BAB II KAJIAN PUSTAKA. eduaktif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan anak didik

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana tujuan pembelajaran IPA di atas yakni menumbuh kembangkan pengetahuan dan keterampilan, maka hal ini sesuai dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. segenap kedalaman dan keleluasaan pribadi sebagai cadangan pikiran dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENERAPAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA MATERI DAUR AIR

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. Gleitman (1986) dalam Syah, 2000:136) menjelaskan bahawa motivasi

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar dengan menggunakan sumber belajar dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai

materi yang ada dalam suatu pengajaran.

BAB I PENDAHULUAN. dapat diamati oleh panca indera maupun yang tidak dapat diamati oleh panca indera. Karena IPA

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan Sekolah Dasar adalah memberikan bekal pengetahuan

BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Tujuan utama pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) agar siswa memahami konsep-konsep IPA secara sederhana dan

BAB II KAJIAN TEORI. A. Hakikat Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pesan (Sadiman, 2002: 6). Secara umum alat peraga pembelajaran dalam

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menghadapi tantangan globalisasi sekarang ini sangat sekali diperlukan sumber

KURIKULUM 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat dipisahkan dari kegiatan manusia, yang dalam Undang-Undang

BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Kajian Teori Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam Ruang Lingkup IPA SD/MI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewi Diyanti, 2014

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. belajar. Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat,

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Langeveld pendidikan adalah pemberian bimbingan dan bantuan

BAB I PENDAHULUAN. Eka Atika Sari

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI GAYA MAGNET MELALUI METODE EKSPERIMEN DI KELAS V SD NEGERI 3 KRAJAN JATINOM KLATEN TAHUN 2012 NASKAH PUBLIKASI

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. seperti yang diharapkan dalam tujuan Pendidikan Nasional. Peningkatan mutu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek, keadaan atau proses sesuatu,

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN. dari penelitian tindakan kelas ini yang terdiri dari : Hasil Belajar, Belajar dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI DAPAT MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA TERHADAP PELAJARAN IPA DI SEKOLAH DASAR. Erlinda

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Upaya peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia tidak pernah

Krangka Dasar dan Struktur Kurikulum 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. sendiri, masyarakat maupun bangsa. Di dalam Undang-undang nomor 20 tahun. 2003Pasal 1 tentang sistem Pendidikan Nasional bahwa:

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II PENERAPAN METODE INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DI SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia dewasa ini telah mendapat perhatian yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional, dengan jelas dikatakan bahwa :

BAB II PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES DAN HASIL BELAJAR. perbuatan secara efisien dan efektif untuk mencapai suatu hasil tertentu,

BAB II KAJIAN TEORI. tanggap, mengerti benar, pandangan, ajaran. 7

Mata Pelajaran IPA di SMALB bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Riyanti Dini Lestari, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Mella Pratiwi, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eva Agustina,2013

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. KAJIAN PUSTAKA. anak-anak diberikan bermacam-macam pelajaran untuk menambah pengetahuan. yang dimilikinya, terutama dengan jalan menghafal.

BAB I PENDAHULUAN. 1. IPA merupakan mata pelajaran yang mempelajari tentang alam.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB I PENDAHULUAN. menjadi bisa bersikap tertentu. Dalam hal ini, belajar merupakan sebuah upaya

INKUIRI MERUPAKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPA (FISIKA) SD/MI AMANAH DALAM KTSP. Disusun Oleh: Edi Istiyono, M.Si.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. suatu proses terjadinya peristiwa. Menurut Rusminiati (2007: 2) metode

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam,

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sebagai Warga Negara Indonesia harus berusaha belajar. Belajar tidak hanya dapat

1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dan keterampilan. Menurut Suharjo (2006: 1), pendidikan memainkan peranan. emosi, pengetahuan dan pengalaman peserta didik.

KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI JENJANG PENDIDIKAN DASAR MATA PELAJARAN SAINS. 4 Pilar Pendidikan UNESCO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsipprinsip

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran baik berkenanaan dengan guru ataupun siswa.

BAB I PENDAHULUAN. yang tersusun secara terbimbing. Hal ini sejalan dengan kurikulum KTSP bahwa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1.Pembelajaran Belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai eduaktif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan anak didik (Djamarah 2010:1). Guru dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar hendaknya menerapkan prinsip belajar aktif, yaitu pembelajaran yang melibatkan siswa baik secara fisik, mental (pemikiran dan perasaan) dan sosial, serta sesuai dengan tingkat perkembangan siswa (Depdikbud,1993:154). Winkel (1996:53) menjelaskan belajar adalah suatu aktivitas mental (psikis) yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat relatif konstan dan berbekas. Pengelolaan kelas yang baik akan melahirkan interaksi belajar yang baik pula, tujuan pembelajaranpun dapat dicapai tanpa menemukan masalah yang berarti (Djamarah, 2010:2). Pembelajaran merupakan satu kesatuan dari dua kegiatan yang searah. Kegiatan belajar berpusat pada siswa, sedang kegiatan mengajar berfokus pada guru. Situasi yang memungkinkan terjadinya pembelajaran yang optimal adalah suatu situasi dimana siswa dapat berintegrasi dengan guru dan pembelajaran di tempat tertentu. Situasi tersebut dapat mengoptimalkan kegiatan belajar bila menggunakan metode yang

tepat.agar dapat diketahui keefektifan kegiatan belajar mengajar, maka setiap proses dan hasilnya harus dievaluasi (Winkel,1996:54). Slameto (1995:30), mengajar adalah menanamkan pengetahuan pada seseorang dengan cara paling singkat dan tepat. Pengertian mengajar menurut Pancella dalam Slameto (1995:33), mengartikan mengajar dapat dilukiskan sebagai membuat keputusan dalam interaksi, dan hasil dari keputusan guru adalah jawaban siswa atau sekelompok siswa, kepada siapa guru berinteraksi. Mengajar pada prinsipnya adalah membimbing siswa dalam kegiatan belajar mengajar atau suatu usaha mengorganisasikan lingkungan dalam hubungannya dengan belajar pada diri siswa (Setiawati,1994:7). Usman (2000:7), berpendapat mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup. Hakekat belajar mengajar meliputi antara lain : a) Kegiatan belajar mengajar akan terjadi apabila siswa secara aktif dan terarah berinteraksi dengan lingkungan belajarnya yang diatur atau diorganisasikan oleh guru,.b) Program belajar mengajar yang efektif dan efisien memerlukan strategi, teknik, media, dan penggunaan teknologi pengajaran secara tepat, c) Program belajar mengajar hendaknya dirancang dan diimplementasikan sebagai suatu system, dan d) Proses dan hasil belajar perlu memperoleh perhatian yang seimbang di dalam pelaksanaan belajar mengajar. Mengajar bukan tugas ringan bagi seorang guru, karena didalamnya mengajar guru berhadapan dengan sekelompok siswa, mereka adalah makhluk hidup yang memerlukan bimbingan, pembinaan untuk menuju kedewasaan.

Mengingat tugas yang berat tersebut, maka guru yang mengajar harus memiliki prinsip-prinsip mengajar.mengajar efektif ialah mengajar yang dapat membawa belajar siswa yang efektif pula (yang dimaksud belajar ini yaitu suatu aktifitas mencari, menemukan dan melihat pokok masalah yang sesuai dengan pokok bahasan).syarat-syarat untuk melaksanakan belajar efektif menurut Slameto (1995:92 ), yaitu antara lain : a. Belajar secara aktif, baik mental maupun fisik. b. Guru harus banyak menggunakan metode pada waktu mengajar. c. Motivasi, ini sangat berperan pada kemajuan, perkembangan siswa selanjutnya melalui proses belajar. d. Kurikulum yang baik dan seimbang. e. Guru mempertimbangkan perbedaan individual. f. Guru akan mengajar efektif bila selalu membuat perencanaan sebelum mengajar. g. Seorang guru harus memiliki keberanian menghadapi siswa-siswanya, juga masalah-maslah yang timbul waktu proses belajar mengajar. h. Guru harus mampu menciptakan suasana demokratis di sekolah. i. Pada penyajian bahan pelajaran yang diberikan pada siswa perlu memberikan masalah-masalah yang merangsang untuk berpikir. j. Dalam interaksi belajar mengajar, guru harus banyak memberi kebebasan pada siswa, untuk dapat menyelidiki sendiri, mencari sendiri, belajar sendiri, mencari permasalahan sendiri

Kegiatan pembelajaran selain memperhatikan hal-hal tersebut diatas, maka guru harus mampu memilih dan menggunakan suatu pendekatan pembelajaran yang sesuai. Jika guru dapat menggunakan dan memilih model pembelajaran yang sesuai diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. 2. Motivasi Belajar Motivasi adalah dorongan yang ada diri seorang untuk melakukan sesuatu dalam rangka memenuhi kebutuhan ( Sudaryo, dkk, 1998:21). Motivasi memegangperanan penting dalam belajar. Makin kuat motivasi seseorang dalam belajar makin optimal pula siswa dalam melakukan aktivitas belajar. Oleh karena itu intensitas belajar siswa tergantung oleh motivasi. Motivasi ialah sutu proses yang tersimpul salah satu proses yang bertalian dengan a mediating variabel (Soemanto, 2006:212).Menurut Sardiman (2003:78) kata motif diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif juga diartikan sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan). Berawal dari kata motif maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Belajar adalah suatu proses yang timbul dari dalam, maka faktor motivasi memegang peranan yang sangat penting (Purwanto, 2007 :104). Selain itu motivasi berasal dari luar yaitu lingkungan keluarga dan guru. Jika guru atau orang tua dapat memberikan motivasi yang baik pada anak-anak timbullah dalam diri anak itu dorongan dan hasrat untuk belajar lebih baik. Motivasi tersebut merupakan motivasi social (Purwanto, 2007:104).

Guru dalam melakukan prinsip motivasi ini dapat melakukan; menghubungkan pelajaran dengan kebutuhan anak, menghubungkan pelajaran dengan pengalam anak, memilih berbagai metode mengajar yang tepat (Purwadi, 1998:21). Dalam proses belajar mengajar haruslah diperhatikan apa yang dapat mendorong siswa agar dapat belajar dengan baikatau memiliki motivasi untuk berpikir dan memusatkan perhatian (Slameto, 1995:58). Motivasi erat sekali hubungannya dengan tujuan yang akan dicapai. Motivasi dibedakan menjadi dua macam yaitu : motivasi intriksik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah motivasi yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorong melakukan tindakan belajar. Motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang datang dari luar individu siswa yang dapat mendorong untuk melakukan kegiatan belajar (Syah Muhibbin, 2000:137). Adapun ciri-ciri motivasi pada diri seseorang yaitu antara lain ; a. Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai). b. Ulet menghadapi kesulitan/tidak cepat putus asa. c. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah. d. Lebih senang bekerja secara mandiri. e. Cepat bosan pada tugas yang rutin. f. Dapat mempertahankan pendapatnya (jika sudah yakin terhadap sesuatu). g. Tidak mudah melepas hal yang diyakini. h. Senang mencari atau memecahkan masalah ( Sardiman, 2003:80).

3 Hakikat Prestasi Belajar a.pengertian Belajar Uno, Hamzah (2003:35), mengartikan belajar yaitu suatu proses usaha uang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku secra keseluruhan sebagai hasil pengalaman itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Belajar juga merupakan suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Slameto (1995:2), mengartikan belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Belajar dapat diartikan sebagai suatu perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungannya sehingga mereka lebih mampu berinteraksi dengan lingkungannya (Usman, 1993:4). b. Pengertian Prestasi Belajar Prestasi belajar menurut Depdiknas (2002 : 895), mengartikan prestasi adalah hasil yang telah dicapai dari yang telah dilakukan/dikerjakan. Hasil belajar adalah merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yaitu faktor yang berasal dari dirinya sendiri maupun dari luar dirinya (Uzer Usman,1993:9). Winkel, (1996:162), menjelaskan hasil belajar adalah bukti keberhasilan yang dicapai seseorang. 4.Hakikat Mata Pelajaran IPA a.pengertian Pengajaran IPA

Rintayati, (1991:2), menjelaskan bahwa IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis yang di dalam penggunaannya secara umum terlintas pada gejala-gejala alam. Diknas, (2006), Ilmu Pengetahuan Alam berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. b. Tujuan Pengajaran IPA Sesuai dengan KTSP (2006), Mata Pelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut : 1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptan-nya. 2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, 3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat. 4) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalan dan membuat keputusan. 5) Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam.

6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan. 7) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs. c. Ruang Lingkup Sesuai dengan KTSP (2006), Ruang Lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI meliputi aspek-aspek sebagai berikut : 1) Mahluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan serta kesehatan. 2) Benda/materi, sifat-sifat dan kedunaannya meliputi: padat, cair dan gas. 3) Energy dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana. 4) Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan bendabenda langit lainnya. 5. Metode Pembelajaran Discovery Discovery learning belajar mencari dan menemukan sendiri (Djamarah, 2010:19). Guru dalam system pembelajaran ini dalam menyajikan bahan pelajaran tidak dalam bentuk final, tetapi anak didik diberi peluang untuk mencari dan menemukan sendiri dengan mempergunakan teknik pendekatan pemecahan masalah. Discovery merupakan metode pembelajaran yang berdasarkan prinsip bahwa materi atau isi suatu bidang studi merupakan rangkaian factor, bukan merupakan fakta yang lepas (Rintayati, 1991:33). Dalam metode ini siswa

dibiarkan menemukan sendiri atau mengalami proses mental itu sendiri, guru hanya membimbing dan memberikan instruksi. Penggunaan metode discoveri ini guru berusaha menungkatkan aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar ( Rustiyah, 1997:20). Langkah-langkah metode pembelajaran discovery ini menurut Bruner dalam Djamarah (2010:19), menjelaskan sebagai berikut : a. Simultan, guru memulai bertanya dengan persoalan atau menyuruh anak didik membaca atau mendengarkan uraian yang memuat permasalahan. b. Problem statement, anak didik diberi kesempatan mengidentifikasi berbagai permasalahan. c. Data collection, untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya hipotesis ini siswa diberi kesempatan untuk mengumpulkan berbagai informasi yang relevan, membaca literature, mengamati objek, wawancara, dengan nara sumber, melakukan uji coba sendiri, dan sebagainya. d. Data processing, semua informasi hasil bacaan, wawancara, obervasi, dan sebagainya semuanya diolah, diacak, diklasifikasikan, ditabulasikan, bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan. e. Verifikasi atau pembuktikan, berdasarkan hipotesis yang telah dirumuskan terdahulu kemudian dicek apakah terjawab atau tidak, apakah terbukti atau tidak.

f. Generalisasi tahap selanjutnya berdasarkan hasil verikasi, siswa belajar menarik kesimpulan atau generalisasi. Metode pembelajaran discovery ini memiliki manfaat dan kelemahan. Adapun manfaat metode discovery yaitu antara lain : a. Ilmu diperoleh dari penemuan demi penemuan. b. Konsep yang abstrak mudah dipahami atau diingat, bila melalui proses sendiri. c. Menemukan sendiri dapat menimbulkan rasa percaya diri, meningkatkan kemampuan memecahkan masalah sehingga lebih kreatif, dapat meningkatkan motivasi dan rasa ingin tahu sehingga mendorong belajar lebih giat. Sedangkan kelemahan metode discovery ini yaitu sebagai berikut : a. Memerlukan banyak waktu, b. Tidak semua materi dapat disajikan dengan menggunakan metode penemuan, c. Tidak semua siswa mampu menemukan setiap konsep yang dipermasalahkan. d. Bila siswa mendapat kesukaran mengambil kesimpulan, perlu mendapat bantuan. e. Perlu pengecekan terhadap kesimpulan yang ditemukan oleh siswa. 6. Materi Pembelajaran IPA a. Standar Kompetensi

Memahami beragam sifat dan perubahan wujud benda serta berbagai cara penggunaan benda berdasaarkan sifatnya. b. Kompetensi Dasar Mengidentifikasi wujud benda padat, cair dengan gas memiliki sifat tertentu. c. Indikator 1) Mendeskripsikan sifat-sifat benda cair, padat dan gas 2) Menyebutkan contoh benda cair, padat dan gas d.materi 1) Benda-benda dialam digolongkan menjadi 3 wujud yaitu benda cair, benda padat, benda gas. 2) Sifat benda padat antara lain; - tetap, tidak dipenagruhi wadahnya - dapat diubah dengan perlakuan tertentu 3) Sifat benda cair - tidak tetap, - sesuai yang ditempati - mengalir ke tempat yang lebih rendah - menekan ke segala arah - meresap melalui celah-celah kecil 4) Sifat benda gas - mengisi seluruh ruangan yang ditempati - menekan ke segala arah.

B.Kerangka Berpikir Pembelajaran merupakan aktivitas yang melibatkan antara guru dan siswa. Aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran dapat bermakna apabila tujuan yang telah ditetapkan dalam pengajaran dapat tercapai. Tercapainya tujuan suatu proses kegiatan pembelajaran ditandai adanya prestasi belajar siswa sesuai dengan kriteria ketuntasan minimal yang telah ditetapkan sesuai denga kurikulum yang berlaku. Tercapainya tujuan dalam pembelajaran merupakan harapan guru, oleh karena itu guru dalam kegiatan pembelajaran diharapkan dapat memahami, menguasai dan menerapkan metode pembelajaran yang tepat. Mata pelajaran IPA merupakan salah satu mata pelajaran yang memiliki sifat yang nyata. Sesuai dengan karakteristik materi pelajaran tersebut, maka dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode discovery. Adapun alasan penggunaan metode discovery karena metode discovery dapat digunakan sesuai dengan topik bahasan bersifat problematis, merangsang peserta didik terlibat secara aktif dalam perdebatan ilmiah, melatih peserta didik untuk berfikir kritis dan terbuka, mengembangkan suasana demokratis dan melatih peserta didik berjiwa besar, peserta didik memiliki pandangan yang berbeda-beda tentang masalah yang dijadikan, peserta didik memiliki pengetahuan tentang masalah yang akan didiamati,masalah yang didiskusikan memiliki hubungan dengan masalah-masalah lain. Selain itu metode discovery memiliki kekuatan; dapat mendorong partisipasi peserta didik secara aktif baik sebagai partisipan, penanya,

penyanggah maupun sebagai ketua atau moderator diskusi, menimbulkan kreatifitas dalam ide, pendapat, prakarsa, maupun terobosan-terobosan baru dalam pemecahan masalah, menumbuhkan kemampuan berfikir kritis dan partisipasi demokratis, dan melatih kestabilan emosi dengan menghargai dan menerima pendapat orang lain, tidak memaksakan pendapat sendiri sehingga tercipta sikap memberi-menerima. Apabila guru dapat mengoptimalisasikan model pembelajaran discovery tersebut, maka diharapkan prestasi belajar siswa dapat ditingkatkan dan tujuan pembelajaran dapat dicapai.alur bagan kerangka berpikir metode discovery dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut : Kondisi Awal Tindakan (Acting) Kondisi Akhir Guru monoton dalam kegiatan pembelajaran belum menggunakan metode pembelajaran discovery Guru berupaya menggunakan metode pembelajaran discovery pada materi mengidentifikasi wujud benda padat, cair dan gas memiliki sifat tertentu Diduga melalui metode pembelajaran discovery pada materi mengidentifikasi wujud benda padat, cair dan gas memiliki sifat tertentu dapat meningkatkan prestasi dan motivasi belajar siswa Keadaan : Prestasi belajar siswa masih rendah, terutama tentang mengidentifikasi wujud benda padat, cair dan gas memiliki sifat tertentu Siklus I, guru menggunakan metode pembelajaran discovery dan hasilnya masih banyak siswa yang belum tuntas Siklus II, menggunakan metode pembelajaran discovery dapat berhasil dengan baik Gambar 2.1 Skema Kerangka Berpikir

C.Hipotesis Tindakan Berdasarkan uraian tersebut di atas, dapat diajukan hipotesis tindakan sebagai berikut : Metode pembelajaran discovery dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA materi mengidentifikasi wujud benda padat, cair dan gas memiliki sifat tertentu di kelas IV SDN 02 Bodas.