PROSES PEMBENTUKAN MEANDER SUNGAI DAN HUBUNGANNYA DENGAN ANGKUTAN SEDIMEN (Percobaan Laboratorium) (Dimuat pada Jurnal JTM, 2006)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

Studi Pengaruh Sudut Belokan Sungai Terhadap Volume Gerusan

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III LANDASAN TEORI

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

07. Bentangalam Fluvial

BAB I PENDAHULUAN. perubahan morfologi pada bentuk tampang aliran. Perubahan ini bisa terjadi

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Data Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. fakultas teknik Universitas Diponegoro Semarang. Penelitian yang dilakukan

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PEMASANGAN KRIB PADA SALURAN DI TIKUNGAN 120 ABSTRAK

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Analisis Gradasi Butiran sampel 1. Persentase Kumulatif (%) Jumlah Massa Tertahan No.

Kata kunci : model, numerik, 2 dimensi, genangan banjir, saluran

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Bagan Alir Rencana Penelitian

KAJIAN SEDIMENTASI PADA SUMBER AIR BAKU PDAM KOTA PONTIANAK

ANALISIS SEDIMENTASI DI MUARA SUNGAI PANASEN

BAB III LANDASAN TEORI. A. Gerusan Lokal

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II. Tinjauan Pustaka

Stadia Sungai. Daerah Aliran Sungai (DAS)

ANALISIS PERUBAHAN MEANDER SALURAN TANAH AKIBAT VARIASI DEBIT (UJI MODEL LABORATORIUM)

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Sungai

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

Suprapto Dibyosaputro Abstract

Pengukuran Debit. Persyaratan lokasi pengukuran debit dengan mempertimbangkan factor-faktor, sebagai berikut:

PENGARUH VARIASI LAPISAN DASAR SALURAN TERBUKA TERHADAP KECEPATAN ALIRAN ABSTRAK

BAB IV METODE PENELITIAN

ANALISIS BENTUK DASAR (BEDFORM) SALURAN TERBUKA AKIBAT VARIASI DEBIT DALAM KONDISI SEIMBANG (KAJIAN LABORATORIUM)

DEGRADASI-AGRADASI DASAR SUNGAI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH BENTUK PILAR TERHADAP PENGGERUSAN LOKAL DI SEKITAR PILAR JEMBATAN DENGAN MODEL DUA DIMENSI. Vinia Kaulika Karmaputeri

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS GERUSAN DI HILIR BENDUNG TIPE USBR-IV (UJI MODEL DI LABORATORIUM)

BED LOAD. 17-May-14. Transpor Sedimen

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

PENDEKATAN MORFOLOGI SUNGAI UNTUK ANALISIS LUAPAN LAHAR AKIBAT ERUPSI MERAPI TAHUN 2010 DI SUNGAI PUTIH, KABUPATEN MAGELANG

PERUBAHAN MORFOLOGI SUNGAI CODE AKIBAT ALIRAN LAHAR PASCA ERUPSI GUNUNGAPI MERAPI TAHUN Dian Eva Solikha

BAB I PENDAHULUAN. terbentuk secara alami yang mempunyai fungsi sebagai saluran. Air yang

STUDI NUMERIK PERUBAHAN ELEVASI DAN TIPE GRADASI MATERIAL DASAR SUNGAI

BAB X PEMBUATAN LENGKUNG ALIRAN DEBIT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KAJIAN MUATAN SEDIMEN TERSUSPENSI DI SUNGAI CODE DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. Rutsasongko Juniar Manuhana

ANALISIS PERSAMAAN TRANSPOR SEDIMEN TERHADAP FENOMENA PERUBAHAN MORFOLOGI SUNGAI PROGO TENGAH

APLIKASI METODE KONSEP REGIME PADA PERENCANAAN SUDETAN DI SUNGAI SARIO

MODEL BANGUNAN PENDUKUNG PINTU AIR PAK TANI BERBAHAN JENIS KAYU DAN BAN SEBAGAI PINTU IRIGASI

PENGARUH VEGETASI TERHADAP TAHANAN ALIRAN PADA SALURAN TERBUKA

BAB IV METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. II. DASAR TEORI Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

BAB 1 PENDAHULUAN. Proses pengangkutan dan pengendapan sedimen tidak hanya tergantung pada

MODEL ANALISIS ALIRAN PADA SALURAN TERBUKA DENGAN BENTUK PENAMPANG TRAPESIUM PENDAHULUAN

STUDI PERENCANAAN TEKNIS BANGUNAN PENANGKAP SEDIMEN PADA BENDUNG INGGE KABUATEN SARMI PAPUA ABSTRAK

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI

STUDI PERENCANAAN HIDRAULIK BENDUNG TIPE GERGAJI DENGAN UJI MODEL FISIK DUA DIMENSI ABSTRAK

PENGEMBANGAN KONSERVASI LAHAN TERHADAP EROSI PARIT/JURANG (GULLY EROSION) PADA SUB DAS LESTI DI KABUPATEN MALANG

PENGARUH POLA ALIRAN DAN PENGGERUSAN LOKAL DI SEKITAR PILAR JEMBATAN DENGAN MODEL DUA DIMENSI ABSTRAK

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH HUBUNGAN TATA GUNA LAHAN DENGAN DEBIT BANJIR PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI MALALAYANG

BAB IV OLAHAN DATA DAN PEMBAHASAN

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... ii LEMBAR ORISINALITAS... iii INTISARI... iv ABSTRACT... v KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL...

STUDI PERENCANAAN HIDRAULIK PEREDAM ENERGI TIPE USBR II DENGAN METODE UJI FISIK MODEL DUA DIMENSI

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. A. Bagan Alir Penelitian

LAMPIRAN 1 DISTRIBUSI UKURAN BUTIRAN

Laju Sedimentasi pada Tampungan Bendungan Tugu Trenggalek

Hasil dan Analisis. Simulasi Banjir Akibat Dam Break

1267, No Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 49, Tambahan Lem

BAB 4 PERENCANAAN ALTERNATIF SOLUSI

BAB III LANDASAN TEORI

Lengkung Aliran Debit (Discharge Rating Curve)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

NASKAH SEMINAR 1. ANALISIS MODEL MATEMATIK GERUSAN LOKAL PADA PILAR JEMBATAN DENGAN ALIRAN SUBKRITIK (Studi Kasus Pilar Kapsul dan Pilar Tajam)

BAB III METODOLOGI. 3.2 Pengumpulan Data Pengumpulan data meliputi data primer maupun data sekunder Pengumpulan Data Primer

NASKAH SEMINAR 1. ANALISIS MODEL FISIK TERHADAP GERUSAN LOKAL PADA PILAR JEMBATAN (Studi Kasus Pilar Kapsul dan Pilar Tajam Pada Aliran Subkritik)

PENGARUH DEBIT TERHADAP POLA GERUSAN DI SEKITAR ABUTMEN JEMBATAN (UJI LABORATORIUM DENGAN SKALA MODEL JEMBATAN MEGAWATI)

STUDI PENGARUH BANJIR LAHAR DINGIN TERHADAP PERUBAHAN KARAKTERISTIK MATERIAL DASAR SUNGAI

DAFTAR ISI Novie Rofiul Jamiah, 2013

Disampaikan pada Seminar Tugas Akhir 2. Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta NIM :

PENGARUH ARAH SAYAP PELIMPAH SAMPING DAN KEDALAMAN ALIRAN TERHADAP KOEFISIEN DEBIT

ANALISIS DISTRIBUSI KECEPATAN ALIRAN SUNGAI MUSI (RUAS SUNGAI : PULAU KEMARO SAMPAI DENGAN MUARA SUNGAI KOMERING)

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Tinjauan Umum. B. Maksud dan Tujuan

PENGARUH LAJU ALIRAN SUNGAI UTAMA DAN ANAK SUNGAI TERHADAP PROFIL SEDIMENTASI DI PERTEMUAN DUA SUNGAI MODEL SINUSOIDAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KAJIAN GENANGAN BANJIR SUNGAI MUKE DI KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR DAN UPAYA PENGENDALIANYA

STUDI ANALISIS PENGGERUSAN DI HILIR BENDUNG TIPE USBR III DENGAN MODEL FISIK DAN KEMIRINGAN DASAR SALURAN 2% ABSTRAK

Rahardyan Nugroho Adi BPTKPDAS

Jom FTEKNIK Volume 3 No.2 Oktober

Studi Laju Sedimentasi Akibat Dampak Reklamasi Di Teluk Lamong Gresik

PENYELIDIKAN OPERASI PINTU INTAKE EMBUNG SAMIRAN DENGAN UJI MODEL HIDROLIK. Dwi Kurniani *) Kirno **)

Alumni Program Studi Teknik SIpil Universitas Komputer Indonesia 2 Staf Pengajar Program Studi Teknik SIpil Universitas Komputer Indonesia

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Tinjauan Umum

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODA ANALISIS

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pencapaian penelitian secara optimal sangat ditentukan pada kadar pemahaman

Transkripsi:

PROSES PEMBENTUKAN MEANDER SUNGAI DAN HUBUNGANNYA DENGAN ANGKUTAN SEDIMEN (Percobaan Laboratorium) (Dimuat pada Jurnal JTM, 2006) Indratmo Soekarno Staf Dosen Departemen Teknik Sipil ITB Email:Indratmo@lapi.itb.ac.id, Tlp. 022-2502533 dan Dede Rohmat Jurusan Pendidikan Geografi, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung email: wiras_mja@yahoo.com, Tlp. 08156415481 Abstrak. Fokus studi ini adlah untuk memperoleh suatu rejim kondisi morfologi sungai tertentu, khususnya di daerah meander. Dengan terbentuknya meander, akan terjadi keseimbangan antara debit air dan hasil sedimen dalam suatu dimensi; luas, kedalaman, kemiringan dan radius kurva sungai tertentu. Studi ini juga mengkaji waktu pencapaian keseimbangan dan perkembangan distribusi aliran. Eksperimen telah dilakukan dengan menggunakan sedimen non kohesif Dx= 0.4 mm. Abstract. The focus of this study is to obtain a regime of condition of certain river morphology, especially at meander area. With formed its meander, will happened balance among discharge and result of sediment in certain river dimension are; wide, deepness, curve radius and gradient. This study also study time attainment of balance and stream distribution growth. Experiment have been conducted by using sediment is non cohesive Dx= 0.4 mm. 1. PENDAHULUAN Bumi adalah dinamis, dan material serta pembentukannya terus menerus diubah oleh berbagai gaya/energi, seperti gravitasi, panas, orogency and isostacy. Perubahan mempengaruhi aktivitas air yang mengalir di permukaan. Suatu sungai akan berkembang dengan sendirinya untuk mencapai kondisi keseimbangan (rejim). Pebentukan dimensi sungai pada suatu keseimbangan sangat dominan dipengaruhi oleh variabel aliran dan hasil sediment, serta ukuran dan distribusi bed load. Alur sungai dapat berbentuk lurus, berkelok-kelok atau perjalinan (braiding). Secara alamiah, kelokan sungai mempunyai kondisi dinamis. Dimensinya secara perlahan berubah tergantung atas input-output sungai. Lekukan sungai dan genangan (pool/riffle) terjadi secara berulang. Panjang gelombang dan amplitudo meander (kelokan), sebagaimana halnya dengan jarak (ruang) pool/riffle, berhubungan dengan lebar saluran. Pools (genangan) berhubungan dengan tekukan kelokan (meander). Garis tengah aliran (crossovers) bergerak ke arah sisi luar tebing, dan cenderung berpindah ke arah lateral -bawah (riffles). Penyebab pembentukan meander hingga saat ini masih membingungkan. Beberapa hipotesis utama yang berkembang antara lain: 1) Pembentukan meander dihasilkan oleh hidraulik aliran; 2) Pembentukan meander dihasilkan oleh kebutuhan kapasitas dan kemampuan membawa beban dari hulu; 3) Pembentukan meander diakibatkan oleh prinsip kerja yang paling kecil. Tampaknya suatu sungai mencoba untuk memelihara bentuk salurannya yang paling efisien untuk transportasi beban yang tersedia. Ketika ada suatu ketidakseimbangan masukan dan keluaran sedimen melalui suatu potongan sungai tertentu, saluran dengan sendirinya akan melakukan penyesuaian untuk menjaga keseimbangan. 1

2. PEMBUATAN SALURAN - DEBIT Banyak perhatian telah dicurahkan untuk hubungan debit (aliran) terhadap morfologi saluran. Para pemerhati umumnya sepakat bahwa aliran pembentuk saluran adalah frekuensi aliran yang tinggi muka airnya (water level) memenuhi seluruh penampang basah saluran (bankfull). Frekuensi debit tersebut terjadi pada interval 1,5 tahun. Beberapa hasil studi menunjukkan bahwa terjadi pelebaran saluran yang luar biasa sebagai hasil peningkatan debit dan perubahan frekwensi banjir bankfull pada daerah aliran sungai yang terkena urbanisasi. Paper ini dimaksudkan untuk mempresentasikan hasil studi laboratorium tentang proses pembentukan meander dan hubungannya dengan tranportasi sediment. 3. PERSIAPAN PERCOBAAN Percobaan telah dilaksanakan di Laboratorium Model Hidraulik, Departemen Teknik Sipil ITB, pada Ruang berukuran panjang 6,25 meter dan lebar 2,20 meter. Penampang melintang saluran adalah: lebar 0,20 meter dan kedalaman 0,10 meter (berbentuk segi empat) pada awal percobaan (lihat Gambar 1). Saluran dibuat dari pasir non-kohesif yang mempunyai diameter D 50 = 0.4 mm dan spesifik gravity (berat jeis butir) S 6 = 2.7. Untuk asupan sediment suatu wadah khusus dirancang untuk penelitian ini. Stilling Basin Gambar 1. Rencana saluran untuk studi pembentukan proses meander Discharge-meter 4. PELAKSANAAN PERCOBAAN Menggunakan pompa listrik, air dikirimkan dari pompa ke dalam stilling basin yang terletak di ujung atas saluran. Air dialirkan melalui dinding bagian hulu. Hal ini dimaksudkan untuk mengatur keseragaman aliran. Pada awal percobaan, kedalaman aliran ditetapkan pada 0.08 m. Kedalaman air ini dipertahankan hingga mencapai kondisi keseimbangan. Selama percobaan berlangsung, penampang melintang saluran mulai berubah, dinding saluran tererosi dan bentuk panampang melintang saluran berubah menjadi parabolic (lihat Gambar 5). Keluaran sedimen telah disesuaikan sedemikian rupa, sehingga asupan ke dan luaran dari saluran mempunyai jumlah yang kurang lebih sama. Penyesuaian untuk mencapai keseimbangan pengangkutan sedimen memerlukan waktu sekitar 13 jam. Setelah itu perubahan kecil masih terjadi karena ada perubahan kelurusan saluran. Pengamatan dilaksanakan selama 108 jam sampai tidak ada lagi perubahan pola saluran. 2

5. HASIL-HASIL 1. Aliran air yang kontinyu dicobakan sampai dimensi saluran stabil. Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai kondisi rejim sekitar 13 jam. Dengan kondisi ini terdapat keseimbangan antara inputs-outputs sedimen (Gambar 2. Kemajuan pola saluran ditunjukkan pada Gambar 3. Setelah 13 jam, tidak ada lagi perubahan signifikan pada pola saluran. 2. Hubungan antara debit air dan sedimen, dan pola saluran (kemiringan, lebar, kedalaman dan kecepatan) disajikan pada Gambar 4. Hal ini menunjukkan bahwa data eksperimen dan aplikasi konsep kebutuhan energi minimum yang dikembangkan oleh Chang (1987), tampaknya terdapat hubungan erat. 3. Potongan melintang berubah dengan waktu ditunjukkan oleh Gambar 5. Gambar 5 dengan jelas menunjukkan bahwa migrasi ke arah lateral sangat progresif. Gerusan terdalam (-4,46 cm) terdapat pada bagian hilir lekukan kedua. 4. Dengan Q = 0.00354 m 3 /detik hasil-hasil percobaan adalah sebagai berikut : Variabel Kemiringan Lebar (m) Kecepatan V (m/dt) Bagian Lurus Awal Meander Bagian Lekukan 0.00431 0.42 (0.45) 0.249 (0.244) 0.00113 0.46(0.51) 0.298 (0.245) 0.0258 0.56 (0.56) 0.297 (0.258) Kedalaman (m) 0.030(0.031) 0.0258 (0.029) 0.033(0.0319) Note : Data dalam kurung adalah hasil laboratorium Berat sedimen Waktu (jam) Gambar 2. Suplai sediment dan pengangkutan 3

(a) (b) (c ) (d) Gambar 3. Perpindahan kelurusan saluran; (a) pada t = 0 jam; (b) pada t = 13 jam; (c ) pada t = 54 jam; dan (d) pada t = 108 jam. 4

(a) 0,55 (b) (c) Gambar 4. Perbandingan antara data percobaan dan aplikasi konsep kebutuhan energi minimum pada lekukan saluran; (a) lebar saluran dengan kemiringan (%); (b) lebar saluran dengan 0,55 5

kedalaman (m); dan (c ) lebar saluran dengan kecepatan (m/dt) (a) (b) Gambar 5. (c) Potongan melintang saluran menuju kondisi keseimbangan; (a) pada t = 13 jam; (b) pada t = 27 jam; dan (c ) pada t = 108 jam. 6

6. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 1. Percobaan memperlihatkan bahwa konsep kebutuhan energi minimum (Chanr, 1987), tergambar erat pada hasil percobaan skala laboratorium. 2. Suatu dimensi meander pada saluran akan terbentuk pada saat saluran berada dalamkeseimbangan. Keseimbangan tercapai pada waktu 13 jam. 3. Percobaan lanjutan diperlukan dengan menggunakan bahan van kohesif. 7. KEPUSTAKAAN 1. Howard H. Chang, "Fluvial Processes in River Engineering" A. Willy Interscience Publication San Diego State University New York (1987) 2. Indratmo Soekarno, "Mathematical and Experimental Modelling of Flow and Transverse Bed Slope in 180 Channel Bends", Ph.D. Thesis, Strathclyde University, UK. (1991) 3. Kim Wium Olesen, "Bed Topgraphy in Shallow River Bends",Ph.D Thesis, Communications on Hydraulic and Geotechnical Engineering. 4. Morisawa,M., Geomorphology Texts "River : Form and Process",Longman, London. 5. Odgaard A, Jacob, M.ASCE, "Bed Topography in Shallow River Bends", Ph. D Thesis, Communication on Hydraulic and Geotechnical Engineering. 7