PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT KECEMASAN DALAM MENGHADAPI MENARCHE PADA SISWI SD NEGERI I GAYAM KABUPATEN SUKOHARJO

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. antara usia 11 atau 12 tahun sampai dengan 20 tahun. Menurut WHO (World

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI MENARCHE PADA SISWI KELAS VI

SKRIPSI. Skripsi ini disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat. Melakukan Penelitian di Bidang Kesehatan Masyarakat. Disusun oleh :

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju

BAB I PENDAHULUAN. anak mulai berpikir secara konkrit dan rasional. Pada usia sekolah dasar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Masa remaja adalah suatu tahap antara masa kanak kanak dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Aspek biopsikososial higiene...irmatri Ariyani, FKM UI, 2009

ELSA PERNANDA UTARI NIM I

BAB I PENDAHULUAN. Menarche merupakan menstruasi pertama yang biasa terjadi pada seorang

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja yang sehat dan berkualitas menjadi perhatian serius bagi orang tua,

BAB I PENDAHULUAN. distribusi lemak pada daerah pinggul. Selama ini sebagian masyarakat merasa

BAB I PENDAHULUAN. dimiliki yang akan ditunjukan pada orang lain agar terlihat berbeda dari pada

BAB I PENDAHULUAN. perempuan. Menstruasi pertama kali disebut dengan menarche (Wong,2008).

2013 GAMBARAN TINGKAT STRES PADA ANAK USIA SEKOLAH MENGHADAPI MENSTRUASI PERTAMA (MENARCHE) DI SEKOLAH DASAR NEGERI GEGERKALONG GIRANG

BAB I PENDAHULUAN. timbulnya ciri-ciri kelamin sekunder, dan berakhir jika sudah ada kemampuan

BAB 1 PENDAHULUAN. dari masa kanak kanak ke masa dewasa, terutama perubahan alat reproduksi.

ABSTRAK PREVALENSI GANGGUAN CEMAS PADA REMAJA PUTRI DI SMP NEGERI 1 DENPASAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada masa remaja banyak terjadi perubahan baik secara fisik

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. mana terjadi pacu tumbuh, timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapainya

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DENGAN KESIAPAN ANAK MENGHADAPI MASA PUBERTAS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. generasi berikutnya (Jameela, 2010). fase ini individu mengalami perubahan dari anak-anak menuju dewasa

BAB I PENDAHULUAN. fisik, biologis, psikologis dan sosial budaya (Sarwono, 2008). dan hormonal yang terjadi selama masa remaja awal.

BAB I PENDAHULUAN. kematangan seksual. Perubahan-perubahan ini terjadi pada masa-masa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Ini merupakan pertanda biologis dari kematangan seksual. Perubahan ini terjadi pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. anak gadis terjadi antara umur 10 dan 16 tahun (Knight, 2009). Menstruasi

BAB I PENDAHULUAN. masa anak-anak ke masa dewasa yang ditandai dengan percepatan. perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial. Buku-buku Pediatri

BAB I PENDAHULUAN. tumpuan harapan yang akan bisa melanjutkan cita-cita bangsa Indonesia. Sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. pada wanita di masa pubertas sekitar usia tahun. Menarche merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mental dan sosial secara utuh, yang tidak semata-mata bebas dari penyakit

BAB I PENDAHULUAN. fisik seperti sakit perut, jantung berdebar, otot tegang dan muka merah. Lalu

BAB I PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. Setiap wanita berbeda-beda waktunya dalam mendapatkan menarche atau

BAB I PENDAHULUAN. kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik. Masa pubertas adalah

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan 85% diantaranya hidup di negara berkembang. Di Indonesia,

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENANGANAN SINDROM PRA MENSTRUASI TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWI SMA NEGERI 2 SUKOHARJO SKRIPSI

umur tahun berjumlah 2.9 juta jiwa (Susenas, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan seseorang. Usia remaja berlangsung antara umur tahun, dengan

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN SISWI KELAS I TENTANG DISMENOREA (Study kasus di SMP Negeri 2 dan MTs As-safi iyah Kayen) SKRIPSI

(xiv + 67 Halaman + 3 Bagan + 4 Tabel + 17 Lampiran) ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. masa keserasian bersekolah. Umur anak sekolah dasar adalah antara 6-12 tahun.

BAB I PENDAHULUAN. dari program kesehatan reproduksi remaja adalah untuk membantu remaja

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada pertemuan International Conference on Population

BAB I PENDAHULUAN. menarche sampai menopause. Permasalahan dalam kesehatan reproduksi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Tumbuh kembang merupakan proses yang terjadi secara

Nurul Fatimah, Isy Royhanaty, Sawitry Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta, STIKES Karya Husada Semarang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pada masa remaja bisa meningkat terutama dalam bidang repoduksi dikarenakan

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN HUBUNGAN PERUBAHAN FISIK USIA REMAJA DENGAN RASA PERCAYA DIRI PADA SISWI KELAS 7

PENGETAHUAN DAN KESIAPAN REMAJA PUTRI DALAM MENGHADAPI MENARCHE DI SD NEGERI NO MEDAN TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya. (Depkes, 2010)

BAB I PENDAHULUAN. remaja adalah datang haid yang pertama kali atau menarche, biasanya sekitar umur

BAB I PENDAHULUAN. dari kesehatan secara umum, sehingga upaya untuk mempertahankan. kondisi sehat dalam hal kesehatan reproduksi harus didukung oleh

PENGARUH PENYULUHAN MENARCHE TERHADAP TINGKAT KECEMASAN MENGHADAPI MENARCHE SISWI KELAS V DAN VI DI SD NEGERI BERBAH 1 SLEMAN NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. penduduk muda yaitu umur tahun. Menurut Badan Pusat Statistik DIY

BAB I PENDAHULUAN. keadaan normal lama menstruasi berkisar antara 3-7 hari dan rata-rata berulang

IJMS Indonesian Journal On Medical Science Volume 3 No 1 - Januari 2016

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pembangunan berwawasan kesehatan merupakan salah satu aspek

BAB 1 PENDAHULUAN. produktif dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya (Depkes, 2010).

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MENARCHE PADA REMAJA PUTRI DI SMP NEGERI 3 KOTA JAMBI TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. selaput dinding perut atau peritonitis ( Manuaba, 2009). salah satunya adalah Keputihan Leukorea (Manuaba, 2009).

HUBUNGAN PERAN IBU DENGAN PERILAKU VULVA HYGIENE SAAT MENSTRUASI PADA SISWI SMP NEGERI 1 PLERET BANTUL YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menopause merupakan masa berhentinya menstruasi yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN UKDW. semakin cepat usia menarche. Selain mempengaruhi usia menarche, status gizi

: Remaja, Menarche, Kecemasan, Dukungan keluarga. : 28 buku ( ) + 5 website

BAB I PENDAHULUAN. adalah datangnya menopause. Menopause merupakan keadaan biologis yang

BAB I PENDAHULUAN. Remaja atau adolescence (Inggris), berasal dari bahasa latin adolescere

BAB I PENDAHULUAN. biologis, psikologis dan sosial (Rudolph, 2014). Batas usia remaja menurut

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja atau pubertas adalah usia antara 10 sampai 19 tahun, dan

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial.

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MENGENAI MENARCHE TERHADAP PENURUNAN KECEMASAN SISWI SMP KELAS VII MENJELANG MENARCHE DI SMP NEGERI 1 SEMARAPURA.

BAB 1 PENDAHULUAN. hormone yang dikendalikan oleh kelenjar hipofisis anterior yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. atau remaja awal (Monks, 2006). Masa pra pubertas ini memiliki banyak potensi

BAB I PENDAHULUAN. produksi zat prostaglandin (Andriyani, 2013). Disminore diklasifikasikan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia memiliki jumlah remaja sebesar 43,5 juta jiwa (usia 10-

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah suatu tahap peralihan antara masa anak-anak. menuju dewasa. Sebelum memasuki masa remaja, seseorang akan

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hal penting yang diinginkan. setiap manusia. Menurut World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju

BAB I PENDAHULUAN. yang berada pada tahap transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa yaitu bila

Susi Susanti a116 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Ngudi Waluyo Ungaran Program Studi Ilmu Keperawatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sebuah negara kepulauan yang didiami oleh 222,6 juta jiwa, yang menjadikan

GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG MENARCHE (Studi di SD Negeri Wanar Kecamatan Pucuk Kabupaten Lamongan Tahun 2015) Ida Susila *

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH. Remaja adalah mereka yang berada pada tahap transisi

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan sistem reproduksi termasuk kebersihan daerah genetalia, khususnya

BAB 1 PENDAHULUAN. individu mulai mengembangkan ciri-ciri abstrak dan konsep diri menjadi

BAB I PENDAHULUAN. alat-alat kelamin manusia mencapai kematangannya. Secara anatomis berarti alatalat

I. PENDAHULUAN. manusia, dan sering disebut masa peralihan. Tanda - tanda remaja pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang penting dan patut. bagi kehidupan seorang pria maupun wanita.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat

BAB I PENDAHULUAN. menduduki peringkat teratas dan sebagai penyebab kematian tertinggi

BAB I PENDAHULUAN. seperti puberteit, adolescence, dan youth. Remaja atau adolescence (Inggris),

Aji Galih Nur Pratomo, Sahuri Teguh, S.Kep, Ns *)

BAB 1 PENDAHULUAN. sikap dan tekad kemandirian manusia dan masyarakat Indonesia dalam rangka

Volume 4 No. 2, September 2013 ISSN : GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA KELAS VII TENTANG PERUBAHAN SEKS SEKUNDER DI SMP N 1 MAYONG JEPARA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT KECEMASAN DALAM MENGHADAPI MENARCHE PADA SISWI SD NEGERI I GAYAM KABUPATEN SUKOHARJO SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Keperawatan Disusun oleh : SAHURI TEGUH KURNIAWAN J 210 050 027 JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2009

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang dimulai pada saat terjadinya kematangan seksual yaitu antara usia 11 atau 12 tahun sampai dengan 20 tahun. Remaja tidak mempunyai tempat yang jelas, mereka tidak termasuk golongan anak-anak tetapi tidak juga termasuk golongan orang dewasa (Hurlock, 2006). Masa remaja adalah masa transisi dalam rentang kehidupan manusia yang menghubungkan masa kanak-kanak dan masa dewasa. Pertumbuhan penduduk usia remaja terjadi di berbagai negara, demikian pula di Indonesia, saat ini remaja di Indonesia mencapai 22 % atau sekitar 44 juta jiwa. Remaja adalah calon generasi penerus bangsa yang besar pengaruhnya atas segala tindakan yang mereka lakukan. Pubertas pada perempuan umumnya terjadi di usia 9-12 tahun, sedangkan pubertas pada laki-laki terjadi di usia yang lebih tua yaitu 9-14 tahun. Menurut WHO batasan usia remaja adalah 12 sampai 24 tahun, sedangkan menurut Departemen Kesehatan yaitu yang berusia 10 sampai 19 tahun dan belum kawin. Pubertas pada perempuan dapat ditandai dengan datangnya menstruasi untuk pertama kalinya (menarche). Remaja putri yang mempunyai kecenderungan nerotis dalam usia pubertas, banyak mengalami konflik batin dari datangnya menstruasi pertama

yang dapat menimbulkan beberapa tingkah laku patologis, meliputi kecemasan-kecemasan berupa fobia, wujud minat yang sangat berlebih, rasa berdosa atau bersalah yang sangat ekstrim yang kemudian menjelma menjadi reaksi paranoid (Yetty, 2005). Menarche merupakan peristiwa paling penting pada remaja putri sebagai pertanda siklus masa subur sudah dimulai. Datangnya menarche justru membuat sebagian remaja, takut dan gelisah karena beranggapan bahwa darah haid merupakan suatu penyakit (Rosidah, 2006), namun beberapa remaja justru merasa senang sewaktu mendapatkan menarche, terutama mereka yang telah mengetahui tentang menarche. Rosidah (2006), menyebut bahwa cepat lambatnya menarche tergantung pada faktor gizi, genetik dan psikologis dari remaja tersebut. Dalam penelitiannya menunjukkan bahwa dari 52 responden berdasarkan pengetahuan tentang menarche diperoleh responden dengan pengetahuan baik sebanyak 15 siswi, pengetahuan cukup sebanyak 14 siswi dan dengan pengetahuan kurang sebanyak 23 siswi, menurut SKRRI (2002-2003) pengetahuan remaja tentang masalah kesehatan reproduksi masih rendah yaitu pengetahuan laki-laki 46,1% dan pengetahuan perempuan sekitar 43,1%. Kurangnya pengetahuan disebabkan karena dari segi fisik dan psikologis remaja belum matang, informasi yang kurang dari orang tua, sulitnya mencari informasi karena letak desa yang jauh dari perkotaan menyebabkan timbulnya perasaan cemas dan takut pada remaja ketika menstruasi pertama tiba.

Kecemasan sangat berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya, pada remaja putri yang mengalami menarche tanpa pengetahuan yang cukup akan mengalami berbagai kecemasan, kecemasan tersebut akan dapat berkurang apabila tersedianya layanan pendidikan kesehatan di sekolahsekolah serta meningkatnya keinginan remaja untuk membaca buku-buku kedokteran (Burn, 2000). Meningkatkan minat baca yang berhubungan dengan menarche dan meningkatkan pengetahuan remaja tentang masalah kesehatan, sekolah adalah tempat yang paling tepat karena sekolah merupakan perpanjangan tangan dari keluarga dalam meletakkan dasar perilaku untuk kehidupan anak selanjutnya, sehingga sekolah sangat berperan dalam proses penyampaian informasi kesehatan kepada remaja.(notoatmodjo, 2007). Pendidikan kesehatan sekolah merupakan masalah penting yang perlu mendapatkan perhatian semua pihak (Manuaba, 1998), sekolah merupakan langkah yang strategis dalam upaya meningkatkan kesehatan masyarakat karena sekolah merupakan lembaga yang sengaja didirikan untuk membina dan meningkatkan sumber daya manusia baik fisik, mental, moral maupun intelektual. Pendidikan kesehatan melalui sekolah paling efektif diantara usaha kesehatan masyarakat yang lain, karena usia 6-18 tahun mempunyai prosentase paling tinggi dibandingkan dengan kelompok umur yang lain (Notoatmodjo, 2007). Menurut Deutsch saat menstruasi timbul proses yang disebut komplek kastrasi atau trauma genetalia. Pada peristiwa ini muncul bermacam-macam

gambaran fantasi yang aneh dibarengi dengan kecemasan dan ketakutan yang tidak riil, disertai perasaan bersalah dan berdosa yang semuanya dikaitkan dengan masalah pendarahan, sehingga menarche merupakan suatu pengalaman yang traumatis bagi remaja putri (Kartono, 1992). Ellis dalam bukunya Kartono (1992), menyebut bahwa ada seorang remaja putri melakukan bunuh diri dengan alasan menderita suatu penyakit kotor, setelah diperiksa ternyata penyakit kotor yang dimaksud adalah haid. Dari survey yang telah dia lakukan, remaja memperoleh informasi menstruasi dari rekan-rekan dan hanya sedikit yang memperoleh informasi dari bukubuku kesehatan. Gambaran gambaran yang menakutkan mengenai menstruasi itu mulai timbul pada masa remaja. Gambaran tersebut merupakan interpretasi yang keliru terhadap informasi-informasi yang tidak riil yaitu informasi dari orang tua, atau kenalan lain yang menakutkan mengenai pendarahan disaat menstruasi. Gejala gejala yang sering terjadi dan sangat mencolok pada peristiwa menstruasi pertama adalah kecemasan atau ketakutan diikuti oleh keinginan untuk menolak proses fisiologis (Ibrahim, 2002). Menurut Burns (1999), bila remaja perempuan sudah diberitahu tentang menstruasi sebelum ia benarbenar mengalaminya mungkin ia akan gembira ketika menstruasi tiba, karena dengan demikian ia menapak ke arah kedewasaan. Mereka yang tidak mendapat keterangan tentang menstruasi bisa ketakutan ketika melihat darah mulai keluar dari vagina.

Rencana tempat penelitian ini adalah SD Negeri I Gayam Kecamatan Sukoharjo. Berdasarkan survey pendahuluan yang telah dilakukan dari 41 siswi, yang telah mengalami menarche sebanyak 7 siswi, mereka menyebutkan timbul perasaan cemas, takut, kwatir dan gelisah karena tidak tahu dan mengira menarche akan terjadi ketika SLTP, timbul kecemasan karena kurangnya pengetahuan tentang menarche, terjadi penurunan semangat belajar dan timbul rasa malu, dari siswi yang belum menarche mereka menyebutkan belum pernah mendapatkan materi pendidikan kesehatan tentang menarche, timbul berbagai perasaan negatif seperti cemas, takut dan bingung ketika menghadapi menarche. Dari survey pendahuluan tersebut peneliti tertarik melakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat kecemasan dalam menghadapi menarche pada siswi SD Negeri I Gayam Kabupaten Sukoharjo. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, peneliti dapat merumuskan Apakah ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat kecemasan siswi SD Negeri I Gayam Kabupaten Sukoharjo dalam menghadapi menarche?.

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat kecemasan siswi SD Negeri I Gayam dalam menghadapi menarche. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui tingkat kecemasan siswi SD Negeri I Gayam dalam menghadapi menarche sebelum diberikan pendidikan kesehatan. b. Untuk mengetahui tingkat kecemasan siswi SD Negeri I Gayam dalam menghadapai menarche sesudah diberikan pendidikan kesehatan. c. Untuk memberikan pendidikan kesehatan bagi siswi SD Negeri I Gayam dalam mempersiapkan diri menghadapi menarche. d. Mengetahui perbedaan tingkat kecemasan dalam menghadapi menarche antara sebelum dan sesudah diberikan intervensi pendidikan kesehatan. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman dalam melakukan pengkajian kesehatan reproduksi remaja. 2. Bagi Sekolah Sebagai bahan pertimbangan kepada sekolah mengenai pentingnya pendidikan kesehatan bagi remaja untuk menurunkan tingkat kecemasan dalam menghadapi menarche.

3. Bagi Perawat Sebagai bahan pertimbangan pentingnya pendidikan kesehatan reproduksi bagi masyarakat. 4. Bagi siswi Untuk meningkatkan pengetahuan siswi tentang menarche sehingga ada persiapan ketika menarche datang tiba-tiba. E. Keaslian Penelitian 1. Ida Rosidah, 2006. Meneliti tentang Gambaran Pengetahuan Remaja Mengenai Menstruasi Pertama (Menarche) Pada Siswi SMP Harapan Desa Paya Bakung Kecamatan Hamparan Perak dengan menggunakan metode diskriptif untuk mengetahui gambaran pengetahuan remaja tentang menarche. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden berpengetahuan kurang. 2. Rizanna Fajrunni mah, 2006. Meneliti tentang Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesiapan Remaja Putri Menghadapi Menarche di SMPN 1 Karangrayung. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif non eksperimental yaitu explanatory research dengan pendekatan cross sectional dan metode penelitian survei dengan hasil bahwa faktor yang berpengaruh terhadap kesiapan remaja putri yaitu tingkat kematangan emosi, lingkungan, dan pengetahuan. 3. Sri Susanti, 2006. Meneliti Konsep Diri Remaja Putri Setelah Mengalami Menarche di SDN Bulusan 01-02 Kecamatan Tembalang Kota Semarang

Desain penelitian ini yaitu penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi, Metode pengumpulan data dengan menggunakan indepth interview. Hasil penelitian menunjukan bahwa remaja putri mengalami perubahan konsep diri yang negatif sehingga mengakibatkan terjadinya pembatasan hubungan sosial remaja putri dan muncul perilaku merusak diri, sehingga perlu disediakannya sumber-sumber informasi tentang menarche bagi keluarga dan sekolah. 4. Nyoman Gde Aditya Gitapradita Bagiada, 2007, meneliti Tentang Profil Kecemasan Siswi Kelas I SLTP Negeri 4 Jember yang mengalami menarche. Penelitian ini menggunakan metode diskriptif observasional dengan pendekatan cross sectional dengan alat ukur yang digunakan untuk mengatahui tingkat kecemasan yaitu kuisioner HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale). Hasil penelitian dari 20 siswi yaitu 7 siswi tidak mengalami kecemasan, 9 siswi mengalami kecemasan ringan, dan 4 siswi mengalami kecemasan sedang. 5. Joni, 2008, meneliti tentang Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Reproduksi Tentang Menstruasi Terhadap Kesiapan Mental Menghadapi Menarche Siswi SDN I Sawahan Juwiring Klaten, dengan metode penelitian one group pretest-posttest. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna, yaitu nilai post lebih besar daripada nilai pre, Hal ini membuktikan bahwa penyuluhan kesehatan reproduksi tentang menstruasi berpengaruh kuat terhadap kesiapan mental dalam menghadapi menarche.