Ditulis oleh Administrator Kamis, 07 Agustus :39 - Terakhir Diperbaharui Kamis, 02 April :21 EFEK VASKULER OBAT ANTIHIPERTENSI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. etiologi yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Prevalensi hipertensi berdasarkan yang telah terdiagnosis oleh tenaga kesehatan dan pengukuran tekanan darah terlihat meningkat dengan bertambahnya

OBAT ANTI HIPERTENSI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terhadap penyakit kardiovaskuler. The Third National Health and Nutrition

PENGATURAN JANGKA PENDEK. perannya sebagian besar dilakukan oleh pembuluh darah itu sendiri dan hanya berpengaruh di daerah sekitarnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB VI PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. menggunakan uji One Way Anova. Rerata tekanan darah sistolik kelompok

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1.1 Pendahuluan 1.2 Farmakokinetik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hipertensi menjangkiti kira-kira 50 juta penduduk United State dan kirakira

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

POLA PERESEPAN OBAT PADA PENDERITA HIPERTENSI DI APOTEK SEHAT FARMA KLATEN TAHUN 2010

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. VII, 2003). Diagnosis hipertensi seharusnya didasarkan pada minimal tiga kali pengukuran

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. manusia contohnya adalah obesitas, diabetes, kolesterol, hipertensi, kanker usus,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penyakit dari penyakit infeksi ke penyakit non infeksi, yaitu penyakit tidak

I. PENDAHULUAN. Hipertensi dikenal secara umum sebagai penyakit kardiovaskular. Penyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejak beberapa dekade belakangan ini para ilmuan dibidang kesehatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penderita DM di dunia diperkirakan berjumlah > 150 juta dan dalam 25

BAB I PENDAHULUAN. 2006). Pasien dengan penyakit ginjal kronik (PGK)mempunyai risiko lebih besar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kematian ketiga terbanyak di negara-negara maju, setelah penyakit jantung dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. disebut sebagai silent killer, karena hampir tidak ditemukan gejala sama. mendadak meninggal dunia (Rofi ie I, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. koroner untuk pembuluh darah jantung dan untuk otot jantung. Proporsi kematian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

5/30/2013. dr. Annisa Fitria. Hipertensi. 140 mmhg / 90 mmhg

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang albuminuria, yakni: mikroalbuminuria (>30 dan <300 mg/hari) sampai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pada pria dan 21,6% pada wanita (Zhu et al., 2011). Data tahun 2012 pada populasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. meningkat, serta menjadi salah satu faktor risiko terjadinya penyakit seperti

BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Hipertensi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PATOGENESIS PENYAKIT ASMA

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan jumlah penyandang diabetes cukup besar untuk tahun-tahun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Tetapi berdasarkan data, 80-90% data menyatakan PPOK menjadi penyebab utama kor pulmonal.

perkembangan penyakit DM perlu untuk diperhatikan agar komplikasi yang menyertai dapat dicegah dengan cara mengelola dan memantau perkembangan DM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. seluruh pembuluh dimana akan membawa darah ke seluruh tubuh. Tekanan darah

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

Tidak Semua CCB Serupa; Fokus pada Nifedipine GITS/OROS Karena Perlindungan 24 Jam Sangat Berharga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 : PEMBAHASAN. 1.1 Hubungan Hiperurisemia Dengan Kejadian Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Kecamatan Pauh Kota Padang tahun 2016

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan darah untuk metabolisme jaringan. 2. di vena sehingga menimbulkan kenaikan tekanan vena. 3 Penyebab utama gagal

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. antihipertensi di RSUP DR.Sardjito Yogyakarta. Berdasarkan database ASKES jumlah data

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 1) DM tipe I atau Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM) Adanya kerusakan sel β pancreas akibat autoimun yang umumnya

FAKTOR IMUNOLOGI PATOGENESIS ENDOMETRIOSIS

BAB I PENDAHULUAN. hipertensi karena merupakan salah satu penyebab utama terjadinya morbiditas dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

YUANITA ARDI SKRIPSI SARJANA FARMASI. Oleh

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. vitamin ataupun herbal yang digunakan oleh pasien. 1. Distribusi Pasien Berdasarkan Jenis Kelamin

BAB I PENDAHULUAN. Pasien dewasa dengan penyakit jantung bawaan menunjukkan insidensi

jantung dan stroke yang disebabkan oleh hipertensi mengalami penurunan (Pickering, 2008). Menurut data dan pengalaman sebelum adanya pengobatan yang

Gambar 3.1 Skema Kerangka Konseptual

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Hipertensi adalah peningkatan menetap tekanan arteri sistemik. 12

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

SOAL SOAL UJIAN SEMESTER GANJIL ILMU PENYAKIT DALAM FK UNILA, SEMESTER GANJIL. MATA KULIAH : HIPERTENSI, GAGAL GINJAL DAN GERIATRI.

BAB I PENDAHULUAN. tingkat stress yang dialami. Tekanan darah sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor

ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA PENGGUNAAN ANTIHIPERTENSI KOMBINASI DUA OBAT PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi di seluruh dunia oleh World Health Organization (WHO) dengan

Apakah labu siam menurunkan tekanan darah.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Chronic Kidney Disease (CKD) adalah gangguan fungsi ginjal yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB IV HASIL, PEMBAHASAN, DAN PENGUJIAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MANAGEMENT OF ATRIAL FIBRILLATION IN PATIENTS WITH HEART FAILURE EUROPEAN HEART JOURNAL (2007) 28, Ferry Sofyanri

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saliva memiliki beberapa fungsi yaitu sebagai proteksi, pengaturan reseptor

BAB V PEMBAHASAN. Ginjal Kronik dilaksanakan pada bulan November Maret 2016 dengan

BAB I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. lebih atau sama dengan 90 mmhg (Chobanian et al., 2003). Hipertensi merupakan

BAB I PENDAHULUAN kematian akibat hipertensi di Indonesia. Hipertensi disebut sebagai. (menimbulkan stroke) (Harmilah dkk., 2014).

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Antihipertensi adalah obat obatan yang digunakan untuk mengobati

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan kognitif pada beberapa manusia menurun sesuai pertambahan

Transkripsi:

EFEK VASKULER OBAT ANTIHIPERTENSI ABSTRAK Secara hemodinamik tekanan darah ditentukan oleh cardic out put (CO) dan systemic vascular resistance (SVR). Cardiac out put ditentukan oleh stroke volume dan heart rate, sedangkan systemic vascular resistance ditentukan oleh renal dan periferal vascular resistance. Hipertensi diakibatkan oleh peningkatan salah satu atau lebih dari komponen tersebut, sehingga pengendalian tekanan darah secara logis dan ideal adalah dengan cara menurunkan CVR dan mempertahankan COP. Kedua hal 1 / 46

tersebut didapat dengan cara memperbaiki arterial compliance, mempertahankan perfusi, dan memperbaiki endothelial dysfunction. Obat-obat antihipertensi yang mempunyai profil hemodinamik seperti itu adalah, AC E inhibitors (ACEI), Angiotensin II receptors antagonissts ( AIIRA), Calcium channel blockers (CCB), beta-blockers (BB) with intrinsic sympathomimetic activity (ISA), alpha-beta blockers (ABB) dan Indapamide. Sedangkan diuretik dan beta blokers dengan ISA 2 / 46

negatif, tidak mempunyai profil tersebut, walaupun tetap mempunyai efek antihipertensif yang baik. Berbagai penelitian telah membuktikan bahwa pengobatan jangka panjang dengan ACEI mengakibatkan efek yang baik terhadap aterogenesis. Efek tersebut berupa penghambatan produksi angiotensin II (baik tissue maupun circulating) dan peningkatan fungsi bradikinin. Aksi ini mengakibatkan penurunan proliferasi dan migrasi sel otot polos, megurangi akumulasi dan aktifitas sel inflamasi, megurangi oxidative stress, dan meningkatkan pembentukan 3 / 46

endothelial nitric oxide yang akan memperbaiki fungsi endotel. Efek vaskular AIIRA, secara garis besar sama dengan ACEI, karena keduanya menghambat efek angiotensin II. Hanya dsaja AIIRA tidak meningkatkan (malah memblok) efek bradikinin. Namun di lain pihak, AIIRA menghambat efek negatif reseptor angiotensin I dan merangsang efek positif reseptor angiotensin II. Akhir-akhir ini ACEI dan AIIRA sering dikombinasikan, dan terbukti memberikan efek vaskuler yang 4 / 46

lebih baik. CCB, sebuah obat antihipertensi yang mempunyai efek memperlambat prolifersi dan migrasi otot polos vaskular, menghambat infiltrasi monosit, menghambat agregasi platelet, memperbaiki disfungsi endotel, dan memodulasi metabolisme kolesterol selular. Efek ini disamping mampu menurunkan tekanan darah juga dapat memperbaiki disfungsi endotel. BB dengan ISA positif mempunyai efek menurunkan CVR serta mempertahankan 5 / 46

COP. Efek inididuga karena kemampuannya menghambat sekresi renin sehingga laju sekresi angiotensin II juga terhambat. Obat antihipertensi penghambat alfa dan beta reseptor (carvedilol) disamping bekerja dengan memblok reseptor beta-1 dan beta-2, juga memblok reseptor alfa-1. Blokade terhadap reseptor-reseptor ini mengakibatkan penghambatan terjadinya takiaritmia, penghambatan hipertrofi 6 / 46

ventrikel kiri, penghambatan pelepasan noradrenalin, vasodilatasi perifer dan memperbaiki perfusi renal. Indapamid adalah golongan diuretik dengan rumus bangun spesifik sehingga mempunyai efek terhadap otot polos vaskuler. Efek vasodilatsi indapamid terjadi melalui blokadenya terhadap resting recepor ( salah satu dari slow calcium channel ) 7 / 46

yang terdapat pada sel otot polos vaskuler. Kata kunci : hemodinamik hipertensi, obat anti hipertensi, efek vaskuler PENDAHULUAN Secara hemodinamik tekanan darah ditentukan oleh cardiac 8 / 46

out put ( CO) dan resistensi vaskuler sistemik (RVS). COP ditentukan oleh frekuensi denyut jantung dan stroke volume out put, sedangkan RVS ditentukan oleh resistensi vaskuler perifer (RVP) dan 9 / 46

resistensi vaskuler renal (RVR). Hipertensi disebabkan oleh peningkatan salah satu atau lebih komponen penentu tersebut. Pada hipertensi esensial, peningkatan tekanan darah terutama disebabkan oleh peningkatan RVS. 10 / 46

Secara skematik hal tersebut digambarkan seperti pada gambar 1. Atas dasar hemodinamik tersebut maka obat antihipertensi yang logis dan ideal adalah obat antihipertensi yang dapat 11 / 46

menurunkan RVS, mempertahankan cardiac out put (CO), serta memperbaiki arterial compliance dan perfusi jaringan. Tabel 1 memperlihatkan efek hemodinamik obat anti hipertensi yang ada saat ini. 12 / 46

Berikut ini dibahas tentang efek vaskuler beberapa obat antihipertensi dalam menurunkan SVR. ACE inhibitors (ACEI) Seperti diketahui, 13 / 46

ACEI bekerja dengan menghambat angiotensin converting enzyme (ACE), sehingga terjadi penurunan produksi angiotensin II. 14 / 46

Dilain pihak, penghambatan ACE mengakibatkan penghambatan degradasi bradikinin, sehingga terjadi potensiasi efek 15 / 46

bradikinin. Hal ini telah terbukti pada beberapa penelitian berskala besar. Gambar 2 meperlihatkan hal tersebut. Dalam aktifitasnya 16 / 46

menghambat produksi angiotensin II, ACEI mengakibatkan pengurangan proliferasi dan migrasi sel otot polos vaskuler, 17 / 46

menghambat pelepasan growth factors (mis. PDGH), menghambat aktifitas proto-onco genes, dan menghambat pembentukan 18 / 46

superoxide anion. Dalam aktifitasnya memperkuat efek bradikinin, ACEI mengakibatkan peningkatan pelepasan nitic oxide (NO), 19 / 46

memacu aktivasi mediator inflamasi dan meningkatkan premeabilitas vaskuler. Hasil akhir kedua mekanisme tersebut adalah vasodilatasi 20 / 46

vaskuler. Angiotensin II receptor blockers (ARBs) Secara garis besar, peranan ACEI dan ARBs 21 / 46

tidak berbeda. Perbedaan terletak pada titik tangkap kerja kedua obat tersebut, yaitu, ACEI bekerja menghambat 22 / 46

ACE, sedangkan ARBs memblok reseptor angiotensin II. Mekanisme tersebut diperlihatkan pada gambar 3. 23 / 46

Perbedaan yang penting adalah, ACEI meperkuat efek bradikinin sedangkan ARBs tidak berpengaruh; ACEI memblok 24 / 46

semua receptor angiotensin 1. Beberapa jenis golongan ARBs mengaku mempunyai efek memacu reseptor 25 / 46

angiotensin 2, yang INDAPAM IDE. Secara farmakologis Indapamide tergolong 26 / 46

diuretik klas distal diuretic. Rumus bangun utamanya adalah benzamide yang berefek 27 / 46

diuretik, tetapi karena adanya gugus chlorosulfamoyl dia juga mempunyai efek vaskuler. 28 / 46

Efek vaskuler indapamide terjadi karena penghambatan nya terhadap kanal kalsium long acting (L 29 / 46

type channel) pada resting conformational state. Hal ini tampak pada gambar 5. 30 / 46

L-type Ca channel terbagi menjadi 3 con formational state yaitu 31 / 46

resting, open (O) dan inactivated (I). Indapamide 32 / 46

bekerja dengan memblok kanal O, dan golongan dihydropiridin memblok 33 / 46

kanal I. Sebagai akibat blokade kanal R, terjadi efek inhibisi terhadap excitable cells 34 / 46

sehingga terjadi relaksasi otot polos vaskuler. RINGKASAN 35 / 46

Secara hemodinamik, obat antihipertensi yang logis dan ideal adalah yang dapat 36 / 46

mengurangi resistensi sistemik, mempertahan kan cardiac out put, memperbaiki 37 / 46

arterial compliance dan perfusi jaringan. Efek ini terutama dimiliki oleh obat 38 / 46

antihipertensi golongan ACEI, ARBs, dan CCB. Obat lain yang juga mempunyai 39 / 46

efek tersebut adalah carvedilol dan indapamide. Diuraikan dan digambarkan secara 40 / 46

skematik, mekanisme kerja dari efek vaskuler obat-obat antihipertensi tersebut. 41 / 46

Namun demikian, obat antihipertensi golongan lain masih tetap 42 / 46

efektif dalam mengendalik an tekanan darah. Tetapi secara individual 43 / 46

masih tetap berlaku dalam pengendalian tekanan darah 44 / 46

penderita hipertensi. Sumber : Ketut Suwitra (Jornal Kardiovaskul 45 / 46

er) 46 / 46