BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. TEC dilakukan pada tanggal 20 Maret April 2017 bertempat di

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN. makanan menggunakan termoelektrik peltier TEC sebagai berikut :

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN DAN ANALISA KINERJA DARI MESIN PENDINGIN MAKANAN DAN MINUMAN TANPA FREON MENGGUNAKAN THERMOELECTRIC PELTIER TEC

BAB II Dasar Teori BAB II DASAR TEORI

Tabel 4.1 Perbandingan desain

PENDINGIN TERMOELEKTRIK

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB II LANDASAN TEORI

Gambar 2.1 Sebuah modul termoelektrik yang dialiri arus DC. ( (2016). www. ferotec.com/technology/thermoelectric)

UJI UNJUK KERJA PENDINGIN RUANGAN BERBASIS THERMOELECTRIC COOLING

Perancangan Dan Pembuatan Kotak Pendingin Berbasis Termoelektrik Untuk Aplikasi Penyimpanan Vaksin Dan Obat-Obatan

BAB IV HASIL DAN ANALISA

BAB III. METODE PENELITIAN

BAB III DESAIN DAN MANUFAKTUR

AGUS PUTRA PRASETYA

EXHAUST SYSTEM GENERATOR: KNALPOT PENGHASIL LISTRIK DENGAN PRINSIP TERMOELEKTRIK

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

KOLABORASI KIPAS ANGIN DENGAN ELEMEN PELTIER UNTUK MENDAPATKAN UDARA SEJUK MENGGUNAKAN MIKROKONTROLLER Atmega8535 SKRIPSI MUHAMMAD ABRAL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Rancang Bangun Sistem Penyejuk Udara Menggunakan Termoelektrik dan Humidifier

UJI UNJUK KERJA PENDINGIN RUANGAN BERBASIS THERMO ELECTRIC COOLING

BAB IV HASIL DAN ANALISA PENGUJIAN THERMOELECTRIC GENERATOR

Ditulis Guna Melengkapi Sebagian Syarat Untuk Mencapai Jenjang Sarjana Strata Satu (S1) Jakarta 2016

BAB II TEORI DASAR. 2.1 Pendingin Termoelektrik (TEC)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

RANCANG BANGUN ALAT PENGONDISI TEMPERATUR AIR PADA BUDI DAYA UDANG CRYSTAL RED

OLEH : DEDDY REZA DWI P DOSEN PEMBIMBING : IR. DENNY M. E. SOEDJONO,MT.

BAB III PERANCANGAN SISTEM

Gambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor.

STUDI AWAL PEMANFAATAN THERMOELECTRIC MODULE SEBAGAI ALAT PEMANEN ENERGI

BAB III PERANCANGAN MINI REFRIGERATOR THERMOELEKTRIK TENAGA SURYA. Pada perancangan ini akan di buat pendingin mini yang menggunakan sel

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan jumlah penduduk dan teknologi yang pesat, menjadikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Untuk keperluan tersebut di atas, pada alat rumah tangga dibuatkan suatu pendingin, dengan tujuan antara lain:

SIMULASI DISPENSER HOT AND COOL UNIT

ANALISIS HASIL PENGUJIAN EFEK SEEBECK TERMOELEKTRIK DENGAN SUMBER PANAS UBLIK DAN VARIASI PENDINGIN OLI, AIR ES, UDARA

MODIFIKASI MESIN PEMBANGKIT UAP UNTUK SUMBER ENERGI PENGUKUSAN DAN PENGERINGAN PRODUK PANGAN

Rancang Bangun Pendingin Portable Dengan Menggunakan Konsumsi Daya Rendah

BAB II LANDASAN TEORI

RANCANG BANGUN PENDINGIN RUANGAN PORTABLE DENGAN MEMANFAATKAN EFEK PERBEDAAN SUHU PADA THERMO ELECTRIC COOLER (TEC)

PENGUJIAN KINERJA COUPLE THERMOELEKTRIK SEBAGAI PENDINGIN PROSESOR

STUDI EKSPERIMENTAL PENDINGINAN DENGAN TEC (THERMOELECTRIC COOLING SYSTEM) SEBAGAI APLIKASI PENDINGINAN VAKSIN PORTABEL

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

Sistem Kontrol Temperatur Air pada Proses Pemanasan dan Pendinginan dengan Pompa sebagai Pengoptimal

BAB II DASAR TEORI Sejarah Singkat Termoelektrik. mempunyai peranan penting dalam aplikasi praktik.

KONSERVASI ENERGI PADA BTS (BASE TRANSCEIVER STATION) MENGGUNAKAN SISTEM PENDINGIN ARUS SEARAH (DC COOLER)

PEMANFAATAN MODUL TERMOELEKTRIK SEBAGAI PEMANAS UNTUK ALAT PENETAS TELUR SEDERHANA

RANCANG BANGUN DAN KAJIAN SISTEM PEMBUANGAN PANAS DARI RUANG PENDINGIN SISTEM TERMOELEKTRIK UNTUK PENDINGINAN JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae)

PENGUJIAN THERMOELECTRIC GENERATOR (TEG) DENGAN SUMBER KALOR ELECTRIC HEATER 60 VOLT MENGGUNAKAN AIR PENDINGIN PADA TEMPERATUR LINGKUNGAN

BAB V PEMBAHASAN Analisis Faktor. Faktor-faktor dominan adalah faktor-faktor yang diduga berpengaruh

LAMPIRAN A TAMPILAN PERANGKAT LUNAK

Kaji Eksperimental Pengaruh Kecepatan Udara Masuk terhadap Distribusi Temperatur pada Lorong Udara Model dengan Panjang Lorong Udara Tetap

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan Air Conditioning dan untuk penyimpanan bahan makanan dan. minuman menggunakan Domistic Refrigerant ( lemari es ).

Proceeding Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin XIV (SNTTM XIV) Banjarmasin, 7-8 Oktober 2015 Pengaruh Variasi Luas Heat Sink

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan Maret 2013 di

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III RANCANGAN ALAT

BAB II LANDASAN TEORI

IV. PENDEKATAN RANCANGAN

TUGAS AKHIR RANCANG BANGUN COOL BOX BERBASIS HYBRID TERMOELEKTRIK

BAB III METODE PENELITIAN

Konduksi Mantap 2-D. Shinta Rosalia Dewi

KAJI EKSPERIMENTAL PERPINDAHAN PANAS KONVEKSI PADA HEATSINK DI SISI PANAS DAN SISI DINGIN THERMOELEKTRIK TEC DEVI RATNA SARI

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai Maret 2013 di

STUDI EKSPERIMENTAL KOEFISIEN PERPINDAHAN KALOR MODEL WATER HEATER KAPASITAS 10 LITER DENGAN INJEKSI GELEMBUNG UDARA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. jalan Kolam No. 1 / jalan Gedung PBSI Telp , Universitas Medan

BAB IV METODE PENGUJIAN CIGARETTE SMOKE FILTER

Penggunaan Modul Thermoelectric sebagai Elemen Pendingin Box Cooler

RANCANG BANGUN ENERGI TERBARUKAN DENGAN MEMANFAATKAN ENERGI PANAS DARI KONDENSOR MESIN PENDINGIN

RANCANG BANGUN TERMOMETER SUHU TINGGI DENGAN TERMOKOPEL

II. TINJAUAN PUSTAKA

PENDINGIN MINUMAN BERCATU DAYA TERMOELEKTRIK

SISTEM KONTROL SUHU PENYIMPAN BUAH-SAYUR PADA MESIN PENDINGIN TERMOELEKTRIK

BAB II LANDASAN TEORI

Contoh soal dan pembahasan ulangan harian energi dan daya listrik, fisika SMA kelas X semester 2. Perhatikan dan pelajari contoh-contoh berikut!

KAJIAN EKSPERIMENTAL ALAT MULTI FUNGSI BERCATU DAYA TERMOELEKTRIK UNTUK PENDINGINAN DAN PEMANASAN ABSTRACT

METODOLOGI PENELITIAN

Desain Sistem Pendingin Ruang Muat Kapal Ikan Tradisional Dengan Memanfaatkan Uap Es Kering

PENGANTAR OPERASI SISTEM TENAGA LISTRIK.

PELATIHAN PENGOPERASIAN DAN PERAWATAN MESIN PENDINGIN. Oleh : BALAI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PERIKANAN TEGAL

PEMANFAATAN TENAGA SURYA MENGGUNAKAN RANCANGAN PANEL SURYA BERBASIS TRANSISTOR 2N3055 DAN THERMOELECTRIC COOLER

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

SEMINAR NASIONAL ke 8 Tahun 2013 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Lampiran 1. Perhitungan kebutuhan panas

Tugas akhir BAB III METODE PENELETIAN. alat destilasi tersebut banyak atau sedikit, maka diujilah dengan penyerap

ANALISIS KINERJA SISTEM PENDINGIN ARUS SEARAH YANG MENGGUNAKAN HEATSINK JENIS EXTRUDED DIBANDINGKAN DENGAN HEATSINK JENIS SLOT

LISTRIK DAN MAGNET (Daya Listrik) Dra. Shrie Laksmi Saraswati,M.Pd

SMP kelas 9 - FISIKA BAB 2. RANGKAIAN LISTRIK DAN SUMBER ENERGI LISTRIKLatihan Soal 2.7

BAB IV PENGUJIAN DAPUR BUSUR LISTRIK

Analisa Penurunan Suhu Pada Pendingin Mesin Sterling Engine Stem. Mualim, Nidia Yunarsih, Nugroho P. Ariyanto. Teknik Mesin,Politeknik Negeri Batam

SOAL SOAL SEMESTER GASAL KELAS X TITIL MATA DIKLAT : MENGGUNAKAN HASIL PENGUKURAN (011/DK/02) JUMLAH SOAL : 25 SOAL PILIHAN GANDA

Perancangan Sistem Pendingin Air Menggunakan Elemen Peltier Berbasis Mikrokontroler ATmega8535

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: ( Print) B-91

Ditulis Guna Melengkapi Sebagian Syarat Untuk Mencapai Jenjang Sarjana Strata Satu (S1) Jakarta 2015

STUDI PENGARUH DIAMETER RONGGA PENAMPANG KONDUKTOR TERHADAP PERUBAHAN SUHU ARTIKEL. Oleh: DewiPuspitasari NIM

BAB III METODE PENELITIAN (BAHAN DAN METODE) keperluan. Prinsip kerja kolektor pemanas udara yaitu : pelat absorber menyerap

RANCANG BANGUN KOTAK PENDINGIN YANG MENGGUNAKAN ELEMEN PENDINGIN TERMOELEKTRIK DENGAN SUMBER ENERGI SURYA

BAB III ANALISA DAN PENGHITUNGAN DATA

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

Transkripsi:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pelaksanaan Pengujian mesin pendingin yang menggunakan termoelektrik peltier TEC1-12706 dilakukan pada tanggal 20 Maret 2017-30 April 2017 bertempat di rumah penulis yang berada di Kota Wates, Kulon Progo, Yogyakarta. Dalam pembahasan hasil pengujian ini dibagi menjadi empat bagian yaitu pembahasan mengenai variasi heat sink, pembahasan mengenai penggunaan energi dalam siste, pembahasan mengenai penggunaan energi untuk pendinginan dan pembahasan yang terakhir mengenai perbandingan mesin. 4.2. Pengujian Variasi Heat Sink Pada pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui variasi heat sink yang akan digunakan pada bagian sisi panas peltier dan sisi dingin peltier. Pengujian variasi heat sink ini dilakukan pada tanggal 7 April 2017 pada pukul 08.00-10.00 dengan metode open system. Untuk data heat sink yang digunakan pada sisi panas tetap menggunakan heat sink dengan tipe A. Sementara untuk bagian sisi dengin divariasikan dengan menggunakan tipe B dan tipe C. Mesin yang dirangkai menggunakan satu buah peltier TEC1-12706. 62

63 HEAT SINK (extrude) Tabel 4.1 Data Variasi Heat Sink Tipe Extrude PANJANG (mm) LEBAR (mm) TINGGI (mm) TEBAL (mm) JARAK SIRIP (mm) JUMLAH SIRIP Model A 120 120 34 4 10 7 Model B 80 70 34 4 10 7 Model C 80 60 43 9 3 20 Kemudian heat sink tersebut dirangkai pada peltier, terdapat dua rangkaian yang diuji. Rangkaian tersebut dapat dilihat pada tabel 4.2. NO Tabel 4.2 Rangkaian variasi heat sink Mesin Sisi Panas (Heat sink) Sisi Dingin (Heat sink) 1 Tipe 1 Model A Model B 2 Tipe 2 Model A Model C Setelah dilakukan pengujian open system pada masing-masing tipe mesin di atas secara terpisah selama 15 menit, didapatkan hasil pengujian yang dapat dijelaskan pada tabel 4.3. Tabel 4.3 Hasil pengujian variasi heat sink Mesin Suhu Kabin ( o C) Waktu Tegangan Ampere T Awal Akhir (Menit) (V) (A) ( o C) Tipe 1 27 50 15 11,9 4,29 23 Tipe 2 27 45 15 11,9 4,29 18

64 Gambar 3.26 Hasil pengukuran suhu pada pengujian variasi heat sink tipe 1 (kiri) dan tipe 2 (kanan) atau pengujian open system Gambar 3.27 Hasil pengukuran suhu awal kabin pada pengujian open system Dapat dilihat pada dua mesin tersebut mengahasilkan selisih perubahan suhu yang berbeda, dimana pada mesin tipe 1 mengasilkan T sebesar 23 o C dan pada mesin tipe 2 menghasilkan T sebesar 18 o C. Mesin tipe 2 menghasilkan T lebih kecil, yang berarti heat sink pada bagian dingin mampu lebih bagus menurunkan suhu. Heat sink pada mesin tipe 2 menggunakan heat sink tipe C yang memiliki jumlah sirip yang lebih banyak dibanding dengan heat sink tipe B, yang berarti memiliki luas area sentuh lebih besar terhadap udara dalam kabin sehingga kemampuan pendinginannya juga lebih bagus dibanding dengan heat sink tipe B yang memiliki sirip lebih sedikit dan luas area sentuh terhadap udara dalam kabin lebih kecil. Dengan fakta bahwa heat sink pada sisi panas adalah sama, maka jika dilakukan pengujian secara open system mesin yang

65 menghasilkan T paling kecil adalah mesin yang lebih optimal kinerjanya dalam mendinginkan kabin. Sehingga mesin dengan tipe 2 digunakan penulis sebagai mesin pedngingin yang akan digunakan pada sistem. 4.3. Penggunaan Energi Dalam Sistem Dalam pengujian ini dimaksudkan untuk mencari berapa energi yang digunakan dalam sistem selama mesin dinyalakan. Pengujian dilakukan pada tanggal 8 Aril 2017 pukul 08.00-10.00 Untuk mencari energi yang digunakan oleh sistem dapat dicari dengan pengujian closed system seperti dijelaskan pada bab 3. Pengujian ini menggunakan satu peltier TEC1-12706 yang dirangkai sesuai mesin dengan tipe 2. Data hasil pengujian ini dapat dijelasakan sebagai berikut. Tabel 4.4 Data hasil pengujian closed system sisi panas (hot side) SUHU ( o C) WAKTU NO SUHU AWAL SUHU T (Menit) (T 0 ) AKHIR (T 1 ) 1 29 49 20 15 Tabel 4.5 Data hasil pengujian closed system sisi dingin (cold side) SUHU ( o C) WAKTU NO SUHU AWAL SUHU T (Menit) (T 0 ) AKHIR (T 1 ) 1 29 22 7 15

66 Gambar 3.28 Hasil pengukuran suhu pengujian closed system sisi panas (kiri) dan sisi dingin (kanan) Gambar 3.29 Hasil pengukuran suhu awal kabin pada pengujian closed system Dapat dilihat dalam tabel di atas dalam pengujian kinerja mesin dengan cara closed system selisih suhu yang dihasilkan pada sisi panas sebesar 20 o C dan selisih suhu yang terjadi pada sisi dingin sebesar 7 o C. Sehingga selisih suhu kerja diantara sisi panas dan sisi dingin sebesar 13 o C. Hasil tersebut didapat dengan jalan mengurangkan selisih suhu kerja pada sisi panas dan sisi dingin. Selisih suhu sebesar 13 o C merupakan energi dalam yang berada di dalam elemen peltier sehingga mengakibatkan perltier dapat bekerja. 4.3.1. Kemampuan Pendinginan Peltier TEC1-12706 Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui kinerja peltier sebagai pendingin. Pengujian ini dilakukan pada tanggal 5 April 2017 pukul 08.00-10.00.

67 Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui kinerja peltier sebagai pendingin. Mesin yang digunakan adalah mesin dengan tipe 2, yang dimasukkan pada kabin dengan kapasitas 7,5 liter. Data dari pengujian ini dapat dijelaskan pada tabel di bawah ini. Tabel 4.6 Hasil pengujian Mesin Arus (A) Listrik Tegangan (V) Suhu Ruang ( o C) Suhu Awal ( o C) Suhu Kabin Suhu Akhir ( o C) WAKTU (Menit) Tipe 2 4,29 11,9 29 29 22 15 Mesin Tabel 4.7 Kemampuan pendinginan peltier P in (Wh) T ( o C) Kemampuan Pendinginan (Wh/ o C) Tipe 2 12,7 7 1,8 Dari hasil pengujian kinerja peltier TEC1-12706 terlihat bahwa kemampuan pendinginan adalah sebesar 1,8 Wh/ o C. Yang berarti mesin yang dirancang oleh penulis mampu menurunkan suhu kabin sebesar 1 o C menggunakan energi sebesar 1,8 Wh/ o C dengan volume kabin sebesar 7,5 liter. 4.3.2. Perhitungan Penggunaan Energi Dalam Sistem Untuk melakukan perhitungan penggunaan energi dalam sistem data awal yang perlu diketahui adalah selisih kerja (suhu) antara hot side dan cold side. Selain itu data yang diperlukan adalah kemampuan pendinginan dari peltier.

68 Perhitungan penggunaan energi dalam sistem dapat dijelaskan sebagai berikut : Diketahui : Ditanya : T = 13 o C q =.mw/min t C = 15 menit (0,25 jam) = 1,8 Wh/ o C Jawab : Untuk mencari q yang pertama kali dilakukan adalah membagi dengan satuan waktu selama mesin bekerja dalam menit. Sehingga T per menitt menjadi = 13 o C : 15 = 0,87 o C. Selanjutnya hasil di atas di kalikan dengan C dari mesin sebesar 1,8 Wh/ o C, maka didapatkan hasil = 0,87 o C x 1,8 Wh/ o C = 1,57 Wh Kemudian hasil 1,57 Wh dikonversi menjadi 26,2 miliwatt/menit Sehingga dapat diketahui penggunaan energi dalam sistem sebesar 26,2 mw/min. 4.4. Efisiensi Kerja Pendinginan Pada pengujian efisiensi kerja pendingin dilakukan dengan cara pengujian open system. Yaitu bagian mesin sisi panas dan sisi dingin dimasukkan kedalam kabin, selanjutnya mesin dinyalakan dan catat perubahan suhu yang terjadi di dalam kabin dalam rentan waktu mesin mati sampai setelah mesin dinyalakan. Data hasil pengujian closed system ini dapat dijelaskan pada tabel di bawah ini.

69 Tabel 4.8 hasil uji open system Mesin Suhu Kabin ( o C) Awal Akhir T Waktu (Menit) Tipe 2 27 45 18 15 Dapat dilihat pada tabel di atas, setelah sisi panas dan sisi dingin dimasukkan bersamaan dalam kabin didapat perbedaan suhu sebesar 18 o C. Perbedaan suhu tersebut didapat setelah mesin dinyalakan salama 15 menit. Kemudian 1,2 o C dikalikan dengan kemampuan mesin pendingin sebesar 1,8 Wh/ o C, maka didapatkan hasil 2,16 Wh. Hasil 2,16 Wh tersebut selanjutnya dikurangkan dengan hasil perhitungan dari penggunaan energi dalam sistem sebesar 1,57 Wh. Sehingga didapatkan hasil sebesar 0,59 Wh. Dikonversi ke miliwatt/menit, maka hasilnya 9.83 mw/menit. Energi sebesar 9.83 mw/menit merupakan energi yang digunakan sehingga peltier mampu menghasilkan suhu dingin. Sehingga efisiensi pendinginan yang dihasilkan mesin adalah 26,2 mw/min dibagi dengan 9.83 mw/menit, maka hasilnya 0,34. 4.5. Perbandingan Kinerja Mesin Pendingin Pada pengujian ini dilakukan pada tanggal 29 April 2017 pada pukul 08.00-10.00. Pada pengujian ini terdapat dua data dari kinerja masing-masing mesin pendingin. Data pertama pada tabel 4.10 merupakan data kinerja dari mesin pendingin yang di beli di toko elektronik dengan merk dagang Port Able

70 Electronic dan data pada tabel 4.11 merupakan data dari mesin pendingin yang didirancang oleh penulis. Waktu (Menit) Tabel 4.9 Data kinerja mesin pendingin Port Able Electronic Kapasitas Kabin (liter) Awal Suhu Kabin ( o C) Akhir Perubahan Suhu Energi (Wh) Kemampuan Pendinginan (Wh/ o C) 15 7,5 28,6 24,4 4,2 12 2.8 Waktu (Menit) Gambar 3.30 Hasil pengukuran suhu kinerja mesin pendingin Port Able Electronic, suhu awal (kiri) dan suhu akhir (kanan) Tabel 4.10 Data kinerja mesin pendingin rancangan penulis Kapasitas Kabin (liter) Awal Suhu Kabin ( o C) Akhir Perubahan Suhu Energi (Wh) Kemampuan Pendinginan (Wh/ o C) 15 7,5 29 22 7 12,7 1,8 Gambar 3.31 Hasil pengukuran suhu kinerja mesin pendingin rancangan penulis, suhu awal (kiri) dan suhu akhir (kanan)

71 Dari data pada tabel di atas dapat dilihat bahwa kinerja mesin pendingin buatan Port Able Electronic dalam waktu 15 menit mampu menurunkan suhu sebesar 4,2 o C penggunaan energi selama 15 menit sebesar 12 Wh. Maka untuk menurunkan suhu sebesar 1 o C diperlukan energi sebesar 2.8 Wh. Kemudian dapat dilihat pada tabel 4.12 yang merupakan data hasil pengujian kinerja mesin pendingin rancangan penulis. Dalam waktu 15 menit mesin tersebut mampu menurunkan suhu sebesar 7 o C dengan penggunaan energi sebesar 12,7 Wh. Maka untuk menurunkan suhu sebesar 1 o C diperlukan energi sebesar 1,8 Wh. Dapat diketahui sesuai data percobaan di atas bahwa mesin buatan penulis lebih efisien dalam kinerja pendinginan. Selain itu kempuan mesin dalam menurunkan suhu kabin yang sama sama berkapasitas 7,5 liter juga lebih unggul. Mesin rancangan penulis mampu menurunkan suhu sebesar 7 o C selama 15 menit, sementara mesin buatan Port Able Electronic mampu menurunkan suhu sebesar 4,2 o C selama 15 menit. Selain pengujian selama 15 menit, dilakukan juga pengujian selama 45 menit untuk mengetahui kinerja mesin selama 45 menit.

72 Tabel 4.11 Kinerja maksimal mesin pendingin rancangan penulis selama 45 menit Waktu (Menit) Suhu ( o C) T ( o C) Saat mesin mati 28,00 0 15 21,00 7,00 30 20,50 7,50 45 20,00 8,00 Gambar 3.32 Hasil pengukuran suhu kinerja mesin pendingin rancangan penulis selama 45 menit Tabel 4.12 Kinerja maksimal mesin pendingin Port Able Electronic selama 45 menit Waktu (Menit) Suhu ( o C) T ( o C) Saat mesin mati 28,50 0 15 24,00 4,50 30 22,50 6,00 45 21,00 7,50

73 Gambar 3.32 Hasil pengukuran suhu kinerja mesin pendingin Port Able Electronic selama 45 menit Dapat dilihat pada tabel 4.11 dan 4.12 bahwa kecepatan pendinginan pada mesin rancangan penulis lebih baik dibanding dengan mesin buatan Port Able Electronic. Dalam kecepatan pendinginan, mesin rancangan penulis menjadi lebih unggul dikarenakan dalam perpindahan suhu dingin pada heat sink menggunakan cara konveksi paksa, yaitu menempatkan kipas ukuran 6x6 cm pada sisi dingin mesin sebanyak satu buah. Sedangkan pada mesin buatan Port Able Electronic untuk memindahkan dingin dari peltier ke dalam kabin menggunakan cara konduksi melalui dinding alumunium di dalam kabin sehingga kecepatan pendinginannya menjadi kurang baik. Dari penjelasan di atas dapat dilihat bahwa kinerja mesin pendingin yang dirancang oleh penulis memiliki keunggulan dan kelemahan daripada kinerja mesin pendingin buatan Port Able Electronic. Kelemahan dan keunggulan masing-masing dapat dijelasakan di bawah ini, sebagai berikut.

74 4.5.1. Perbandingan Keunggulan dan Kelemahan Mesin Pendingin Keunggulan dan kelemahan mesin pendingin ini dilihat dari sisi teknis dan teknis serta faktor-faktor pendukung lainnya, penjelasan kenggulan dan kelemahan dari tiap-tiap mesin dapat dijelaskan sebagai berikut : A. Keunggulan mesin pendingin Port Able Electronic : 1. Emisi suara yang dihasilkan dari kipas tidak terlalu keras suaranya. 2. Bentuk lebih kompak dan kuat. B. Kelemahan mesin pendingin Port Able Electronic : 1. Suhu dalam sistem (kabin) yang mampu diturunkan mesin lebih rendah. 2. Harga mesin mahal. C. Keunggulan mesin pendingin rancangan penulis : 1. Suhu kabin yang mampu diturunkan mesin lebih besar daripada mesin pendingin buatan Port Able Electronic. 2. Harga pembuatan lebih murah daripada membeli mesin buatan Port Able Electronic. D. Kelemahan mesin pendingin rancangan penulis : 1. Emisi suara yang dihasilkan oleh kipas yang dipasang pada tiap-tiap heat sink lebih berisik