BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. hasil penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh orang-orang yang lebih

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA

2014 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI TULISAN DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM EKSKRESI SISWA KELAS XI

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Hamalik (2001, 37) belajar adalah memperoleh. pengetahuan melalui alat indra yang disampaikan dalam bentuk perangsang

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori. 1. Aktivitas Belajar. Anak senantiasa berinteraksi dengan sekitarnya dan selalu berusaha

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH DALAM PEMBELAJARAN IPA

BAB I PENDAHULUAN. Upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan telah dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah suatu model

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

I. PENDAHULUAN. mendorong terjadinya belajar. Pembelajaran dikatakan berhasil apabila tujuantujuan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting di dalam interaksi belajar. aktivitas tersebut. Beberapa diantaranya ialah:

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.

Oleh. Sarlin K. Dai Meyko Panigoro La Ode Rasuli Pendidikan Ekonomi

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pengalaman dan latihan terjadi melalui interaksi antara individual dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu kompleks perbuatan yang sistematis untuk

II. KAJIAN TEORI. 2.1 Belajar dan Pembelajaran Pengertian Belajar dan Pembelajaran. Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui

KAJIAN PUSTAKA. Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme. mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar.

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENT) UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SOSIOLOGI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pembelajaran melalui model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted

BAB I PENDAHULUAN. matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang dipelajari sejak SD. sampai SMA bahkan perguruan tinggi.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan aspek penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Hasil Belajar

BAB I PENDAHULUAN. kritis, kreatif dan mampu bersaing menghadapi tantangan di era globalisasi nantinya.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TINJAUAN PUSTAKA. mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar, diantaranya adalah

PEMBELAJARAN KOOPERATIF

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan ujung tombak bagi pembangunan peradaban.

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DAN NHT PADA PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI SIKAP SISWA TERHADAP MATEMATIKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada prinsipnya proses belajar yang dialami manusia berlangsung sepanjang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI. belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Beberapa Ahli. memperoleh pengetahuan, ketrampilan, dan nilai-nilai positif dengan

BAB I PENDAHULUAN. sehingga siswa dapat berhasil dengan baik dalam belajarnya.

BAB I PENDAHULUAN. taraf pemikiran yang tinggi dan telah melaksanakan pembangunan

I. PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini akan dibahas beberapa hal mengenai gambaran umum

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG PERBANDINGAN SKALA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS- ACHIEVMENT DIVISIONS (STAD)

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku siswa akibat adanya

Studi komparasi pengajaran kimia metode gi (group investigation) dengan stad ( student teams achievement divisions)

IMPLEMENTASI MODEL STAD DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SIWA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. untuk mencapai tujuan pembelajaran. Model pembelajaran digunakan guru sebagai

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan manusia yang bertakwa

Suherman Guru Fisika SMA Negeri 1 Stabat dan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Fisika Pascasarjana Unimed

II. TINJAUAN PUSTAKA. berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu kata efektif juga dapat

BAB I PENDAHULUAN. adalah kegiatan proses pembelajaran. Kegiatan proses pembelajaran akan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembukaan UUD 1945 dijelaskan bahwa salah satu tujuan dari

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penelitian dilakukan dalam 2 (dua) siklus. Setiap siklus terdiri dari tiga kali

BAB II LANDASAN TEORI

2013 IMPLEMENTASI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA TENTANG SIFAT BAHAN DAN KEGUNAANNYA

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS III SMA SRIJAYA NEGARA PALEMBANG MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN TEAM GAMES TOURNAMENTS

LANDASAN TEORI. hasil belajar. Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku

belajar sejarah siswa. Sehingga, model pembelajaran Team Assisted

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEAM GAMES TOURNAMENT UNTUK MENINGKATKAN TINGKAT PEMAHAMAN SISWA DALAM PELAJARAN EKONOMI SMA PADA ERA MEA

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOLABORASI ANTAR TGT DAN MAKE A MATCH TERHADAP HASIL BELAJAR GEOGRAFI

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar dengan menggunakan sumber belajar dapat

I. PENDAHULUAN. hasil belajar siswa disekolah. Kurikulum yang digunakan saat ini adalah

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 9 ISSN X

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Hakekat Belajar dan Pembelajaran. kebutuhan yang dimaksud adalah kebutuhan dalam berbagai aspek

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. Muhammadiyah Yogyakarta yang berjudul Peningkatan Keaktifan dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Jurnal Ilmiah Guru COPE, No. 02/Tahun XVIII/November 2014

II. TINJAUAN PUSTAKA. Keberhasilan belajar tidak akan tercapai begitu saja jika pembelajaran tidak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. maupun evaluasinya. Tuntutan terhadap kualitas semakin diperhatikan untuk. untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi masa depan.

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA MATA KULIAH KALKULUS DASAR BERBASIS LESSON STUDY

STRATEGI PEMBELAJARAN EFEKTIF

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Pembelajaran kooperatif adalah bagian dari strategi pembelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN. biologi di sekolah. Oleh karena itu, para guru harus berusaha untuk memiliki

*keperluan Korespondensi, HP: , ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. Pada kurikulum biologi SMP materi sistem gerak yang dipelajari di kelas VIII,

Oleh: Via Vandella*, Yulia Haryono**, Alfi Yunita**

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Pengertian Kemampuan Pemahaman Konsep. konsep. Menurut Sudjiono (2013) pemahaman atau comprehension dapat

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran seni musik. Hal ini terlihat dari kurangnya aktivitas siswa secara

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu wahana untuk mengembangkan semua

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PEMBELAJARAN MATEMATIKA MATERI BILANGAN BULAT UNTUK SISWA KELAS IV SD MELALUI KOOPERATIF TIPE STAD

PENERAPAN METODE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DISERTAI AUTHENTIC ASSESSMENT

Surakarta, Indonesia ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. proses yang disebut proses belajar-mengajar yang berlangsung dalam situasi belajarmengajar.

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan pengalamannya kepada siswa pada setiap mata pelajaran.

MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM. Oleh: Dr. Marzuki (FIS UNY)

BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Kajian Teori Hakikat Pembelajaran Matematika Menurut H.W. Fowler dalam Pandoyo (1997:1) Matematika merupakan mata

PENGARUH METODE KOOPERATIF TIPE CIRC (COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION) DAN TTW (THINK-TALK-WRITE) DALAM PEMBELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA SMK

Transkripsi:

8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A. Tinjauan Pustaka Berkaitan dengan penelitian ini, peneliti akan menunjukkan beberapa hasil penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh orang-orang yang lebih dahulu melakukan penelitian. Penelitian terdahulu tersebut khususnya mengenai hal-hal yang berhubungan dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan sikap kerjasama siswa. Beberapa hasil penelitian tersebut dapat diuraikan sebagai berikut. Penelitian pertama, penelitian Siti Maimunah tahun 2013 yang berjudul Penerapan Strategi Cooperative Learning Tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa dalam Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam Kelas VII A MTs Ibnul Qoyyim Putri, Yogyakarta. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas dilaksanakan secara kolaboratif antara guru dan peneliti. Subyek penelitian adalah siswa kelas VII A MTs Ibnul Qoyyim Putri berjumlah 29 anak. Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis kualitatif yang didukung dengan data kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya peningkatan motivasi belajar siswa setelah dilakukan tindakan. Persamaan penelitian yang dilakukan Siti Maimunah dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti yaitu sama-sama menerapkan metode Student

9 Teams Achievement Divisions (STAD), menggunakan penelitian tindakan kelas, dan mata pelajaran yang digunakan. Perbedaannya adalah penelitian yang sudah dilakukan untuk meningkatkan motivasi belajar, sedangkan penelitian yang akan dilakukan untuk peningkatan sikap kerjasama siswa, dan subyek penelitian yang berbeda. Penelitian kedua, penelitian Ratih Artwiantini (2013) dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD untuk Meningkatkan Kemampuan Kerjasama dan Sikap Ilmiah dalam Pembelajaran Fisika Berbasis Empat Pilar Pendidikan pada Siswa Kelas X-5 SMA N 1 Surakarta Tahun Pelajaran 2012/2013. Model penelitian yang digunakan yaitu penelitian tindakan kelas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat peningkatan kerjasama melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Persamaan penelitian Ratih dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti yaitu sama-sama menggunakan model pembelajaran STAD dan kerjasama siswa, tetapi pada penelitian yang akan dilakukan tidak mengukur variabel sikap ilmiah siswa. Perbedaannya adalah materi pelajaran yang diukur, serta subyek dan tempat penelitian yang berbeda. Penelitian ketiga, penelitian Afiatun Nisa tahun 2013 dengan judul Efektivitas Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Division) terhadap Hasil Belajar IPS Sejarah Siswa Kelas VII di SMP N 10 Semarang. Penelitian ini menggunakan pendekatan eksperimen dengan model pre-eksperimental design, yaitu

10 menggunakan jenis desain one group pre-test post-test design. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat mengembangkan pengetahuan baik dari aspek afektif maupun aspek psikomotorik siswa. Persamaan penelitian yang dilakukan Afiatun Nisa dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti yaitu sama-sama menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, namun jenis penelitian dan variabel yang akan diukur terdapat perbedaan. Pada penelitian Afiatun Nisa variabel yang diukur yaitu hasil belajar siswa, sedangkan variabel yang akan diteliti oleh peneliti yaitu sikap kerjasama siswa. Berdasarkan uraian hasil penelitian di atas, dapat diketahui bahwa posisi penelitian yang akan dilakukan berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu, penelitian ini berfungsi untuk melanjutkan penelitian sebelumnya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, hanya saja pada penelitian yang akan dilakukan lebih fokus pada peningkatan sikap kerjasama siswa materi pelajaran Tarikh dengan subyek penelitian yang berbeda dari sebelumnya. B. Kerangka Teori 1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Menurut Slavin (2005) sebagaimana dikutip Isjoni (2010: 23) menyebutkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan model

11 pembelajaran yang telah dikenal sejak lama, dimana pada saat itu guru mendorong para siswa untuk melakukan kerjasama dalam kegiatankegiatan tertentu seperti diskusi atau pengajaran oleh teman sebaya (peer teaching). Johnson (1994) menyatakan bahwa: Pembelajaran kooperatif adalah satu kaedah pengajaran dalam proses pembelajaran yang melibatkan siswa belajar dalam kelompok kecil. Setiap siswa dalam kelompok ini dikehendaki bekerjasama untuk melengkapkan dan memperluas pembelajaran diri sendiri dan juga ahli yang lain. Siswa-siswa akan dipecah dalam kelompok-kelompok kecil dan menerima arahan dari guru untuk melaksanakan tugas yang diberikan. Siswa secara berkelompok diminta bekerjasama untuk menyelesaikan tugas sehingga menghasilkan kerja yang memuaskan (Isjoni, 2010: 21). Davidson dan Warsham (2003) mengemukakan bahwa: Pembelajaran kooperatif adalah kegiatan belajar mengajar secara kelompok-kelompok kecil, siswa belajar dan bekerjasama untuk sampai kepada pengalaman belajar secara berkelompok maupun pengalaman secara individu (dalam Isjoni, 2010: 27). Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang menuntut siswa untuk belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil, mengedepankan sikap kerjasama secara maksimal, saling memberikan semangat, dorongan, dan peduli terhadap teman sekelompoknya untuk mencapai tujuan pembelajaran yang dilakukan.

12 b. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif Terdapat tiga konsep penting yang menjadi karakteristik dalam pembelajaran kooperatif sebagaimana dikemukakan Slavin sebagaimana dikutip Isjoni (2010: 33) yaitu: 1) Penghargaan Kelompok Pembelajaran kooperatif menggunakan tujuan-tujuan kelompok untuk memperoleh penghargaan kelompok. penghargaan kelompok diperoleh jika kelompok mencapai skor di atas kriteria yang ditentukan. Keberhasilan kelompok didasarkan pada penampilan individu sebagai anggota kelompok dalam menciptakan hubungan antar personal yang saling mendukung, saling membantu, dan saling peduli. 2) Pertanggungjawaban Individu Tanggung jawab individual maksudnya adalah kesuksesan kelompok bergantung pada pembelajaran individual dari semua anggota kelompok. Tanggung jawab difokuskan pada kegiatan anggota kelompok dalam membantu satu sama lain untuk belajar dan memastikan bahwa tiap anggota kelompok siap untuk menghadapi tes atau bentuk tugas lainnya secara mandiri tanpa bantuan teman satu kelompoknya. 3) Kesempatan yang Sama untuk Mencapai Keberhasilan Kesempatan sukses yang sama maksudnya adalah semua siswa memberi kontribusi kepada kelompoknya dengan cara meningkatkan

13 kinerja mereka dari yang sebelumnya. Ini akan memastikan bahwa siswa dengan prestasi tinggi, sedang dan rendah semuanya samasama ditantang untuk melakukan yang terbaik, karena keberhasilan kelompok dilihat berdasarkan kontribusi skor dari semua anggota kelompok. Dengan menggunakan metode skoring ini, setiap siswa memiliki kesempatan untuk berhasil dan melakukan yang terbaik bagi kelompoknya. c. Prinsip-prinsip Dasar Pembelajaran Kooperatif Menurut Sanjaya (2016: 246) terdapat empat prinsip dasar model pembelajaran kooperatif yaitu: 1) Prinsip Ketergantungan Positif (positive interdependence) Keberhasilan penyelesaian suatu tugas sangat tergantung kepada usaha yang dilakukan setiap anggota kelompok, oleh sebab itu perlu disadari oleh setiap anggota kelompok keberhasilan penyelesaian tugas kelompok akan ditentukan oleh kinerja masing-masing anggota. Ketergantungan positif dapat menciptakan suasana di mana siswa dapat: 1) melihat bahwa hasil kerja secara berkelompok sangat bermanfaat bagi dirinya dan anggota kelompoknya, dan 2) bekerjasama dalam kelompok menuntut saling berbagi sumbersumber yang didapat agar mereka dapat saling mendukung, mendorong, dan merayakan keberhasilan bersama. 2) Tanggung Jawab Perseorangan (Individual Accountability) Prinsip ini merupakan konsekuensi dari prinsip yang pertama.

14 Keberhasilan kelompok tergantung pada setiap anggotanya, maka anggota setiap kelompok harus memiliki tanggung jawab sesuai dengan tugasnya. Setiap anggota harus memberikan yang terbaik untuk keberhasilan kelompoknya. 3) Interaksi Tatap Muka (Face To Face Interaction) Pembelajaran kooperatif memberikan ruang dan kesempatan yang luas kepada setiap anggota kelompok untuk bertatap muka saling memberikan informasi dan saling membelajarkan. Interaksi tatap muka akan memberikan pengalaman-pengalaman yang berharga kepada setiap anggota kelompok untuk bekerjasama, dan menghargai setiap perbedaan. 4) Partisipasi dan Komunikasi (Participation Communication) Pembelajaran kooperatif melatih siswa untuk dapat berpartisipasi aktif dan berkomunikasi. Kemampuan ini sangat penting sebagai bekal mereka dalam kehidupan di masyarakat kelak. d. Keunggulan Model Pembelajaran Kooperatif Menurut Jarolimek dan Parker dalam (Isjoni, 2010: 36) menyatakan bahwa keunggulan dari pembelajaran kooperatif diantaranya adalah: 1) Saling ketergantungan yang positif 2) Adanya pengakuan dalam merespon perbedaan individu. 3) Siswa dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kelas 4) Suasana kelas yang rileks dan menyenangkan.

15 5) Terjalinnya hubungan yang hangat dan bersahabat antara siswa dengan guru 6) Memiliki banyak kesempatan untuk mengekspresikan pengalaman emosi yang menyenangkan. Sedangkan menurut Sanjaya (2016: 249) keunggulan pembelajaran kooperatif sebagai berikut: 1) Siswa tidak terlalu menggantungkan pada guru, akan tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri menemukan informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari siswa yang lain. 2) Mengembangkan kemampuan mengungkapkan gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide orang lain. 3) Dapat membantu anak respek pada orang lain dan menyadari akan segala keterbatasannya dan menerima segala perbedaan. 4) Dapat membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar. 5) Suatu strategi yang cukup ampuh untuk meningkatkan hasil belajar maupun kemampuan sosial termasuk kerja sama, rasa harga diri, hubungan interpersonal yang positif dengan yang lain, mengembangkan keterampilan memanajemen waktu, dan sikap positif terhadap sekolah. 6) Dapat meningkatkan kemampuan siswa memnggunakan informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata.

16 7) Interaksi selama pembelajaran kooperatif berlangsung dapat meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk berpikir. Hal ini berguna untuk pendidikan proses jangka panjang. 2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Model pembelajaran kooperatif memiliki banyak macam-macam tipe mengajar yang dapat digunakan oleh guru dalam mengelola kelas, diantaranya yaitu Jigsaw, Group Investigation, Team-Game-Turnament (TGT), Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC), dan Student Teams Achievement Divisions (STAD). Student Teams Achievement Divisions (STAD) adalah salah satu metode pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan paling baik untuk guru yang baru menggunakan pendekatan kooperatif (Slavin, 2015: 11). Sehingga menjadikan metode STAD adalah metode yang paling banyak diaplikasikan Model pembelajaran kooperatif tipe STAD memiliki prosedur yang berbeda dengan model pembelajaran lain, sebagaimana dikemukakan bahwa: Dalam STAD, para siswa dibagi dalam kelompok belajar yang terdiri atas empat sampai lima orang yang berbeda-beda tingkat kemampuan, jenis kelamin, dan latar belakang etniknya. Guru menyampaikan pelajaran, lalu siswa bekerja dalam kelompok mereka untuk memastikan bahwa semua anggota kelompok telah menguasai pelajaran. Selanjutnya siswa mengerjakan kuis mengenai materi secara sendiri-sendiri, dimana saat itu mereka tidak diperbolehkan untuk saling membantu. (Slavin, 2015: 11)

17 Gagasan utama dari STAD adalah untuk memotivasi siswa agar saling mendukung dan membantu satu sama lain dalam menguasai kemampuan yang diajarkan oleh guru. Prinsip dalam metode pembelajaran STAD ini mencakup tiga aspek yaitu penghargaan kelompok, tanggung jawab individual, dan kesempatan sukses yang sama. Jika para siswa ingin mendapatkan penghargaan kelompok, mereka harus membantu teman satu kelompok untuk mempelajari materi. Setiap siswa harus mendukung teman satu kelompoknya untuk bisa melakukan yang terbaik, menunjukkan norma bahwa belajar itu penting, berharga, dan menyenangkan (Slavin, 2015: 12). Meski para siswa belajar bersama, mereka tidak boleh saling membantu dalam mengerjakan kuis. Setiap siswa harus memahami materi. Tanggung jawab individual memotivasi siswa untuk memberi penjelasan dengan baik satu sama lain, karena satu-satunya cara bagi kelompok untuk berhasil adalah dengan membuat semua anggota kelompok menguasai informasi atau kemampuan yang diajarkan. Karena skor kelompok didasarkan pada kemajuan yang dibuat anggotanya dibandingkan hasil yang dicapai sebelumnya, maka prinsip dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD yang ketiga adalah kesempatan sukses yang sama. b. Komponen Utama STAD STAD terdiri atas lima komponen utama menurt Slavin (2015: 143) yaitu:

18 a. Presentasi Kelas (Mengajar) Materi dalam STAD pertama-tama diperkenalkan dalam presentasi di dalam kelas. Guru melakukan pengajaran langsung seperti yang sering kali dilakukan, tetapi bisa juga memasukkan presentasi audiovisual. Dengan adanya presentasi yang menarik maka para siswa akan menyadari bahwa mereka harus benar-benar memberi perhatian penuh selama presentasi kelas, karena dengan demikian akan sangat membantu mereka mengerjakan kuis-kuis, dan skor kuis mereka menentukan skor kelompok mereka. b. Kelompok Kuis (Tim) Kelompok terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili seluruh bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras, dan etnisitas. Fungsi utama dari kelompok ini adalah memastikan bahwa semua anggota kelompok benar-benar belajar, dan lebih khususnya adalah untuk mempersiapkan anggotanya bisa mengerjakan kuis dengan baik. Kelompok merupakan bagian yang paling penting dalam STAD. Kelompok memberikan dukungan kelompok bagi kinerja akademik dalam pembelajaran, serta untuk memberikan perhatian dan respon yang mutual seperti hubungan antar kelompok, rasa harga diri, penerimaan terhadap siswa-siswa dengan kemampuan intelektual rendah, sedang, dan tinggi.

19 c. Tes Individu Tes individu dilakukan setelah guru melakukan presentasi kelas dan diskusi kelompok. Para siswa tidak diperbolehkan saling membantu teman satu dengan lainnya, sehingga setiap siswa benarbenar harus bertanggung jawab secara individu untuk memahami materi. d. Skor Kemajuan Individual Gagasan dibalik skor kemajuan individual adalah untuk memberikan kepada setiap siswa tujuan kinerja yang akan dapat dicapai apabila mereka bekerja lebih giat dan memberikan kinerja yang lebih baik daripada sebelumnya. Tiap siswa dapat memberikan kontribusi poin yang maksimal kepada kelompoknya, tetapi tidak ada siswa yang melakukannya tanpa memberikan usaha mereka yang terbaik. Berikut adalah kriteria untuk menentukan poin kemajuan siswa dalam pembelajaran STAD tercantum dalam tabel 1. Tabel 1: Kriteria Penentuan Skor Kemajuan Skor Kuis Poin Kemajuan Lebih dari 10 poin di bawah skor awal 5 10 1 poin di bawah skor awal 10 Skor awal sampai 10 poin di atas skor awal 20 Lebih dari 10 poin di atas skor awal 30 Kertas jawaban sempurna 30 Sumber: Slavin (2015: 159) e. Rekognisi Kelompok (Penghargaan Kelompok) Kelompok akan mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan

20 yang lain apabila skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu. Skor rata-rata diperoleh dari jumlah poin kemajuan seluruh anggota tim dibagi jumlah anggota tim. Tabel 2: Tiga Macam Tingkatan Penghargaan Kriteria (Rata-rata Tim) Penghargaan 15 19 Tim Baik 20 24 Tim Sangat Baik 25 30 Tim Super Sumber: Slavin, 2015: 160 Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievements Division) menurut Slavin (2015: 147) sebagai berikut: 1) Tahap Persiapan a) Materi Guru dapat membuat materi sendiri sesuai kurikulum di sekolah atau menggunakan beberapa buku sumber materi yang dapat digunakan sebagai pembanding dan pelengkap terhadap materi yang akan diberikan. Guru membuat lembar kegiatan, lembar jawaban, dan kuis untuk setiap unit yang akan diajarkan. b) Membagi para siswa ke dalam kelompok Dalam STAD pembagian kelompok dilakukan secara adil. Guru tidak boleh membiarkan siswa memilih sendiri anggota kelompoknya, karena mereka akan cenderung memilih siswa lain yang setara dengan mereka. Pembagian setiap kelompok

21 harus seimbang baik dari aspek jenis kelamin, tingkat kinerja, maupun tingkat prestasi. c) Menentukan skor awal Apabila di sekolah belum menerapkan model pembelajaran STAD, skor awal dapat diambil dari nilai rapor siswa pada semester sebelumnya. d) Membangun Kelompok (Tim) Sebelum memulai pembelajaran kooperatif, akan sangat baik apabila memulainya dengan latihan kekompakan tim melalui yel kelompok, lagu atau syair. 2) Jadwal Kegiatan Kegiatan yang dilakukan dalam pembelajaran STAD yaitu: a) Mengajar Guru menyampaikan materi pelajaran yang sudah dipersiapkan dalam bentuk presentasi kelas. Presentasi tersebut harus mencakup pendahuluan, pengarahan praktis terhadap kegiatan yang akan dilakukan baik kegiatan dalam kerja kelompok, kuis maupun bentuk penilaiannya. b) Belajar Tim Para siswa bekerja dengan lembar kegiatan dalam tim mereka untuk menguasai materi. Setiap anggota kelompok harus menguasai materi yang sudah dipelajari dan membantu teman lainnya untuk menguasai materi.

22 c) Tes Para siswa mengerjakan kuis secara individual yang bersesuaian dengan materi yang sudah dipelajari di setiap akhir siklus. d) Rekognisi tim Setelah melakukan kuis, skor setiap siswa dihitung untuk mengetahui skor kemajuan individual dan skor tim. Kelompok dengan skor tertinggi diberikan suatu penghargaan atau sertifikat sebagai bentuk penghargaan terhadap kerja kelompoknya yang telah melakukan tugas dengan baik. 3. Sikap Kerjasama Siswa a. Pengertian Kerjasama Siswa Kerjasama merupakan hal yang paling penting dalam kehidupan manusia, karena dengan kerjasama manusia dapat melangsungkan kehidupannya. Menurut Sukanto dan Sulistyowati (2006: 66) menyatakan bahwa kerjasama merupakan suatu usaha bersama antar orang perorangan atau kelompok untuk mencapai tujuan tertentu. Pendapat tersebut telah jelas bahwa suatu kerja sama adalah suatu bentuk interaksi atau hubungan antar beberapa orang atau kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Menurut Lie (2015: 28) menyatakan bahwa kerjasama merupakan hal yang sangat penting dan diperlukan dalam kelangsungan hidup manusia. Tanpa adanya kerjasama tidak akan ada keluarga, organisasi,

23 ataupun sekolah, khususnya tidak akan ada proses pembelajaran di sekolah. Secara lebih terperinci pendapat tersebut dapat diartikan bahwa suatu pembelajaran di sekolah tidak akan berjalan dengan baik dan tidak tercapainya tujuan pembelajaran apabila antar siswa tidak tercipta sikap saling kerja sama. Oleh karenanya, sangat penting menumbuhkan dan meningkatkan sikap kerjasama di antara siswa agar tercipta suasana belajar yang kondusif dan tujuan pembelajaran dapat tercapai secara maksimal. Sedangkan Huda (2015: 24-25) mengemukakan bahwa ketika siswa bekerja sama untuk menyelesaikan tugas secara berkelompok, di antara mereka akan saling memberikan dorongan, anjuran, dan informasi pada teman sekelompoknya yang membutuhkan bantuan. Dalam hal ini dapat diketahui bahwa dengan adanya sikap saling kerja sama antar siswa, siswa yang lebih paham akan memiliki kesadaran untuk menjelaskan kepada teman atau anggota lain yang masih belum paham. Dari beberapa pendapat tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa kerjasama siswa adalah suatu interaksi atau hubungan antar siswa dengan siswa, siswa dengan guru di dalam pembelajaran untuk saling memberikan dorongan, motivasi, bantuan apabila terdapat teman lain yang membutuhkan dalam satu kelompoknya dalam rangka untuk mencapai tujuan pembelajaran sehingga dapat tercipta suasana belajar yang kondusif dan nyaman.

24 b. Cara Meningkatkan Sikap Kerjasama Siswa Menurut Johnson & Johnson (Huda, 2015: 55) menyatakan bahwa keterampilan siswa yang harus dimiliki siswa untuk meningkatkan sikap kerjasama, maka siswa harus: 1) Saling mengerti dan percaya satu sama lain. 2) Berkomunikasi dengan jelas dan tidak ambigu. 3) Saling menerima dan mendukung satu sama lain. 4) Mendamaikan setiap perdebatan yang sekiranya melahirkan konflik. Cara untuk meningkatkan kerjasama siswa di atas sesuai dengan prinsip model pembelajaran kooperatif tipe STAD, yaitu metode STAD menuntut siswa untuk aktif dengan sesama anggota kelompok, saling mendorong dan saling bekerja sama antar siswa untuk mencapai tujuan kelompok. c. Indikator Kerjasama Harsanto (2007: 44) memiliki pandangan bahwa kerjasama siswa dapat dilihat dari belajar bersama dalam kelompok. Belajar dalam kelompok akan dapat memberikan beberapa manfaat, diantaranya: 1) Belajar bersama dalam kelompok akan menanamkan pemahaman untuk saling membantu. 2) Belajar bersama akan membentuk kekompakan dan kebersamaan. 3) Belajar bersama akan meningkatkan kemampuan berkomunikasi dan menyelesaikan konflik.

25 4) Belajar bersama akan meningkatkan kemampuan akademik dan sikap posesif terhadap sekolah. 5) Belajar bersama akan mengurangi aspek negatif kompetisi. Isjoni (2010: 65) menyatakan bahwa dalam pembelajaran yang menekankan pada prinsip kerjasama siswa harus memiliki keterampilan-keterampilan khusus. Keterampilan khusus tersebut adalah keterampilan kooperatif yang berfungsi untuk memperlancar hubungan kerjasama siswa dalam bekerja secara kelompok. Keterampilan-keterampilan tersebut dikemukakan oleh Lungdren sebagai berikut: 1) Menyamakan pendapat dalam suatu kelompok sehingga mencapai kesepakatan bersama yang berguna untuk meningkatkan hubungan kerja. 2) Menghargai kontribusi setiap anggota dalam suatu kelompok, sehingga tidak ada anggota yang merasa tidak dianggap. 3) Mengambil giliran dan berbagi tugas. 4) Berada dalam kelompok selama kegiatan kelompok berlangsung. 5) Mengerjakan tugas yang telah menjadi tanggung jawabnya agar tugas dapat diselesaikan tepat waktu. 6) Mendorong siswa lain berpartisipasi terhadap tugas. 7) Meminta orang lain untuk berbicara dan berpartisipasi. 8) Menghormati perbedaan individu (Isjoni, 2010: 65-66).

26 C. Kerangka Berpikir Berdasarkan kerangka teori di atas, kerangka berpikir penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut. Guru mata pelajaran Tarikh secara kognitif sudah menguasai materi pelajaran dengan baik, akan tetapi belum menerapkan metode pembelajaran yang variatif. Guru masih mengandalkan metode ceramah sehingga pembelajaran terkesan membosankan dan tidak menyenangkan. Keaktifan siswa sangat kurang karena kegiatan siswa hanya mendengarkan dan meringkas materi. Ketepatan memilih metode pembelajaran adalah salah satu alternatif untuk mengubah pembelajaran yang membosankan menjadi menyenangkan sehingga mampu meningkatkan minat siswa dalam mengikuti pelajaran. Tarikh sebagai mata pelajaran yang menelaah tentang sejarah dan kebudayaan Islam di masa lampau menuntut siswa untuk mengenal, dan memahami isi yang terkandung di dalamnya. Oleh karena itu dibutuhkan metode pembelajaran yang tepat sehingga mampu membantu siswa memahami materi yang dipelajari. Materi pelajaran Tarikh sangat identik dengan bacaan yang banyak, sehingga sikap saling kerjasama antar siswa sangat membantu dalam memahami materi yang dipelajari. Metode pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan metode pembelajaran yang tepat untuk melatih kerjasama siswa. Metode pembelajaran tersebut adalah metode pembelajaran yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok kecil.

27 Skor perkembangan setiap anggota kelompok sangat memengaruhi keberhasilan kelompok sehingga menuntut kerjasama yang baik di dalam kelompok tersebut. Penerapan model pembelajaran STAD, kelompok dengan perolehan skor paling tinggi akan mendapatkan penghargaan. Hal tersebut akan memotivasi siswa untuk saling bekerjasama memahami materi untuk mendapat skor maksimal. Berdasarkan uraian di atas, kerangka berpikir penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut. Kondisi Awal Guru mata pelajaran Tarikh belum menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Siswa: pasif, cenderung bosan dan tidak ada kerjasama yang terjalin. Tindakan Kondisi Akhir Menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada materi pelajaran Tarikh Melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada materi pelajaran Tarikh dapat meningkatkan sikap kerjasama siswa di SMA Muhammadiyah 5 Yogyakarta Siklus 1: Menerapkan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD Siklus 2: Menerapkan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD Gambar 1: Skema Kerangka Berpikir

28 D. Hipotesis Berdasarkan penjelasan dalam kerangka teori dan kerangka berpikir pada penelitian ini, maka hipotesis yang diajukan adalah melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan sikap kerjasama siswa pada materi pelajaran Tarikh kelas XI di SMA Muhammadiyah 5 Yogyakarta. E. Indikator Keberhasilan Acuan dasar untuk mengetahui keberhasilan penelitian ini yaitu bersumber dari tujuan penelitian dilakukan. Tujuan dilakukannya tindakan pada penelitian ini yaitu melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD mampu untuk meningkatkan sikap kerjasama siswa di SMA Muhammadiyah 5 Yogyakarta. Indikator keberhasilan pada penelitian ini ditandai dengan adanya perubahan proses pembelajaran yang lebih baik dari sebelum dilakukan tindakan dan meningkatnya sikap kerjasama siswa. Sebagai data pendukung terhadap berhasilnya penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD yaitu terdapat adanya peningkatan hasil tes individu para siswa di setiap siklusnya.