BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Pendidikan menyediakan sumber yang besar dari pengalaman emosional.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ujian Nasional (UN) merupakan salah satu sumber penyebab kecemasan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang cenderung pernah merasakan kecemasan pada saat-saat

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa. lainnya. Masalah yang paling sering muncul pada remaja antara lain

PENGARUH BIMBINGAN BELAJAR TERHADAP KECEMASAN SISWA DALAM MENGHADAPI UJIAN NASIONAL. Skripsi

BAB 1 PENDAHULUAN. Kecemasan adalah suatu keadaan khawatir yang mengeluhkan sesuatu yang buruk

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Saat ini pendidikan adalah penting bagi semua orang baik bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diperhatikan, seperti waktu latihan, waktu makan, dan waktu istirahat pun diatur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bila dihadapkan pada hal-hal yang baru maupun adanya sebuah konflik.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ela Nurlaela Sari, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menempuh berbagai tahapan, antara lain pendekatan dengan seseorang atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. prasarana, fisik sekolah, kualitas guru, pemutakhiran kurikulum,dan juga tidak

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan, persoalan-persoalan dalam kehidupan ini akan selalu. pula menurut Siswanto (2007; 47), kurangnya kedewasaan dan

BAB I PENDAHULUAN. untuk dua mata pelajaran dan minimal 4,25 untuk mata pelajaran lainnya.

BAB IV HASIL PENELITIAN. mengetahui deskripsi data tentang kecemasan, maka peneliti

BAB II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN dan HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pembawan diri yang tepat. Kemampuan mahasiswa berbicara di depan umum

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan Tinggi merupakan salah satu jenjang yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan tinggi, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Lembaga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kecemasan

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam dunia pendidikan, sebutan UN atau Ujian Nasional sudah tidak asing

BAB 1 PENDAHULUAN. Keputusan No. 153/U/2003 tentang Ujian Akhir Nasional, salah satu isinya

2016 HUBUNGAN SENSE OF HUMOR DENGAN STRES REMAJA SERTA IMPLIKASINYA BAGI LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kecemasan dapat dialami oleh para siswa, terutama jika dalam

BAB V ANALISI DATA DAN HASIL PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk individual dan makhluk sosial. Sejak manusia

BAB I PENDAHULUAN. ketakutan terhadap sesuatu yang tidak jelas (Armasari et al, 2012)

BAB I PENDAHULUAN. Penurunan angka kematian ibu merupakan salah satu masalah besar di negeri

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berpengalaman berbicara di depan umum pun tidak terlepas dari perasaaan ini.

BAB I PENDAHULUAN. belajar sesungguhnya tidak ada pendidikan. Demikian pentingnya arti belajar,

BAB I PENDAHULUAN. bagian penting dalam proses pembangunan suatu Negara. Untuk mengetahui

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. antar bangsa yang semakin nyata serta agenda pembangunan menuntut sumber

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mensosialisasikannya sejak Juli 2005 (

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional di Indonesia berkembang seiring dengan perkembangan

Pedologi. Gangguan Kecemasan (Anxiety Disorder) Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi

BAB I PENDAHULUAN. upaya-upaya dalam rangka mendapatkan kebebasan itu. (Abdullah, 2007

BAB I PENDAHULUAN. fisik seperti sakit perut, jantung berdebar, otot tegang dan muka merah. Lalu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu bidang kehidupan yang dirasakan penting

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu akan mengalami perubahan pada dirinya baik secara fisik

BAB I PENDAHULAN. Kecemasan adalah sinyal akan datangnya bahaya (Schultz & Schultz, 1994).

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan bidang keilmuan yang diambilnya. (Djarwanto, 1990)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. manusia, ditandai dengan perubahan-perubahan biologis, kognitif dan sosial-emosional

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Kecemasan Menghadapi Ujian Nasional Pengertian Kecemasan Menghadapi Ujian

BAB II KAJIAN TEORETIK. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis. a. Pengertian Kemampuan Pemecahan Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan rakyatnya rendah dan tidak berkualitas. Sebaliknya, suatu negara dan

BAB I PENDAHULUAN. baik dari faktor luar dan dalam diri setiap individu. Bentuk-bentuk dari emosi yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan tinggi memiliki tujuan yaitu menyiapkan peserta didik menjadi

Dampak Kecemasan pada Atlet Bola Basket Sebelum Memulai Pertandingan

BAB 1 PENDAHULUAN. periode ini berbagai perubahan terjadi baik perubahan hormonal, fisik, psikologis

BAB I PENDAHULUAN. Mekanisme koping adalah suatu cara yang digunakan individu dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN KECEMASAN SEBELUM MENGHADAPI PERTANDINGAN PADA ATLET FUTSAL NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam rentang kehidupan, individu berkembang dari masa kanak-kanak

BAB 1 PENDAHULUAN. dan tuntutan kehidupan (Sunaryo, 2013). Menurut Nasir & Muhith (2011) stres

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Hampir semua perasaan takut bermula dari masa kanak-kanak karena pada

BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN. tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri,

I. PENDAHULUAN. Setiap diri cenderung memiliki emosi yang berubah-ubah. Rasa cemas merupakan salah

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. tidak terkendali dan kemampuan sel-sel tersebut untuk menyerang jaringan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II TINJAUAN TEORITIS. atau ancaman atau fenomena yang sangat tidak menyenangkan serta ada

SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Derajat Sarjana S1 Psikologi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menyelesaikan pendidikan di sekolah. Ketentuan ini mengacu pada Undang-

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. 2003, UN merupakan kegiatan penilaian hasil belajar siswa yang telah

PENGARUH PENYESUAIAN DIRI AKADEMIK TERHADAP KECENDERUNGAN SOMATISASI DI SMA AL ISLAM 1 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Ketegangan dalam kehidupan yang dapat menimbulkan ansietas diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. dihadapkan pada faktor-faktor penyebab stress yang semakin meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang menarik dibanyak negara, termasuk negara-negara berkembang seperti

BAB I PENDAHULUAN. [CDC], 2013). Data dari Riset Kesehatan Dasar ( 2013), prevalensi. gangguan mental emosional (gejala -gejala depresi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lanjut usia merupakan suatu proses perubahan yang bertahap dalam jangka

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini, olahraga merupakan hal sangat penting bagi kesehatan tubuh.

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkoba adalah zat kimia yang dapat mengubah keadaan psikologi seperti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berbagai macam hal yang tidak pernah diketahui sebelumnya. Dalam proses belajar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. keadaan normal lama menstruasi berkisar antara 3-7 hari dan rata-rata berulang

BAB I PENDAHULUAN. dan diakhiri dengan proses persalinan (Patriasari, 2009). Ibu hamil mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN. didik terdapat kekuatan mental penggerak belajar. Kekuatan mental yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kecemasan Menghadapi Kematian Pada Lansia Pengertian kecemasan Menghadapi Kematian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mohammad Zepi Prakesa, 2016

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. SMA Al-Islam 1 Surakarta merupakan salah satu sekolah menengah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2016 HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN SEBELUM BERTANDING DENGAN PERFORMA ATLET PADA CABANG OLAHRAGA BOLA BASKET

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Pendidikan menyediakan sumber yang besar dari pengalaman emosional. Datang ke sekolah, belajar di kelas, dan mengikuti ujian dapat menimbulkan pengalaman emosional. Misalnya, siswa dapat menikmati materi pelajaran baru, siswa merasa tertarik dengan materi pelajara. Namun, siswa juga mengalami kecemasan saat sedang mengikuti ujian, takut dan malu apabila mengalami kegagalan dalam ujian. (Buric, Soric, & Penezic, 2016). Menurut Kaplan, Sadock, dan Grebb (dikutip dalam Fauziah & Widury, 2008) kecemasan adalah respon terhadap situasi tertentu yang mengancam, dan merupakan hal yang normal terjadi menyertai perkembangan, perubahan, pengalaman baru atau yang belum pernah dilakukan, serta menemukan identitas diri dan arti hidup. Pada kadar rendah, kecemasan membantu individu untuk bersiaga mengambil langkah-langkah mencegah bahaya atau untuk memperkecil dampak bahaya tersebut. Kecemasan dalam taraf terntentu mendorong meningkatnya performa. Menurut Davinson dan Neale (dikutip dalam Fauziah & Widury, 2008) gangguan kecemasan berbeda dengan kecemasan normal dalam hal identitas, durasi, serta dampaknya bagi individu. Kekhawatiran atau kecemasan akan dianggap sebagai suatu hal yang patologis apabila tidak lagi dihentikan atau di 1

kontrol oleh individu. Kecemasan memiliki karakteristik berupa munculnya perasaan takut dan kehati-hatian atau kewaspadaan yang tidak jelas dan tidak menyenangkan. Menurut Kaplan, Sadock, dan Grebb (dikutip dalam Fauziah & Widury, 2008) Kecemasan seringkali disertai dengan gejala fisik seperti sakit kepala, jantung berdebar cepat, atau tidak tenang dan tidak dapat duduk diam. Gejalagejala kecemasan yang muncul dapat berbeda dengan masing-masing orang. Rasa cemas merupakan dua emosi yang berfungsi sebagai tanda akan adanya suatu bahaya. Rasa takut muncul jika terdapat ancaman yang jelas atau nyata, berasal dari lingkungan, dan tidak menimbulkan konflik bagi individu. Sedangkan kecemasan muncul jika bahaya berasal dari dalam diri, tidak jelas atau menyebakan konflik bagi individu. Menurut Fieldman (2012), cemas mengambil bentuk serangan panik yang berlangsung selama beberapa detik hingga beberapa jam. Kecemasan berwujud dalam empat gejala yaitu, fisik, behavioral, dan kognitif. Gejala fisik meliputi sering buang kecil, sakit perut, mual, merasa lemas, jantuk berdebar, nafas pendek dan gelisah. Behavioral, perilaku menghindar, melekat, dependen, dan berperilaku terguncang. Kognitif, mengkhawatirkan sesuatu, berkeyakinan bahwa sesuatu yang mengerikan akan terjadi dengan alasan yang tidak jelas, terpaku pada sensasi kebutuhan, merasa terancam, sangat waspada, dan sulit berkonsentrasi atau fokus. Gejala ini juga di rasakan oleh para siswa yang akan menghadapi ujian Nasional. Menjelang ujian Nasional banyak siswa yang merasa cemas terutama untuk siswa kelas IX. Hal ini terjadi sejak ujian Nasional dijadikan standar 2

nilai kelulusan oleh pemerintah. Ketakukan akan kegagalan dalam ujian Nasional membuat para siswa merasa tertekan, khawatir, dan ketakutan. Tidak sedikit banyak siswa yang merasa cemas saat ingin menghadapi ujian Nasional. Penyebab timbulnya kecemasan menghadapi ujian Nasional karena mereka menganggap bahwa ujian Nasional sebagai suatu hal yang sulit. Ujian Nasional dianggap sebagai momok yang menakutkan bagi siswa khususnya siswa kelas IX yang akan melaksanakan ujian Nasional. Takut gagal atau mendapatkan nilai jelek menjadi ancaman bagi siswa kelas IX (Agustian & Asmi, 2010). Ujian Nasional sering kali dianggap sebagai beban bagi para siswa khususnya bagi mereka yang sekarang duduk dikelas IX sekolah menengah pertama. Siswa harus menyiapkan diri secara fisik ataupun non fisik supaya mereka menjadi lebih siap dan terhindar dari kegagalan dalam ujian Nasional. Perasaan takut yang dirasakan oleh para siswa dapat menjadi beban yang dapat menyebabkan para siswa merasa cemas dalam menghadapi ujian nasional. Rasa cemas yang dirasakan siswa dapat mempengaruhi kondisi psikologis mereka dan akan menganggu aktivitas mereka sebagai reaksi terhadap adanya sesuatu yang bersifat mengancam. Kecemasan yang dirasakan oleh siswa merupakan sebuah perasaan khawatir yang di alami siswa yang akan menghadapi ujian Nasional. Biasanya kecemasan ini dialami karena mereka memiliki rasa takut gagal dalam ujian Nasional. Menurut Juliarti (dikutip dalam Thomas, 2010) menyatakan bahwa kecemasan ini biasanya disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain siswa yang membayangkan bahwa mereka akan mengalami kegagalan dalam ujian 3

Nasional ataupun cemas karena mereka merasa takut jika hasil atau nilai mereka tidak sesuai dengan standar yang sudah di tetapkan oleh Dinas Pendidikan. Berdasarkan data Kemendikbud, pada tahun 2015 nilai rata-rata siswa SMP sebesar 62,18 persen, sedangkan pada tahun 2016 nilai rata-rata UN SMP senilai 58,57 persen atau turun 3,6 poin dari tahun lalu. Angka menurun tersebut karena ada 42 persen siswa Indonesia sebenarnya belum mencapai nilai standar yang ditetapkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan, yakni masih dibawah 55 persen. Sedangkan siswa yang memiliki nilai rata-rata diatas 85 ada 4,04 persen atau 168 ribu siswa dan siswa yang memiliki nilai 70 hingga 85 ada 837 siswa (Medistiara, 2016). Menurut ketua BSNP (Badan Standar Nasional Pendidikan) Erica Laconi menyampaikan bahwa penyelenggaraan ujian Nasional 2017 mengacu pada Peraturan Pemerintah No. 13 Tahun 2015 sehingga tidak lagi digunakan untuk kelulusan. Kelulusan siswa menggunakan nilai ujian Nasional dan nilai sekolah. Namun, walaupun nilai ujian Nasional sudah tidak lagi menentukan kelulusan, nilai ujian Nasional masih digunakan untuk seleksi masuk sekolah menengah atas. Walaupun siswa lulus, tetapi jika nilai ujian Nasionalnya rendah maka siswa tersebut tidak akan bisa masuk kesekolah menengah atas, karena baik sekolah SMA negeri atau swasta menggunakan hasil nilai ujian Nasional dan jika siswa mendapatkan hasil ujian Nasional yang rendah siswa masuk ke sekolah yang berstrandar rendah (Kemendikbud, 2016). Berdasarkan data yang diperoleh, para siswa kelas IX di tuntut memiliki kesiapan dalam mengahadapi ujian nasional. Apabila mereka merasa tidak 4

mampu mempersiapkan diri dengan baik, mereka cenderung akan memiliki kecemasan dalam menghadapi ujian nasional. Siswa kelas IX diharapkan mampu menangani kecemasan saat akan menghadapi ujian Nasional. Emosi memiliki frekuensi dan intensitas yang mempengaruhi siswa dalam interaksi di kelas, pengaruh belajar, dan pertumbuhan dan perkembangan pribadi siswa. Secara umum, dapat diasumsikan bahwa emosi yang menyenangkan dapat menyebabkan tingkat yang lebih tinggi dan keterlibatan perilaku dan kognitif siswa. Sebaliknya, emosi yang tidak menyenangkan umumnya terkait dengan tingkat yang lebih rendah dari motivasi belajar dan strategi pengelolaan emosi. Emosi yang dirasakan siswa dapat mengganggu tujuan siswa tersebut. Sehingga, siswa harus menggunakan strategi untuk menangani intensitas dan durasi emosi yang dialami. Oleh karena itu, siswa harus harus menggunakan strategi untuk mengatur emosi yang dirasakan yaitu regulasi emosi (Buric, Soric, & Penezic, 2016). Regulasi emosi atau pengaturan emosi dapat digunakan sebagai cara untuk mengurangi kecemasan saat akan menghadapi ujian nasional. Regulasi emosi adalah kemampuan yang dimiliki individu untuk menilai, mengatasi, dan mengelola emosi yang tepat dalam rangka mencapai keseimbangan emosional (Gross, 2007). Thompson (2009) menegaskan bahwa regulasi emosi merupakan pengaturan emosi yang bertujan untuk mempertahankan emosi. Koole (2010) mengatakan regulasi emosi sebagai proses yang dilakukan seseorang untuk mengarahkan emosi mereka secara spontan. Regulasi emosi adalah cara bagaimana individu mengelola pengalaman emosional. Lebih spesifik, regulasi emosi terdiri dari proses internal dan 5

eksternal yang bertanggung jawab untuk memantau, mengevaluasi, dan memodifikasi reaksi emosional untuk mencapai tujuan seseorang (Thompson, 2008). Menurut Thompson dan Mayer (2008) proses regulasi emosi yaitu pertama, regulasi emosi dapat menargetkan emosi positif maupun negatif dan dapat mengurangi, menambah atau hanya mempertahankan tingkat emosional. Kedua, regulasi emosi melibatkan pengaruh lingkungan internal dan eksternal dalam pengelolaan perasaan. Berdasarkan dari penelitian sebelumnya, emosi memiliki peran yang terkait dalam gangguan kecemasan umum termasuk pemahaman emosi yang buruk dan menajemen emosi yang buruk (Flanagan, McLaughlin, & Mennin, 2009). Individu yang mengalami kecemasan memiliki kesulitan dalam mengatur emosi negatif. Sehingga individu harus memainkan peran penting dalam pengembangan regulasi emosi untuk mengatasi kecemasan (Hudson, Hurrel, & Schniering, 2015). Regulasi emosi memberikan dukungan kepada individu yang mengalami gejala kecemasan, regulasi emosi digunakan sebagai pencegahan dan pengobatan kecemasan terutama dikalangan individu dengan sensitivitas (Idadpanah, & Schumacher, 2016). Regulasi emosi memiliki peran yang potensial dalam hubungan antara motivasi sifat dan kecemasan (Kombouropoulos, O Connor, Smillie, & Staiger, 2014). Strategi regulasi emosi dikaitkan dengan psikopatologi. Stategi regulasi emosi dapat memaksimalkan efektivitas pengurangan atau penanganan gejala kecemasan apabila individu memiliki keterampilan dalam melakukan regulasi emosi (Barlow, Brake, Ciraulo, Conklin, Farchione, & Robbins, 2015). Strategi regulasi emosi berpengaruh terhadap kecemasan dan depresi. Strategi 6

regulasi emosi merupakan faktor yang penting yang mempengaruhi depresi atau gejala kecemasan pada individu (Chae, Lee, Huh, & Kim, 2017). Strategi regulasi emosi dapat digunakan dalam penanganan depresi dan kecemasan (Bruggink, Garnefski, Huisman, Kraaij, & Vuijk, 2015). Individu yang merasakan kecemasan rentan mengalami emosi negatif yang berlebihan, individu yang cemas memerlukan peningkatan regulasi emosi untuk mengurangi emosi negatif. Individu yang mengalami kecemasan diperlukan keterlibatan yang lebih besar dalam regulasi emosi agar berhasil mengurangi emosi negatif (Lavero, Paulus, Rochlin, Sills, Simmons, & Stein, 2011). Individu yang memiliki kemampuan regulasi emosi secara efektif dalam mengatur emosi, penting untuk kesehatan dalam penanganan kecemasan (Bardeen & Fergus, 2014). Siswa kelas IX berkisar di antara usia 14-16 tahun usia ini termasuk rentang usia pada remaja awal. Pada masa ini di anggap sebagai masa yang kurang menyenangkan karena remaja sedang mengalami perubahan pada dirinya baik secara fisik, psikis, dan sosial. Pada remaja mengalami peningkatkan emosional yang terjadi dangat cepat yang di kenal dengan masa storm and strees. Peningkatan emosional ini merupakan hasil dari perubahan fisik terutama hormon yang terjadi pada remaja. Menurut Hall (dikutip dalam Santrock, 2007) menyatakan bahwa pada masa remaja merupakan masa yang penuh badai atau dari segi emosional dan permasalahan lainnya. Pada masa ini remaja belum mampu untuk mengendalikan emosinya. Menurut Slemon (dikutip dalam Nasution, 2007) dalam menghadapi pelajaran sekolah yang dianggap berat dapat menimbulkan rasa cemas pada 7

remaja, terutama bagi remasa yang duduk di sekolah menengah pertama (SMP), kecemasan terjadi karena remaja mengalami tekanan untuk mendapatkan nilai yang baik. Remaja SMP yang akan menghadapi ujian Nasional sering mengalami ketegangan dan kecemasan karena mereka takut tidak lulus. Menurut Needlman (dikutip dalam Nasution, 2017) takanan dalam masalah akademik cenderung tinggi dalam dua tahun terakhir di sekolah, dimana remaja memiliki keinginan untuk mendapatkan nilai tinggi, atau keberhasilan dalam bidang akademik. Remaja selalu berusaha untuk tidak gagal ini semua dapat menyebabkan kecemasan dan stress pada remaja. Kecemasan dirasakan oleh siswa yang akan menghadapi ujian Nasional. Hal ini diperkuat dari hasil wawancara awal yang dilakukan oleh beberapa siswa kelas IX. Peneliti melihat bahwa siswa merasakan kecemasan dalam menghadapi ujian Nasional, karena merasa takut jika mendapat nilai yang jelek dan tidak bisa masuk ke sekolah SMA yang diharapkan. Namun, siswa menyikapinya dengan tidak memikirkan tentang ujian Nasional dan mempersiapkan diri dengan belajar. Dari latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka peneliti ingin melihat apakah ada hubungan antara regulasi emosi dengan kecemasan. 8

1.2.Rumusan Masalah Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah ada hubungan antara regulasi emosi dengan kecemasan menghadapi ujian Nasional pada siswa kelas IX? 1.3.Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara regulasi emosi dengan kecemasan dalam menghadapi ujian Nasional pada siswa kelas IX. 1.4.Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah : a. Bagi Siswa Penelitian ini diharapkan bisa menjadi masukan yang bermanfaat bagi siswa, khususnya siswa kelas IX yang akan menghadapi ujian Nasional, dimana dengan hasil penelitian ini siswa kelas IX diharapkan mampu mengelola emosi mereka ketika akan menghadapi ujian nasional. Tujuannya adalah agar mereka lebih mampu mengoptimalkan kemampuan pribadinya dalam mempersiapkan diri serta meminimalisir kecemasan dalam menghadapi ujian nasional. 9

b. Bagi Disiplin Ilmu Psikologi Setelah mengetahui hubungan antara regulasi emosi dengan kecemasan pada siswa yang akan menghadapi ujian Nasional, diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi tenaga pengajar psikologi pendidikan untuk mengembangkan atau meningkatkan kualitas pengelolaan emosi 10