbeda untuk berbagai elemen dari sistem sungai dan drainase. Dalam bidang ke-pu an sendiri, seringkali terminologi ini hanya menyebutkan drainase utama dan minor. Sementara dari Pengelola Sumber Daya Air, hampir semua drainase perkotaan diperlakukan sebagai drainase mikro. Terlepas dari berbagai defenisi tersebut, pada dasarnya drainase merupakan prasarana yang berfungsi mengalirkan air permukaan ke badan penerima air dan atau ke bangunan resapan buatan, baik yang sifatnya primer, sekunder maupun tersier. Secara umum kondisi jaringan drainase lingkungan khususnya di ibukota kabupaten belum cukup tersedia dengan layak, baik pada ruas jalan utama maupun di unit lingkungan permukiman. Adapun saluran drainase yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya disebabkan oleh adanya ketidakpedulian masyarakat perkotaan akan fungsi drainase dan belum adanya master plan drainase yang bisa mengontrol perencanaan drainase di kawasan Kota dan sekitarnya pada khususnya dan seluruh kecamatan pada umumnya. 3.4.1 Kelembagaan Kondisi pengelolaan drainase lingkungan di Kabupaten saat ini dapat dilihat dari segi kualitas maupun kuantitas infrastruktur maupun aspek non infrastruktur. Dari segi kualitas maupun kuantitas infrastruktur, masih belum menyentuh semua daerah permukiman di kabupaten. Kegiatan pembangunan dan pemeliharaan di Kabupaten merupakan tanggung jawab dari Pemerintah Kabupaten yang dikelola oleh Dinas Tata Ruang dan Permukiman Kabupaten. Dilihat tupoksi,dinas Tata Ruang dan Permukiman Kabupaten menangani drainase lingkungan dalam hal pembangunan dan pemeliharaan yaitu berada dalam Bidang Sarana dan Prasarana Kelompok Kerja Kabupaten Tahun 2013 95

Selain dari itu sistem pengelolaan drainase juga melibatkan institusi Kantor Lingkungan Hidup Daerah (KLHD) terutama Bidang Pengawasan Lingkungan, dimana pencegahan pencemaran air merupakan salah satu prioritas pada jenis pelayanan dasar bidang lingkungan hidup. Sebagai salah satu utilitas suatu daerah/wilayah, drainase tentu saja harus direncanakan dan dibangun sesuai dengan karakteristik dan potensi yang dimiliki serta berkesesuaian dengan utilitas lain maupun fungsi lahan yang ada.berdasarkan hal tersebut maka eksistensi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) terutama Bidang Perencanaan Pembangunan Fisik, memiliki intervensi yang tidak kecil terutama karena sistem pengelolaan drainase harus dipandang sebagai bagian dari sistem suatu wilayah, baik sarana prasarana fisik maupun aspek non fisik lainnya.(lihat Tabel 3.32 Daftar Pemangku Kepentingan Dalam Pengelolaan Drainase Lingkungan ) Di Kabupaten upaya masyarakat lebih kepada usaha tiap individu untuk membuat drainase sederhana berupa galian tanah depan rumah masing-masing dan biasanya tidak berfungsi karena tidak semua rumah dalam jalur tersebut membuat drainase sederhana yangs serupa. Asumsi yang terbentuk bahwa masalah drainase adalah kewajiban pemerintah membuat sebagian masyarakat tidak peduli dengan sistem drainase lingkungan karena belum ada regulasi khusus yang mengatur tentang pengelolaan drainase. (Lihat Tabel 3.33 Daftar Peraturan Terkait Drainase Lingkungan) Tabel 3.32 Daftar Pemangku Kepentingan Dalam Pengelolaan Drainase Lingkungan Fungsi Perencanaan Menyususn target pengelolaan drainase lingkungan skala kab/kota Pemangku Kepentingan Pemkab Swasta Masyarakat Kelompok Kerja Kabupaten Tahun 2013 96

Menyusun rencana program drainase lingkungan dalam rangka pencapaian target Menyusun rencana anggaran program drainase lingkungan dalam rangka pencapaian target Pengadaan Sarana Menyediakan / membangun sarana drainase lingkungan Pengelolaan Membersihkan saluran drainase lingkungan Memperbaiki saluran drainase yg rusak Melakukan kelengkapan pengecekan kelengkapan utilitas teknis bangunan (saluran drainase lingkungan) dalam mengurus IMB Pengaturan dan Pembinaan Menyediakan advis planning untuk pengembangan kawasan permukiman, termasuk penataan drainase lingkungan di wilayah yang akan dibangun Memastikan integrasi sistim drainase lingkungan (tersier) dengan sistim drainase sekunder dan primer Melakukan sosialisasi peraturan dan pembinaan dalam hal pengelolaan drainase lingkungan Memberikan Sangksi terhadap pelanggaran pengelolaan drainase lingkungan Monitoring dan Evaluasi Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap capaian target pengelolaan drainase lingkungan skala kab/kota Melakukan Monitoring dan evaluasi terhadap kapasitas infrastruktur sarana pengelolaan drainase lingkungan Melakukan monev terhadap efektivitas layanan drainase lingkungan dan atau menampung serta mengelola keluhan atas kemacetan fungsi drainase lingkungan Sumber : DTRCK Kelompok Kerja Kabupaten Tahun 2013 97

Tabel 3.33 Daftar Peraturan Terkait Drainase Lingkungan Peraturan Drainase Target Capaian Pelayanan pengelolaan drainase lingkungan kab saat ini Kewajiban dan sanksi bagi pemerintah kab. Dalam menyediakan drainase lingkungan Kewajiban dan sanksi bagi pemerintah Kab. Dalam memberdayakan masyarakat dan badan usaha dalam pengelolaan drainase lingkungan Kewajiban dan sanksi bagi masyarakat dan atau pengembang untuk menyediakan sarana drainase lingkungan dan menghubungkan dengan sistim drainase sekunder Kewajiban dan sanksi bagi masy. Utk memelihara sarana drainase lingkungan sebagai saluran pematusan air hujan Sumber : DTRCK Ketersediaan Ada Tdk Ada Efektif Dilaksana kan Pelaksanaan Belum efektif dilaksana kan Tdk efektif dilaksana kan Keterangan - - - - - 3.4.2 Sistem dan Cakupan Pelayanan Kondisi topografi yang dominan dataran tinggi di Kabupaten secara langsung meminimalkan ancaman banjir. Kajian study EHRA menunjukkan bahwa 68,3% rumah tangga di Kabupaten tidak pernah mengalami banjir rutin. (Lihat Gambar 3.13 Grafik Persentase Rumah Tangga Yang Mengalami banjir Rutin) Kelompok Kerja Kabupaten Tahun 2013 98

Gambar 3.13 Grafik Persentase Rumah Tangga Yang Mengalami banjir Rutin PERSENTASE RUMAH TANGGA YANG MENGALAMI BANJIR RUTIN DI KABUPATEN BULUKUMBA TAHUN 2013 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% 60,0 58,0 72,6 64,0 68,3 87,5 40,0 42,0 27,4 36,0 31,7 12,5 0 1 2 3 4 Total Tidak Ya Kluster Desa/Kelurahan Sumber : Kajian Study EHRA 2013 Dalam rangka penanganan drainase lingkungan saat ini belum terdapat kerjasama yang cukup optimal antara Pemerintah Kabupaten, swasta dan masyarakat. Hal ini terlihat dari beberapa praktik yang ada saat ini seperti pengelolaan drainase lingkungan yang sebenarnya merupakan tanggung jawab masyarakat namun ternyata masih sedikit dijalankan oleh masyarakat, selebihnya dikelola oleh Pemerintah Kabupaten selain itu drainase lingkungan juga masih difungsikan sebagai saluran pembuangan air limbah domestik ataupun limbah ternak di beberapa wilayah oleh masyarakat sehingga terjadi beberapa potensi wilayah genangan. (Lihat Peta 3.6 Peta Wilayah Genangan) Permasalahan tersebut diatas dikuatkan oleh hasil kajian studi EHRA bahwa ketersediaan drainase sebagai sarana pengaliran air limbah selain tinja Kelompok Kerja Kabupaten Tahun 2013 99

mencapai hanya 39%.Secara struktur drainase di kota Kawasan dan sekitarnya pada umumnya adalah pasangan batu, namun pemeliharaan yang kurang baik sehingga pendangkalan terjadi dan banyaknya sampah yang menumpuk di selokan mengakibatkan kurang lancarnya sistim pengaliran di dalam saluran tersebut. (Lihat Tabel 3.34 Diagram Sistem Sanitasi Pengelolaan Drainase Lingkungan, Tabel 3.35 Sistem Pengelolaan Drainase Lingkungan di Kabupaten ) Tabel 3.34 Diagram Sistem Sanitasi Pengelolaan Drainase Lingkungan Input User Interface Pengumpulan Penampungan Pengelolaan Awal Pengangkutan Pengaliran Pengelolaan Akhir Terpusat Daur Ulang Pembuangan Akhir Kode Nama Aliran Talang Tidak Ada Drainase Tidak Ada Sungai D1 Talang Drum/Ember Drainase Tidak Ada Sungai D2 Air Hujan Talang Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tanah D3 Halaman Rumah/Kebun Tidak Ada Drainase Tidak Ada Sungai D4 Halaman Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tanah D5 Rumah/Kebun Sumber : Hasil Rapat Pokja Sanitasi Tabel 3.35 Sistem Pengelolaan Drainase Lingkungan di Kabupaten Kelompok Fungsi Teknologi yang digunakan Data Sekunder ( Perkiraan ) Nilai Data Sumber Data User interface Pipa pembuangan Tidak Tersedia 0 Saluran tersier Tidak Tersedia 0 Tidak Tersedia Kelompok Kerja Kabupaten Tahun 2013 100

Pengumpulan Penampungan Awal Pengangkutan Pengaliran Tidak Tersedia Tidak Tersedia Tidak Tersedia Tidak Tersedia Drainase Panjang (km) 7.000 DTRCK Pengelolaan akhir terpusat Tidak Tersedia Tidak Tersedia Tidak Tersedia Tidak Tersedia Daur ulang / pembuangan akhir Sumber : DTRCK Sungai Sungai Tidak Tersedia Tidak Tersedia Kelompok Kerja Kabupaten Tahun 2013 101

Peta 3.5 Peta Jaringan Drainase Kabupaten Kelompok Kerja Kabupaten Tahun 2013 102

Peta 3.6 Peta Wilayah Genangan Kelompok Kerja Kabupaten Tahun 2013 103

Kel./Desa Kec. Herlang 3.4.3 Kesadaran Masyarakat dan PMHSJK Sistem pengelolaan drainase saja tidak cukup dilakukan dengan hanya berorientasi pada upaya penyediaan sarana dan prasarana fisik semata, tetapi lebih dari itu peran masyarakat sangat menentukan bukan saja dalam penyediaannya tetapi yang terpenting adalah upaya pemeliharaan drainase sehingga dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Secara umum, kepedulian masyarakat baik laki-laki maupun perempuan tentang pentingnya drainase bagi penyehatan lingkungan permukiman di kabupaten belum terlalu nampak, hal ini tercermin dari kondisi riil dilapangan yang masih banyak drainase yang dibiarkan tersumbat oleh tumpukan sampah dan dibeberapa titikterdapat timbunan material bangunan yang menutup saluran drainase. (Lihat Tabel 3.36 Kondisi Drainase Lingkungan di Tingkat Kelurahan) Tabel 3.36 Kondisi Drainase Lingkungan di Tingkat Kelurahan/Desa Jumlah Kondisi Saat ini RT RW Lancar Mampet Pembersihan Pengelola Oleh Drainase Tidak Masyarak Rutin Rutin Kel/de Pemda at sa L P L P L P 1. Singa - - 2. Tugondeng - - 3. Gunturu - - Kec. Bonto Bahari 1. Darubiah - - 2. Sapolohe - - 3. Tanah Beru - - Kec. Bonto Tiro 1. Bonto Tangnga - - 2. Tri Tiro - - 3. Bonto Barua - - v Kec. Ujung Bulu 1. Ela Ela - - 2. Tana Kongkong 3. Caile - - Kelompok Kerja Kabupaten Tahun 2013 104

Kec. Ujung Loe 1. Manjalling - - 2. Tamatto - - 3. Manyampa - - Kec. Gangking 1. Bonto Macinna - - 2. Bukit Tinggi - - 3. Matekko - - Kec. Bulukumpa 1. Salassae - - 2. Balang Pesoang - - 3. Jojjolo - - Kec. Rilau Ale 1. Bonto Lohe - - 2. Tanah Harapan - - 3. Bonto Bangun - - Kec. Kindang 1. Borong Rappoa - - 2. Benteng Pailoi - - 3. Garuntungan - - Kec. Kajang 1. Sangkala - - 2. Sapanang - - 3. Lolisang - - Sumber : DTRCK Dibeberapa lokasi, keterlibatan masyarakat sudah ada terutama di daerah perdesaan yang belum tersentuh pembangunan seperti masyarakat membuat saluran drainase sederhana yang terdiri dari galian tanah di depan rumah masing-masing, wilayah perkotaan perkotaan keterlibatan masyarakat sebatas membantu dalam pembangunan drainase melalui program PNPM Mandiri Perkotaan P2KP dan PPIP tetapi dalam hal pemeliharaan masih sangat kurang. (Lihat Tabel 3.37 Daftar Program/Proyek Layanan Drainase lingkungan Yang Berbasis Masyarakat). Kelompok Kerja Kabupaten Tahun 2013 105

Tabel 3.37 Daftar Program/Proyek Layanan Drainase Lingkungan Yang Berbasis Masyarakat No 1 2 3 4 5 6 7 8 Komponen Drainase Lingkungan Drainase Lingkungan Drainase Lingkungan Drainase Lingkungan Drainase Lingkungan Drainase Lingkungan Drainase Lingkungan Drainase Lingkungan Nama Program /Kegiatan Lokasi Pelaksana Tahun Pengerjaan Fungsi Kondisi Saat ini Tidak Fungsi Aspek PMJK Rusak PM JDR MBR PSU-BSPS - KSM 2011 - - PPIP Lembang OMS 2009 - - PPIP Ujung Loe OMS 2010 - - PPIP - OMS 2011 - - PPIP - OMS 2012 - - Penangulangan Kemiskinan terpadu (Paket) P2KP Penangulangan Kemiskinan terpadu (Paket) P2KP Penangulangan Kemiskinan terpadu (Paket) P2KP Sumber : Dinas Tata Ruang dan Permukiman Longrong Pakem 2009 - - Manjaling Pakem 2009 - - Caile Pakem 2011 - - 3.4.4 Pemetaan Media Berdasarkan hasil identifikasi, Kabupaten dalam menjalankankampanye pengelolaan drainase serta sejauh mana Pemerintah Kabupaten melakukan penyampaian informasi kepada masyarakat, dan mengetahui peran media massa dalam mendukung pengelolaan drainase sampai saat ini sudah dilaksanakan, namun hasilnya belum memuaskan. Namun untuk publikasi kegiatan sosialisasi mengenai pengelolaan drainase yang baik, belum berjalan dengan baik, karena masih kurangnya koordinasi dengan instansi teknis dan Kelompok Kerja Kabupaten Tahun 2013 106

belum ada anggaran secara khusus disiapkan untuk kampanye dimaksud.(lihat Tabel 3.38 Kegiatan Komunikasi Terkait Komponen Drainase Lingkungan) Tabel 3.8 Kegiatan Komunikasi Terkait Komponen Drainase Lingkungan Kegiatan Tahun Dinas Pelaksana Tujuan Kegiatan Khalayak Sasaran Pesan Kunci Pembelajaran - - - - - - - Sumber : Berkaitan dengan penggunaan Media dalam memberikan informasi pengelolaan dan pemeliharaan drainase lingkungan, Kabupaten belum memanfaatkan peran Media dalam promosi pengelolaan sektor drainase.(lihat Tabel 3.39 Media Komunikasi dan Kerjasama Terkait Komponen drainase Lingkungan) Tabel 3.39 Media Komunikasi dan Kerjasama Terkait Komponen Drainase Lingkungan No. Nama Media Jenis Acara Terkait Drainase lingkungan Isu yang Diangkat Pesan Kunci Efektifitas - - - - - - Sumber : 3.4.5 Partisipasi Dunia Usaha Keterlibatandunia usaha dalam pengelolaan drainase lingkungan di kabupaten sampai saat ini belum ada. (Lihat Tabel 3.40 Penyedia Layanan Pengelolaan Drainase Lingkungan di Kabupaten ) Kelompok Kerja Kabupaten Tahun 2013 107

Tabel 3.40 Penyedia Layanan Pengelolaan Drainase Lingkungan di Kabupaten Nama Provider Tahun Mulai Operasi Jenis Kegiatan Potensi Kerjasama - - - - Sumber : 3.4.6 Pendanaan dan Pembiayaan Pendanaan dan pembiayaan terkait dengan pengelolaan drainase lingkungan dilakukan oleh pemerintah daerah Kabupaten melalui beberapa SKPD terkait. Lemahnya dukungan dalam pengelolaan drainase lingkungan dapat dilihat dari dukungan pendanaan. Data dalam 4 (empat) tahun terakhir memperlihatkan alokasi anggaran untuk pembangunan sektor drainase pada Tahun 2012 sebesar Rp 287,364,000. Sedangkan untuk biaya operasional dan pemeliharaan pada tahun 2012 hanya sebesar Rp. 37,200,000 dan pendapatan retribusi dalam pengelolaan drainase lingkungan belum ada. (Lihat Tabel 3.41 Rekapitulasi Realisasi Pendanaan Sanitasi Komponen Drainase Lingkungan, Tabel 3.42 Realisasi dan Potensi Retribusi Drainase Lingkungan) Tabel 3.41 Rekapitulasi Realisasi Pendanaan Sanitasi Komponen Drainase Lingkungan No Sub Sektor 3 Drainase Lingkungan 3.a Investasi 3.b Oprasional / Pemeliharaan (OM) Belanja (Rp) 2009 2010 2011 2012 120,000,000-469,599,000 287,364,000 - - - 37,200,000 Pertum buhan( %) 50.84 - Kelompok Kerja Kabupaten Tahun 2013 108

Perkiraan Biaya OM 3.c berdasarkan Infrastruktur terbangun 24,000,000-93,919,800 57,472,800 Sumber : Laporan Realisasi APBD Tahun 2009 2012 Bappeda 50.84 No Sub Sektor 3 Retribusi Sampah Tabel 3.42 Realisasi dan Potensi Retribusi Drainase Lingkungan Belanja (Rp) 2009 2010 2011 2012 Pertum buhan (%) 3.a Realisasi Retribusi - - - - - 3.b Potensi Retribusi - - - - - Sumber : Laporan Realisasi APBD Tahun 2009 2012 Bappeda 3.4.7 Permasalahan mendesak dan Isu strategis Lingkungan permukiman yang memiliki drainase yang baik tidak menjamin bagi terwujudkan lingkungan bersih dan sehat tapi juga diperlukan perilaku yang baik di masyarakat. Peran serta seluruh lapisan masyarakat sangat diharapkan untuk mendukung bagi terpenuhinya prasarana drainase yang sesuai dengan harapan. Dari segi perencanaan bahwa kabupaten sampai saat ini belum memiliki perencanaan drainase yang komprehensif dan terintegrasi sehingga menjadi kendala dalam menentukan kebijakan pembangunan sektor sanitasi apalagi kabupaten juga belum memiliki peraturan-peraturan yang mengatur tentang Sanitasi khususnya mengenai Drainase.(Lihat Tabel 3.43 Permasalahan Mendesak dan Issu Strategis) Kelompok Kerja Kabupaten Tahun 2013 109

Tabel 3.43 Permasalahan Mendesak dan Issu Strategis Permasalahan Mendesak 1. Dokumen perencanaan drainase secara komprehensif dan terintegrasi belum ada, sehingga perlu segera mereview dokumen master plan drainase yang menjadi acuan dalam pembangunan sektor drainase. 2. Drainase masih dijadikan tempat membuang dan membakar sampah; 3. Adanya penyempitan penampang drainase, baik yang disebabkan oleh sedimentasi maupun sampah; 4. Belum pernah dilakukan pengerukan, kalaupun pernah, tidak kontinu; Issu Strategis 1. Keterlibatan kalangan masyarakat masih minim, baik yang disebabkan oleh terbatasnya pengetahuan, wawasan maupun tingkat kesadaran; 2. Pendanaan & Pembiayaan masih belum mencukupi, sehingga berdampak pada terbatasnya penyediaan sarana & parasarana, sistem maupun cakupan layanan; 3. Regulasi sektor sanitasi khusunya drainase lingkungan belum ada, baik yang mengatur layanan secara teknis operasional maupun retribusi; 4. Kalangan dunia usaha belum memberikan kontribusi nyata bagi pengelolaan sektor sanitasi; Sumber : DTRCK 3.5 Pengelolaan Komponen Terkait Sanitasi 3.5.1 Pengelolaan Air Bersih Penyediaan air bersih untuk masyarakat pedesaan yang merupakan bagian terbesar dari penduduk Kabupaten pada umumnya menggunakan dan mengelola secara swadaya sumur dan perpipaan dari sumber-sumber mata air untuk memenuhi kebutuhan air bersih, sedangkan penggunaan layanan PDAM masih belum tersedia akibat masih terbatasnya cakupan layanan PDAM. Sampai saat ini cakupan layanan PDAM baru menjangkau 7 kecamatan dari 10 kecamatan yang ada di Kabupaten, itupun dari Kelompok Kerja Kabupaten Tahun 2013 110

7 Kecamatan tersebut tidak semua kelurahan/desa terlayani. (Lihat Peta 3.7 Peta Cakupan Layanan Air Bersih) Berdasarkan kajian study EHRA masyarakat yang tidak menggunakan layanan PDAM dan hanya menggunakan sumber-sumber air dari alam, mempunyai resiko sumber air tersebut tercemar sebanyak 42,50% dan 76.30% masyarakat menggunakan sumber air terlindungi. (Lihat Gambar 3.14 Grafik Sumber Air Minum dan Memasak) Gambar 3.14 Grafik Sumber Air Minum dan Memasak Grafik Penggunaan Sumber Air Untuk Minum dan Memasak di Kabupaten Tahun 2013 Air Sumur Gali Tdk Terlindungi Air Sumur Gali Terlindungi Air Sumur Pompa Tangan Air Kran Umum Air Hidran Umum PDAM Air Ledeng dari PDAM Air Isi Ulang Air Botol Kemasan 11,4% 10,7% 9,4% 7,8% 2,5% 2,3% 0,8% 0,8% 19,2% 17,6% 4,3% 10,8% 0,3% 2,7% 42,3% 38,8% Masak Minum 0,0% 10,0% 20,0% 30,0% 40,0% 50,0% Sumber : Kajian Study EHRA 2013 Kelompok Kerja Kabupaten Tahun 2013 111