EFEK VASKULER OBAT ANTIHIPERTENSI ABSTRAK Secara hemodinamik tekanan darah ditentukan oleh cardic out put (CO) dan systemic vascular resistance (SVR). Cardiac out put ditentukan oleh stroke volume dan heart rate, sedangkan systemic vascular resistance ditentukan oleh renal dan periferal vascular resistance. Hipertensi diakibatkan oleh peningkatan salah satu atau lebih dari komponen tersebut, sehingga pengendalian tekanan darah secara logis dan ideal adalah dengan cara menurunkan CVR dan mempertahankan COP. Kedua hal 1 / 46
tersebut didapat dengan cara memperbaiki arterial compliance, mempertahankan perfusi, dan memperbaiki endothelial dysfunction. Obat-obat antihipertensi yang mempunyai profil hemodinamik seperti itu adalah, AC E inhibitors (ACEI), Angiotensin II receptors antagonissts ( AIIRA), Calcium channel blockers (CCB), beta-blockers (BB) with intrinsic sympathomimetic activity (ISA), alpha-beta blockers (ABB) dan Indapamide. Sedangkan diuretik dan beta blokers dengan ISA 2 / 46
negatif, tidak mempunyai profil tersebut, walaupun tetap mempunyai efek antihipertensif yang baik. Berbagai penelitian telah membuktikan bahwa pengobatan jangka panjang dengan ACEI mengakibatkan efek yang baik terhadap aterogenesis. Efek tersebut berupa penghambatan produksi angiotensin II (baik tissue maupun circulating) dan peningkatan fungsi bradikinin. Aksi ini mengakibatkan penurunan proliferasi dan migrasi sel otot polos, megurangi akumulasi dan aktifitas sel inflamasi, megurangi oxidative stress, dan meningkatkan pembentukan 3 / 46
endothelial nitric oxide yang akan memperbaiki fungsi endotel. Efek vaskular AIIRA, secara garis besar sama dengan ACEI, karena keduanya menghambat efek angiotensin II. Hanya dsaja AIIRA tidak meningkatkan (malah memblok) efek bradikinin. Namun di lain pihak, AIIRA menghambat efek negatif reseptor angiotensin I dan merangsang efek positif reseptor angiotensin II. Akhir-akhir ini ACEI dan AIIRA sering dikombinasikan, dan terbukti memberikan efek vaskuler yang 4 / 46
lebih baik. CCB, sebuah obat antihipertensi yang mempunyai efek memperlambat prolifersi dan migrasi otot polos vaskular, menghambat infiltrasi monosit, menghambat agregasi platelet, memperbaiki disfungsi endotel, dan memodulasi metabolisme kolesterol selular. Efek ini disamping mampu menurunkan tekanan darah juga dapat memperbaiki disfungsi endotel. BB dengan ISA positif mempunyai efek menurunkan CVR serta mempertahankan 5 / 46
COP. Efek inididuga karena kemampuannya menghambat sekresi renin sehingga laju sekresi angiotensin II juga terhambat. Obat antihipertensi penghambat alfa dan beta reseptor (carvedilol) disamping bekerja dengan memblok reseptor beta-1 dan beta-2, juga memblok reseptor alfa-1. Blokade terhadap reseptor-reseptor ini mengakibatkan penghambatan terjadinya takiaritmia, penghambatan hipertrofi 6 / 46
ventrikel kiri, penghambatan pelepasan noradrenalin, vasodilatasi perifer dan memperbaiki perfusi renal. Indapamid adalah golongan diuretik dengan rumus bangun spesifik sehingga mempunyai efek terhadap otot polos vaskuler. Efek vasodilatsi indapamid terjadi melalui blokadenya terhadap resting recepor ( salah satu dari slow calcium channel ) 7 / 46
yang terdapat pada sel otot polos vaskuler. Kata kunci : hemodinamik hipertensi, obat anti hipertensi, efek vaskuler PENDAHULUAN Secara hemodinamik tekanan darah ditentukan oleh cardiac 8 / 46
out put ( CO) dan resistensi vaskuler sistemik (RVS). COP ditentukan oleh frekuensi denyut jantung dan stroke volume out put, sedangkan RVS ditentukan oleh resistensi vaskuler perifer (RVP) dan 9 / 46
resistensi vaskuler renal (RVR). Hipertensi disebabkan oleh peningkatan salah satu atau lebih komponen penentu tersebut. Pada hipertensi esensial, peningkatan tekanan darah terutama disebabkan oleh peningkatan RVS. 10 / 46
Secara skematik hal tersebut digambarkan seperti pada gambar 1. Atas dasar hemodinamik tersebut maka obat antihipertensi yang logis dan ideal adalah obat antihipertensi yang dapat 11 / 46
menurunkan RVS, mempertahankan cardiac out put (CO), serta memperbaiki arterial compliance dan perfusi jaringan. Tabel 1 memperlihatkan efek hemodinamik obat anti hipertensi yang ada saat ini. 12 / 46
Berikut ini dibahas tentang efek vaskuler beberapa obat antihipertensi dalam menurunkan SVR. ACE inhibitors (ACEI) Seperti diketahui, 13 / 46
ACEI bekerja dengan menghambat angiotensin converting enzyme (ACE), sehingga terjadi penurunan produksi angiotensin II. 14 / 46
Dilain pihak, penghambatan ACE mengakibatkan penghambatan degradasi bradikinin, sehingga terjadi potensiasi efek 15 / 46
bradikinin. Hal ini telah terbukti pada beberapa penelitian berskala besar. Gambar 2 meperlihatkan hal tersebut. Dalam aktifitasnya 16 / 46
menghambat produksi angiotensin II, ACEI mengakibatkan pengurangan proliferasi dan migrasi sel otot polos vaskuler, 17 / 46
menghambat pelepasan growth factors (mis. PDGH), menghambat aktifitas proto-onco genes, dan menghambat pembentukan 18 / 46
superoxide anion. Dalam aktifitasnya memperkuat efek bradikinin, ACEI mengakibatkan peningkatan pelepasan nitic oxide (NO), 19 / 46
memacu aktivasi mediator inflamasi dan meningkatkan premeabilitas vaskuler. Hasil akhir kedua mekanisme tersebut adalah vasodilatasi 20 / 46
vaskuler. Angiotensin II receptor blockers (ARBs) Secara garis besar, peranan ACEI dan ARBs 21 / 46
tidak berbeda. Perbedaan terletak pada titik tangkap kerja kedua obat tersebut, yaitu, ACEI bekerja menghambat 22 / 46
ACE, sedangkan ARBs memblok reseptor angiotensin II. Mekanisme tersebut diperlihatkan pada gambar 3. 23 / 46
Perbedaan yang penting adalah, ACEI meperkuat efek bradikinin sedangkan ARBs tidak berpengaruh; ACEI memblok 24 / 46
semua receptor angiotensin 1. Beberapa jenis golongan ARBs mengaku mempunyai efek memacu reseptor 25 / 46
angiotensin 2, yang INDAPAM IDE. Secara farmakologis Indapamide tergolong 26 / 46
diuretik klas distal diuretic. Rumus bangun utamanya adalah benzamide yang berefek 27 / 46
diuretik, tetapi karena adanya gugus chlorosulfamoyl dia juga mempunyai efek vaskuler. 28 / 46
Efek vaskuler indapamide terjadi karena penghambatan nya terhadap kanal kalsium long acting (L 29 / 46
type channel) pada resting conformational state. Hal ini tampak pada gambar 5. 30 / 46
L-type Ca channel terbagi menjadi 3 con formational state yaitu 31 / 46
resting, open (O) dan inactivated (I). Indapamide 32 / 46
bekerja dengan memblok kanal O, dan golongan dihydropiridin memblok 33 / 46
kanal I. Sebagai akibat blokade kanal R, terjadi efek inhibisi terhadap excitable cells 34 / 46
sehingga terjadi relaksasi otot polos vaskuler. RINGKASAN 35 / 46
Secara hemodinamik, obat antihipertensi yang logis dan ideal adalah yang dapat 36 / 46
mengurangi resistensi sistemik, mempertahan kan cardiac out put, memperbaiki 37 / 46
arterial compliance dan perfusi jaringan. Efek ini terutama dimiliki oleh obat 38 / 46
antihipertensi golongan ACEI, ARBs, dan CCB. Obat lain yang juga mempunyai 39 / 46
efek tersebut adalah carvedilol dan indapamide. Diuraikan dan digambarkan secara 40 / 46
skematik, mekanisme kerja dari efek vaskuler obat-obat antihipertensi tersebut. 41 / 46
Namun demikian, obat antihipertensi golongan lain masih tetap 42 / 46
efektif dalam mengendalik an tekanan darah. Tetapi secara individual 43 / 46
masih tetap berlaku dalam pengendalian tekanan darah 44 / 46
penderita hipertensi. Sumber : Ketut Suwitra (Jornal Kardiovaskul 45 / 46
er) 46 / 46