BAB IV ANALISA KUALITAS LAYANAN VOIP

dokumen-dokumen yang mirip
Simulasi Pengukuran Quality Of Service Pada Integrasi Internet Protocol Dan Asynchronous Transfer Mode Dengan Multiprotocol Label Switching (MPLS)

BAB II LANDASAN TEORI

Bab 2. Tinjauan Pustaka

KUALITAS LAYANAN. Budhi Irawan, S.Si, M.T

STUDI PENGENDALIAN KUALITAS LAYANAN VOIP MENGGUNAKAN METODE ANTRIAN

ANALISA PERFORMANSI APLIKASI VIDEO CONFERENCE PADA JARINGAN MULTI PROTOCOL LABEL SWITCHING [MPLS] ANITA SUSANTI

Unjuk Kerja QoS (Quality of Services) Jaringan Voice over Internet Protocol Berbasis SIP yang Diimplementasikan pada Jaringan Ethernet Gedung FEB-UKSW

M.Iskandarsyah H

~ By : Aprilia Sulistyohati, S.Kom ~

TEKNOLOGI MULTI PROTOCOL LABEL SWITCHING (MPLS) UNTUK MENINGKATKAN PERFORMA JARINGAN

DAFTAR ISTILAH. : perkumpulan dari ethernet service switch yang. Ethernet. interface yang berupa ethernet.

Jaringan Komputer I. Materi 9 Protokol WAN

ANALISIS PENGARUH PERUBAHAN CODEC TERHADAP QUALITY OF SERVICE VOIP PADA JARINGAN UMTS

A I S Y A T U L K A R I M A

Quality of Service. Sistem Telekomunikasi Prodi S1 Informatika ST3 Telkom Purwokerto

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Semua bidang usaha di dunia ini menerapkan teknologi informasi dalam

BAB 4 PERANCANGAN. 4.1 Perancangan dan Analisa Skenario

TUGAS BESAR KINERJA TELEKOMUNIKASI NEXT GENERATION NETWORK PERFORMANCE (NGN) QoS ( Quality Of Service ) Dosen Pengampu : Imam MPB, S.T.,M.T.

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK. Aplikasi dan layanan yang menggunakan jaringan komputer terus

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Perbandingan Kinerja Speech Codec G.711 dan GSM pada Implementasi Softswitch dengan Protokol SIP

Performance Analysis of VoIP-SIP using RSVP on a Proxy Server

BAB II TEORI DASAR. Resource Reservation Protocol (RSVP) merupakan protokol pada layer

BAB 4 ANALISA DATA. Gambar 4.1 Tampilan pada Wireshark ketika user melakukan register. 34 Universitas Indonesia

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III TOPOLOGI JARINGAN FRAME RELAY DAN VPN IP PT. TELKOM INDONESIA

BAB II WIDE AREA NETWORK

ANALISA APLIKASI VOIP PADA JARINGAN BERBASIS MPLS

TUGAS AKHIR PERHITUNGAN DAN ANALISA. BANDWIDTH VoIP O L E H WISAN JAYA

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

diperoleh gambaran yang lebih baik tentang apa yang terjadi di jaringan dan dapat segera diketahui penyebab suatu permasalahan.

Analisis dan Perancangan Quality of Service Pada Jaringan Voice Over Internet Protocol Berbasis Session Initiation Protocol

Voice over Internet Protocol Kuliah 6. Disusun oleh : Bambang Sugiarto

ANALISIS QUALITY OF SERVICE (QoS) PADA SIMULASI JARINGAN MULTIPROTOCOL LABEL SWITCHING VIRTUAL PRIVATE NETWORK (MPLS VPN)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

PENGUKURAN QoS (Quality of Service) pada STREAMING SERVER

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

MODUL 10 Multi Protocol Label Switching (MPLS)

DASAR TEKNIK TELEKOMUNIKASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

MODUL 10 Multi Protocol Label Switching (MPLS)

Overview. Tujuan. Pengantar. Pengantar 12/10/2016. Pertemuan ke 10

BAB II LANDASAN TEORI

7.1 Karakterisasi Trafik IP

VoIP. Merupakan singkatan dari Voice over Internet Protocol.

5. QoS (Quality of Service)

WAN. Karakteristik dari WAN: 1. Terhubung ke peralatan yang tersebar ke area geografik yang luas

BAB II DASAR TEORI. Jaringan Asynchronous Transfer Mode (ATM) merupakan jaringan

BAB IV IMPLEMETASI DAN ANALISIS QOS

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

Analisis Perbandingan Performansi Server VoIP. berbasis Parallel Processing

VoIP. Merupakan singkatan dari Voice over Internet Protocol.

Analisis Pengaruh RSVP Untuk Layanan VoIP Berbasis SIP

Bab I PENDAHULUAN. Voice over Internet Protocol (VoIP) adalah teknologi yang mampu

INTEGRASI JARINGAN TELEPON ANALOG DENGAN JARINGAN KOMPUTER DI POLITEKNIK NEGERI BATAM. oleh: Prasaja Wikanta

BAB 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu

TRAFFIC MANAGEMENT (Quality of Service & Congestion Control) Definisi Traffic Management

Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Udayana Abstrak

Ridwansyah, ST MT. Jurusan Pendidikan Teknik Elektronika Fakultas Teknik UNM

dalam bentuk analog. Munculnya digital IC (Integrated Circuit) dan membutuhkan. Pengguna atau user memerlukan player, yaitu aplikasi khusus

6/26/2010. Rancang bangun sistem. Pengukuran. Sintesis dan Penarikan kesimpulan. Oleh : Hafid Amrulloh ( )

BAB III SIRKIT SEWA DIGITAL DAN FRAME RELAY

PERANCANGAN NGN BERBASIS OPEN IMS CORE PADA JARINGAN MPLS VPN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Sebelumnya

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

IMPLEMENTASI QOS INTEGRATED SERVICE PADA JARINGAN MPLS GUNA PENINGKATAN KUALITAS JARINGAN PADA PENGIRIMAN PAKET VIDEO TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. teknologi internet, user komputer mulai menggunakan surat elektronik atau

Bab III ANALISIS DAN PERANCANGAN. Bab ini akan menguraikan proses analisis pembangunan VOIP sistem dan

2. Pentingnya QoS Ada beberapa alasan mengapa kita memerlukan QoS, yaitu:

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS DAN IMPLEMENTASI QoS DENGAN KOMBINASI MPLS-INTSERV DAN MPLS-DIFFSERV DI IP MULTIMEDIA SUBSYSTEM

2

MPLS. Sukamto Slamet Hidayat

PROGRAM STUDI S1 SISTEM KOMPUTER UNIVERSITAS DIPONEGORO. Sistem Multimedia. Oky Dwi Nurhayati, ST, MT

Bab II LANDASAN TEORI

MODUL 9 MPLS (MULTI PROTOCOL LABEL SWITCHING)

INTEGRASI JARINGAN TELEPON ANALOG DENGAN JARINGAN KOMPUTER DI POLITEKNIK NEGERI BATAM. oleh: Prasaja Wikanta

PENGARUH KETERSEDIAAN BANDWIDTH. TERHADAP UNJUK KERJA VOIP (Voice Over Internet Protocol)

ANALISA UNJUK KERJA APLIKASI VOIP PADA JARINGAN IPv6 BERBASIS MPLS

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang I 1

BAB 2 LANDASAN TEORI. Manfaat yang didapat dari jaringan komputer ialah : jaringan untuk saling berbagi sumber daya. informasi yang penting lainnya.

BAB IV ANALISIS PERFORMANSI GPON

RANCANG BANGUN DAN ANALISA QOS AUDIO DAN VIDEO STREAMING PADA JARINGAN MPLS VPN

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. topologi yang akan dibuat berdasarkan skematik gambar 3.1 berikut:

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia sehingga dapat berkomunikasi dan bertukar informasi.

Membedakan Bandwidth, Speed dan Throughput 12 OKTOBER 2011

Jaringan Telekomunikasi dan Informasi FEG2E3

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi yang bersifat convergence dengan teknologi komunikasi lainnya. Salah

BAB III ANALISIS METODE DAN PERANCANGAN KASUS UJI

MODUL 11 QoS pada MPLS Network

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Soal Ujian Tengah Semester Mata Kuliah Jaringan Komputer

Soal Ujian Tengah Semester Mata Kuliah Jaringan Komputer

BAB 4. Setelah melakukan perancangan topologi untuk merancang sistem simulasi pada

BAB IV IMPLEMENTASI METRO ETHERNET NETWORK

Quality of Service. Network Layer. IP Networking. IP Header. Susmini Indriani Lestariningati, M.T

Kajian Manajemen Antrian pada Jaringan Multiprotocol Label Switching

BAB IV HASIL DAN ANALISA

ATM (ASYNCHRONOUS TRANSFER MODE)

Transkripsi:

BAB IV ANALISA KUALITAS LAYANAN VOIP 4.1 Teknik Kompresi Suara Pada Jaringan IP Kualitas suara aplikasi VoIP pada jaringan MPLS diharapkan mampu setara dengan kualitas suara pada jaringan telepon biasa atau PSTN. Hal yang penting agar tercapai kualitas yang diharapkan, maka pada perangkat yang digunakan untuk VoIP harus mampu melakukan teknik kompresi suara. Teknik ini dilakukan pada voice coding. Untuk standar kompresi ini, ITU-T telah merekomendasikan beberapa standar implementasi VoIP. Gambaran singkat mengenai fungsi kompresi, sebuah kanal video yang baik tanpa dikompresi akan mengambil bandwidth sekitar 9 Mbps. Sebuah kanal suara (audio) yang baik tanpa dikompresi akan mengambil bandwidth 64 Kbps. Dengan adanya teknik kompresi, kita dapat menghemat sebuah kanal video menjadi sekitar 30 Kbps dan kanal suara menjadi 6 kbps (half duplex), artinya sebuah saluran internet yang tidak terlalu cepat sebetulnya dapat digunakan untuk menyalurkan video dan audio sekaligus. Tentunya untuk kebutuhan konferensi dua arah (full duplex) diperlukan double bandwidth, artinya minimal sekali harus menggunakan kanal 64 kbps ke internet. Dengan begitu pengiriman suara atau audio akan memakan bandwidth jauh lebih sedikit dibanding pengiriman gambar atau video. G.711 adalah suatu standar internasional untuk kompresi audio dengan menggunakan teknik PCM (Pulse Code Modulation) dalam pengiriman suara. Standar PCM ini sudah banyak digunakan oleh operator PT Telekomunikasi Indonesia sebagai penyedia jaringan telepon terbesar di Indonesia. PCM mengkonversikan sinyal analog ke bentuk digital dengan melakukan sampling sinyal analog tersebut 8000 kali per detik dan dikodekan dalam kode angka. Jarak antar sample adalah 125 µdetik. Sinyal analog pada percakapan diasumsikan bekerja pada frekuensi 300 Hz 3400 Hz. Sinyal tersampel lalu 45

dikonversikan ke bentuk diskrit. Sinyal diskrit ini direpresentasikan dengan kode yang disesuaikan dengan amplitudo sinyal sampel. Format PCM menggunakan 8 bit untuk pengkodeannya. Laju transmisi diperoleh dengan mengalikan 8000 sampel per detik dengan 8 bit per sampel, menghasilkan 64000 bit per detik. Bit rate 64 kbps ini merupakan standar transmisi untuk satu kanal telepon digital. Percakapan sinyal analog yang melalui jaringan PSTN mengalami kompresi dan pengkodean menjadi sinyal digital oleh PCM G.711 sebelum memasuki VoIP gateway. Pada bagian terminal VoIP gateway terdapat audio codec yang melakukan proses framing (pembentukan frame datagram IP yang dikompresi) dari sinyal suara terdigitasi (hasil PCM G.711) dan juga melakukan rekonstruksi pada sisi receiver. Frame frame yang merupakan paket paket informasi ini lalu ditransmisikan melalui jaringan IP dengan suatu standar komunikasi jaringan packet based. Standar G.711 merupakan teknik kompresi suara yang tidak efisien, karena akan memakan bandwidth 64 kbps untuk kanal pembicaraan. Agar bandwidth yang digunakan tidak besar dan tidak mengesampingkan kualitas suara, maka solusi yang digunakan untuk pengkompresi digunakan standar G.723.1. Pengkode sinyal suara G.723.1 adalah jenis pengkode suara yang direkomendasikan untuk terminal multimedia dengan bit rate rendah. G.723.1 memiliki dual rate speech coder yang dapat dipilih pada batas 5.3 kbps dan 6.3 kbps. Dengan memiliki dual rate speech coder ini, maka G.723.1 memiliki fleksibilitas dalam beradaptasi terhadap informasi yang dikandung oleh sinyal suara. G.723.1 dilengkapi dengan fasilitas untuk lebih memperbaiki kualitas sinyal suara hasil sintesis. Pada bagian encoder G.723.1 dilengkapi dengan formant perceptual weighting filter dan harmonic noise shaping filter, sementara pada bagian decoder G.723.1 memiliki pitch postfilter dan formant postfilter sehingga sinyal suara hasil rekonstruksi menjadi sangat mirip dengan aslinya. Sinyal eksitasi untuk bit rate rendah dikodekan dengan ACELP (Algebraic Code Excited Linier Prediction), sedangkan untuk rate yang tinggi dikodekan dengan menggunakan MP-MLQ (Multipulse Maximum Likelihood Quantization). Rate 46

yang lebih tinggi menghasilkan kualitas yang lebih baik. Masukan bagi G.723.1 adalah sinyal suara digital yang disampling dengan frekuensi sampling 8000 Hz dan dikuantisasi dengan PCM 16 bit. Delay algoritmik dari G.723.1 adalah 37,5 msec (panjang frame ditambah lookahead), delay pemrosesannya sangat ditentukan oleh prosesor yang mengerjakan perhitungan perhitungan pada algoritma G.723.1. Dengan menggunakan DSP prosesor maka delay pemrosesan dapat diperkecil. Selain itu kompresi data suara yang direkomendasikan ITU-T adalah G.726. merupakan teknik pengkodean suara ADPCM dengan hasil pengkodean 40,32,24 dan 16 kbps. Biasanya juga digunakan pada pengiriman paket data pada telepon publik maupun peralatan PBX yang mendukung ADPCM. 4.2 Perhitungan Besar Datagram IP Untuk menghitung kebutuhan bandwidth minimum untuk transmisi paket paket data VoIP pada jaringan yang berbasis IP. Pada perhitungan kali ini yang digunakan untuk teknik kompresi adalah dengan G.723.1. Ada dua mode bita rate yang digunakan dalam teknik kompresi ini yaitu 5,3 kbps dan 6,3 kbps. Bit rate tersebut merupakan angka keluaran dari coder dan belum termasuk overhead transport seperti header RTP/UDP/IP adalah sebesar 40 byte. Durasi sampling pada teknik kompresi G.723.1 adalah 30 ms. Berdasarkan referensi, bit rate keluaran G.723.1 dapat dihitung sesuai pada table 4.1 dibawah ini. Tabel 4.1 Perhitungan G.723.1 Compression Method BIT RATE (KBPS) SAMPLE Size (ms) MOS G.711 PCM 64 64 0.125 4.1 G.726 ADPCM 32 0.125 3.85 G.728 LD-CELP 15 0.625 3.61 G.729 CS-ACELP 8 10 3.92 47

G.729a CSACELP 8 10 3.7 G.723.1 MP-MLQ 6.3 30 3.9 Sedangkan pada pemilihan bit rate dengan 5,3 kbps, besar payload data adalah 5300 bit x 0,03 detik = 159 bit, atau setara dengan 19,875 byte. Untuk mempermudah perhitungan maka dibulatkan menjadi 20 byte. Dalam setiap paket pada jaringan IP membawa 4 frame data payload. Jadi besar total data payload dalam satu paket IP adalah sebesar 80 byte. Perhitungan besar payload data dengan menggunakan bit rate 6,3 kbps dan durasi sampling yang digunakan 30 ms. Maka besar payload data didapatkan 6300 bit x 0,03 detik = 189 bit, atau setara dengan 23,625 byte. Untuk mempermudah perhitungan maka dibulatkan menjadi 24 byte. Karena dalam satu paket pada jaringan IP terdapat 4 frame data payload, maka besar total payload data pada satu paket IP sebesar 96 byte. Pada suatu datagram IP terdapat header overhead (IPv4+UDP+IP) sebesar 40 byte. Berdasarkan model frame sesuai rekomendasi IEEE 802.3 sebelum datagram IP ditransmisikan melalui physical layer (layer pertama) akan dienkapsulasi pada ethernet dan ditambahkan header sejumlah 26 byte. Sehingga total overhead header dalam setiap datagram yang telah dikodekan dan dienkapsulasi adalah sebesar 66 byte. Sehingga dapat dihitung besar sebuah paket IP yang berisi data suara yang telah dikodekan dengan teknik kompresi G.723.1 dengan menggunakan bit rate 5,3 kbps adalah sebesar 146 byte. Dan untuk teknik kompresi G.723.1 dengan menggunakan bit rate 6,3 kbps adalah sebesar 162 byte. 4.3 Analisa QoS Pada Backbone Sebagai jaringan yang didesain sejak awal sebagai jaringan komunikasi data dengan berbasis IP. Jaringan IP ini mempunyai karakteristik yang berbeda dibandingkan dengan jaringan telepon biasa atau PSTN. Semua data data yang 48

mengalir pada jaringan IP tersebut saling memperebutkan jalur dari kapasitas bandwidth yang ada. Kecepatan sampainya data juga sangat tergantung pada besar dan banyaknya paket data yang berebut bandwidth pada saat yang sama. Semua paket data diperlakukan dengan perlakuan yang sama. Kondisi jaringan yang seperti ini tentulah sangat berbeda dengan jaringan telepon atau PSTN. Dimana masing masing kanal pembicaraan secara dedicated atau diberi satu kanal pembicaraan telepon, sehingga tidak ada perebutan bandwidth yang tersedia. Dengan demikian kualitas sinyal suara pada jaringan telepon terjaga. Agar pada jaringan IP dapat sukses melewatkan paket data yang berupa suara, maka jaringan ini harus dimodifikasi sedemikian rupa sehingga mampu memberikan kualitas yang setara dengan jaringan telepon biasa, diperlukan adanya QoS sesuai permintaan aplikasi VoIP ini. QoS pada jaringan IP ini harus disampaikan secara real time dengan mempunyai tujuan agar bandwidth tercukupi, delay yang sesuai spesifikasi dan jitter yang ada tidak melebihi dari nilai batas toleransi. Yang pertama kali harus dilakukan agar jaringan IP memiliki QoS ialah dengan memberi pengalokasian bandwidth pada jaringan IP ini. Dengan pengalokasian bandwidth ini, setiap aliran atau flow paket data yang berisi suara mendapatkan jatah bandwidth yang tetap dan tidak perlu berebut dengan trafik paket data lainnya. Teknik alokasi bandwidth ini dilakukan dengan teknik teknik seperti : RED (Random Early Detection), WRED (Weight Random Early Detection) dan WFQ (Weight Fair Queuing). Konsep pengukuran QoS dalam jaringan MPLS adalah dengan pengukuran berbasis pada komponen rute, dalam hal ini LSP yang dilewati oleh paket tersebut sehingga trafik paket tersebut dalam jaringan MPLS dapat ditentukan. Pengukuran QoS dalam jaringan MPLS akan sangat sulit apabila data jaringan MPLS tidak diketahui. Hal ini dikarenakan jaringan akses dalam jaringan MPLS merupakan jaringan IP dengan sistem connectionless, sedang QoS merupakan bagian dari sistem connection oriented. Pengukuran QoS dalam jaringan MPLS dilakukan dengan cara menjaga agar setiap paket yang dikirim dalam jaringan 49

selalu berada dalam jalur rute atau LSP nya. Untuk itu router dalam MPLS selalu dilengkapi dengan sistem agar bisa memonitor trafik dari setiap paket. Sistem monitoring dalam router MPLS berupa feature yang disediakan oleh Cisco IOS berupa IP precedence, CAR, WRED, ataupun WFQ. Proses pengukuran yang terjadi dalam Edge Label Switching Router, dimulai dengan paket masuk yang diklasifikasikan dengan Commited Access Rate (CAR). Kemudian paket dideteksi kongestinya dengan WRED, jika melebihi batas WRED maka paket akan dibuang. Lalu dilakukan perhitungan parameter QoS dengan menggunakan WFQ. Dan terakhir diteruskan ke LSR. Beberapa parameter QoS yang dapat diukur dalam jaringan MPLS adalah bandwidth, service rate, dan waktu delay. Pengukuran parameter QoS tersebut dapat ditentukan sebelum sebuah paket dikirim dalam jaringan MPLS. Pengukuran ketiga komponen QoS MPLS bertujuan agar sebuah service provider itu bisa mendistribusikan kemampuan yang dimiliki oleh jaringannya dengan jumlah rute yang ingin dibangunnya. Dalam jaringan MPLS penentuan besarnya bandwidth untuk setiap rute bagi sebuah paket sangat diperlukan. Hal ini dikarenakan dalam MPLS setiap jaringan akses harus memiliki akses bandwidth yang pasti untuk setiap trafik yang akan dijalankannya. Dalam MPLS akses bandwidth ini akan ditentukan oleh feature CAR yang akan menandai setiap paket yang datang ke jaringan MPLS dengan label yang disesuaikan dengan feature IP precedence yang akan menentukan prioritas paket tersebut dikirimkan ke dalam jaringan. Hal ini akan sangat berhubungan dengan alokasi bandwidth bagi setiap rute MPLS atau LSP. Jika sebuah LSP mempunyai bandwidth yang kecil, maka LSP akan memiliki prioritas pertama untuk mengirimkan paket yang ada dalam LSP nya, disesuaikan dengan nilai IP precedencenya. Pengukuran bandwidth dalam setiap LSP MPLS akan sangat memperhatikan besarnya bandwidth yang ada dalam jaringan akses yang mengirimkan sebuah paket, dengan jaringan akses yang menerima paket tersebut. Pengukuran bandwidth dilakukan dalam edge LSR di mana paket tersebut masuk 50

ke dalam jaringan.untuk mengukur bandwidth proporsional dalam jaringan MPLS, harus diketahui dahulu bandwidth jaringan akses yang merupakan sumber dari paket yang akan dikirimkan dalam jaringan MPLS dan dimasukkan sebagai bandwidth ingress edge LSR, dan harus diketahui pula bandwidth jaringan akses yang merupakan tujuan dari paket tersebut setelah dilewatkan dalam jaringan MPLS sebagai sebuah bandwidth egress edge LSR. Service rate merupakan rate atau kecepatan pengiriman paket yang masuk ke dalam jaringan. Service rate juga diukur dalam edge LSR sebuah LSP jaringan MPLS dan dipergunakan untuk mengetahui berapa kecepatan pengiriman paket dalam sebuah LSP jaringan MPLS. Tujuan pengukuran service rate ialah untuk mendukung feature WRED sehingga apabila terjadi congestion dalam jaringan MPLS service rate dapat diturunkan, sampai semua paket yang dikirimkan sampai di alamat tujuannya. Proses pengukuran service rate memperhatikan nilai feature IP precedencenya, untuk mengetahui besarnya weighted atau beban paket yang dikirimkan dalam sebuah LSP berdasar nilai IP precedence yang dimiliki oleh setiap paket yang dikirimkan. Besarnya nilai IP precedence sesuai dengan nilai feature IP precedence yang telah ditetapkan dengan standar IEEE 8021. Waktu delay merupakan waktu yang diperlukan oleh sebuah paket yang ditransmisikan melalui jaringan MPLS dari sebuah ingress edge LSR ke egress edge LSR. Waktu delay merupakan bagian dari feature WFQ untuk menentukan waktu pengiriman paket dalam sebuah LSP. Dengan adanya waktu delay maka sebuah paket yang masuk ke dalam sebuah LSP dapat diperkirakan waktu tiba di tujuannya. Pengukuran waktu delay sangat diperlukan agar service provider dapat mengatur pengiriman paket disesuaikan dengan delay paket tersebut untuk sampai ke alamat tujuannya, sehingga paket yang dikirimkan dapat disesuaikan dengan kemampuan service rate yang dimiliki setiap LSP jaringan MPLS. Untuk mengukur waktu delay pengiriman sebuah paket, besarnya nilai IP precedence paket yang dikirimkan sangat diperlukan. Karena dengan mengetahui nilai IP precedence akan diketahui pula nilai minimum discard threshold paket yang dikirimkan tersebut. 51

Pengukuran wakty delay pengiriman paket dalam sebuah LSP sangat ditentukan oleh nilai minimum discard threshold paket dan maksimum discard threshold serta service rate LSP itu sendiri. Nilai minimum discard threshold paket ditentukan oleh nilai IP precedence setiap paket yang dikirimkan disesuaikan dengan standar WRED yang digunakan. Dengan mengetahui besarnya bandwidth,service rate, dan waktu delay pengiriman paket dalam LSP maka kemampuan QoS jaringan MPLS dalam mengirimkan suatu paket dapat dianalisa sehingga proses pengiriman paket dapat diperkirakan terlebih dahulu. Pengukuran parameter QoS dalam jaringan MPLS diperlukan sehingga paket yang dikirimkan dalam setiap LSP dapat ditentukan disesuaikan dengan besarnya nilai bandwidth dan service rate setiap LSP yang sangat menentukan waktu delay pengiriman sebuah paket dalam LSP. 4.3.1 Best Effort Backbone Teknik yang paling sederhana pada backbone untuk mencapai tujuan QoS adalah dengan sistem best effort backbone. Tipe dari backbone ini adalah dengan menawarkan tidak adanya perbedaan trafik. Semua trafik akan menerima SLA (Service Level Agreement), dan nantinya akan dicek apakah perlu SLA atau tidak. Pada sistem ini harus dipastikan bahwa kapasitas dari bandwidth yang tersedia adalah dua kali lipat dari rata rata beban trafik data. Sehingga maksimum rata rata utilisasi adalah 50 %. Pada interface dari perangkat yang digunakan untuk link komunikasi tidak mempunyai tugas untuk memberikan keputusan untuk urutan waktu dari paket paket data pada saat terjadi congestion (kondisi sibuk). Akan tetapi haruslah dibuat suatu aturan yang digunakan untuk memanage antrian dari ukuran paket. Teknik yang direkomendasikan adalah dengan WRED karena yang mempunyai session TCP. TCP mempunyai peranan yang besar pada beban trafik suatu link backbone, dan WRED (sebagai suatu mekanisme AQM) harus memberikan performa yang terbaik untuk session TCP dan pada jaringan. Sebagai dasar untuk penerapan WRED bisa dengan 52

menggunakan DBP (Delay- Bandwidth Product). DBP ini merupakan persamaan dari RTT (Round-Trip Time) pada suatu bandwidth komunikasi. Parameter inilah yang memberikan arti jumlah bytes yang bisa dikirimkan oleh pengirim sebelum menerima feedback dari penerima. Maksimum WRED mempunyai threshold tidak melebihi dari DBP. 4.3.2 Best Effort Backbone Dengan MPLS TE Untuk lebih meningkatkan performa dari backbone maka digunakan dengan pengembangan MPLS TE yang berfungsi untuk mengontrol utilisasi link yang berlebih dan untuk mencapai bandwidth yang optimal. MPLS TE memberikan admission control, mampu untuk mengatur seberapa besar beban trafik yang bisa dilalui pada suatu link backbone. Pada gambar 4.1 ditunjukkan, untuk mencapai level target utilisasi dari suatu link dengan pengontrolan beban trafik yang menggunakan MPLS TE. Sehingga MPLS TE ini mampu untuk membentuk routing yang bersifat constraintbased pada ketersediaan bandwidth yang ada. Routing ini diperuntukkan untuk mengijinkan trafik yang mempunyai keuntungan pemakaian link backbone dan untuk mencegah adanya backbone tersebut. Penggunaan MPLS TE ini masih memerlukan kontrol melalui bagaimana trafik masuk ke backbone. Jaringan memerlukan untuk memakai TE LSP untuk meneruskan semua trafik dengan berfungsinya mekanisme dari admission control untuk mengatur beban trafik. 4.3.3 DiffServ Backbone Untuk lebih meningkatkan kualitas dari masing masing aplikasi pada jaringan IP maka dipergunakan Diffserv yang mampu membedakan trafik pada backbone. Pada gambar 4.1 ditunjukkan untuk membentuk perencanaan kapasitas per kelas dan membedakan beberapa target utilisasi untuk masing masing kelas sesuai dengan performansi yang diperlukan. Keuntungan dari pengembangan DiffServ ini adalah untuk meningkatkan 53

prosentase kualitas dari trafik yang memerlukan SLA yang tinggi dengan berkurangnya bandwidth backbone. DiffServ juga sebagai suatu cara untuk membentuk multiple virtual network dengan mempunyai perencanaan kapasitas yang tersendiri. Perlu didefinisikan atau dinyatakan perbedaan kelas masing masing untuk membedakan paket paket data yang melalui satu backbone. Sehingga paket paket pada jaringan MPLS akan dikirimkan sesuai dengan prioritas masing masing sesuai dengan classifier. Gambar 4.1 Pembagian kapasitas per kelas 4.4 Analisa Perhitungan Delay Pada Jaringan MPLS Untuk Aplikasi VoIP Besarnya delay maksimum yang direkomendasikan oleh ITU-T untuk aplikasi suara adalah 150 ms, sedangkan delay maksimum dengan kualitas suara yang masih dapat diterima oleh pengguna adalah 250 ms. Delay dari kualitas suara sangat tergantung dari delay dari koneksi antar node pada jaringan MPLS. Perhitungan delay ini meliputi : delay serialization, delay processing dan delay propagasi. Selain dari ketiga komponen tersebut, apabila dalam jaringan terjadi kondisi congestion maka akan ada pengaruh waktu delay antrian. Penggunaan RSVP pada router jaringan MPLS, RSVP memungkinkan end point memberi sinyal ke jaringan dengan QoS yang dibutuhkan untuk aplikasi tertentu, misalnya 54

dalam hal ini aplikasi voice. Penggunaan RSVP ini berarti administrator jaringan tidak perlu menekankan perhatian pada nomor nomor port dari paket IP karena RSVP memberi sinyal informasi tersebut selama request, RSVP meminta sejumlah bandwidth tertentu dan latency sepanjang hop jaringan MPLS. Pada jaringan MPLS yang digunakan antara node Semanggi Jakarta ke node Kebalen Surabaya terdapat tiga router PE di dalam LSP. Bandwidth yang digunakan dalam Wide Area Network (WAN) antar PE adalah 256 kbps. Teknik kompresi untuk pengkodean VoIP yang digunakan dalam jaringan MPLS tersebut adalah dengan teknik G.723.1 ACELP. Dengan menggunakan teknik speech coding ini maka bandwidth yang digunakan untuk aplikasi VoIP hanyalah 5,3 kbps untuk satu koneksi atau sambungan suara. Dengan menggunakan bandwidth antar node (bandwidth trunk) 256 kbps, maka sangatlah perlu mengaktifkan WFQ dan mengkonfigurasi IP RTP priority, serta memberikan prioritas antrian yang ketat (strict priority) untuk jaringan jaringan VoIP. Pada saat penggunaan bandwidth trunk yang congestion (mendekati pemakaian 256 kbps) maka apabila ada suatu paket untuk voice datang, maka secara otomatis paket voice tersebut diberikan prioritas utama sedangkan untuk trafik data prioritasnya diturunkan. Pada saat penggunaan trafik data berkisar 90 % atau penggunaan data 230,4 kbps, maka sisanya (25.6 kbps) dapat digunakan lebih dari satu kanal suara jika menggunakan speech coding G.723.1 ACELP. Dari segi bandwidth penggunaan coding ini tentulah sangat menguntungkan karena voice yang bisa dilayani dalam jaringan MPLS dengan MOS 3,65 bisa dilayani lebih banyak kanal sambungan suara. Dengan teknik pengaturan bandwidth ini, maka diharapkan tidak ada lagi paket yang loss pada proses transmisi. Selain bandwidth, masalah delay juga sangat berpengaruh terhadap kualitas suara voice. Kata kata yang diucapkan oleh seseorang memiliki sebuah arti. Arti tersebut dapat terdistorsi apabila terdapat delay yang cukup besar pada saat transmisi. Oleh karenanya jaringan transmisi yang dibuat harus mampu menyampaikan suara yang diucapkan pada saat dilakukan percakapan secara 55

reliable, sinkron, dan sesuai dengan arti kata sebenarnya. Agar jaringan IP ini dapat dipergunakan untuk menangani paket suara, baik delay maupun variasinya harus dapat dikontrol dan ditekan serendah mungkin. Delay yang terjadi saat melakukan pembicaraan dari Jakarta ke Surabaya dapat dianalisa dengan perhitungan sebagai berikut : - Delay algorithmic, merupakan delay yang terjadi karena frame suara harus dikumpulkan terlebih dahulu sebelum diproses oleh voice coder. Lama delay ini tergantung jenis voice coder dan waktu samplingnya. Dengan menggunakan voice coding G.723.1 ACELP maka delay processing adalah sebesar 30 ms (sesuai standar ITU-T). - Serialization delay, merupakan delay pada saat terjadinya proses peletakan bit ke dalam circuit, hal ini terjadi dalam interface komunikasi data. Perhitungan ini dipengaruhi oleh kecepatan bit pada serial (misalnya seperti contoh 256 kbps), dan juga frame size yang digunakan. Frame size yang digunakan pada serial yang digunakan adalah 512 byte. Serialization delay = ( 512 byte 8bit) 256kbps = 16 ms. - Propagation delay, merupakan waktu propagasi yang dibutuhkan pada saat pengiriman data ketika melewati suatu link sampai ke penerima. PD = Jarak _ Antar _ Router _( km) Kecepa tan_ Cahaya _( km / s) Dengan besarnya kecepatan cahaya 3 x 10 8 m/s = 3 x 10 5 km/s. Dari Jakarta sampai ke Surabaya komunikasi dengan menggunakan media fisik kabel fiber optic. Jarak yang ditempuh untuk penggelaran kabel fiber optic tersebut berkisar sekitar 950 km. Maka propagation delay untuk sistem transmisi adalah PD = 950km 300000 km/s Sehingga propagasi delay = 3,17 ms. 56

- Switching processing delay, merupakan delay akibat adanya proses yang dilakukan oleh MPLS switch (router PE). Besar delay biasanya berkisar sekitar 5 µs. - Queuing delay, yaitu delay yang terjadi akibat antrian data untuk diproses atau dilayani di dalam router (Cisco Router). Berikut tabel queuing delay dari Cisco router. Tabel 4.2 Queuing delay Cisco router Frame Size (bytes) Line Speed (Kbps) 64 128 256 384 512 768 1024 1544 2048 38 2.38 1.19 0.60 0.40 0.30 0.20 0.15 0.10 0.08 48 3.00 1.50 0.75 0.50 0.38 0.25 0.19 0.13 0.10 64 4.00 2.00 1.00 0.67 0.50 0.34 0.25 0.17 0.13 128 8.00 4.00 2.00 1.34 1.00 0.67 0.50 0.33 0.25 256 16.00 8.00 4.00 2.67 2.00 1.34 1.00 0.67 0.50 512 32.00 16.00 8.00 5.34 4.00 2.67 2.00 1.33 1.00 1024 64.00 32.00 16.00 10.67 8.00 5.34 4.00 2.66 2.00 1500 93.75 46.88 23.44 15.63 11.72 7.82 5.86 3.89 2.93 2048 128.0 64.00 32.00 21.34 16.00 10.67 8.00 5.31 4.00 Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa dengan frame size 512 bytes dan line speed (kecepatan data) 256 kbps, maka queuing delay dari system ini sebesar 8 ms. Dengan perincian dari jenis jenis delay yang terjadi, maka delay pada jaringan MPLS dan delay end to end dapat dihitung secara matematik. Delay yang dihasilkan pada paket sampai di PE Surabaya sebesar 65,185 ms, dan ini mendekati nilai average pada router sebesar 73,185 ms. Hal ini sudah termasuk dengan power processing pada sistem kompresi voice dengan teknik G.723.1 ACELP. Switching MPLS (PE router) antara Jakarta sampai ke Surabaya melalui 3 router. Hasil delay end to end untuk sampai ke user (penerima telepon)sebesar 119,175 ms. Hasil ini dapat membuat kategori kualitas untuk penggunaan aplikasi suara atau voice pada jaringan yang berbasis IP termasuk 57

dalam kategori yang baik (sesuai dengan hasil pada tabel 2.1 tentang standar voice codec). Delay ini juga masih sesuai dengan standar yang direkomendasikan ITU-T untuk aplikasi suara adalah sebesar 150 ms. Dengan meminimalisai delay yang digunakan, juga perlu dilakukan eliminasi terhadap jitter atau variasi delay. Dengan menghasilkan delay dan jitter yang seminimal mungkin, sehingga akan menghasilkan QoS yang konsisten. 58