BAB 1 PENDAHULUAN. sebagian besar pasien dengan kehilangan gigi sebagian. 3 Salah satu kelemahan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi. syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi. Oleh :

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. gigitiruan dan sebagai pendukung jaringan lunak di sekitar gigi. 1,2 Basis gigitiruan

BAB 1 PENDAHULUAN. di atas. 3 Bahan yang paling umum digunakan untuk pembuatan basis gigitiruan adalah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. gigi tiruan cekat, gigi tiruan lepasan dibagi menjadi dua yaitu gigi tiruan sebagian

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan sosialnya (Monica, 2007). Perawatan ortodontik merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan mulut yang buruk memiliki dampak negatif terhadap tampilan wajah,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehilangan gigi menyebabkan pengaruh psikologis, resorpsi tulang

BAB I PENDAHULUAN. percaya diri. Salah satu cara untuk mendapatkan kesehatan rongga mulut adalah dengan

PENGARUH PEMAKAIAN GIGITIRUAN LEPASAN TERHADAP PERTUMBUHAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gigi tiruan sebagian lepasan (removable partial denture) adalah gigi tiruan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 0,1%, usia tahun 0,4 %, usia tahun 1,8%, usia tahun 5,9%

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penyebab utama terjadinya kehilangan gigi. Faktor bukan penyakit yaitu sosiodemografi

BAB I PENDAHULUAN. efek yang buruk pada kesehatan pada umumnya, sehingga kesehatan mulut yang. baik dapat dicapai dengan kebersihan mulut yang baik.

PENILAIAN TINGKAT KEBERSIHAN GIGI TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN AKRILIK BERDASARKAN METODE PEMBERSIHAN SECARA PENYIKATAN DAN LAMA PEMAKAIAN

BAB I PENDAHULUAN. pada umumnya berkaitan dengan kebersihan gigi dan mulut. Faktor penyebab dari

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki permasalahan pada gigi dan mulut sebesar 25,9%,

BAB I PENDAHULUAN. menjaga kesehatan gigi dan mulut dengan cara selalu menjaga kebersihan gigi dan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pentingnya Menjaga Oral Hygiene Pada Perawatan Ortodonti.

BAB I PENDAHULUAN. mikroba pada gigi dan permukaan gingiva yang berdekatan. 1,2

Deskripsi KOMPOSISI EKSTRAK DAUN BELIMBING WULUH (AVERRHOA BILIMBI L) DAN PENGGUNAANNYA

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat, apalagi di kalangan anak-anak dan remaja. Hal ini disebabkan karena

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

HUBUNGAN LAMA PEMAKAIAN DAN KARAKTERISTIK YANG DIBUAT OLEH MAHASISWA KEPANITERAAN KLINIK PROSTODONSIA RSGMP FKG USU

BAB I PENDAHULUAN. tidak diganti dapat menimbulkan gangguan pada fungsi sistem stomatognatik

BAB I PENDAHULUAN. keadaan ini dapat meningkatkan resiko kehilangan gigi. Kehilangan gigi dapat

KONTROL PLAK. Kontrol plak adalah prosedur yang dilakukan oleh pasien di rumah dengan tujuan untuk:

BAB 1 PENDAHULUAN. perawatan ortodonsi. Kebersihan mulut pada pasien pengguna alat ortodontik

DEPARTEMEN KEDOKTERAN GIGI PENCEGAHAN/ PENYULUHAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA PENDERITA TUNANETRA USIA TAHUN ( KUESIONER )

BAB 1 PENDAHULUAN. jika gigi mengalami sakit akan mengganggu aktivitas sehari-hari. Kesehatan gigi

BAB 1 PENDAHULUAN. yang buruk, kelainan berbicara apabila gigi yang hilang adalah gigi depan,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada permukaan basis gigi tiruan dapat terjadi penimbunan sisa makanan

[JDS] JOURNAL OF SYIAH KUALA DENTISTRY SOCIETY

Perilaku pemeliharaan kebersihan gigi tiruan lepasan pada masyarakat Desa Kema II Kecamatan Kema

BAB I PENDAHULUAN. Terapi ortodontik belakangan ini menjadi populer. 1 Kebutuhan akan perawatan

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Tabel 1 : Data ph plak dan ph saliva sebelum dan sesudah berkumur Chlorhexidine Mean ± SD

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang kemudian, secara normal, terjadi setiap bulan selama usia reproduktif.

BAB 1 PENDAHULUAN. Fixed orthodontic atau disebut juga dengan pesawat cekat ortodonti

BAB I PENDAHULUAN. cepat dibandingkan kelompok umur lainya. 1 Badan Pusat Statistik (BPS)

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun prevalensi masalah kesehatan gigi dan mulut penduduk

MAKALAH DISKUSIINTEGRASI MODUL 3.11 SEMINAR BAHAN KEDOKTERAN GIGI

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jamur merupakan mikroorganisme yang dapat menimbulkan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) merupakan upaya kesehatan gigi

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

GAMBARAN PEMELIHARAAN KEBERSIHAN GTL AKRILIK PADA MASYARAKAT KELUHARAN BATU PUTIH BAWAH

BAB 1 PENDAHULUAN 3,4

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Plak gigi merupakan komunitas mikroba yang melekat maupun berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Penampilan fisik berperan dalam menimbulkan kepercayaan diri

Rawati Siregar, Jessi Sihotang Jurusan Keperawatan Gigi Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan. Abstrak

BAB I. I. Pendahuluan. A. Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kehilangan gigi geligi disebabkan oleh faktor penyakit seperti karies dan

perlunya dilakukan : Usaha-Usaha Pencegahan Penyakit Gingiva dan Periodontal baik di klinik/tempat praktek maupun di masyarakat.

BAB 1 PENDAHULUAN. yang unik pada bayi, balita, dan anak prasekolah. Dahulu Early Childhood Caries (ECC) dikenal

BAB I PENDAHULUAN. sudah dimulai sejak 1000 tahun sebelum masehi yaitu dengan perawatan

GAMBARAN PERILAKU DAN CARA MERAWAT GIGI TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN PADA LANSIA DI PANTI WERDA MINAHASA INDUK

Aulia, et al., Hubungan Pengetahuan Pemeliharaan Gigi Tiruan Lengkap Terhadap Kebersihan Gigi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Hasil studi morbiditas Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2003

BAB V HASIL PENELITIAN. Selatan dengan luas wilayah kerja seluas 14,87 Km 2, terdiri dari 3 wilayah

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. seperti kesehatan, kenyamanan, dan rasa percaya diri. Namun, perawatan

BAB I PENDAHULUAN. alat ortodontik cekat menyebabkan pemeliharaan oral hygiene menjadi lebih sulit

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan gigi dan mulut, yang salah satunya digambarkan oleh indeks DMF-T

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tujuan mengatasi maloklusi. Salah satu kekurangan pemakaian alat ortodonti cekat

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut.

BAB V HASIL PENELITIAN. n = 3990 = 363, sampel 3990 (5%) 2 + 1

STATUS KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT PASIEN POLIKLINIK GIGI PUSKESMAS PANIKI BAWAH MANADO

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. jaringan lunak dan juga sebagai tempat melekatnya anasir gigitiruan. 1 Pada dasarnya,

BAB I PENDAHULUAN. Diperkirakan sebanyak 91% dari orang dewasa pernah mengalami karies, dengan

BAB I PENDAHULUAN. Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. sehat serta penampilan yang secara sosial dapat diterima (Ariyani,2006).

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan obat kumur saat ini sedang berkembang di lingkungan

Kenali Penyakit Periodontal Pada Anjing

BAB I PENDAHULUAN. bagi tubuh. Fungsi gigi berupa fungsi fonetik, mastikasi dan. ataupun yang hilang bisa berdampak pada kesehatan.

PEMELIHARAAN ORAL HYGIENE DAN PENANGGULANGAN KOMPLIKASI PERAWATAN ORTODONTI SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. karbohidrat pada plak yang menempel di permukaan gigi. Plak merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. Madu adalah pemanis tertua yang pertama kali dikenal dan digunakan oleh

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ortodonsia menurut American Association of Orthodontist adalah ilmu

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan generasi bangsa yang kuat. Selain itu, kesehatan juga bertujuan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Sumatera Utara

GAMBARAN RONGGA MULUT PADA LANSIA PEMAKAI GIGI TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN DI PANTI WERDA KABUPATEN MINAHASA

Bayyin Bunayya Cholid*, Oedijani Santoso**, Yayun Siti Rochmah***

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. perkembangan yang bervariasi dari wajah, rahang, gigi, dan abnormalitas dentofasial

BAB I PENDAHULUAN. memeliki beberapa fungsi, diantaranya yaitu mastikasi atau pengunyahan, estetik,

BAB I PENDAHULUAN. dibidang kesehatan gigi perlu mendapat perhatian (Depkes RI, 2010).

SKOR PLAK PADA PASIEN PENGGUNA PIRANTI ORTODONTI CEKAT DI PRAKTEK DOKTER GIGI DENGAN MENGGUNAKAN ORTHO PLAQUE INDEX

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mencegah timbulnya kembali karies, tetapi juga untuk mengembalikan fungsinya

BAB 1 : PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Keberadaan penyakit-penyakit ini seringkali diabaikan oleh masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. dan bersih menjadi tujuan utamanya. Bleaching merupakan salah satu perawatan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007, prevalensi

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gigitiruan sebagian lepasan adalah gigitiruan yang menggantikan satu atau beberapa gigi yang hilang pada rahang atas atau rahang bawah dan dapat dibuka pasang oleh pasien. Berdasarkan bahan yang digunakan, gigitiruan sebagian lepasan dibagi dua yaitu gigitiruan sebagian lepasan resin akrilik dan gigitiruan sebagian lepasan kerangka logam. 1,2 Gigitiruan sebagian lepasan merupakan alternatif perawatan prostodontik yang tersedia dengan biaya yang lebih terjangkau untuk sebagian besar pasien dengan kehilangan gigi sebagian. 3 Salah satu kelemahan pemakaian gigitiruan sebagian lepasan yaitu dapat merusak jaringan mulut yang tersisa. Hal ini berhubungan dengan terjadinya penumpukan plak pada gigi asli yang masih ada dan pada gigitiruan, karena adanya bagian tertentu dari gigitiruan tersebut yang sulit dijangkau saat dibersihkan. 4 Gigitiruan harus didesain untuk mengurangi resiko ini, tetapi standar kebersihan rongga mulut dan gigitiruan yang tinggi tetap diperlukan. 5 Salah satu keuntungan dari perawatan gigitiruan sebagian lepasan adalah memudahkan pasien dalam memelihara kebersihan rongga mulutnya. Pemakaian gigitiruan ini memungkinkan pasien untuk membersihkan gigi asli yang masih ada dan gigitiruan itu sendiri, karena gigitiruan tersebut dapat dilepaskan dari rongga mulut. 3 Pemeliharaan kebersihan gigitiruan sebagian lepasan secara teratur dan efisien memiliki peranan penting untuk memelihara kesehatan rongga mulut dan untuk

keberhasilan perawatan gigitiruan jangka panjang. 6,7 Pemakaian gigitiruan sebagian lepasan meningkatkan terjadinya penumpukan plak yang dapat menimbulkan perubahan yang tidak diinginkan pada gigi asli yang masih ada dan jaringan pendukung seperti timbulnya karies, penyakit periodontal, dan lesi pada mukosa rongga mulut. 8 Prosedur pembersihan gigitiruan secara rutin dan teratur setiap hari harus dilakukan sedemikian rupa untuk membersihkan dan mencegah penumpukan plak mikrobial, dan juga untuk membersihkan debris makanan, kalkulus, dan perubahan warna pada gigitiruan. 9 Prosedur pembersihan gigitiruan yang tidak tepat dapat menyebabkan bau mulut, estetis yang buruk, dan inflamasi pada mukosa rongga mulut seperti stomatitis akibat gigitiruan. 10 Kesehatan rongga mulut yang baik dapat tercapai melalui pemeliharaan kebersihan gigitiruan yang teratur. 11 Dokter gigi dan pasien pemakai gigitiruan sebagian lepasan harus menyadari pentingnya kebutuhan untuk menjaga kesehatan rongga mulut dan kebersihan gigitiruannya. 12 Seorang dokter gigi seharusnya bertanggung jawab untuk memberikan instruksi yang cukup setelah pemasangan kepada pemakai gigitiruan sebagian lepasan tentang bagaimana cara yang tepat untuk menjaga kebersihan gigitiruannya. 7 Instruksi secara lisan yang diberikan kepada pasien, sebaiknya diperkuat dengan pemberian instruksi tertulis. 13 Nassif (2008) menyatakan bahwa pengetahuan dan kebiasaan perilaku positif meningkat dengan instruksi tertulis yang diberikan. 12 Hal ini juga sangat penting untuk pasien lansia atau cacat, dimana terdapat kemungkinan instruksi lisan tanpa pemberian instruksi tertulis dapat disalahartikan atau dilupakan. 13 Sebagian besar pemakai gigitiruan sebagian lepasan tidak mengetahui cara membersihkan gigitiruan karena mereka tidak pernah

mendapatkan instruksi dari dokter giginya ataupun tidak mengikuti instruksi yang diberikan. 7,10,14,15 Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa kebanyakan pasien pemakai gigitiruan sebagian lepasan tidak dapat menjaga kebersihan gigitiruan mereka dan terus menggunakan gigitiruan yang kotor. 10,16 Selain dokter gigi dan pasien, bahan basis gigitiruan sebagian lepasan juga merupakan faktor yang mempengaruhi pemeliharaan kebersihan gigitiruan. Bahan basis gigitiruan terdiri atas logam atau akrilik. 17 Salah satu keuntungan logam sebagai bahan basis gigitiruan adalah tahan terhadap abrasi, sehingga permukaannya tetap licin dan mengkilat serta tidak menyerap saliva. Sifat ini membuat deposit makanan dan kalkulus sulit melekat. Resin akrilik sebagai bahan basis gigitiruan tidak memiliki sifat tahan terhadap abrasi terutama pada saat pemakaian dan pembersihan, sehingga kalkulus dan deposit makanan mudah melekat. 1 Dalam hal ini, logam lebih disukai karena sifatnya yang lebih kuat dan mudah dipelihara kebersihannya. 17 Kebiasaan pasien memelihara kebersihan gigitiruan sebagian lepasan, frekuensi, waktu, dan cara yang digunakan untuk membersihkan gigitiruan bervariasi pada setiap individu dan masyarakat yang berbeda. 10 Beberapa faktor yang berhubungan dengan kondisi gigitiruan yang buruk adalah bertambahnya usia, pasien berjenis kelamin laki-laki, ras, lingkungan tempat tinggal, terbatasnya interaksi dan dukungan sosial, kesehatan umum yang buruk, serta tingkat pendidikan dan penghasilan yang rendah. 18 Kanli dkk. (2005) menyatakan bahwa kebiasaan memelihara kebersihan gigitiruan ditemukan kurang baik pada lansia. Hal ini dikarenakan menurunnya kemampuan fisik seiring bertambahnya usia. 16 Baran dan Nalcaci (2009) menyatakan bahwa usia, jenis kelamin, dan tingkat pendidikan

memiliki hubungan yang signifikan dengan kebersihan gigitiruan. Dalam penelitiannya ditemukan bahwa pasien yang berusia 60-70 tahun lebih memiliki kemampuan untuk melakukan prosedur pembersihan daripada pasien yang berusia di atas 70 tahun. Dalam penelitian tersebut juga ditemukan bahwa gigitiruan yang dipakai pasien perempuan lebih bersih daripada pasien laki-laki. 19 Hal ini disebabkan pasien perempuan lebih mementingkan estetis dan cenderung memiliki kesehatan rongga mulut yang lebih baik. Menurut Willershausen dkk. (2010), pasien dengan tingkat pendidikan yang tinggi lebih memelihara kesehatan rongga mulutnya daripada pasien dengan tingkat pendidikan yang rendah. 20 Hal ini disebabkan pasien dengan tingkat pendidikan yang tinggi mengetahui serta rutin melakukan perawatan gigi dan mulut. 21 Amjad dkk. (2010) juga menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kebersihan gigitiruan dengan jenis kelamin dan tingkat pendidikan, tetapi tidak ditemukan hubungan yang signifikan antara kebersihan gigitiruan dengan usia. Dalam penelitiannya pada 173 sampel, yang terdiri atas 90 laki-laki dan 83 perempuan, lebih dari 50% pasien laki-laki memakai gigitiruan yang kotor dan lebih dari 50% pasien perempuan memakai gigitiruan yang cukup bersih. Dari 112 pasien yang tidak bersekolah, lebih dari 50% memakai gigitiruan yang kotor. 16 Setiap setelah selesai makan, gigitiruan sebagian lepasan harus dilepaskan dari rongga mulut dan dibersihkan. 4,13 Dikbas dkk. (2006) menyatakan bahwa 70% pasien membersihkan gigitiruannya setiap hari, tetapi hanya 25% yang melakukannya 3 kali sehari. 10 Hasil penelitian tersebut berbeda dengan penelitian Barbosa dkk. (2008) yang menyatakan bahwa 98% pasien membersihkan gigitiruannya setiap hari dan 62,6% pasien melakukannya 3 kali sehari atau lebih. 11 Gigitiruan juga perlu

direndam dalam larutan pembersih pada malam hari untuk membersihkan deposit dari permukaannya. Gigitiruan sebagian lepasan dapat dibersihkan secara mekanis, kemis, atau gabungan keduanya. 13 Cara pembersihan yang tepat harus dilakukan untuk kebersihan gigitiruan itu sendiri dan mencegah kerusakan bahan basis gigitiruan. 15 Bahan dan alat pembersih mekanis terdiri atas sikat, pasta dan bubuk, serta pembersih ultrasonik. Cara pembersihan kemis adalah perendaman dengan larutan pembersih, pemaparan oksigen dengan air-drying, dan radiasi microwave. 22 Kulak-Ozkan dkk. (2002) menyatakan bahwa menyikat adalah satu-satunya cara pembersihan mekanis yang dilakukan oleh sebagian besar pasien. 10 Barreiro dkk. (2009) menyatakan bahwa sebagian besar pasien tidak menggunakan larutan pembersih rendaman. Hal ini disebabkan mereka kurang memiliki pengetahuan yang cukup tentang cara ini. 23 Idealnya, cara pembersihan mekanis dan kemis harus dilakukan bersamaan untuk kontrol plak yang lebih baik. 10 Pasien disarankan untuk merendam gigitiruan dalam larutan pembersih selama 15 menit setiap satu kali sehari, selain membersihkannya dengan penyikatan. 24 1.2 Permasalahan Kebiasaan memelihara kebersihan gigitiruan sebagian lepasan, frekuensi, waktu, dan cara yang digunakan untuk membersihkan gigitiruan bervariasi pada setiap individu dan masyarakat. Pemeliharaan kebersihan gigitiruan sebagian lepasan bertujuan untuk memelihara kesehatan rongga mulut pasien dan kebersihan gigitiruan itu sendiri. Beberapa penelitian menemukan bahwa kebersihan gigitiruan sebagian lepasan memiliki hubungan yang signifikan dengan usia, jenis kelamin, dan tingkat pendidikan seseorang. Berdasarkan hal tersebut, peneliti merasa tertarik untuk

melakukan penelitian mengenai kebiasaan memelihara kebersihan gigitiruan yang terdiri dari frekuensi, waktu, dan cara pembersihan serta untuk melihat kondisi kebersihan gigitiruannya berdasarkan usia, jenis kelamin, dan tingkat pendidikan pada masyarakat pemakai gigitiruan sebagian lepasan di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2012. 1.3 Rumusan Masalah 1. Bagaimana karakteristik masyarakat pemakai gigitiruan sebagian lepasan di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2012 2. Bagaimana karakteristik masyarakat pemakai gigitiruan sebagian lepasan di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2012 berdasarkan frekuensi pembersihan 3. Bagaimana karakteristik masyarakat pemakai gigitiruan sebagian lepasan di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2012 berdasarkan waktu pembersihan 4. Bagaimana karakteristik masyarakat pemakai gigitiruan sebagian lepasan di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2012 berdasarkan cara pembersihan 5. Bagaimana karakteristik masyarakat pemakai gigitiruan sebagian lepasan di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2012 berdasarkan kondisi kebersihan gigitiruan

1.4 Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui karakteristik masyarakat pemakai gigitiruan sebagian 2. Untuk mengetahui karakteristik masyarakat pemakai gigitiruan sebagian berdasarkan frekuensi pembersihan 3. Untuk mengetahui karakteristik masyarakat pemakai gigitiruan sebagian berdasarkan waktu pembersihan 4. Untuk mengetahui karakteristik masyarakat pemakai gigitiruan sebagian berdasarkan cara pembersihan 5. Untuk mengetahui karakteristik masyarakat pemakai gigitiruan sebagian berdasarkan kondisi kebersihan gigitiruan 1.5 Manfaat Penelitian 1. Memperoleh data-data mengenai kebiasaan memelihara kebersihan gigitiruan pada masyarakat pemakai gigitiruan sebagian lepasan di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal tahun 2012 sehingga menambah pengetahuan dokter gigi dan mahasiswa fakultas kedokteran gigi tentang bagaimana masyarakat memelihara kebersihan gigitiruannya.

2. Berdasarkan data dari hasil penelitian, diharapkan dokter gigi ataupun mahasiswa fakultas kedokteran gigi dapat memberikan instruksi yang tepat tentang bagaimana memelihara kebersihan gigitiruan sebagian lepasan pada pasien setelah pemasangan gigitiruan. 3. Dapat digunakan sebagai referensi untuk penelitian lebih lanjut.