PERAN SEKTOR INFORMAL DALAM PENGELOLAAN SAMPAH DI TPA BANYUROTO, KULON PROGO

dokumen-dokumen yang mirip
KUESIONER PENELITIAN PERAN SEKTOR INFORMAL DALAM PENGELOLAAN SAMPAH DI TPA BANYUROTO, KULON PROGO

EVALUASI SISTEM PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH DI KOTA TRENGGALEK

Lampiran 1. I. LAMA BEKERJA 1 Sudah berapa lama Bapak/Ibu memulung sampah? II. WAKTU BEKERJA. < 3 tahun 3 tahun

PENGELOLAAN SAMPAH PERMUKIMAN DI KAWASAN PERDESAAN KABUPATEN PONOROGO ( STUDI KASUS KECAMATAN BUNGKAL )

BAB I PENDAHULUAN. Sampah merupakan sisa aktivitas manusia yang belum dimanfaatkan

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang banyak dan terbesar ke-4 di dunia dengan jumlah penduduk

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

SATUAN TIMBULAN, KOMPOSISI DAN POTENSI DAUR ULANG SAMPAH PADA TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) SAMPAH TANJUNG BELIT KABUPATEN ROKAN HULU

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III STUDI LITERATUR

PEMILIHAN DAN PENGOLAHAN SAMPAH ELI ROHAETI

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kota Gorontalo ± 4 km. Jumlah penduduk pada tahun 2011 adalah Jiwa

STUDI PENGELOLAAN SAMPAH B3 PERMUKIMAN DI KECAMATAN WONOKROMO SURABAYA LISA STUROYYA FAAZ

BAB VI PENGELOLAAN SAMPAH 3R BERBASIS MASYARAKAT DI PERUMAHAN CIPINANG ELOK. menjadi tiga macam. Pertama, menggunakan plastik kemudian

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan pertumbuhan penduduk dan perkembangan Kota

KAJIAN MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT (STUDI KASUS DI KECAMATAN WONOCOLO KOTA SURABAYA)

BANTAENG, 30 JANUARI (Prof. DR. H.M. NURDIN ABDULLAH, M.Agr)

Pengaruh Stasiun Peralihan Antara Terhadap Pengelolaan Sampah Permukiman di Kecamatan Tambaksari, Surabaya

Kata kunci : Sampah, Reduksi, daur ulang, kawasan komersial dan Malioboro

BAB VII ANALISIS DAYA DUKUNG LINGKUNGAN UPS MUTU ELOK. Jumlah Timbulan Sampah dan Kapasitas Pengelolaan Sampah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERENCANAAN MATERIAL RECOVERY FACILITY SECARA MANUAL DI TPA BULUSAN BANYUWANGI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Kajian Timbulan Sampah Domestik di Kelurahan Sukamenak Kecamatan Margahayu Kabupaten Bandung

SONNY SAPUTRA PEMBIMBING Ir Didik Bambang S.MT

Potensi Penerapan Pengelolaan Sampah Permukiman Berbasis 3R di Kelurahan Tunjungsekar Kota Malang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Timbulan dan Pengurangan Sampah di Kecamatan Klojen Kota Malang

KUISIONER FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN SAMPAH DI KAMPUNG APUNG RT10/01 KELURAHAN KAPUK JAKARTA BARAT

Mulai. Sistem Pengolahan Sampah Organik dan Anorganik. Formulasi Masalah. Menentukan Tujuan sistem. Evaluasi Output dan Aspek

PENGOLAHAN SAMPAH MINGGU 3 SAMPLING TIMBULAN. Disiapkan oleh: Bimastyaji Surya Ramadan - Institut Teknologi Yogyakarta -

PEMERINTAH KOTA DENPASAR TPST-3R DESA KESIMAN KERTALANGU DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KOTA DENPASAR

STUDI TIMBULAN, KOMPOSISI, DAN POTENSI DAUR ULANG SAMPAH KAWASAN PT SEMEN PADANG

POTENSI PENGELOLAAN SAMPAH MENUJU ZERO WASTE YANG BERBASIS MASYARAKAT DI KECAMATAN KEDUNGKANDANG KOTA MALANG ABSTRAK

BAB III METODE PERENCANAAN

BAB 1 PENDAHULUAN. umumnya termasuk Indonesia adalah pertumbuhan penduduk yang sangat

EVALUASI KAPASITAS LAHAN TPA LADANG LAWEH DI KABUPATEN PADANG PARIAMAN MENUJU PENERAPAN SISTEM CONTROLLED LANDFILL

KAJIAN PELUANG BISNIS RUMAH TANGGA DALAM PENGELOLAAN SAMPAH

PENGELOLAAN PERSAMPAHAN

STUDI EMISI KARBONDIOKSIDA (CO2) DAN METANA (CH4) DARI KEGIATAN REDUKSI SAMPAH DIWILAYAH SURABAYA BAGIAN SELATAN

TUGAS AKHIR NABELLA RIZKI ANDRIANI DOSEN PEMBIMBING : SUSI AGUSTINA WILUJENG, S.T., M.T

E. Manfaat Penelitian 1. Memberikan informasi mengenai sistem pengelolaan sampah yang dilakukan di

BAB I PENDAHULUAN. oleh orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh anak-anak yang dianggap masih

POTENSI EKONOMI TIMBUNAN SAMPAH DI TPA NGIPIK KABUPATEN GRESIK

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

OPTIMALISASI MASA PAKAI TPA MANGGAR KOTA BALIKPAPAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sampah sebagai material sisa aktivitas manusia maupun proses alam

SUMMARY. PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA GORONTALO (Studi Kasus di UD. Loak Jaya)

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dan lingkungan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat

Mulai. Perumusan Masalah. Lengkap? Ya. Menentukan Tujuan Sistem. Identifikasi Output dan Evaluasi Aspek. Interpretasi Black Box Diagram.

PEDOMAN PENGELOLAAN SAMPAH MELALUI 3R UNTUK KADER LINGKUNGAN

BAB I PENDAHULUAN. kurang tepat serta keterbatasan kapasitas dan sumber dana meningkatkan dampak

Kata Kunci: Evaluasi, Masa Pakai, Reduksi, Pengomposan, Daur Ulang

PENGEMBANGAN FASILITAS PENGOLAHAN SAMPAH DI KECAMATAN KELAPA DUA KABUPATEN TANGERANG

Pengelolaan Sampah Mandiri Berbasis Masyarakat. Oleh: Siti Marwati, M. Si Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA UNY

1. Pendahuluan ABSTRAK:

B P L H D P R O V I N S I J A W A B A R A T PENGELOLAAN SAMPAH DI PERKANTORAN

TEKNOLOGI TEPAT GUNA PENGOLAHAN SAMPAH ANORGANIK

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten

PENGAMBILAN DAN PENGUKURAN CONTOH TIMBULAN DAN KOMPOSISI SAMPAH BERDASARKAN SNI (STUDI KASUS: KAMPUS UNMUS)

Bagaimana Solusinya? 22/03/2017 PENGELOLAAN SAMPAH ORGANIK RUMAH TANGGA DI KOTA CIAMIS PENGERTIAN SAMPAH

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diperoleh peneliti yaitu dari Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota

1. BAB I PENDAHULUAN. diikuti kegiatan kota yang makin berkembang menimbulkan dampak adanya. Hasilnya kota menjadi tempat yang tidak nyaman.

1.2 Tujuan Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Study Pustaka Sampling

BAB I PENDAHULUAN. Pertambahan penduduk dan aktivititas masyarakat di daerah perkotaan makin

BAB 1 PENDAHULUAN. pelik terutama di kota besar maupun kota sedang di Indonesia. Beberapa pengelola

Gambar 2.1 organik dan anorganik

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik Responden Usaha Pengolahan Ikan Asin

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH KOTA DI KABUPATEN BEKASI JAWA BARAT

pendahuluan dilakukan untuk memperoleh hasil pengolahan atau daur ulang yang mengefektifkan pengolahan sampah selanjutnya, termasuk upaya daur ulang.

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A.

BAB I PENDAHULUAN. ditanggung alam karena keberadaan sampah. Sampah merupakan masalah yang

DAUR ULANG SAMPAH PLASTIK KOTA BANDA ACEH

PROPOSAL PROYEK AKHIR. Yayuk Tri Wahyuni NRP Dosen Pembimbing Endang Sri Sukaptini, ST. MT

KAJIAN PENGELOLAAN SAMPAH DI TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH TERPADU LAHUNDAPE KECAMATAN KENDARI BARAT KOTA KENDARI

STUDI TIMBULAN, KOMPOSISI, DAN POTENSI DAUR ULANG SAMPAH KAWASAN PT SEMEN PADANG

Kelompok 3: Konsep Penanganan Sampah yang Bersinergi dan Terpadu antara Sektor Formal (Pemerintah Kota) dengan sektor informal PENGELOLAAN SAMPAH

TUGAS PERENCANAAN PENGELOLAAN SAMPAH SEMESTER GANJIL 2016/2017

Potensi Gas Rumah Kaca Pengelolaan Sampah Domestik di Kecamatan Rungkut Kota Surabaya

KAJIAN PENGADAAN DAN PENERAPAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH TERPADU (TPST) DI TPA km.14 KOTA PALANGKA RAYA

TUGAS AKHIR. (TNR, capital, font 14, bold) (logo hitam putih 4x4 cm) Oleh : I GEDE GITA ARI KUSUMA (TNR, font 12, bold)

BAB I PENDAHULUAN. poly chloro dibenzzodioxins dan lain lainnya (Ermawati, 2011).

KAJIAN PENGELOLAAN SAMPAH UNTUK MENINGKATKAN PELAYANAN ASET DI KABUPATEN KARAWANG

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I. PENDAHULUAN. Pengelolaan lingkungan hidup merupakan bagian yang tak terpisahkan

KONSEP PENANGANAN SAMPAH TL 3104

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan Pemulung diidentikkan dengan sampah, dimana ada sampah disana ada

BAB II KAJIAN PUSTAKA

KAJIAN TIMBULAN DAN KOMPOSISI SAMPAH SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN SAMPAH DI KAMPUS II UNIVERSITAS BHAYANGKARA JAKARTA RAYA

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERENCANAAN MATERIAL RECOVERY FACILITY KECAMATAN ARJASA, KABUPATEN JEMBER MATERIAL RECOVERY FACILITY DESIGN FOR ARJASA DISTRICT, JEMBER REGENCY

PENGOLAHAN SAMPAH SEDERHANA. widyagama mahakam

PENDAMPINGAN PEMBUATAN RUMAH PUPUK KOMPOS DI KAMPUNG BELAKANG KAMAL JAKARTA BARAT

Transkripsi:

PERAN SEKTOR INFORMAL DALAM PENGELOLAAN SAMPAH DI TPA BANYUROTO, KULON PROGO Venna Megawangi Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Islam Indonesia Jalan Kaliurang Km 14,5, Yogyakarta,55584, Fax. (0274) 895330. Telp. (0274) 898471. ABSTRAK Jumlah penduduk Daerah Istimewa Yogyakarta akan terus meningkat setiap tahunnya menurut hasil sensus penduduk tahun 2015. Peningkatan jumlah penduduk akan membawa permasalahan terhadap volume sampah yang dihasilkan oleh masyarakat. Timbulan sampah yang semakin besar mengakibatkan umur TPA menjadi berkurang dengan cepat apabila tidak segera diselesaikan. Disinilah keberadaan pemulung mempunyai potensi peran serta membantu pemerintah yang aktivitasnya dalam proses pengurangan dan pengelolaan sampah di TPA Banyuroto. Metode yang digunakan yaitu studi deskriptif dengan analisa kuantitatif. Penelitian ini dilakukan selama 8 hari berturutturut. Besar sampel yang diamati adalah 9 orang. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui residu sampah dari aktivitas pemulung di TPA Banyuroto. Hasil penelitian dilapangan diketahui bahwa jumlah sampah yang masuk kedalam TPA Banyuroto setiap hari adalah 22 ton/hari atau 82 m 3, sedangkan jumlah timbulan sampah yang dapat dikelola oleh pemulung setiap hari adalah 240 kg/hari atau 0,24 ton/hari. Jadi, jumlah timbulan residu sampah setiap hari adalah 21,76 ton/hari. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa peran pemulung dalam pengelolaan sampah di TPA Banyuroto mampu mengurangi timbulan sampah yang ada di dalam TPA Banyuroto sebesar 1,1%. Kata Kunci:, Pengelolaan sampah, Timbulan sampah

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah penduduk Daerah Istimewa Yogyakarta menurut hasil sensus penduduk tahun 2015 adalah sebesar 3.691.196 jiwa (Sumber: DIY Dalam Angka 2015, BPS DIY). Jumlah penduduk terus meningkat setiap tahunnya. Peningkatan jumlah penduduk membawa permasalahan terhadap volume sampah yang dihasilkan oleh masyarakat. Di Kabupaten Kulon Progo persoalan sampah sendiri sampai saat ini masih belum dapat ditangani dengan baik, terbukti dengan peningkatan timbulan sampah yang terjadi pada tahun 2013 adalah 1249 m 3 /hari meningkat pada tahun 2014 menjadi 1252 m 3 /hari (Sumber: SLHD Kulon Progo 2014). Timbulan sampah yang semakin besar mengakibatkan umur TPA menjadi berkurang dengan cepat apabila tidak segera diselesaikan. Keberadaan pemulung mempunyai potensi peran serta membantu pemerintah yang aktivitasnya dalam proses pengurangan dan pengelolaan sampah di TPA Banyuroto. sampah merupakan salah satu pekerjaan di sektor informal yang paling mudah serta dengan modal yang sangat sedikit dibandingkan pekerjaan sektor informal lainnya. Tidak tersedianya lapangan pekerjaan yang sesuai dengan pengetahuan dan keterampilan menjadi penyebab mereka bekerja sebagai pemulung. Bekerja sebagai pemulung juga muncul akibat adanya nilai ekonomi dari sampah dan banyaknya jumlah sampah yang dihasilkan masyarakat. beranggapan bahwa sampah adalah ladang yang dapat menghidupi keluarga mereka (Susantidkk, 2012). Adanya keberadaan pemulung seharusnya memberikan perubahan yang signifikan terhadap volume sampah, yaitu dengan jumlah sampah yang dikelola. Sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui peran pemulung dalam mengurangi sampah di TPA Banyuroto. 2. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian dilakukan untuk mengetahui peran pemulung dalam mengurangi sampah di TPA Banyuroto. Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2016 selama 8 hari dengan menghitung selisih sampah yang dikumpulkan oleh pemulung dengan sampah yang masuk ke TPA Banyuroto. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan analisa kuantitatif. Jumlah sampel yang digunakan pada penelitian ini sebanyak 9 orang dari 9 orang pemulung karena jumlah populasi relatif kecil dan relatif mudah dijangkau, maka menggunakan metode total sampling. Indikator penelitian ini untuk mengetahui jumlah dan karakteristik pemulung, volume pengurangan sampah dengan adanya aktifitas pemulung, jenis-jenis sampah yang dikumpulkan. Penyajian data dalam penelitian ini menggunakan tabel dan diagram batang. 3. HASIL PENELITIAN 3.1 Karakteristik di TPA Banyuroto Tabel 1. Karakteristik No Jumlah Jenis Persentase Kelamin (orang) (%) 1 Laki-laki 2 22 2 Perempuan 7 78 Jumlah Umur No Persentase (tahun) (orang) (%) 1 30-39 2 22 2 40-49 3 33 3 50-59 3 33

4 >60 1 11 No Jumlah Tingkat Persentase Pendidikan (orang) (%) 1 Tidak Sekolah 3 33 2 SD 4 44 3 SMP 2 22 Berdasarkan tabel 1 diatas, dijelaskan bahwa sebanyak 78 % responden perempuan dan sebanyak 22 % responden laki-laki bekerja menjadi pemulung di TPA Banyuroto.Hal ini mengindikasikan bahwa pekerjaan pemulung lebih didominasi oleh perempuan dibandingkan laki-laki. Pekerjaan yang membutuhkan tenaga besar seperti halnya untuk mendorong gerobak hasil memulung, menompang karung sampah, dan lainnya tidak ada hambatan untuk dikerjakan oleh pemulung yang dominan perempuan tersebut. Ilia (2013), menjelaskan bahwa awal mula perempuan ikut bekerja disektor informal karena mereka merasa perlu membantu keluarga dalam bekerja, karena jika hanya suami saja yang bekerja kurang cukup untuk memenuhi kehidupan sehari-hari keluarga. Rendahnya ekonomi keluarga menandakan bahwa keterbatasan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Kurangnya pendapatan suami itulah membuat para perempuan memutuskan untuk bekerja di luar rumah. Keterbatasan pendidikan dan keterampilan yang dimiliki serta dengan didukung tempat pembuangan akhir yang dekat dengan rumah mereka. Para perempuan memutuskan untuk menjadi pemulung. yang rata-rata berumur 20-59 tahun termasuk kategori manusia produktif yang bekerja secara aktif dan energik. Sebanyak 22 % pemulung di TPA Banyuroto berumur 30-39 tahun, 33 % berumur 40-49 tahun, 33 % berumur 50-59 tahun, dan 11 % berumur lebih dari 60 tahun. Hasil persentase terbesar yaitu 33 % berumur 30-39 dan 40-49 termasuk kategori paruhbaya yang produktif dalam bekerja karena pekerjan sebagai pemulung merupakan pekerjaan yang mudah tanpa persyaratan umur, keterampilan khusus, bisa dilakukan oleh setiap orang dan menghasilkan pendapatan yang maksimal. Sebagian besar pemulung di TPA Banyuroto memiliki tingkat pendidikan yang cukup rendah. Umumnya responden dalam penelitian ini adalah mereka yang hanya tamat SD dengan persentase sebesar 44 %, yang tidak sekolah dengan presentase 33%, dan yang tamat SMP hanya sebesar 22 %. Dapat dijelaskan bahwa pemulung di TPA Banyuroto memiliki tingkat pendidikan yang rendah. Pekerjaan menjadi pemulung tidak memerlukan pendidikan yang tinggi. Hasil penelitian Wiyatna 2015, sebagian besar pemulung di Kota Denpasar memiliki tingkat pendidikan yang cukup rendah. Sebesar 30 % pemulung di Kota Denpasar adalah tidak tamat SD. Dengan adanya keterbatasan skill ini membuat pemulung tidak dapat bersaing untuk mendapatakan pekerjaan yang lebih baik. 3.2 Sampah yang Masuk ke TPA Banyuroto Tabel 2. Jumlah Timbulan Sampah yang Masuk ke TPA Banyuroto Waktu Jenis Pengangkut Ritasi Hari I Hari II Hari III Hari IV Volume Sampah (m 3 /hari) Berat Sampah (ton/hari) Truk 5 35 9 Motor gerobak 10 20 5 Pick up 7 34 9 Truk 7 49 13 Motor gerobak 12 24 6 Pick up 4 20 5 Truk 6 42 11 Motor gerobak 8 16 4 Pick up 8 40 11 Truk 3 21 6 Motor gerobak 11 22 6 Pick up 6 30 8

Hari V Hari VI Hari VII Hari VIII Truk 8 56 15 Motor gerobak 5 10 3 Pick up 5 25 7 Truk 5 35 9 Motor gerobak 8 16 4 Pick up 6 30 8 Truk 5 35 9 Motor gerobak 0 0 0 Pick up 3 15 4 Truk 6 42 11 Motor gerobak 12 22 6 Pick up 3 20 5 TOTAL 153 659 178 Rata-rata 19 82 22 Jumlah ritasi pada hari ke 2 lebih besar dibanding hari ke 3 tetapi beratsampah berbanding terbalik dengan jumlah ritasi tersebut. Dikarenakan sampah yang masuk pada hari ke 3 lebih banyak pengangkutan menggunakan motor gerobakyang volume bak nya hanya 2 m 3 dibandingkan pada hari ke 2 pengangkutannya banyak menggunakan truk yang volume baknya lebih besar yaitu 7 m 3, sehingga berat sampah yang banyak diangkut menggunakan truk akan lebih besar dibandingkan dengan berat sampahyang diangkut menggunakan motor gerobak. Begitu juga masalah yang terjadi pada hari ke 4 dan ke 5. Perbedaan yang signifikan yaitu jumlah sampah yang masuk pada hari ke 7 dan pada hari-hari lainnya dikarenakan armada pengangkut sampah dari rumah ke rumah banyak yang sedang libur. 3.3 Sampah yang Dikelola oleh di TPA Banyuroto Tabel 3. Berat Sampah yang Dikelola oleh di TPA Banyuroto Waktu Sampah yang Dikelola oleh 9 Orang (kg) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Hari I 30 20 40 25 40 30 20 40 30 Hari II 40 25 40 0 30 0 0 40 0 Hari III 40 20 30 30 40 20 30 30 20 Hari IV 20 10 40 0 0 20 0 20 15 Hari V 30 10 30 10 0 0 10 0 20 Hari VI 30 10 30 15 0 20 20 20 15 Hari VII 0 0 40 0 0 0 0 0 0 Hari VIII 30 20 40 0 0 30 40 0 30 Total 220 115 290 80 110 120 120 150 130 Rata-rata 31 16 36 20 37 24 24 30 22 Jumlah timbulan sampah yang mampu dikumpulkan dan dikelola oleh masing-masing pemulung setiap harinya dihitung berdasarkan perumusan berikut : Rata-rata jumlah sampah yang mampu dikelola tiap pemulung = Total rata rata sampah harian yang dikelola seluruh pemulung (kg/hari) Total (orang) = 31+16+36+20+37+24+24+30+22 9 = 240 9 =27 kg/orang/hari Berdasarkan pada tabel 3 diatas, menunjukkan bahwa sebanyak 89% pemulung mampu mengumpulkan sampah sejumlah lebih dari 100 kg selama 8 hari penelitian dan hanya 11% pemulung mengumpulkan sampah kurang dari 100 kg.jumlah rata-rata sampah yang dapat dikelola oleh masing-masing pemulung di TPA Banyuroto adalah sebesar 27 kg per hari, sedangkan jumlah timbulan sampah yang yang mampu dikumpulkan dan dikelola oleh seluruh pemulung di TPA Banyuroto setiap harinya adalah sebesar 240 kg per hari. Sampah yang dikelola oleh pemulung terdiri dari sampah organik maupun anorganik. Sampah anorganik yang berjenis plastik, kertas, dan logam. Sampah yang diambil kemudian di sortir dan dipisahkan menurut jenis nya menggunakan karung berukuran 50 kg. di TPA Banyuroto mengumpulkan sampah organik yaitu berupa sisa-sisa makanan. 3.4 Jumlah Timbulan Residu Harian di TPA Banyuroto

(%) Tabel 4. Jumlah Timbulan Residu Sampah Setiap Hari di TPA Banyuroto Sampah yang masuk di TPA Banyuroto Sampah yang dikelola seluruh pemulung Jumlah Timbulan Sampah (ton/hari) (kg/hari) % 22 22.000 100 0,24 240 1,1 Residu sampah di TPA 21,76 21.760 98,9 Berdasarkan pada tabel 4.6 diatas, diperkirakan setiap harinya rata-rata jumlah timbunan sampah yang tersisa di TPA Banyuroto sebanyak 21.760 kg per hari atau 98,9% dari jumlah timbulan sampah yang masuk ke TPA setiap harinya. Ternyata jumlah timbulan sampah yang berisa setiap harinya lebih besar dibandingkan jumlah timbulan sampah yang dikelola oleh para pemulung yang hanya 1,1 %. Jumlah sampah yang dikelola oleh para pemulung di TPA Banyuroto tidak memberikan persentase yang besar untuk mengurangi timbunan sampah yang ada di TPA Banyuroto. Namun dipihak lain, peran pemulung dalam mengelola sampah dapat membantu dalam proses penimbunan sampah menjadi mudah karena timbunan sampah yang ada di TPA Banyuroto sudah berkurang.peran pemulung membantu pemerintah khususnya Dinas Kebersihan dalam mengurangi sampah di TPA Banyuroto. Desain awal perencanaan TPA Banyuroto yaitu sekitar 10 tahun, akan tetapi dengan adanya peran pemulung di TPA Banyuroto secara tidak langsung mengurangi volume sampah dan memperpanjang umur penggunaan lahan dengan kapasitas per 2015 yaitu 55.000 m 3. 3.5 Komposisi Sampah yang Dikelola oleh di TPA Banyuroto Tabel 5. Jumlah dan Komposisi Sampah Harian yang Dikelola oleh Seluruh di TPA Banyuroto Waktu Sampah yang dikumpulkan Plastik Kertas Logam Sampah Organik (kg) % % % % Hari I 275 55 15 7 24 Hari II 175 54 14 7 25 Hari III 260 53 14 9 24 Hari IV 125 51 17 7 25 Hari V 110 47 20 11 31 Hari VI 160 49 18 8 26 Hari VII 40 50 20 5 25 Hari VIII 190 49 17 9 25 Rata-rata 51 17 8 26 Grafik presentase jenis sampah yang dikelola oleh pemulung di TPA Banyuroto selama 8 hari dapat dilihat pada Gambar 1 sebagai berikut : 60 50 40 30 20 10 0 1 2 3 4 5 6 7 8 Hari ke- Plastik Kertas Logam Sampah Organik Gambar 1 Grafik Presentase Komposisi Sampah Harian yang Dikelola oleh di TPA Banyuroto Hasil sampling pada gambar 1 diketahui bahwa jenis sampah anorganik yang paling banyak di kumpulkan oleh pemulung di TPA Banyuroto untuk dijual kembali ke pengepul yaitu sampah jenis pastik. Jenis plastik PET atau PETE (Polyethylene Etilen Terephalate)yang

paling banyak ditemukan di TPA Banyuroto yaitu botol plastik.jumlah sampah anorganik terbesar kedua yaitu jenis duplex (campuran kertas). Kertas yang dikumpulkan oleh pemulung di TPA Banyuroto berupa kertas jenis kardus/box, duplex yang biasa digunakan untuk box makanan, mix atau as yang biasa digunakan untuk bungkus rokok, dan buku bacaan, kertas hvs, kertas koran, buku tulis, kertas buram, dan bungkus semen. Logam yang dikumpulkan oleh pemulung di TPA Banyuroto yaitu berupa antena bekas, kaleng susu, tutup botol, plat, dan alat perlengkapan dapur bekas. Sampah Organik yang dikumpulkan oleh pemulung di TPA yaitu sampah dari sisa makanan yaitu nasi. 3.6 Teknis Pengelolaan Sampah oleh Tabel 6. Teknis Pengelolaan Sampah oleh Waktu Bekerja Jumlah Persentase % < 8 jam/hari 3 33 8 jam/hari 6 67 Hari Bekerja Jumlah % 1-4 hari 2 22 5-7 hari 6 67 setiap hari 1 11 Alat Bekerja Jumlah % Capit 9 100 Tangan kosong - - Pengelolaan Sampah Organik Jumlah % Menjual kepada peternak 9 100 Membuat pupuk - - Pengelolaan Sampah Anorganik Jumlah % Menggunakan kembali - - Menjual ke pengepul 9 100 Berdasarkan pada tabel 6 diatas, presentase tertinggi yaitu 67 % pemulung mengumpulkan sampah di TPA Banyuroto dalam sehari dengan rentang waktu 8 jam/hari. Hal ini dapat dijelaskan bahwa jam kerja produktif bagi pemulung bekerja yaitu dari jam 07.00 WIB sampai dengan 16.00 WIB. Sebagian besar pemulug bekerja < 8 jam/haridengan alasan mereka lebih menjaga produktivitas dalam bekerja, mengurus urusan rumah tangga seperti memasak dan mengantar jemput anak sekolah, dan salah satu faktor yang menyebabkan berkurangnya waktu bekerja pemulungyaitu karena sedang dilaksanakan proses penimbunan tumpukan sampah oleh petugas TPA Banyuroto dengan menggunakan alat berat excavator sehingga pekerjaan pemulung berhenti sementara sampai proses penimbunan selesai.. Jumlah sampah yang dikelola dan dikumpulkan oleh pemulung di TPA Banyuroto sangat dipengaruhi oleh waktu bekerja dari pemulung tersebut. Waktu bekerja pemulung sangat mempengaruhi jumlah sampah yang dikumpulkan oleh pemulung di TPA Banyuroto. Jumlah pemulung di TPA Banyuroto yang bekerja selama 5-7 hari lebih banyak yaitu 6 orang pemulung dibandingkan dengan pemulung yang bekerja selama 1-4 hari yakni 2 orang, sedangkan yang bekerja setiap hari hanya 1 orang pemulung selama 8 hari penelitian. Alasan pemulung yang tidak berangkat bekerja setiap hari ke TPA yaitu mereka melakukan penyortiran dan pengemasan sampah - sampah yang telah didapatkan di TPA Banyuroto untuk siap dijual yang dilakukan di rumah masingmasing yang biasa dilakukan pada hari sabtu. yang bekerja setiap hari menyatakan bahwa pemulung tersebut tidak menggunakan waktu libur karena

penyortiran dan pengepakan dibantu oleh keluarga. Seluruh pemulung di TPA Banyuroto menggunakan alat gancu untuk mengambil sampah. Gancu merupakan besi yang berbentuk melengkung dengan memiliki sisi ujung runcing. Untuk kenyamanan pemakaian, biasanya gancu dilapisi dibagian gagangnya dengan melilitkan sobekan kain dan dilapisi dengan irisan ban sebagai pengikatnya atau dengan bagian gagang kayu. Gancu sangat memudahkan pemulung dalam mempercepat pengambilan sampah sehingga sampah yang terkumpul lebih banyak dibandingkan dengan menggunakan tangan kosong, serta mengurangi resiko terlukanya tangan pemulung dari sampah dengan bahan yang berbahaya. Dari hasil penelitian seluruh pemulung di TPA Banyuroto mengelola sampah organik yaitu dengan mengumpulkan sisa-sisa makanan yang kemudian dikeringkan dengan cara di jemur di bawah sinar matahari dan dijual ke peternak babi. melakukan pengelolaan sampah anorganik dengan menjual kepada pengepul yang nantinya akan didaur ulang oleh industri tertentu. Sampah anorganik yang diambil oleh pemulung di TPA Banyuroto adalah sampah jenis plastik, kertas, dan logam. Tidak hanya sampah anorganik saja yang dikelola oleh pemulung di TPA Banyuroto, pemulung juga melakukan pengelolaan sampah organik. 3.7 Aktivitas Ekonomi Tabel 7 Aktivitas Ekonomi di TPA Banyuroto Berdasarkan Pendapatan, Pengeluaran, dan Pendapatan Lain Aktivitas Ekonomi Total Rp 500.000-Rp 1000.000 - Pendapatan Rp 1000.000 - Rp 1.500.000 9 Rp 1.500.000 - Rp 2.500.000 - >Rp 2.500.000 - Rp 500.000 - Rp 1000.000 - Pengeluaran Rp 1.000.000 - Rp 1.500.000 9 Rp 1.500.000 - Rp 2.500.000 - >Rp 2.500.000 - Pendapatan Ya - lain Tidak 9 Berdasarkan tabel 7 diatas, menunjukkan bahwa sebanyak 8 orang pemulung memiliki rata-rata pendapatan yaitu sekitar Rp 1000.000 - Rp 1.500.000 untuk setiap bulannya. Sebagian pemulung memiliki persepsi bahwa pendapatan yang mereka hasilkan cukup untuk menghidupi kebutuhan keluarga sehari-hari, terutama untuk pemulung yang 78 % perempuan penghasilan mereka dapat membantu suami mereka dalam mencukupi kebutuhuan sehari-hari. Pengeluaran pemulung di TPA Banyuroto pada penelitian yaitu seluruh pemulung memiliki rata-rata sekitar Rp 1.000.000 - Rp 1.500.000 untuk setiap bulannya. Para pemulung mendapatkan penghasilan setiap minggunya, karena setiap minggu mereka menjual sampah yang telah dikumpulkan kepada pengepul. Para pemulung tersebut bertahan pada profesinya yang bergelut dengan sampah karena tak punya pilihan, karena peluang pekerjaan di Daerah Istimewa Yogyakarta semakin sempit, bahkan jika ada peluang mereka juga tidak bisa memasukinya karena memiliki segala keterbatasan seperti pendidikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh pemulung yang ada di TPA Banyuroto tidak memiliki pekerjaan lain selain memulung sehingga tidak memiliki pendapatan lain selain memulung. Menurut mereka

bekerja sebagai pemulung ini cukup menguntungkan. 4. KESIMPULAN Berdasarkan tujuan penelitian maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Aktivitas pemulung dapat mengurangi sampah di TPA Banyuroto sekitar 1,1% dengan jenis sampah anorganik paling banyak dikumpulkan yaitu plastik sekitar 51%. 2. Residu sampah di TPA Banyuroto sebesar 98,9%, hal ini disebabkan kesempatan pemulung untuk mengambil sampah kecil karena terganggu proses penimbunan yang dilakukan petugas TPA di setiap ketinggian sampah 0,5 meter. 3. Rata-rata pendapatan yang diperoleh pemulung di TPA Banyuroto sebesar 89% pemulung memiliki rata-rata pendapatan yaitu sekitar Rp. 1.000.000 - Rp. 1.500.000 untuk setiap bulannya. DAFTAR PUSTAKA BKKBN, 2013. Profil kependudukan dan pembangunan di Indonesia. Badan Pusat Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta, 2015. Damanhuri dan Padmi, Tri, 2010. Diktat Kuliah TL-3104 Pengelolaan Sampah. Bandung:FTSL ITB. Standar Nasional Indonesia Nomor 19-3964-1994, Metode Pengambilan Dan Pengukuran Contoh Timbulan dan Komposisi Sampah Perkotaan, Jakarta: Badan Standarisasi Nasional (BSN) Undang-Undang, 2008, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18, tentang Pengelolaan Sampah.