TAHAP-TAHAP PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN TANDA-TANDA SEKS SEKUNDER REMAJA SMPN 4 BANGLI DESA PENGOTAN KECAMATAN BANGLI.

dokumen-dokumen yang mirip
Tahap pertumbuhan dan perkembangan tanda-tanda seks sekunder remaja SMPN 4 Bangli, Desa Pengotan, Kecamatan Bangli.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. menuju dewasa dimana terjadi proses pematangan seksual dengan. hasil tercapainya kemampuan reproduksi. Tanda pertama pubertas

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pubertas merupakan suatu tahap penting dalam proses tumbuh kembang

Perkembangan Sepanjang Hayat

BAB I PENDAHULUAN. yang berada pada tahap transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa yaitu bila

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia memiliki jumlah penduduk sebesar 237,6 juta jiwa, hasil

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Karakter remaja & Pubertas Kebutuhan gizi pada remaja Mengapa timbul gangguan makan pd remaja Gangguan makan pd remaja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. antara zat-zat gizi yang masuk dalam tubuh manusia dan penggunaannya

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH 20 DENGAN USIA MENARCHE PADA SISWI SEKOLAH DASAR DI SELURUH KECAMATAN PATRANG KABUPATEN JEMBER

TINJAUAN PUSTAKA Remaja dan Pubertas

DETEKSI DINI MASALAH KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA MELALUI PENJARINGAN ANAK USIA SEKOLAH LANJUTAN ( SMP/MTs & SMA/ MA sederajat )

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Masa remaja adalah suatu periode dalam hidup manusia. dimana terjadi transisi secara fisik dan psikologis yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dipahami. Ketiga konsep ini saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Ketiga konsep pengertian tersebut adalah :

Anatomi sistem endokrin. Kerja hipotalamus dan hubungannya dengan kelenjar hormon Mekanisme umpan balik hormon Hormon yang

KESEHATAN REPRODUKSI. Erwin Setyo Kriswanto PENDIDIKAN OLAHRAGA FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

PEMBAHASAN. Maturasi Seksual Laki-laki

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Masa remaja adalah suatu tahap antara masa kanak kanak dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan seseorang tentang dirinya sendiri dan yang mempengaruhi hubungan

BAB I PENDAHULUAN. antara usia 11 atau 12 tahun sampai dengan 20 tahun. Menurut WHO (World

Pertumbuhan Payudara. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. produktif dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya (Depkes, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke fase remaja. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mana terjadi pacu tumbuh, timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapainya

SEKSUALITAS. endang parwieningrum Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan KB BKKBN

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah suatu tahap peralihan antara masa anak-anak. menuju dewasa. Sebelum memasuki masa remaja, seseorang akan

Gambaran Tanda Pubertas pada Murid Sekolah Dasar

Hubungan Antara Status Gizi Dengan Usia Menarche Dini pada Remaja Putri di SMP Umi Kulsum Banjaran Kab. Bandung Provinsi Jawa Barat Tahun 2016

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 2. PERKEMBANGAN PADA MANUSiAlatihan soal 2.4

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode dari pertumbuhan dan proses. kematangan manusia. Pada masa ini merupakan masa transisi antara masa

BAB 1 PENDAHULUAN. produktif dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya (Depkes, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. penduduk adalah berusia tahun (BKKBN, 2003) Leutinizing Hormon (LH) yang signifikan (Aulia, 2009).

Fisiologi poros GnRH-LH/FSH- Estrogen

BAB 1 PENDAHULUAN. pada wanita di masa pubertas sekitar usia tahun. Menarche merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan ciri perkembangannya seorang remaja dibagi menjadi tiga

BAB I PENDAHULUAN. timbulnya ciri-ciri kelamin sekunder, dan berakhir jika sudah ada kemampuan

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Usia tulang merupakan indikator utama untuk menilai maturitas tulang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN tahun jumlahnya meningkat dari 21 juta menjadi 43 juta atau dari 18%

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Efek ergogenik dalam penggunaan obat lazim disebut doping sering

BAB I PENDAHULUAN. reproduksi yang dicanangkan Departemen Kesehatan RI, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. Periode pubertas akan terjadi perubahan dari masa anak-anak menjadi

Ciri-ciri Seks Sekunder pada Masa Remaja

Bab IV Memahami Tubuh Kita

TUMBUH KEMBANG FISIK

BAB I PENDAHULUAN. berperan, sampai saat ini masih menjadi perhatian dalam dunia kedokteran. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. kadar hormon seseorang. Aging proses pada pria disebabkan oleh menurunnya sistem

BAB 1 PENDAHULUAN. pilosebasea yang ditandai adanya komedo, papul, pustul, nodus dan kista dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KUESIONER PENELITIAN PENGARUH MEDIA BOOKLET TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP SANTRI TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DI PESANTREN DARUL HIKMAH TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Tumbuh kembang merupakan proses yang terjadi secara

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak dan masa dewasa yang

PSIKOLOGI PERKEMBANGAN II

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH 20 DENGAN USIA MENARCHE PADA SISWI SEKOLAH DASAR DI SELURUH KECAMATAN PATRANG KABUPATEN JEMBER

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh berbagai faktor dengan gambaran klinis yang khas

OBAT YANG MEMPENGARUHI REPRODUKSI PRIA KELOMPOK 23

Universitas Sumatera Utara

Universitas Lampung. Abstrak CORRELATION BETWEEN NUTRITIONAL STATUS AND MENARCHE AGE IN TEENAGE GIRLS AT SMP NEGERI 22 BANDAR LAMPUNG.

BAB 1 PENDAHULUAN. sosial, dan perilaku. Perubahan fisik yang dominan terjadi selama proses ini, diikuti

Standar Kompetensi 1. Memahami berbagai sistem dalam kehidupan manusia. Kompetensi Dasar 1.2. Mendeskripsikan tahapan perkembangan manusia

BAB V PEMBAHASAN. 1. Karakteristik Responden menurut Usia. sisanya merupakan kelompok remaja awal.

BAB I PENDAHULUAN. Late-onset hypogonadism (LOH) atau andropause secara klinis dan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju

BAB I PENDAHULUAN. generasi berikutnya (Jameela, 2010). fase ini individu mengalami perubahan dari anak-anak menuju dewasa

BAB I PENDAHULUAN. periode transisi dari masa anak menuju masa dewasa. Dalam masa remaja ini

BAB I PENDAHULUAN. sebasea yang dapat dialami oleh semua usia dengan gambaran klinis yang bervariasi antara

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI MENARCHE PADA SISWI KELAS VI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dianggap masalah oleh semua orang. Papalia dan Olds (1995) mengatakan bahwa obesitas dan overweight terjadi jika individu

TAHAP PERKEMBANGAN ANAK USIA TAHUN

Seksualitas Remaja dan Kesehatan Reproduksi Rachmah Laksmi Ambardini Fakultas Ilmu Keolahragaan UNY

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI

BAB 2 Tinjauan Pustaka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENANGANAN SINDROM PRA MENSTRUASI TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWI SMA NEGERI 2 SUKOHARJO SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. mengalami perubahan fisik yang lebih dahulu dibanding anak laki-laki, dengan menstruasi awal (menarche) (Winkjosastro, 2007).

Fase Penuaan KESEHATAN REPRODUKSI LANJUT USIA. Fase Subklinis (25-35 tahun) Fase Transisi (35-45 tahun) Fase Klinis ( > 45 tahun)

BAB I PENDAHULUAN UKDW. menstruasi pertama kali atau Menarche ( Nelson,2012). sudah menginjak haidnya yang pertama (Menarche). Datangnya haid ini

BAB 1 PENDAHULUAN. sikap dan tekad kemandirian manusia dan masyarakat Indonesia dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. biologis, psikologis dan sosial (Rudolph, 2014). Batas usia remaja menurut

BAB I PENDAHULUAN. distribusi lemak pada daerah pinggul. Selama ini sebagian masyarakat merasa

Peristiwa Kimiawi (Sistem Hormon)

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan percepatan pertumbuhan dan pematangan (Hurlock,

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa-masa yang akan dilalui dengan berbagai

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU MENGENAI KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PADA GURU DI SMP X DI KOTA CIMAHI TAHUN 2010

2013 GAMBARAN TINGKAT STRES PADA ANAK USIA SEKOLAH MENGHADAPI MENSTRUASI PERTAMA (MENARCHE) DI SEKOLAH DASAR NEGERI GEGERKALONG GIRANG

PERIODISASI MASA REMAJA DAN CIRI KHASNYA; PUBERTAS, REMAJA AWAL DAN REMAJA AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

HORMON REPRODUKSI JANTAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masa remaja sering disebut dengan masa pubertas. Dimana masa

Transkripsi:

TAHAP-TAHAP PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN TANDA-TANDA SEKS SEKUNDER REMAJA SMPN 4 BANGLI DESA PENGOTAN KECAMATAN BANGLI. Muliani, Mangku Karmaya, Yuliana, I Gusti Ayu Widianti, Gede Nyoman Wardana, Wayan Wirata, Wayan Bagia Bagian Anatomi, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana ABSTRAK GROWTH AND DEVELOPMENT PHASE SEXUAL SECONDARY CHARACTERISTIC OF STUDENT OF SMPN 4 BANGLI DESA PENGOTAN KECAMATAN BANGLI. Muliani, Mangku Karmaya, Yuliana, I Gusti Ayu Widianti, Gede Nyoman Wardana, Wayan Wirata, Wayan Bagia Department of Anatomy, Udayana University Medical School ABSTRACT 1

2 Pendahuluan Seorang anak, baik laki maupun perempuan akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan menjadi manusia dewasa. Pertumbuhan dan perkembangan tersebut terjadi secara bertahap. Awalnya, seorang anak laki-laki dan perempuan memiliki bentuk tubuh yang serupa. Seiring dengan pertambahan usia, maka mulai terdapat perbedaan bentuk tubuh antara laki-laki dengan perempuan. Perbedaan-perbedaan tersebut dikarenakan adanya perubahan biologis, psikososial dan kognitif. Perubahan-perubahan ini umumnya terjadi pada awal pubertas dan berlanjut hingga dewasa. Selama pubertas, seluruh sistem organ dan tubuh akan mengalami pertumbuhan, misalnya perubahan payudara (perempuan), alat genital dan rambut pubis (laki dan perempuan) (Doyle, 2013). Perubahan-perubahan ini harus disertai dengan peningkatan kebutuhan nutrisi remaja (energi, protein, vitamin dan mineral) dan penyesuaian emosi (Stang and Story, 2005; Doyle, 2013). Asupan nutrisi yang kurang dapat mengakibatkan gangguan pada tumbuh kembang remaja (Stang and Story, 2005). Gangguan pertumbuhan juga dapat diakibatkan karena terganggunya perubahan seksual (Doyle, 2013). Keterlambatan perkembangan dan percepatan perkembangan akan menyebabkan adanya stress secara emosional (Doyle, 2013). Hal tersebut di atas menunjukkan pentingnya mengetahui tanda-tanda awal pubertas. Pertumbuhan dan perkembangan tanda-tanda seks sekunder merupakan salah satu tanda dimulainya pubertas. Tanda-tanda perkembangan seks sekunder wanita dapat dilihat dari payudara, rambut pubis dan menarche sedangkan pada laki-laki terlihat dari testis, penis dan rambut pubis (Stang and Story, 2005). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tahap-tahap pertumbuhan dan perkembangan tanda-tanda seks sekunder pada remaja baik laki-laki dan perempuan.

3 NORMAL PHYSICAL GROWTH AND DEVELOPMENT Awal pertumbuhan dan perkembangan remaja ditandai oleh pubertas. Pubertas sering didefinisikan sebagai transformasi fisik seorang anak menjadi dewasa. Perubahan-perubahan ini mencakup bentuk (pematangan seks), ukuran (peningkatan tinggi dan berat badan) dan komposisi tubuh (Rogol et al., 2002; Stang and Story, 2005; Doyle, 2013). Selesainya pertumbuhan tulang bersamaan dengan peningkatan densitas tulang dan komposisi tubuh. Umumnya perubahan ini konsisten terjadi di antara remaja, hanya terdapat variasi dalam umur dimulainya pubertas, lama dan kecepatan perubahan tersebut (Stang and Story, 2005; Doyle, 2013). Adanya variasi tersebut dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan, seperti asupan kalori dan aktivitas fisik (Rogol et al., 2002; Doyle, 2013). Pubertas umumnya terjadi pada usia 11 tahun (perempuan) dan 13 tahun (laki-laki) (Rogol et al., 2002). Hal ini mengakibatkan remaja dengan umur kronologis yang sama memiliki penampilan fisik yang berbeda. Remaja yang sudah pubertas akan memiliki kebutuhan energi dan nutrisi yang berbeda dibandingkan dengan belum pubertas sehingga kematangan seksual dapat digunakan untuk menilai pertumbuhan dan perkembangan biologis dan kebutuhan nutrisi remaja (Rogol et al., 2002; Stang and Story, 2005). Perubahan komposisi tubuh, termasuk proporsi relative air, otot, lemak dan tulang merupakan tanda maturasi pubertas. Perubahan ini dipengaruhi oleh gonadal steroid hormones dan growth hormone (GH), peningkatan mineral tulang dan densitas otot. Deposisi lemak sesuai jenis kelamin. Hasil dari perubahan distribusi lemak tubuh (lemak sentral dan dengan perifer, subcutaneous dengan visceral, bagian atas dengan bagian bawah tubuh), terbentuk tipe android dan gynecoid (Rogol et al., 2002).

4 Testosterone pada laki-laki, menyebabkan peningkatan pertumbuhan tulang dan otot secara bermakna dan hilangnya lemak pada ekstremitas. Ketika percepatan pertumbuhan menurun, terjadi akumulasi lemak. Akumulasi lemak pada perempuan terjadi 2 kali lebih cepat daripada laki-laki (Rogol et al., 2002). Selama masa pubertas, growth hormone (GH) dan sex steroid bekerja berlawanan. Peningkatan konsentrasi testosteron saat pubertas berperan penting dalam sekresi GH dan insulin-like growth factor I (IGF-1) secara spontan. Testosteron akan menstimulasi sekresi GH dari hipophysis namun keadaan ini hanya terjadi saat peripubertas. Konsentrasi GH dan IGF-1 menurun secara bermakna pada akhir masa pubertas dan awal masa dewasa. Keadaan ini kemudian diikuti dengan peningkatan konsentrasi gonadal steroid hormones. Berbeda dengan testosterone, estrogen akan memodulasi sekresi aktivitas GH. Konsentrasi estrogen yang rendah menstimulasi produksi IGF-1 melalui peningkatan sekresi GH namun pada dosis yang tinggi, estrogen akan menghambat produksi IGF-I. Pematangan sexual terjadi saat pubertas. Proses ini dipengaruhi oleh gonadal steroid hormone (testosteron pada laki dan estradiol pada perempuan) dan androgen adrenal, terutama dehydroepiandrosterone sulfate (DHEAS). Normalnya terdapat variasi antar individu. Adrenarche pada laki-laki umumnya dimulai 1 sampai 2 tahun sebelum terjadi perubahan hormon lain saat pubertas. Peristiwa ini, secara klinis baru terlihat setelah thelarche pada perempuan atau pembesaran testis pada laki-laki. Adrenarche mengakibatkan tumbuhnya rambut seksual, bau badan dan jerawat (Rogol et al., 2002). Pertumbuhan dan perkembangan tanda-tanda seks sekunder tersebut dinilai dengan Tanner Staging atau Sexual Maturation Rating (SMR), seperti yang terlihat pada table 1. Penilaian ini berdasarkan karakteristik organ seksual sekunder, yaitu: penampakan rambut pubis, perkembangan payudara dan mulainya menstruasi (pada wanita) atau derajat perkembangan

5 testis dan penis serta penampakan rambut pubis (pada pria) (Stang and Story, 2005; Doyle, 2013). Tanner stage 1 menunjukkan pertumbuhan dan perkembangan prepubertas, sementara stage 2 sampai 5 menunjukkan progresivitas pubertas. Kematangan seksual sempurna ditunjukkan pada stage 5. Tingkat kematangan seksual meningkat seiring dengan pertumbuhan, perubahan hormon, berat dan komposisi tubuh (Stang and Story, 2005). Tabel 1. Sexual Maturity Rating (Stang and Story, 2005) GIRLS Breast Development Stage Pubic Hair Growth Prepubertal; nipple elevation only 1 Prepubertal; no pubic hair Small, raised breast bud 2 Sparse growth of hair along labia General enlargement of raising of breast and Pigmentation, coarsening and 3 areola curling, with an increase in amount Further enlargement with projection of areola 4 Hair resembles adult type, but not and nipple as secondary mound Mature, adult contour, with areola in same contour as breast, and only nipple projecting 5 spread to medial thighs Adult type and quantity, spread to medial thighs BOYS Genital Development Stage Pubic Hair Growth Prepubertal; no change in size or proportion of testes, scrotum and penis from early childhood Enlargement of scrotum and testes; reddening and change in texture in skin of scrotum; little or no penis enlargement Increase first in length then width of penis; growth of testes and scrotum Enlargement of penis with growth in breadth and development of glands; further growth of testes and scrotum, darkening of scrotal skin Adult size and shape genitalia 5. 1 Prepubertal; no pubic hair 2 3 4 Sparse growth of hair at base of penis Darkening, coarsening and curling, increase in amount Hair resembles adult type, but not spread to medial thighs Adult type and quantity, spread to medial thighs

6 Pubertas pada perempuan awalnya ditandai dengan perkembangan payudara kemudian diikuti dengan percepatan pertumbuhan, rambut pubis dan axilla (Stang and Story, 2005, Doyle, 2013). Perkembangan ini umumnya terjadi saat usia 8 sampai 13 tahun (SMR stage 2) dan 2 sampai 4 tahun sesudahnya akan mengalami menstruasi pertama (umumnya ketika SMR stage 4). Rata-rata perempuan di Amerika mengalami menarche pada usia 12,4 tahun walaupun dapat pula terjadi di usia 9 atau 10 tahun dan paling lambat usia 17 tahun (Stang and Story, 2005; Doyle, 2013). Keterlambatan menarche dapat diakibatkan karena kurangnya asupan kalori dan berat badan atau pada atlet (Stang and Story, 2005). Lama perkembangan pubertas tergantung dari kadar sex steroid hormone pada awal pubertas. Umumnya terjadi selama 3 3,5 tahun pada perempuan namun dapat diselesaikan dalam waktu 2 atau bahkan lebih dari 5 sampai 6 tahun. Menarche terjadi kurang lebih 2,5 tahun setelah dimulainya perkembangan payudara (Rogol et al., 2002). Terjadi penurunan rata-rata usia menarche sebesar 3 tahun (Rogol, 2002; Doyle, 2013). Di Amerika Utara, menarche terjadi pada usia 12,8 sampai 13,3 tahun sementara di Afrika pada usia 12,5 tahun. Siklus menstruasi selama 2 tahun setelah menarche cenderung anovulatory sehingga siklus menjadi tidak teratur (Rogol, 2002). Dimulainya proses kematangan seksual berbeda antar ras dan budaya. Perempuan Afrika memulai proses lebih dahulu daripada perempuan Amerika namun prosesnya berjalan lebih lama. Hal ini terlihat dari usia menarche pada perempuan Afrika yang hampir sama dengan perempuan Amerika (Stang and Story, 2005). Tanda awal pubertas pada laki-laki terlihat dari pembesaran testis dan perubahan warna scrotum, umumnya berkisar pada usia 10,5 tahun sampai 14,5 tahun ketika SMR stage 2 dan mencapai SMR stage 5 pada usia antara 12,7 dan 17 tahun (Doyle, 2013). Disebut precocious

7 bila terjadi sebelum usia 9 tahun dan terlambat bila setelah usia 14 tahun (Rogol et al., 2002). Perubahan ini diikuti dengan pemanjangan penis dan pembesaran vesicular seminalis dan prostat (Doyle, 2013). Volume testis saat prepubertas sebanyak 3-4 ml. Ukuran tersebut menjadi 10 kali lebih besar pada akhir pubertas (Rogol, 2002). Perkembangan rambut pubis mulai terlihat pada SMR stage 2 (Stang and Story, 2005). Terlihat pula ginekomasti pada remaja laki-laki namun mengecil beberapa tahun kemudian (Doyle, 2013). Produksi sperma (spermache) dimulai rata-rata pada usia 14 tahun (Stang and Story, 2005) sedangkan ejakulasi pertama kali terjadi setahun setelah pembesaran testis dimulai. Kejadian ini dipengaruhi oleh faktor psikologis, budaya dan biologis (Rogol et al., 2002; Doyle, 2013). Percepatan tinggi badan perempuan terjadi mulai SMR stage 2, sekitar umur 9,5 sampai 14,5 tahun (Stang and Story, 2005; Doyle, 2013). Puncak percepatan pertumbuhan adalah pada akhir stage 2 dan ketika stage 3, kurang lebih 6 sampai 12 bulan sebelum menarche (antara usia 11 sampai 13,5 tahun) (Stang and Story, 2005; Doyle, 2013). Diperkirakan 15 sampai 25 % tinggi dewasa sudah tercapai ketika pacu tumbuh saat pubertas. Percepatan pertumbuhan tinggi badan bisa lambat atau tertunda pada perempuan yang sangat membatasi asupan kalori. (Stang and Story, 2005). Pertambahan tinggi badan pada perempuan yang mengalami prekoks (menarche pada usia 6, 5 tahun), akan dimulai lebih dulu namun berhenti lebih cepat sehingga akan menjadi lebih pendek saat dewasa (Doyle, 2013). Puncak percepatan pacu tumbuh pada laki-laki terjadi setelah perempuan, kurang lebih saat SMR stage 4, rata-rata sekitar usia 14,4 tahun. Pertumbuhan tersebut hampir bersamaan dengan perkembangan testis dan pertumbuhan rambut wajah (Stang and Story, 2005). Siswa dan siswi SMP diperkirakan sudah mencapai usia kronologis 13 sampai dengan 15 tahun. Berdasarkan uraian di atas, maka diduga pertumbuhan dan perkembangan tanda-tanda

8 seks sekunder pada murid-murid SMP sebagian besar telah mencapai bentuk dan ukuran dewasa (tahap 5) terutama pada murid kelas III SMP yang rata-rata berusia 15 tahun.

9 METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif observasional (Campbell, 1968), yang menggunakan rancangan cross-sectional. Penelitian dilaksanakan di SMPN 4 Bangli Desa Pengotan Kecamatan Bangli sejak bulan Februari 2015 sampai dengan Juli 2015. Target penelitian adalah siswa-siswi SMPN di Bali dengan siswa-siswi SMPN di Kecamatan Bangli sebagai populasi penelitian. Sampel penelitian adalah seluruh siswa-siswi SMPN 4 Bangli Desa Pengotan Kecamatan Bangli yang setuju mengisi kuisioner dengan kriteria sebagai berikut: a. Kriteria inklusi sampel: siswa-siswi SMPN 4 Bangli Desa Pengotan Kecamatan Bangli yang setuju mengisi kuisioner. b. Kriteria eksklusi sampel: siswa-siswi SMPN 4 Bangli Desa Pengotan Kecamatan Bangli yang tidak hadir. c. Kriteria drop out: siswa-siswi SMPN 4 Bangli Desa Pengotan Kecamatan Bangli yang setuju mengisi kuisioner namun pengisiannya tidak lengkap. Variabel-variabel penelitian dapat didefinisikan sebagai berikut (Stang and Story, 2005): 1. Perkembangan Payudara Wanita: a. Tahap 1: prepubertal, hanya terdapat peninggian puting susu. b. Tahap 2: payudara sedikit meninggi. c. Tahap 3: pembesaran menyeluruh payudara dan areola. d. Tahap 4: pembesaran payudara lebih lanjut dan penonjolan areola dan puting susu. e. Tahap 5: payudara dewasa dengan proyeksi hanya pada puting susu. 2. Perkembangan Rambut Pubis Wanita:

10 a. Tahap 1: Prepubertal; tidak ada rambut pubis. b. Tahap 2: rambbut pubis tumbuh sepanjang labia namun jarang. c. Tahap 3: rambut seksual tumbuh lebih banyak dan menjadi lebih gelap, kasar, keriting. Rambut-rambut tersebut tersebat jarang menutupi pubis. d. Tahap 4: rambut pubis sudah menyerupai rambut dewasa namun belum menyebar ke bagian medial paha. e. Tahap 5: rambut pubis sudah mencapai bentuk dan jumlah dewasa, juga sudah menyebar ke bagian medial paha. n medial paha. 3. Perkembangan Genital Laki-laki: a. Tahap 1: prepubertal, tidak terdapat perubahan ukuran ataupun proporsi testis, scrotum dan penis ketika awal masa anak-anak. b. Tahap 2: scrotum dan testis membesar, kemerahan dan terjadi perubahan tekstur kulit pada scrotum dengan sedikit atau tanpa pembesaran penis. c. Tahap 3: penis bertambah panjang lalu bertambah lebar, disertai dengan pertumbuhan testis dan scrotum. d. Tahap 4: penis membesar, diikuti dengan perkembangan kelenjar dan pertumbuhan lebih lanjut testis dan scrotum. Kulit scrotum semakin gelap. e. Tahap 5: genitalia sudah mencapai bentuk dan ukuran dewasa. 4. Perkembangan Rambut Pubis Laki-laki: a. Tahap 1: prepubertal, tidak terdapat rambut pubis. b. Tahap 2: tumbuh rambut pubis pada dasar penis namun masih jarang. c. Tahap 3: rambut pubis bertambah banyak, gelap, kasar dan keriting.

11 d. Tahap 4: rambut pubis sudah menyerupai bentuk dewasa hanya saja belum menyebar ke bagian medial paha. e. Tahap 5: rambut pubis telah mencapai bentuk dan ukuran dewasa serta sudah menyebar ke bagian medial paha. Alat-alat yang dipergunakan dalam pengumpulan data, antara lain: alat tulis, kuisioner, laptop (komputer), printer, kertas. Pembagian kuisioner kepada 250 siswa-siswi SMPN 4 Bangli Desa Pengotan Kecamatan Bangli yang setuju untuk mengisi kuisioner merupakan langkah awal yang dilakukan dalam penelitian ini. Kuisioner kemudian dikumpulkan dan dianalisis dengan: analisis deskriptif untuk mengetahui nilai minimum, maksimum, rata-rata (mean) dan standar deviasi pada tingkat kepercayaan 95% atau signifikansi 5% (Santoso, 2003).

12 DAFTAR PUSTAKA Stang J. and Story M. 2005. Adolescent Growth and Development. In: Stang J., and Story, M (Eds). Guidelines for Adolescent Nutrition Services. Doyle, DA. 2013. Physical Growth and Sexual Maturation of Adolescents. Merck Sharp and Dohme Corp. Available from: http://www.merckmanuals.com/professional/pediatrics/growth_and_development/physical_ growth_and_sexual_maturation_of_adolescents.html Rogol, AD., Roemmich, JN., Clark, PA. 2002. Growth at Puberty. Journal of Adolescent Health 31(6S):192 200.