LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II S U M E D A N G NOMOR 15 TAHUN 1997 SERI B.5 PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II S U M E D A N G NOMOR 21 TAHUN 1996 TENTANG IZIN DAN TERTIB USAHA BENGKEL UMUM DI KABUPATEN DAERAH TINGKAT II SUMEDANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEPALA DAERAH TINGKAT II SUMEDANG Menimbang : a. bahwa kendaraan bermotor yang beroperasi di jalan diharuskan memenuhi persyaratan teknis dan laik jalan, untuk itu diperlukan ada perawatan dan pemeliharaan dengan baik melalui jasa layanan Bengkel Umum kendaraan bermotor ; b. bahwa penyelenggaraan usaha Bengkel Umum kendaraan bermotor perlu mendapat bimbingan dan pembinaan dari Pemerintah Daerah, khususnya dalam menciptakan tertib penyelenggaraan dan meningkatkan kualitas layanan Bengkel Umum kendaraan bermotor ; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a dan b diatas, pengaturannya perlu ditetapkan dalam Peraturan Daerah.
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam lingkungan Propinsi Jawa Barat (Berita Negara Tahun 1950) ; 2. Undang-Undang Nomor 12 Drt Tahun 1957 tentang Peraturan Umum Retribusi Daerah (Lembaran Negara Tahun 1957 Nomor 57) ; 3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan Di Daerah (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 38) ; 4. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuanketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Tahun 1982 Nomor 12) ; 5. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 49) ; 6. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1990 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintahan dalam Bidang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan kepada Daerah Tingkat I dan Daerah Tingkat II (Lembaran Negara Tahun 1990 Nomor 26) ; 7. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1993 tentang Kendaraan dan Pengemudi (Lembaran Negara Tahun 1993 Nomor 64) ; 8. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1992 tentang Penyelenggaraan Otonomi Daerah dengan titik berat pada Daerah Tingkat II (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 77) ; 9. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 71 Tahun 1993 tentang Pengujian Berkala Kendaraan Bermotor ; 10. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 84 Tahun 1993 tentang Bentuk Peraturan Daerah dan Peraturan Daerah Perubahan ; 11. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 85 Tahun 1993 tentang Pengundangan Peraturan Daerah dan atau Keputusan Kepala Daerah lewat tenggang waktu pengesahan ;
12. Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Sumedang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Penerbitan Lembaran Daerah dan Penugasan Pengundangan Peraturan Daerah/Keputusan Bupati Kepala Daerah kepada Sekretaris Wilayah/Daerah ; 13. Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Sumedang Nomor 6 Tahun 1986 tentang Penunjukan Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang melakukan Penyidikan terhadap Pelanggaran Peraturan Daerah yang memuat Ketentuan Pidana ; 14. Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Sumedang Nomor 1 Tahun 1988 tentang Kebersihan, Keindahan dan Ketertiban di Kabupaten Daerah Tingkat II Sumedang ; 15. Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Sumedang Nomor 5 Tahun 1994 tentang Pembentukan Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Kabupaten Daerah Tingkat II Sumedang. DENGAN PERSETUJUAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II SUMEDANG M EM U T U S K A N Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II SUMEDANG TENTANG IZIN DAN TERTIB USAHA BENGKEL UMUM DI KABUPATEN DAERAH TINGKAT II SUMEDANG. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : a. Daerah adalah Kabupaten Daerah Tingkat II Sumedang ; b. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Sumedang ;
c. Bupati Kepala Daerah adalah Bupati Kepala Daerah Tingkat II Sumedang ; d. Dewan adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Sumedang ; e. Dinas adalah Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Kabupaten Daerah Tingkat II Sumedang ; f. Kendaraan Bermotor adalah Kendaraan yang digerakan oleh peralatan teknik yang berada pada kendaraan tersebut ; g. Usaha Bengkel Umum adalah suatu usaha yang dilakukan oleh perorangan atau Badan Hukum yang menggunakan tempat dan atau bangunan untuk memperbaiki, merawat kendaraan bermotor, cuci kendaraan bermotor dan penjualan suku cadang kendaraan bermotor dengan memungut bayaran sebagai imbal jasa pemberian pelayanan yang besarnya telah ditentukan ; h. Bengkel Umum adalah tempat untuk memperbaiki, merawat kendaraan bermotor, cuci kendaraan bermotor dan penjualan suku cadang kendaraan bermotor ; i. Penyelenggara adalah perorangan atau Badan Hukum tertentu yang menyelenggarakan usaha Bengkel Umum ; j. Izin adalah Izin Usaha Bengkel Umum kendaraan bermotor di Daerah. BAB II OBYEK DAN SUBYEK Pasal 2 Obyek Izin adalah semua kegiatan usaha Bengkel Umum di Daerah. Pasal 3 Subyek Izin adalah setiap orang atau Badan Hukum yang menyelenggarakan usaha Bengkel umum di Daerah.
BAB III KETENTUAN IZIN Pasal 4 (1) Setiap kegiatan usaha Bengkel Umum di Daerah wajib memiliki izin dari Baupati Kepala Daerah. (2) Permohonan izin diajukan secara tertulis kepada Bupati Kepala Daerah melalui Dinas. Pasal 5 Permohonan izin sebagaimana dimaksud Pasal 4 ayat (2) Peraturan Daerah ini, diajukan dengan dilengkapi persyaratan sebagai berikut : a. Rekaman Kartu Tanda Penduduk (KTP) Penyelenggara ; b. Rekaman Akta Pendirian Perusahaan bagi penyelenggara yang berbentuk Badan Hukum ; c. Rekaman Surat Izin Undang-undang Gangguan ; d. Rekaman Surat Izin Mendirikan Bangunan ; e. Rekaman Bukti pemilikan tanah dan atau bangunan ; f. Rekaman Fatwa Perencanaan Lokasi ; g. Pernyataan tidak berkeberatan dari pemilik tanah dan atau bangunan bagi penyelenggara yang bukan pemilik tanah dan atau bangunan ; h. Berita Acara Pemeriksaan lokasi. Pasal 6 (1) Apabila segala persyaratan sebagaimana dimaksud Pasal 5 Peraturan Daerah ini telah dilengkapi, pemohon wajib membayar retribusi. (2) Tanda bukti pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini merupakan dasar penerbitan Izin. Pasal 7 (1) Izin dikeluarkan oleh Bupati Kepala Daerah. (2) Izin sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini harus sudah dikeluarkan paling lambat 14 (empat belas) hari sejak permohonan diterima secara lengkap dan benar.
Pasal 8 Bupati Kepala Daerah dapat melimpahkan wewenang penandatanganan izin kepada Pejabat yang ditunjuk. Pasal 9 Penolakan permohonan izin diberitahukan selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari kepada pemohon sejak permohonan diterima. Pasal 10 Ketentuan lebih lanjut mengenai izin ditetapkan dalam Keputusan Bupati Kepala Daerah. BAB IV MASA BERLAKU IZIN Pasal 11 (1) Jangka waktu berlakunya izin ditetapkan selama usaha tersebut masih berjalan. (2) Untuk pengawasan terhadap izin sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini, setiap subyek izin diwajibkan untuk melakukan Daftar Ulang (Herregistrasi), setiap 1 (satu) tahun sekali. (3) Daftar Ulang (Herregistrasi) sebagaimana dimaksud ayat (2) Pasal ini harus sudah diajukan selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari sebelum jatuh tempo Daftar Ulang. Pasal 12 Setiap terjadi peralihan hak penyelenggara usaha Bengkel Umum, maka penyelenggara usaha Bengkel Umum yang baru wajib mengajukan permohonan balik nama izin selambat-lambatnya 1 (satu) bulan terhitung sejak peralihan hak. BAB V TERTIB USAHA BENGKEL UMUM
Pasal 13 Penyelenggara usaha Bengkel Umum wajib : a. menggunakan bangunan dan tempat yang dapat menampung seluruh kegiatan Bengkel Umum dengan tidak mengganggu lingkungan sekitarnya. b. menyediakan tempat pembuangan limbah Bengkel Umum, untuk memelihara kebersihan tempat dan lingkungan sekitarnya. c. menjaga keamanan dan keselamatan kerja para pekerja dilingkungan Bengkel Umum. d. memelihara dan menjaga tingkat kebisingan dan atau ketertiban bagi lingkungan sekitarnya. e. memelihara ketertiban, kebersihan dan keindahan lingkungan sesuai dengan Peraturan Daerah yang berlaku. f. menyediakan alat pemadam kebakaran. Pasal 14 Penyelenggara Usaha bengkel Umum dilarang untuk menggunakan badan dan atau bahu jalan umum dalam melaksanakan kegiatannya. BAB VI P E N G A W A S A N Pasal 15 Pengawasan dan bimbingan terhadap penyelenggaraan Usha Bengkel Umum sebagaimana dimaksud Pasal 4 ayat (1), Pasal 13, dan Pasal 14 Peraturan Daerah ini dilaksanakan oleh Dinas. BAB VII RETRIBUSI DAERAH Pasal 16
(1) Untuk setiap Izin, Daftar Ulang (Herregistrasi) dan peralihan Hak Penyelenggara dikenakan Retribusi Daerah. (2) Besarnya Retribusi Izin sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini ditetapkan perhitungan sebagai berikut : Luas Tempat Usaha x Indeks Klasifikasi Bengkel Umum x Indeks Lokasi x Tarif. Pasal 17 Luas Tempat Usaha, Indeks Klasifikasi Bengkel Umum, Indeks Lokasi dan Tarif sebagaimana dimaksud Pasal 16 ayat (2) Peraturan Daerah ini ditetapkan sebagai berikut: a. Luas Tempat Usaha, merupakan keseluruhan bangunan dan atau tempat yang digunakan untuk Usaha Bengkel Umum ; b. Indeks Klasifikasi Bengkel Umum, merupakan angka Indeks Klasifikasi Bengkel Umum sebagai berikut : - Kelas I, Bengkel Umum Kendaraan Bermotor dengan dukungan peralatan utama dan peralatan tambahan serta fasilitas lainnya : Toko Suku Cadang, Sarana Pencucian Kendaraan, Pelayanan Penggantian Bahan Pelumas, Perbaikan Karoseri dan lain-lain, Indeks Klasifikasi 4. - Kelas II, Bengkel Umum Kendaraan Bermotor dengan dukungan peralatan utama dan peralatan tambahan untuk kegiatan perbaikan/reparasi dan perawatan (service) kendaraan bermotor, Indeks Klasifikasi 3. - Kelas III, Bengkel Umum Kendaraan Bermotor dengan menggunakan fasilitas terbatas/manual untuk kegiatan service, reparasi serta perawatan, Indeks Klasifikasi 2. - Kelas IV, Bengkel Umum Kendaraan Bermotor dengan fasilitas manual lebih dikhususkan kegiatan reparasi kendaraan bermotor roda dua, Indeks Klasifikasi 1. c. Indeks Lokasi, merupakan Indeks Klasifikasi berdasarkan Lokasi Usaha atau Letak Jalan Tempat Usaha berada, dengan Indeks Lokasi sebagai berikut : 1. Lokasi Dalam Kota : - Jalan Arteri : dengan indeks 5 ;
- Jalan Kolektor : dengan indeks 4 ; - Jalan Lokal : dengan indeks 3 ; - Lokasi lainnya : dengan indeks 2. 2. Lokasi Diluar Kota : - Jalan Arteri : dengan indeks 4 ; - Jalan Kolektor : dengan indeks 3 ; - Jalan Lokal : dengan indeks 2 ; - Lokasi lainnya : dengan indeks 1. d. Tarif, merupakan besarnya pungutan permeterpersegi dari luas keseluruhan bangunan dan atau tempat usaha Bengkel Umum dengan ketentuan sebagai berikut : 1. Bangunan Permanen : - Luas Bangunan dan atau Tempat Usaha Bengkel Umum dari 1 m2 sampai dengan 100 m2, tarif sebesar Rp. 300,00/m2 ; - Luas Bangunan dan atau Tempat Usaha Bengkel Umum dari 101 m2 sampai dengan 200 m2, tarif sebesar Rp. 400,00/m2 ; - Luas Bangunan dan atau Tempat Usaha Bengkel Umum dari 201 m2 sampai dengan 300 m2, tarif sebesar Rp. 500,00/m2 ; - Luas Bangunan dan atau Tempat Usaha Bengkel Umum dari 301 m2 ke atas, tarif besarnya Rp. 600,00/m2. 2. Bangunan Semi Permanen : - Luas Bangunan dan atau Tempat Usaha Bengkel Umum dari 1 m2 sampai dengan 100 m2, tarif sebesar Rp. 200,00/m2 ; - Luas Bangunan dan atau Tempat Usaha Bengkel Umum dari 101 m2 sampai dengan 200 m2, tarif sebesar Rp. 300,00/m2 ; - Luas Bangunan dan atau Tempat Usaha Bengkel Umum dari 201 m2 sampai dengan 300 m2, tarif sebesar Rp. 400,00/m2 ; - Luas Bangunan dan atau Tempat Usaha Bengkel Umum dari 301 m2 ke atas, tarif besarnya Rp. 500,00/m2.
3. Bangunan Darurat : - Luas Bangunan dan atau Tempat Usaha Bengkel Umum dari 1 m2 sampai dengan 100 m2, tarif sebesar Rp. 100,00/m2 ; - Luas Bangunan dan atau Tempat Usaha Bengkel Umum dari 101 m2 sampai dengan 200 m2, tarif sebesar Rp. 200,00/m2 ; - Luas Bangunan dan atau Tempat Usaha Bengkel Umum dari 201 m2 sampai dengan 300 m2, tarif sebesar Rp. 300,00/m2 ; - Luas Bangunan dan atau Tempat Usaha Bengkel Umum dari 301 m2 ke atas, tarif besarnya Rp. 400,00/m2. Pasal 18 (1) Besarnya Retribusi Daftar Ulang (Herregistrasi) sebagaimana dimaksud Pasal 16 ayat (1) Peraturan Daerah ini ditetapkan sebesar 25% (dua puluh lima prosen) dari besarnya Retribusi Izin. (2) Apabila penyelenggara tidak melaksanakan Daftar Ulang (Herregistrasi) sesudah jatuh tempo, maka penyelenggara wajib membayar denda keterlambatan sebesar 1% (satu prosen) dari besarnya Retribusi Daftar Ulang (Herregistrasi) setiap hari keterlambatan. (3) Pembayaran denda sebagaimana dimaksud ayat (2) Pasal ini, dilaksanakan bersamasama dengan pembayaran Retribusi Daftar Ulang (Herregistrasi). Pasal 19 Besarnya Retribusi Balik Nama Izin sebagaimana dimaksud Pasal 16 ayat (1) Peraturan Daerah ini, ditetapkan sebesar 50% (lima puluh prosen) dari besarnya Retribusi Izin. BAB VIII PENCABUTAN IZIN Pasal 20
Bupati Kepala Daerah dapat mencabut izin yang telah dikeluarkan, apabila ternyata terdapat penyimpangan-penyimpangan administratif dan atau penyelenggaraan, antara lain : a. Persyaratan-persyaratan yang berkaitan dengan izin ternyata tidak benar ; b. Penyelenggara menghentikan dan atau menutup kegiatan Usaha Bengkel Umum tanpa memberitahukan kepada Bupati Kepala Daerah ; c. Penyelenggara melakukan permohonan dan atau perubahan kegiatan Usaha Bengkel Umum tanpa memberitahukan kepada Bupati Kepala Daerah dan atau tidak sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku ; d. Tidak melaksanakan Daftar Ulang (Herregistrasi) 2 (dua) tahun berturut-turut ; e. Penyelenggara tidak melaksanakan kewajiban dan larangan sebagaimana dimaksud Pasal 13 dan Pasal 14 Peraturan Daerah ini ; f. Lokasi Bengkel Umum sudah tidak sesuai lagi dengan peruntukannya berdasarkan Peraturan Tata Ruang yang berlaku. BAB IX KETENTUAN PIDANA Pasal 21 (1) Barang siapa melanggar ketentuan Pasal 4 ayat (1), Pasal 11 ayat (2), Pasal 12, Pasal 16, Pasal 18, dan Pasal 19 Peraturan Daerah ini, diancam Pidana Kurungan selamalamanya 3 (tiga) bulan atau denda sebanyak-banyaknya Rp. 50.000,00 (lima puluh ribu rupiah). (2) Tindak Pidana sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini adalah pelanggaran. Pasal 22 (1) Penyidikan terhadap pelanggaran sebagaimana dimaksud Pasal 21 ayat (1) Peraturan Daerah ini dilaksanakan oleh Penyidik pegawai Negeri Sipil di lingkungan pemerintah Daerah, yang pengangkatannya ditetapkan sesuai dengan Peraturan perundang-undangan yang berlaku. (2) Dalam melaksanakan tugas penyidikan, para Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini, berwenang :
a. menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya Tindak Pidana pelanggaran ; b. melakukan tindakan pertama saat itu, di tempat kejadian serta melakukan pemeriksaan ; c. menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal diri tersangka ; d. melakukan penyitaan benda dan atau surat ; e. mengambil sidik jari dan memotret seseorang ; f. memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi ; g. mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara ; h. menghentikan penyidikan setelah mendapat petunjuk dari Penyidik Umum, bahwa tidak terdapat cukup bukti atau peristiwa tersebut bukan merupakan Tindak Pidana dan selanjutnya melalui Penyidik Umum memberitahukan hal tersebut kepada Penuntut Umum, tersangka atau keluarganya ; i. mengadakan tindakan lain menurut hukum yang dapat dipertanggungjawabkan. BAB X KETENTUAN PENUTUP Pasal 23 Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai teknis pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut oleh Bupati Kepala Daerah. Pasal 24 Peraturan Daerah ini mulai berlaku sejak tanggal diundangkan.
Agar supaya setiap orang dapat mengetahuinya memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan menempatkannya dalam lembaran Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Sumedang. Ditetapkan di S U M E D A N G pada tanggal 4 Oktober 1996 DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II S U M E D A N G K e t u a, Cap./Ttd. BUPATI KEPALA DAERAH TINGKAT II SUMEDANG, Cap./Ttd. Drs. H. ATJEP ABDUL LATIEF. Drs. H. MOCH.HUSEINJACHJASAPUTRA. Disahkan oleh Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Barat dengan Surat Keputusannya Nomor Tanggal 2 Juli 1997 188.342/Sk.906 - Huk/1997 Diundangkan dalam Lembaran Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Sumedang Nomor 15 Tahun 1997 Tanggal 9 Juli 1997 S e r i B.5 SEKRETARIS WILAYAH/DAERAH TINGKAT II S U M E D A N G,
Drs. H. DIMYATI SYAFRUDIN. Pembina Tk.I NIP. 010 055 105