BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Limba U I Kec. Kota Selatan Kota Gorontalo. Pasar sental Kota Gorontalo

dokumen-dokumen yang mirip
Studi Sanitasi Dan Pemeriksaan Angka Kuman Pada Usapan Peralatan Makan Di Rumah Makan Kompleks Pasar Sentral Kota Gorontalo Tahun 2012

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan oleh manusia biasanya dibuat melalui bertani, berkebun, ataupun

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di bulan april - mei tahun 2012, lokasi dalam

KONDISI BAKTERIOLOGIK PERALATAN MAKAN DI RUMAH MAKAN JOMBANG TIKALA MANADO

Studi Kualitas Bakteriologis Peralatan Makan Pada Rumah Makan di Kota Makassar

HASIL DAN PEMBAHASAN

Untuk menjamin makanan aman

BAB IX SANITASI PABRIK

LAMPIRAN 1 KUESIONER PENJAMAH MAKANAN DI RUMAH MAKAN

ASPEK HYGIENE SANITASI MAKANAN PADA RUMAH MAKAN DI TERMINAL 42 ANDALAS KOTA GORONTALO 2012 ABSTRAK

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sanitasi Dan Higiene Pada Tahap Penerimaan Bahan Baku.

MATERI KESEHATAN LINGKUNGAN

Lampiran 1. Aspek Penilaian GMP dalam Restoran

Sanitasi Penyedia Makanan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Makanan merupakan salah satu dari tiga unsur kebutuhan pokok manusia,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

CHECKLIST PEMBINAAN KANTIN SEKOLAH SEHAT SDN 04 LEBAK BULUS

MENCUCI INSTRUMEN BEDAH No.Dokumen No.Revisi Halaman. Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh : Direktur RS

Rumus untuk membuat larutan klorin 0,5% dari larutan konsentrat berbentuk cair :

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada waktu dimekarkan Kabupaten Bone Bolango hanya terdiri atas empat

HUBUNGAN SANITASI ALAT MAKAN PIRING DENGAN ANGKA KUMAN PADA PERALATAN MAKAN PECEL LELE DI TAMBAKBAYAN BABARSARI SLEMAN

GASTER, Vol. 5, No. 1 Februari 2009 ( )

LEMBAR KUESIONER UNTUK PENJAMAH MAKANAN LAPAS KELAS IIA BINJAI. Jenis Kelamin : 1.Laki-laki 2. Perempuan

- 5 - BAB II PERSYARATAN TEKNIS HIGIENE DAN SANITASI

Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang digunakan dipilih dengan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gorontalo dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :

ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. a. Sebelah Barat : berbatasan dengan Sungai Bulango. b. Sebelah Timur : berbatasan dengan Kelurahan Ipilo

Lembar Kuesioner Hygiene Sanitasi Pada Pedagang Siomay di Jl. Dr. Mansyur. Padang Bulan Di Kota Medan Tahun Nama : No.

1 KUISIONER GAMBARAN HYGIENE SANITASI PENGELOLAAN MAKANAN DAN PEMERIKSAAN

BAB I PENDAHULUAN. berbahaya dalam makanan secara tidak sengaja (Fathonah, 2005). Faktorfaktor

Pujianto, SE DINAS PERINKOP DAN UMKM KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015

PEMERINTAH KABUPATEN BENGKULU SELATAN DINAS KESEHATAN PUSKESMAS PASAR MANNA Jalan Pangeran Duayu Pasar Manna Bengkulu Selatan Kode Pos 38516

BAB I PENDAHULUAN. ekonomis. Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal diselenggarakan. makanan dan minuman (UU RI No.

BAB I PENDAHULUAN. diseduh dengan teh ditambah gula dan es. Minuman es teh banyak digemari oleh

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN BAKTERI Escherichia coli PADA JAJANAN ES BUAH YANG DIJUAL DI SEKITAR PUSAT KOTA TEMANGGUNG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia dan juga hewan berdarah panas. Kelompok bakteri Coliform diantaranya

HIGIENE DAN SANITASI NASI TEMPE PENYET PEDAGANG KAKI LIMA JALAN KARANGMENJANGAN SURABAYA

KUESIONER PENELITIAN PERBEDAAN SANITASI PENGELOLAAN RUMAH MAKAN DAN RESTORAN BERDASARKAN TINGKAT MUTU (GRADE A,B DAN C) DI KOTA MEDAN TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. adanya makanan maka manusia tidak dapat melangsungkan hidupnya. Makanan

GAMBARAN JUMLAH ANGKA KUMAN DAN BAKTERI ESCHERICHIA COLI PADA PIRING DI RUMAH MAKAN PASAR SERASI KOTA KOTAMOBAGU TAHUN 2015 Cindy Stevani Sape

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

sebagai vector/ agen penyakit yang ditularkan melalui makanan (food and milk

UNTUK KEPALA SEKOLAH SDN KOTA BINJAI

PENGEMBANGAN PROSEDUR DAN LEMBAR KERJA

STUDI KANDUNGAN BAKTERI Salmonella sp. PADA MINUMAN SUSU TELUR MADU JAHE (STMJ) DI TAMAN KOTA DAMAY KECAMATAN KOTA SELATAN KOTA GORONTALO TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. serta dilindungi dari ancaman yang merugikannya (Depkes RI, 1999). Memenuhi kebutuhan makhluk hidup membutuhkan bermacam-macam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. antara satu dengan yang lain. Higiene dan sanitasi merupakan usaha kesehatan

MENERAPKAN HIGIENE SANITASI

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGAWASAN HIGIENE SANITASI MAKANAN DAN MINUMAN DAN PENGERTIAN RESTORAN HOTEL

Keywords : hygiene sanitation, eating utensils, the number of germ, Escherichia coli

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS ESA UNGGUL FAKULTAS ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU GIZI

BAB 5 : PEMBAHASAN. penelitian Ginting (2011) di Puskesmas Siantan Hulu Pontianak Kalimantan Barat mendapatkan

BAB 1 : PENDAHULUAN. Keadaan higiene dan sanitasi rumah makan yang memenuhi syarat adalah merupakan faktor

LAMPIRAN Lampiran 1. Daftar Pertanyaan Keluhan Konsumen

Lampiran 1. Kategori Objek Pengamatan. Keterangan. Prinsip I : Pemilihan Bahan Baku Tahu. 1. Kacang kedelai dalam kondisi segar dan tidak busuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah

10/13/2015 HIGIENE KARYAWAN DALAM PENGOLAHAN MAKANAN

BAB V PEMBAHASAN. higiene sanitasi di perusahaan dan konsep HACCP yang telah diteliti pada tahap

BAB 1 PENDAHULUAN. bila dikonsumsi akan menyebabkan penyakit bawaan makanan atau foodborne

BAB 1 PENDAHULUAN. akan dikonsumsi akan semakin besar. Tujuan mengkonsumsi makanan bukan lagi

BAB I PENDAHULUAN. disebut molekul. Setiap tetes air yang terkandung di dalamnya bermilyar-milyar

BAB I PENDAHULUAN. karbohidrat, protein, vitamin, mineral, dan sebagainya (Depkes RI, 2000).

Lampiran 1. Daftar Angka Paling Mungkin Coliform dengan Tiga Tabung

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk makanan dari jasaboga. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan keberhasilan program sanitasi makanan dan minuman

SELAMAT ATAS PILIHAN ANDA MENGGUNAKAN LEMARI PENDINGIN (REFRIGERATOR) DOMO

B. Bangunan 1. Umum Bangunan harus dibuat sesuai dengan peraturan perundangundangan

BAB I PENDAHULUAN. dalam kesehatan dan kesejahteraan manusia (Sumantri, 2010).

I. Data Responden Penjamah Makanan 1. Nama : 2. Umur : 3. Jenis Kelamin : 4. Pendidikan :

BAB I PENDAHULUAN. mutu dan keamanan yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

BAB 5 HASIL PENELITIAN

Bahan Sanitaiser. A. Bahan Pembersih 10/13/2015

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) dalam Buletin. penyebab utama kematian pada balita adalah diare (post neonatal) 14%,

HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE DIDUGA AKIBAT INFEKSI DI DESA GONDOSULI KECAMATAN BULU KABUPATEN TEMANGGUNG

NASKAH PUBLIKASI PERBEDAAN METODE THREE COMPARTEMENT SINK DENGAN AIR PANAS DAN LARUTAN KLORIN TERHADAP ANGKA KUMAN ALAT MAKAN DI RSU QUEEN LATIFA

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN KERANGKA BERPIKIR. sehingga perlu mendapat perhatian dari segi nilai gizi, segi kemurnian, maupun dari

HYGIENE SANITASI PENJAMAH MAKANAN TERHADAP KANDUNGAN

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah bersifat survei deskriptif yaitu melihat kondisi

TINJAUAN PUSTAKA Sifat Umum Susu

HASIL DAN PEMBAHASAN

Upaya Perlindungan Kualitas Hidup Konsumen Melalui Studi Penerapan HACCP Pada Penyediaan Pangan Di Kantin Rumah Sakit

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT, Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman Online di

BAB II CUCI TANGAN PAKAI SABUN UNTUK CEGAH PENYAKIT

BAB I PENDAHULUAN. bersih. 4 Penyakit yang menonjol terkait dengan penyediaan makanan yang tidak

Lembar Observasi. Hygiene dan Sanitasi Pedagang Minuman Teh Susu Telur (TST) yang Dijual di Kecamatan Medan Area di Kota Medan Tahun 2012

Universitas Sumatera Utara

Buku Petunjuk Pemakaian Pengering Rambut Ion Negatif

HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN, PERSONAL HIGIENE DENGAN JUMLAH BAKTERI Escherichia coli PADA DAMIU DI KAWASAN UNIVERSITAS DIPONEGOROTEMBALANG

BAKTERI PENCEMAR MAKANAN. Modul 3

KESEHATAN DAN SANITASI LINGKUNGAN TIM PEMBEKALAN KKN UNDIKSHA 2018

BAB I PENDAHULUAN. Susu merupakan salah satu sumber protein yang baik dikonsumsi oleh

Lampiran 1. Formulir Persetujuan Partisipasi Dalam Penelitian FORMULIR PERSETUJUAN PARTISIPASI DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT) NASKAH PENJELASAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HIGIENE SANITASI PANGAN

BAB I PENDAHULUAN. untuk keperluan hidup manusia sehari-harinya berbeda pada setiap tempat dan

Transkripsi:

44 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Pasar sentral kota Gorontalo berlokasi di jalan Setia Budi. I kelurahan Limba U I Kec. Kota Selatan Kota Gorontalo. Pasar sental Kota Gorontalo memiliki Kantor pengelola pasar yang berada dilantai II, kantor pengelola pasar Kota Gorontalo sebelumnya adalah unit pengelola pasar di bawah koordinasi Dinas Pendapatan Daerah yang kemudian pada tahun 2002 status kelembagaannya meningkat menjadi Kantor Pengelola Pasar yang terbentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kota Gorontalo. 24 Tahun 2002 tentang pembentukan Kantor pengelola Kota Gorontalo, dan kemudian di atur kembali dengan Peraturan Walikota Gororntalo, mor 12 Tahun 2008 tentang pelaksanaan Peraturan Daerah mor 2 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Usaha Lembaga Tekhnis Daerah Gorontalo. Kantor pengelola pasar Kota Gorontalo dalam tahun anggran 2011 didukung oleh SDM dengan jumlah 49 orang yang terdiri dari 11 pegawai negeri sipil, 38 tenaga honor. 4.2 Hasil Penelitian 4.2.1 Hasil Pemeriksaan Angka Kuman Pada Peralatan Makan Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium pada sampel usapan peralatan makan di 14 rumah makan kompleks pasar sentral Kota Gorontalo dengan metode Pour Plate dapat dilihat pada tabel berikut ini :

45 Tabel 4.1 Distribusi Rumah Makan Berdasarkan Hasil Pemeriksaan Laboratorium pada usapan peralatan makan Nama Rumah Makan Memenuhi Syarat Kesehatan Menurut Permenkes RI. 715/ Menkes/ SK/V/2003 Koloni bakteri/ Cm 2 YA TIDAK 1 Rumah Makan A - TIDAK 2.400 2 Rumah Makan B - TIDAK 134.000 3 Rumah Makan C YA - 12,12 4 Rumah Makan D - TIDAK 607 5 Rumah Makan E - TIDAK 395 6 Rumah Makan F - TIDAK 879 7 Rumah Makan G - TIDAK 463.000 8 Rumah Makan H - TIDAK 6.540 9 Rumah Makan I - TIDAK 439 10 Rumah Makan J - TIDAK 5190 11 Rumah Makan K - TIDAK 125 12 Rumah Makan L YA - 76 13 Rumah Makan M - TIDAK 5200 14 Rumah Makan N YA - 72 Dari Tabel 4.1 diatas dapat dilihat terdapat 11 rumah makan yang tidak memenuhi syarat kesehatan sedangkan yang memenuhi syarat sebanyak 3 rumah makan, hal ini mengacu pada Permenkes RI. 715/ Menkes/ SK/V/2003 bahwa untuk persyaratan peralatan makan bakteri tidak boleh lebih dari 100 koloni/ cm 2 permukaan alat dan tidak boleh mengandung E.coli. 4.2.2 Distribusi Hasil Proses Pencucian Dan Penyimpanan Peralatan Makan Berdasarkan hasil observasi peneliti yang dilakukan di 14 rumah makan kompleks pasar sentral Kota Gorontalo diperoleh gambaran proses pencucian dan penyimpanan peralatan makan yang secara rinci disajikan sebagai berikut :

46 Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Proses Pencucian Peralatan Makan Menggunakan Air PAM Air PAM 1 Ya 12 85.71 2 Tidak 2 14.29 Dari tabel 4.2 diatas dilihat bahwa pada proses pencucian peralatan makan (piring, sendok, gelas) yang menggunakan air PAM sebanyak 12 rumah makan (85.71 %) sedangkan yang tidak menggunakan air PAM sebanyak 2 rumah makan (14.29 %). Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Petugas Rumah Makan Selalu Mencuci Tangan terlebih dahulu setelah BAB dan BAK Sebelum Mencuci Peralatan Makan Mencuci Tangan 1 Ya 14 100 2 Tidak 0 0 Dari table 4.3 pada proses pencucian peralatan makan dapat dilihat petugas rumah makan yang mencuci tangan setelah BAB dan BAK sebelum mencuci peralatan makan (piring, sendok, gelas) sebanyak 14 (100 %), seluruh rumah

47 makan melaksanakan kegiatan tersebut dimana petugasnya mencuci tangan setelah BAB dan BAK sebelum mencuci peralatan makan. Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Pencucian Peralatan Makan Yang Peralatan Makannya Dibersihkan Terlebih Dahulu Dari Sisa Sisa Makanan Pembersihan Sisa Sisa Makanan 1 Ya 14 100 2 Tidak 0 0 Dari tabel 4.4 dapat dilihat pada proses pencucian peralatan makan dimana peralatan makan tersebut dibersihkan terlebih dahulu dari sisa sisa makanan sebelum dicuci senayak 14 rumah makan (100%) keseluruhan rumah makan melakukan kegiatan tersebut. Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Proses Pencucian Peralatan Makan Menggunakan Detergen Menggunakan Detergen 1 Ya 12 85.71 2 Tidak 2 14.29 Dari tabel 4.5 dapat dilihat pada proses pencucian peralatan makan (piring, sendok, gelas) sebanyak 12 rumah makan (85.71 %) yang menggunakan detergen dan 2 rumah makan (14.29) yang tidak menggunakan detergen.

48 Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Proses Pencucian Peralatan Menggunakan Bak Pembilas Menggunakan Bak Pembilas 1 Ya 11 78,57 2 Tidak 3 21,43 Dari tabel 4.6 dapat dilihat pada proses pencucian peralatan makan dimana rumah makan yang menggunakan bak pembilas sebanyak 11 rumah makan (78,57 %) sedangkan yang tidak menggunakan bak pembilas sebanyak 3 rumah makan (21,43 %). Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Proses Pencucian Peralatan Makan Dibawah Kucuran Air Kran Pencucian Dibawah Kucuran Air Kran 1 Ya 3 21.43 2 Tidak 11 78.57 Dari tabel 4.7 diatas dilihat pada proses pencucian peralatan makan dibawah kucuran air kran sebanyak 3 rumah makan (21.43 %) sedangkan yang tidak mencuci peralatan dibawah kucuran air kran sebanyak 11 rumah makan (78.57 %)

49 Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Proses Pencucian Peralatan Makan Langsung Dicuci Setelah Digunakan Oleh Konsumen Langsung Dicuci Setelah Digunakan 1 Ya 9 64,29 2 Tidak 5 35,71 Dari tabel 4.8 diatas dilihat pada proses pencucian peralatan makan dimana peralatan makan langsung dicuci setelah digunakan oleh konsumen sebanyak 9 rumah makan (64,29 %) sedangkan yang tidak langsung dicuci sebanyak 5 rumah makan (35,71%). Tabel 4.9. Distribusi Frekuensi Penggantian Air Pada Bak Penampungan Pada Proses Pencucian Peralatan Makan Penggantian Air Pada Bak Penampungan 1 Ya 10 71,43 2 Tidak 4 28,57 Dari tabel 4.9 diatas dilihat pada proses pencucian peralatan makan dimana air yang digunakan dalam bak penampungan untuk mencuci peralatan makan selalu diganti sebanyak 10 rumah makan (71,43 %) sedangkan air dalam bak penampungan yang tidak selalu diganti sebanyak 4 rumah makan (28,57 %)

50 Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Pencucian Peralatan Makan Manggunakan Desinfektan Menggunakan Desinfektan 1 Ya 0 0 2 Tidak 14 100 Dari tabel 4.10 diatas dilihat pada proses pencucian peralatan makan (piring. Sendok, gelas) sebanyak 14 rumah makan yang tidak menggunakan desinfektan (100 %) Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Pencucian Peralatan Makan Menggunakan Air Panas Menggunakan Air Panas 1 Ya 0 0 2 Tidak 14 100 Dari tabel 4.11 diatas dilihat pada proses pencucian peralatan makan dimana yang menggunakan air panas sebanyak 0 rumah makan sedangkan yang tidak menggunakan air panas sebanyak 14 rumah makan (100 %)

51 Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Pengeringan Peralatan Makan Secara Alami Pengeringan Secara Alami 1 Ya 13 92.86 2 Tidak 1 7.14 Dari tabel 4.12 diatas dilihat pada proses penyimpanan dimana peralatan makan yang dikeringkan secara alami sebanyak 13 rumah makan (92.86 %) sedangkan yang tidak dikeringkan secara alami sebanyak 1 rumah makan (7.14 %) Tabel 4.13 Distribusi Frekuensi Penyimpanan Peralatan mkan Dalam Keadaan Kering Penyimpanan Dalam Keadaan Kering 1 Ya 9 64,29 2 Tidak 5 35,71 Dari tabel 4.13 diatas dilihat pada penyimpanan peralatan makan (piring, sendok, gelas) dimana peralatan yang disimpan dalam keadaan kering sebanyak 9 rumah makan (64,29 %) sedangkan yang disimpan tidak dalam keadaan kering sebanyak 5 rumah makan (35,71 %).

52 Tabel 4.14 Distribusi Frekuensi Penyimpanan Peralatan Makan Dalam Rak Penyimpanan Penyimpanan Dalam Rak Penyimpanan 1 Ya 6 42,86 2 Tidak 8 57,14 Dari tabel 4.14 diatas dilihat pada penyimpanan peralatan makan (Piring, sendok, gelas) dimana peralatan yang disimpan dalam rak penyimpanan sebanyak 6 rumah makan (42,86 %) sedangkan yang disimpan tidak pada rak penyimpanan sebanyak 8 rumah makan (57,14 %). Tabel 4.15 Distribusi Frekuensi Penyimpanan Cangkir, Mangkuk dan Gelas Dalam Keadaan Terbalik Penyimpanan Cangkir Mangkuk Dan Gelas Dalam Keadaan Terbalik 1 Ya 13 92.86 2 Tidak 1 7.14 Dari tabel 4.15 diatas dilihat pada penyimpanan peralatan makan dimana cangkir, mangkuk dan gelas yang simpan dalam keadaan terbalik yaitu sebanyak 13 rumah makan (92.86 %) sedangkan yang tidak disimpan dalam keadaan terbalik sebanyak 1 rumah makan (7.14 %).

53 Tabel 4.16 Distribusi Frekuensi Rak Penyimpanan Terbuat Dari Bahan Anti Karat Rak Penyimpanan Dari Bahan Anti Karat 1 Ya 5 35,71 2 Tidak 9 64,29 Dari tabel 4.16 diatas dilihat pada penyimpanan peralatan makan dimana yang menggunakan rak penyimpanan terbuat dari bahan anti karat sebanyak 5 rumah makan (35,17 %) sedangkan yang tidak menggunakan rak penyimpanan yang terbuat dari bahan anti karat sebanyak 9 rumah makan (64,29 %). Tabel 4.17 Distribusi Frekuensi Penyimpanan Peralatan Makan Ditempat Yang Tidak Lembab, Terlindung Dari Jangkauan Serangga Dan Tikus Penyimpanan Ditempat Yang Tidak Lembab Dan Terlindung 1 Ya 2 14.29 2 Tidak 12 85.71 Dari tabel 4.17 diatas dilihat pada penyimpanan peralatan makan dimana peralatan makan disimpan ditempat yang tidak lembab, terlindung dari jangkauan serangga dan tikus sebanyak 2 rumah makan (14.29 %) sedangkan peralatan yang tidak disimpan di tempat yang tidak lembab dan terlindung dari jangkauan serangga dan tikus sebanyak 12 rumah makan (85.71 %).

54 Tabel 4.18 Distribusi Frekuensi Penyediaan Tissue Kering Sebagai Lap Di Atas Piring Saat Disajikan Penyediaan Tissue Kering 1 Ya 4 28,57 2 Tidak 10 71,43 Dari tabel 4.18 diatas dilihat penyediaan tissue kering sebagai lap diatas alat makan (piring) pada saat disajikan pada konsumen sebanyak 4 rumah makan (28,57 %) sedangkan yang tidak menyediakan tissue kering sebanyak 10 rumah makan (71,43 %). Dari hasil observasi peneliti dengan menggunakan lembar observasi di peroleh secara keseluruhan kategori di 14 rumah makan berdasarkan skor yang diperoleh, dapat diuraikan sebagai berikut :

55 NO Tabel 4.19 Kategori Proses Pencucian Dan Penyimpanan Peralatan Makan NAMA RUMAH MAKAN SKOR KATEGORI 1 Rumah Makan A 12 Baik 2 Rumah Makan B 9 Kurang Baik 3 Rumah Makan C 12 Baik 4 Rumah Makan D 10 Baik 5 Rumah Makan E 11 Baik 6 Rumah Makan F 11 Baik 7 Rumah Makan G 7 Kurang Baik 8 Rumah Makan H 8 Kurang Baik 9 Rumah Makan I 13 Baik 10 Rumah Makan J 9 Kurang Baik 11 Rumah Makan K 9 Baik 12 Rumah Makan L 9 Kurang Baik 13 Rumah Makan M 9 Kurang Baik 14 Rumah Makan N 10 Baik Dari Tabel 4.19 diatas dapat kita lihat kategori tiap tiap rumah makan di kompleks pasar sentral Kota Gorontalo berdasarkan skala likert dimana terdapat 6 rumah makan yang termasuk dalam kategori kurang baik yaitu rumaha makan B, G, H, J, L, M untuk hasil lembar observasi terhadap proses pencucian dan penyimpanan peralatan makan, sedangkan 8 rumah makan yang termasuk dalam kategori baik dalam proses pencucian dan penyimpanan peralatan makan. 4.3 Pembahasan 4.3.1 Pemeriksaan Angka Kuman Pada Peralatan Makan Bardasarkan hasil pengambilan sampel usap alat pada peralatan makan (piring, sendok, gelas) di 14 rumah makan yang berada di kompleks pasar sentral Kota Gorontalo diperoleh sebanyak 11 rumah makan yang belum memenuhi standar kesehatan berdasarkan Permenkes.304 tahun 1989 dimana peralatan yang kontak langsung dengan makanan yang siap disajikan tidak boleh

56 mengandung angka kuman melebihi ambang batas, dan tidak mengandung E. coli per cm 2 permukaan air, rumah makan tersebut adalah rumah makan rumah makan A, B, D, E, F, G, H, I, J, K, L, M dimana angka kuman pada peralatan makan di masing masing rumah makan ini telah melebihi ambang batas dimana peralatan makan yang kontak langsung dengan makanan yang siap disajikan tidak boleh mengandung angka kuman yang melebihi 100 koloni/ cm 2 permukaan alat. Hal ini juga dapat dilihat dari hasil lembar observasi pada 14 rumah makan di kompleks pasar sentral Kota Gorontalo dimana ke 11 rumah makan yang tidak memenuhi syarat untuk pemeriksaan laboratorium angka kuman pada peralatan makan berdasarkan Permenkes RI. 715/ Menkes/SK/V/2003 dimana terdapat 5 rumah makan yaitu rumah makan B, G, H, J, M termasuk dalam kategori kurang baik dalam proses pencucian dan penyimpanan peralatan makan, sedangkan 6 rumah makan lainnya termasuk dalam kategori baik tetapi masih ditemukan bakteri dalam jumlah yang melebihi rata rata koloni bakteri yang telah tercantum dalam Permenkes RI. 715/ Menkes/ SK/V/2003 dalam peralatan makan yang digunakan di masing masing rumah makan tersebut. Hal ini dikerenakan berdasarkan hasil observasi peneliti dimana pada proses pencucian terdapat 2 rumah makan yang tidak menggunakan detergen yaitu rumah makan G dan rumah makan H, dan sebagian besar dalam proses pencucian air dalam bak penampungan tidak diganti hal ini memungkinkan terjadinya kontaminasi melalui air pencucian yang digunakan secara terus menerus, selain itu juga seluruh rumah makan yang berada di kompleks pasar sentral Kota Gorontalo tidak yang ada satupun menggunakan desinfektan maupun air panas mengingat

57 pentingnya peralakuan ini untuk membunuh bakteri yang terdapat dalam peralatan makan yang digunakan, sementara untuk penyimpanan peralatan makan dimana sebagian besar peralatan makan tidak disimpan dalam rak penyimpanan hanya diletakkan di atas meja ataupun ditempat penyimpanan yang tidak memenuhi syarat penyimpanan peralatan makan menurut Permenkes.304 tahun 1989 dimana penyimpana peralatan makan tidak lembab, terlindung dari sumber pengotor/ kontaminasi dari binatang perusak sehingga memungkinkan terjadinya pengotoran dari kontaminasi binatang perusak seperti tikus dan kecoa serta sumber pengotor lainnya. Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Desmalisma pohan yang berjudul pemeriksaan angka kuman pada usapan peralatan makan yang digunakana oleh pedagang makanan di pasar petisan medan dimana dari hasil penelitiannya terhadap 10 pedagang makanan di pasar petisan medan dimana hasil pemeriksaan laboratorium terhadap peralatan makan yang digunakan para pedagang makanan sudah memenuhi standar kesehatan menurut Kepemenkes RI. 715/Menkes/SK/V/2003 dimana pada 10 sampel peralatan makan yang digunakan oleh pedagang makanan di pasar petisan Medan tidak satupun dari sampel yang mengandung kuman E.coli (negatif), Penelitian serupa yang dilakukan oleh Ma as M Maloha yang berjudul pemeriksaan angka kuman E. coli dengan usap alat pada restoran, rumah makan dan lokalisasi makanan jajanan dikota madya Jambi, penelitian ini dilakukan terhadap 10 restoran, 15 rumah makan dan 12 lokalisasi makanan jajanan. Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa beberapa peralatan makan yang

58 digunakan dibeberapa tempat penjualan makanan dan minuman dikota Jambi mengandung bakteri E.coli yaitu pada 2 rumah makan dan 4 lokalisasi makanan jajanan. Dari hasil penelitian yang diperoleh ini menunjukkan bahwa pentingnya melakukan pengawasan terhadap penyehatan makanan dan minuman melalui peralatan makan yang digunakan karena peralatan makan yang di gunakan oleh para pedagang makanan berpotensi untuk tercemar bakteri bakteri yang merugikan dan dapat menimbulkan penyakit yang dikenal dengan food and water borne disease. 4.3.2 Proses Pencucian dan Penyimpanan Peralatan Makan 1. Pencucian Peralatan Makan Menggunakan Air PAM Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan lembar observasi diperoleh untuk proses pencucian peralatan makan dengan menggunakan air PAM sebanyak 12 rumah makan yaitu rumah makan B, C, E, F, G, H, I, J, K, L, M, N sedangkan yang tidak menggunakan air PAM (Sumur) sebanyak 2 rumah makan yaitu rumah makan A dan rumah makan D. Air yang bersumber dari air PAM biasanya mengandung klorin yang dapat membunuh bakteri. Klorin bahan kimia pembunuh bakteri artinya air bersih ketika sesampai kekonsumen sudah bebas dari bakteri coliform (Giwangkara dalam Pohan, 2009). Hal ini dapat dinyatakan sebagian besar sudah memenuhi syarat kesehatan karena sebanyak 12 rumah makan yang menggunakan air yang bersumber dari air PAM.

59 Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Desmaslina Pohan dimana untuk penggunaan air PAM sebagai sumber air untuk mencuci peralatan makan pada 10 pedagang makanan di pasar petisan Medan dimana sebanyak 6 rumah makan yang menggunakan air PAM sebagai sumber air pencucian peralatan makan sedangkan 4 rumah makan lainnya tidak menggunakan air PAM. Dari data yang di peroleh berdasarkan hasil observasi peneliti dan penelitian sebelumnya yang peranah dilakukan, dapat diketahui bahwa penggunaan air Pam sebagai sumber air untuk mencuci peralatan makan masih belum dilakukan secara keseluruhan oleh masing masing pihak rumah makan yang bersangkutan. 2. Personal Higiene Petugas Rumah Makan Yang Mencuci Tangan Terlebih Dahulu Dengan Sabun Setelah BAB dan BAK Sebelum Mencuci Peralatan Makan SEbelum mencuci Peralatan Makan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dengan menggunakan lembar observasi untuk petugas rumah makan yang selalu mencuci tangan terlebih dahulu dengan sabun setelah BAB dan BAK sebelum mencuci peralatan makan sebanyak 100 %. Tangan merupakan salah satu anggota tubuh yang vital untuk mengerjakan sesuatu dalam penyelenggaraan makanan, dan melalui makanan pula makanan banyak terkontaminasi, oleh karena itu kebersihan perorangan perlu mendapatkan prioritas tinggi. Dianjurkan setiap kali keluar dari kamar mandi atau kamar kecil sebaiknya tangan dibersihkan

60 dengan air hangat atau sabun, lalu dikeringkan dengan serbet kertas (tissue) untuk tangan atau dengan menggunakan alat mesin pengering tangan hand dryer (Widyati, Retno dan Yuliarsih, 2002). Dari hasil yang diperoleh ini dapat dilihat kesadaran akan personal hygiene petugas rumah makan untuk seluruh rumah makan sudah memenuhi syarat kesehatan dengan menyelenggarakan kegiatan mencuci tangan setelah BAB dan BAK sebelum mencuci peralatan makan untuk mencegah terjadinya pencemaran oleh bakteri melalui tangan petugas yang tidak bersih. Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Desmaslina Pohan pada 10 pedagang makanan di pasar petisan Medan dimana sebanyak 7 pedagang makanan yang mencuci tangan terlebih dahulu sebelum mencuci alat makan. Berdasarkan hasil peneliti dan penelitian sebelumnya menunjukkan sudah sebagian besar pedagang makanan memperhatikan kebeshinal personal hygiene petugas sebelum mencuci peralatan makan untuk mencegah terjadinya pencemaran sekunder melalui petugas terhadap peralatan makan yang dicuci. 3. Pembersihan Peralatan Makan Dari Sisa Sisa Makanan Sebelum Dicuci Berdasarkan hasil observasi untuk peralatan makan yang dibersihkan terlebih dahulu dari sisa sisa makanan yang terdapat dalam peralatan makan sebelum di cuci sebanyak 100% atau seluruh rumah makan melakukan kegiatan tersebut.

61 Kegiatan membersihkan peralatan makan dari sisa sisa makanan yang menempel disebut scraping yaitu memisahkan segala kotoran dan sisa sisa makanan yang terdapat pada alat yang akan dicuci, seperti piring, mangkuk, gelas, panic dan lain lain (Djajadininggrat, 1989). Dari hasil yang diperoleh dimana seluruh rumah makan melaksanakan kegiatan scraping tentunya telah memenuhi tehnik pencucian peralatan yang baik dan benar. 4. Proses Pencucian Peralatan Makan Menggunakan Detergen Berdasarkan hasil observasi untuk proses pencucian peralatan makan dimana sebanyak 12 rumah makan yang menggunakan detergen dalam proses pencucian sedangkan sebanyak 2 rumah makan yang tidak menggunakan detergen yaitu rumah makan G dan rumah makan H. Detergen merupakan bahan pembersih mirip sabun tetapi diperkaya dengan bahan bahan yang dapat meningkatkan daya bersihnya. Fungsi detergen dalam menghilangkan kotoran berminyak serupa dengan sabun, yaitu dengan mengemulsi lemak, minyak atau gemuk, tetapi detergen tidak menyebabkan gumpalan seperti sabun. Detergen sintetik atau surfaktan dapat menurunkan tegangan permukaan larutan, membantu membasahkan partikel cemaran, dan mensuspensikannya ke dalam cairan (Fathonah,2005). Dari hasil yang diperoleh dimana sebanyak 12 rumah makan yang menggunakan detergen dalam proses pencuciannya telah memenuhi cara pencucian alat yang telah ditentukan dalam Permenkes.304 Tahun

62 1989 dimana cara pencucian alat harus memenuhi ketentuan pencucian peralatan harus menggunakan sabun/ detergen, air dingin, air panas sampai bersih Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Desmaslina Pohan dimana peralatan makan yang dicuci menggunakan detergen yang cukup sebanyak 7 rumah makan dari 10 pedagang makanan yang terdapat di pasar petisan Medan sedangkan hasil peneliti yang dilakukan di rumah makan kompleks pasar sentral kota Gorontalo, dimana para pedagang yang tidak menggunakan detergen sebanya 2 rumah makan, hal ini perlu diperhatikan mengingat pentingnya penggunaan detergen dalam proses pencucian peralatan makan. 5. Proses Pencucian Peralatan Makan Menggunakan Bak Pembilas Berdasarkan hasil observasi pada pencucian peralatan makan dimana sebanyak 11 rumah makan yang menggunakan bak pembilas sedangkan 3 rumah makan yaitu rumah makan G, rumah makan, K, dan rumah makan M. Keberadaan bak pembilas adalah sangat penting adalah sangat penting dalam proses pencucian peralatan makan dimana berguna untuk menghilangkan kotoran kotoran yang menempel pada peralatan makan yang akan digunakan kembali (Anwar dalam Pohan 2009).. Pada penelitian sebelumnya yang dikukan oleh Desmaslima Pohan pada 10 pedagang makanan dimana sebanyak 6 pedagang makanan yang dalam proses pencuciannya menggunakan bak pembilas. Sedangkan dari

63 hasil yang diperoleh oleh peneliti dimana sudah sebagian besar yaitu sebanyak 11 rumah makan yang menyediakan bak pembilas dalam proses pencuciannya 6. Proses Pencucian Peralatan Makan Dibawah Kucuran Air Kran Berdasarkan hasil observasi pada proses pencucian peralatan makan dimana sebanyak 3 rumah makan yang mencuci peralatannya langsung dibawah kucuran air kran yaitu rumah makan D, rumah makan I dan rumah makan J, sedangan sebagian besar rumah makan tidak mencuci peralatan makan dibawah kucuran air kran yaitu sebanyak 11 rumah makan. Hal ini dikarenakan kebiasaan petugas rumah makan yang menampung air dalam ember, padahal air yang digunakan berulang ulang ini akan lebih memungkinkan kontaminasi bakteri yang mudah kondisi yang seperti ini tentunya tidak memenuhi syarat hygiene dan sanitasi jasaboga dimana peralatan hendaknya di cuci dibawah kucuran air kran dengan air yang mengalir untuk menghindari adanya bakteri pada air tersebut. Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Desmaslina Pohan dimana pada proses pencucian peralatan makan yang dicuci dibawah kucuran air kran sebanyak 6 pedagang makanan dari 10 pedagang makanan yang terdapat di pasar petisan Medan. Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti dan hasil penelitian sebelumnya menunjukkan

64 masih kurangnya perhatian para pedagang makanan untuk mencuci peralatan makannnya di bawah kucuran air kran. 7. Peralatan Makan yang Langsung Di Cuci Setelah Digunakan Konsumen Berdasarkan hasil observasi di 14 rumah makan pada proses pencucian peralatan makan dimana terdapat 9 rumah makan yang langsung mencuci peralatannya setelah digunakan oleh konsumen sedangkan 5 rumah makan yang tidak langsung mencuci peralatan makan yang telah digunakan oleh konsumen, biasanya pencucian dilakukan apabila peralatan makan yang telah digunakan telah banyak dalam hal ini di cuci sekaligus untuk menghemat waktu dalam proses pencucian peralatan makan. 8. Penggantian Air Dalam bak Penampungan Pencucian Peralatan Makan Berdasarkan hasil yang diperoleh tentang frekuensi penggantian air dari bak penampung ini pada 14 rumah makan diperoleh sebanyak 10 rumah makan yang mengganti air dalam bak penampungan pencucian peralatan makan sedangkan sebanyak 4 rumah makan yaitu rumah makan B, H, K, M yang tidak mengganti air dalam bak penampungan artinya dalam sehari air tersebut dipakai terus menerus tanpa diganti penggunaan air bersih dalam proses pencucian akan mengurangi resiko tercemarnya bakteri akibat pemakaian air yang sama secara terus menerus dalam proses pencuciannya.

65 9. Proses Pencucian Peralatan makan Menggunakan Desinfektan dan Air Panas Berdasarkan hasil observasi dimana tidak ada satupun rumah makan yang berada dikompleks pasar sentral Kota Gorontalo yang Manggunakan Desinfektan ataupun air panas. Desinfektan adalah senyawa kimia yang memiliki kemampuan untuk membunuh mikroorganisme. Desinfektan tidak memiliki daya penetrasi sehingga tidak dapat mematikan mikroorganisme dalam celah, lubang atau cemaran mineral (Fathonah, 2005). Upaya sanitasi dengan menggunakan air panas dapat dilakukan dengan merendam peralatan makan dalam air panas dengan suhu 80 0 C selama 20 menit, energi panas diperkirakan menyebabkan denaturasi protein dalam sel mikroorganisme yang menyebabkan kematiannya (Fathonah, 2005). Selain itu juga penggunaan air panas ini dapat melarutkan lemak atau minyak yang berlebihan yang menempel pada peralatan makan. Dari hasil yang diperoleh dimana tidak ada satupun rumah makan yang menggunakan desinfektan ataupun air panas, hal ini tentunya akan menambah peluang besar peralatan makan tersebut ditumbuhi bakteri yang merugikan kesehatan, mengingat peranannya yang sangat penting dalam proses pencucian peralatan makan. Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Desmaslina Pohan pada 10 pedagang makanan dimana tidak ada satupun pedagang

66 makanan yang menggunakan desinfektan dalam proses pencucian peralatan makan yang digunakan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oeh peneliti dan penelitian sebelumnya menunjukkan kurangnya perhatian para pedagang makan untuk menggunakan desinfektan dalam pencucian peralatan makan. 10. Proses Pencucian Peralatan makan Menggunakan Proses Pengeringan Peralatan Makan Secara Alami Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada proses penyimpanan dimana terdapat 13 rumah makan yang mengeringkan peralatannya secara alami dengan bantuan sinar matahari, sedangkan sebayak 1 rumah makan yaitu rumah makan J yang tidak mengeringkan peralatannya secara alami yaitu dengan menggunakan kain lap. Berdasarkan Permenkes.304 tahun 1989 dimana pengeringan peralatan harus memenuhi ketentuan : peralatan yang sudah didesinfeksi harus ditiriskan dalam rak rak anti karat sampai kering sendiri dengan bantuan sinar matahari atau sinar buatan/ mesin dan tidak boleh dilap dengan kain. Penggunaan kain lap ini tentunya tidak diperbolehkan karena akan menyebabkan pencemaran sekunder melalui lap yang digunakan. Dari hasil yang diperoleh dimana sebagian besar rumah makan yang dalam proses pengeringan peralatan makannya dikeringkan secara alami, hal ini tentunya telah memenuhi syarat kesehatan.

67 11. Penyimpanan Peralatan Makan Dalam Keadaan Kering Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada 14 rumah makan diperoleh bahwa peralatan makan yang disimpan dsimpan dalam keadaan kering sebanyak 9 rumah makan sedangkan yang disimpan tidak dalam keadaan kering sebanyak 5 rumah makan yaitu rumah makan D, E, G, M, N, penyimpanan peralatan tidak dalam keadaan kering ini akan menyebabkan peralatan tersebut ditempeli debu dan kotoran lainnya. 12. Penyimpanan Peralatan Makan Dalam Rak Penyimpanan Berdasarkan hasil observasi yang diperoleh pada 14 rumah makan di kompleks pasar sentral Kota Gorontalo dalam proses penyimpanan peralatan makan dimana sebanyak 6 rumah makan yang tidak menyimpan peralatan makannya dalam rak penyimpanan yaitu rumah makan A, C, E, F, I, K. Penyimpanan peralatan makan haruslah disimpan dalam rak rak penyimpanan yang terbuat dari bahan anti karat dan tidak aus/rusak. 13. Penyimpanan Cangkir Mangkuk, Dan Gelas Dalam Keadaan Terbalik Berdasarkan hasil observasi yang diperoleh pada 14 rumah makan dimana sebanyak 13 rumah makan yang menyimpan cangkir, mangkuk dan gelasnya dalam keadaan terbalik, sedangkan yang dalam penyimpanannya dimana cangkir, mangkuk dan gelas disimpan tidak dalam keadaan terbalik sebanyak 1 rumah makan yaitu rumah makan E. Penyimpanan cangkir, mangkuk dan gelas ini telah di atur dalam Permenkes.304 tahun 1989 dimana penyimpanan peralatan makan

68 harus memenuhi ketentuan dimana cangkir, mangkuk, gelas dan sejenisnya cara penyimpanannya harus dibalik. Berdasarkan peraturan yang telah ditetapkan dapat dinyatakan bahwa dalam penyimpanan cangkir mangkuk dan gelas sudah memenuhi syarat dimana sebanyak 13 rumah makan yang melaksanakan kegiatan ini. 14. Rak Penyimpanan Yang Terbuat Dari Bahan Anti Karat Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada 14 rumah makan diperoleh 5 rumah makan yang rak penyimpanan peralatan makannya terbuat dari bahan yang anti karat sedangkan 9 rumah makan yang rak penyimpanannya tidak terbuat dari bahan anti karat yaitu rumah makan B, F, G, H, I, J, K, L, N, hal ini tentunya tidak memenuhi persyaratan dalam Permenkes 309 Tahun 1989 dimana rak rak penyimpanan peralatan makan dibuat anti karat, rata dak tidak aus/ rusak. 15. Tempat Penyimpanan Peralatan Makan Di Tempat yang Lembab Dan Terlindung Dari Jangkauan Serangga Dan TIkus Berdasarkan hasil observasi pada 14 rumah makan diperoleh sebagian besar yaitu 12 rumah makan yang tidak memenuhi syarat ketentuan penyimpanan peralatan yaitu rumah makan B, C, D, F, G, H, I, J, K, L, M, N, sedangkan yang tidak memenuhi syarat ketentuan penyimpanan peralatan sebanyak 2 rumah makan yaitu rumah makan A dan E. Penyimpanan peralatan yang tidak benar akan mengakibatkan kemungkinan terjadinya pengotoran melalui sumber pengotoran atau

69 kontaminasi dari binatang perusak, misalnya tikus atau mencit yang dapat mengakibatkan penyakit karena membawa organism yang bersal dari selokan, tempat sampah dan sumber lainnya melalui kulitnya yang berbulu, urin, tinja dan salivanya, selain itu juga hewan lain yang dapat mengkontaminasi peralatn makan yang tidak disimpan dengan benar yaitu kecoa yang merupakan hewan yang emnimbulkan bau khas pada bendanya dan mengotorinya dengan feses yang agak cair, kecoa sering mengkontaminasi peralatan dengan membawa kotoran kotoran yang mungkin mengandung mikroba patogen pada kaki dan tubuhnya (Fathonah,2005). 16. Penyediaan Tissue Kering Pada Saat Disajikan Pada Konsumen Terdapat 4 rumah makan yang berdasarkan hasil observasi menggunakan tissue kering yang digunakan sebagai lap sekali pakai yang biasa digunakan oleh konsumen untuk membersihkan kembali peralatan sebelum akan digunakan oleh konsumen, rumah makan ini adalah rumah makan F, G, H, I.