PERCEPATAN BERUSAHA DI BIDANG PEMBANGUNAN KAWASAN INDUSTRI

dokumen-dokumen yang mirip
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA,

PENYELENGGARAAN LAYANAN DI PTSP PUSAT BKPM

PELAYANAN PENANAMAN MODAL DI PTSP PUSAT-BKPM (Updating layanan izin investasi 3 jam)

KEMENTERIAN PERINDUSTRI. Jl. Jend. Gatot Subroto Kav Jakarta Telepon:

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Targetkan Investasi 12,5 Triliun, Kemenperin Gencar Jaring Investor di KEK Palu

invest in Pertemuan Koordinasi Pengembangan Industri Alat Kesehatan, 13 Juni 2017 Meeting JICA DIREKTORAT PERENCANAAN INDUSTRI MANUFAKTUR

Untuk itu, kami berpesan kepada para mahasiswa yang akan menjalani pendidikan selama tiga

Rencana Strategis Perindustrian di Bidang Energi

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA DALAM KUNJUNGAN KEIDANREN JEPANG. Jakarta, 9 April Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN III-2015

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 142 TAHUN 2015 TENTANG KAWASAN INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN III-2017

BIDANG PEREKONOMIAN PERWUJUDAN INDONESIA SENTRIS DAN PEMBANGUNAN KEWILAYAHAN SECARA MERATA

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 142 TAHUN 2015 TENTANG KAWASAN INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TAHUN 2015

BERITA RESMI STATISTIK

Prof. DR. Ir. H.M. Nurdin Abdullah, M.Agr Bupati Bantaeng Jakarta, 16 November 2016

PROGRAM KERJA DITJEN PPI TA 2012 DAN IMPLEMENTASI MP3EI DI KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

Menteri Perindustrian Republik Indonesia PAPARAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA RAKER KEMENTERIAN PERDAGANGAN JAKARTA, 27 JANUARI 2016

DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN PERWILAYAHAN INDUSTRI PENYEMPURNAAN SUBSTANSI PP 24 TAHUN 2009 TENTANG KAWASAN INDUSTRI

Realisasi Investasi PMDN dan PMA Tahun 2017 Melampaui Target

INDONESIA. Investasi Sektor Properti BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL. Farah R Indriani Deputi PIPM-BKPM

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA TAHUN 2016 EKONOMI JAKARTA TAHUN 2016 TUMBUH 5,85 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN IV-2015

Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Tenggara Triwulan III-2017

BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TAHUN 2016

REALISASI INVESTASI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PADA TRIWULAN II TAHUN 2016

Energy Conservation in the Industry by Utilizing Renewable Energy or Energy Efficiency and Technology Development. Jakarta, 19 Agustus 2015

Pokok-Pokok Substansi PERATURAN PEMERINTAH NO 24 TAHUN 2009 TENTANG KAWASAN INDUSTRI

PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH TRIWULAN III-2017

Pengembangan Pusat Pertumbuhan Industri 1. Sumatera 2. Kalimantan 3. Jawa

2017, No tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor 12 Tahun 2015 tentang Percepatan Penyiapan Infrastrukt

Menteri Perindustrian Republik Indonesia. Menghidupkan Kembali Sektor Industri Sebagai Penggerak Ekonomi Nasional

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN II-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III-2016

Menteri Perindustrian Republik Indonesia PENGARAHAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA FORUM DIALOG DENGAN PIMPINAN REDAKSI JAKARTA, 30 JUNI 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TRIWULAN III/2016

Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Barat Triwulan I 2017 Terhadap Triwulan I 2016 (y on y)

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN III-2016

ISU STRATEGIS, PROGRAM PRIORITAS DAN PROGRAM KERJA TAHUN 2014 DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN PERWILAYAHAN INDUSTRI

SIARAN PERS. Realisasi Investasi Triwulan II Tahun 2017 Mencapai Rp 170,9 Triliun

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN II-2017

Siaran Pers. Realisasi Investasi Januari-September 2016 Mencapai Rp 453 Triliun

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN II-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2015

Account Representative

Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Utara Triwulan III 2017

BERITA RESMI STATISTIK

PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2015 KABUPATEN BANGKA SELATAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN I-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2017

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I-2016

BERITA RESMI STATISTIK

- 2 - Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 12 Tahun 2013; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, p

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2016

Pertumbuhan Ekonomi Banten Triwulan III-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2014

Jakarta, 29 Juli 2016 Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TAHUN 2016 Ekonomi Gorontalo Tahun 2016 Tumbuh 6,52 Persen

PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN II-2016 EKONOMI PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN II-2016 TUMBUH 5,21 PERSEN MENGUAT DIBANDINGKAN TRIWULAN II-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH SEMESTER I

Tujuan pengembangan wilayah pada tahun adalah mengurangi kesenjangan pembangunan wilayah antara KBI dan KTI

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI AGRO DAN KIMIA

PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN II-2017 EKONOMI PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN II-2017 TUMBUH 5,03 PERSEN MELAMBAT DIBANDINGKAN TRIWULAN II-2016

BERITA RESMI STATISTIK

ARAH PENGEMBANGAN WILAYAH DAN ANTAR WILAYAH

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN II-2015

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. Laporan Perkembangan Deregulasi 2015

REALISASI INVESTASI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR TRIWULAN I TAHUN 2018

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

REALISASI INVESTASI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PADA TRIWULAN III TAHUN 2016

Analisis Perkembangan Industri

PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN I TAHUN 2017

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I-2017

Jakarta, 15 Desember 2015 YANG SAYA HORMATI ;

IV. GAMBARAN UMUM Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta. Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur

RISALAH RAPAT. : Pembahasan tindak lanjut RATAS PSN di Provinsi Sumatera Utara

Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal Sesuai Peraturan Kepala BKPM No. 3 Tahun 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II-2017

BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA,

BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

Bila dilihat dari penciptaan sumber pertumbuhan

Pertumbuhan Ekonomi Gorontalo Triwulan III-2017

Transkripsi:

DITJEN PENGEMBANGAN PERWILAYAHAN INDUSTRI PERCEPATAN BERUSAHA DI BIDANG PEMBANGUNAN KAWASAN INDUSTRI Disampaikan pada Sosialisasi dan Konsultasi Kebijakan Percepatan Pelaksanaan Berusaha Makassar, 27 September 2017

DAFTAR ISI I KINERJA EKONOMI REGIONAL 3 II PERANAN KAWASAN INDUSTRI 10 III PEMBERIAN FASILITAS DAN KEMUDAHAN BERINVESTASI DI KAWASAN INDUSTRI 15 IV PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN KAWASAN INDUSTRI 30 Ditjen Pengembangan Perwilayahan Industri 2

I. KINERJA EKONOMI REGIONAL

KINERJA EKONOMI REGIONAL Wilayah 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 Sumatera 23.10 23.56 23.74 23.81 23.63 22.21 22.03 Jawa 58.10 57.59 57.65 57.99 58.51 58.29 58.49 Bali dan Nusa Tenggara 2.70 2.56 2.51 2.53 2.50 3.06 3.13 Kalimantan 9.20 9.55 9.30 8.67 8.21 8.15 7.85 Sulawesi 4.50 4.61 4.74 4.82 4.97 5.92 6.04 Maluku dan Papua 2.40 2.13 2.06 2.18 2.18 2.37 2.46 Indonesia 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 43.00 42.50 42.00 41.50 41.00 40.50 41.90 58.10 42.41 42.35 57.59 57.65 42.01 57.99 58.51 41.49 58.29 41.71 58.60 58.49 58.40 58.20 58.00 41.51 57.80 57.60 40.00 57.40 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 Luar Jawa Sumber : BPS, Diolah DJ PPI (2017) Jawa Keterangan : a. Upaya mengurangi disparitas pembangunan merupakan tantangan dan kerja keras mengingat peranan Pulau Jawa dalam struktur perekonomian nasional masih dominan. b. Dalam periode 2011-2014 peranan Pulau Jawa cenderung meningkat, dan mencapai puncaknya pada tahun 2014. c. Dalam periode 2014-2016, peranan wilayah di luar Pulau Jawa, secara rata-rata mengalami peningkatan walaupun tidak signifikan. 4

SHARE SEKTOR INDUSTRI NASIONAL DAN REGIONAL No Lapangan Usaha 2014 2015* 2016** N K N K N K 1 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 1.409,66 13,34 1.555,75 13,49 1.668,99 13,45 2 Pertambangan dan Penggalian 1.039,42 9,83 881,69 7,65 893,94 7,21 3 Industri Pengolahan 2.227,58 21,08 2.418,37 20,97 2.544,57 20,51 a. Industri Batubara dan Pengilangan Migas 337,20 3,19 320,33 2,78 286,06 2,31 b. Industri Pengolahan Non Migas 1.890,38 17,88 2.098,05 18,19 2.258,51 18,20 4 Pengadaan Listrik dan Gas 114,90 1,09 131,25 1,14 142,77 1,15 5 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 7,84 0,07 8,55 0,07 8,94 0,07 6 Konstruksi 1.041,95 9,86 1.177,08 10,21 1.287,65 10,38 7 Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 1.419,23 13,43 1.535,28 13,31 1.635,95 13,19 8 Transportasi dan Pergudangan 466,97 4,42 579,60 5,02 647,15 5,22 9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 321,06 3,04 341,55 2,96 362,23 2,92 10 Informasi dan Komunikasi 369,46 3,50 405,99 3,52 449,14 3,62 11 Jasa Keuangan dan Asuransi 408,44 3,86 465,02 4,03 520,92 4,20 12 Real Estate 294,57 2,79 327,60 2,84 348,29 2,81 13 Jasa Perusahaan 165,99 1,57 190,27 1,65 211,62 1,71 14 Nilai dan Share Sektoral dalam PDB Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 404,63 3,83 450,23 3,90 478,63 3,86 15 Jasa Pendidikan 341,82 3,23 388,41 3,36 418,25 3,37 16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 109,15 1,03 122,92 1,07 132,42 1,07 17 Jasa lainnya 163,55 1,55 190,58 1,65 212,22 1,71 Total PDB 10.569,70 100 11.531,71 100 12.406,80 100 16.90 16.80 16.70 16.60 16.50 16.40 16.30 16.20 16.10 16.00 15.90 Share Sektor Industri di luar Jawa thd PDRB (%) 16.21 16.24 16.53 16.68 16.84 2012 2013 2014 2015 2016 Keterangan : a. Share sektor industri di tingkat nasional merupakan yang terbesar dibandingkan sektor lainnya. b. Di luar Jawa, sektor industri peranannya mulai menguat dimana share sektor industrinya terus mengalami peningkatan. Sumber : BPS, Diolah DJ PPI (2017) 5

KONTRIBUSI NILAI TAMBAH INDUSTRI PENGOLAHAN NON MIGAS DI LUAR JAWA TERHADAP TOTAL NILAI TAMBAH SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN NONMIGAS NASIONAL 28.5 28 28.06 27.5 27.73 27.47 27 27.22 26.93 26.5 26.35 26.59 26 25.5 25.52 25 24.5 24.63 24 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 Sumber : BPS, Diolah Ditjen PPI Kontribusi luar Pulau Jawa dalam PDB sektor industri pengolahan non-migas menunjukkan kecenderungan yang terus meningkat. Secara perlahan sektor industri pengolahan non migas mulai bergeser ke luar Pulau Jawa. 6

PERKEMBANGAN PMA MENURUT WILAYAH Perkembangan PMA (US $ Juta) Wilayah 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 Jawa 11,498.77 12,324.54 13,659.92 17,326.38 15,436.69 15,432.96 14,772.40 Luar Jawa 4,716.00 7,149.99 10,904.75 11,291.17 13,093.00 13,842.98 14,191.67 Total 16,214.77 19,474.53 24,564.67 28,617.55 28,529.70 29,275.94 28,964.07 Perkembangan PMA (%) Wilayah 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 Jawa 70.92 63.29 55.61 60.54 54.11 52.72 51.00 Luar Jawa 29.08 36.71 44.39 39.46 45.89 47.28 49.00 Total 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 16.00 14.00 12.00 10.00 8.00 6.00 Perkembangan PMA di luar Jawa (US $ Miliar) 7.15 10.90 11.29 Sumber : BKPM, Diolah DJ PPI (2017) 13.09 13.84 14.19 4.72 4.00 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 Keterangan : Investasi langsung dalam bentuk PMA di luar Jawa dalam periode 2010-216 terus mengalami peningkatan baik dalam bentuk nilai maupun kontribusinya 55.00 50.00 45.00 40.00 35.00 30.00 25.00 29.08 Perkembangan PMA di luar Jawa (%) 36.71 44.39 39.46 45.89 47.28 49.00 20.00 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 7

PERKEMBANGAN PMDN MENURUT WILAYAH Perkembangan PMDN (Rp Triliun) Wilayah 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 Jawa 35.14 37.18 52.69 66.50 97.06 103.76 126.35 Luar Jawa 25.49 38.81 39.32 61.65 59.02 75.61 89.88 Total 60.63 75.99 92.02 128.15 156.08 179.37 216.23 Perkembangan PMDN (%) Wilayah 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 Jawa 57.96 48.92 57.26 51.89 62.18 57.85 58.43 Luar Jawa 42.04 51.08 42.74 48.11 37.82 42.15 41.57 Total 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 104.00 94.00 84.00 74.00 64.00 54.00 44.00 34.00 24.00 14.00 Perkembangan PMDN di luar Jawa (Rp Triliun) 25.49 38.81 39.32 61.65 Sumber : BKPM, Diolah DJ PPI (2017) 59.02 75.61 89.88 4.00 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 Perkembangan PMDN di luar Jawa (%) Keterangan : Nilai investasi langsung dalam bentuk PMDN di luar Jawa dalam periode 2010-216 terus mengalami peningkatan. Sementara dalam kontribusinya,dalam periode 201-2016 secara rata-rata juga mengalami peningkatan. 55.00 50.00 45.00 40.00 35.00 42.04 51.08 42.74 48.11 37.82 42.15 41.57 30.00 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 8

Wilayah 2005 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 Sumatera 0.309 0.327 0.316 0.305 0.326 0.343 0.359 0.352 0.350 0.337 0.337 Jawa 0.340 0.361 0.354 0.353 0.370 0.385 0.404 0.394 0.414 0.406 0.396 Bali Nusra 0.331 0.350 0.336 0.342 0.380 0.361 0.370 0.378 0.396 0.369 0.367 Kalimantan 0.308 0.335 0.335 0.335 0.352 0.343 0.364 0.366 0.364 0.319 0.332 Sulawesi 0.268 0.356 0.337 0.343 0.393 0.389 0.398 0.405 0.411 0.381 0.383 Maluku Papua 0.349 0.364 0.349 0.344 0.365 0.364 0.385 0.382 0.379 0.361 0.363 INDONESIA 0.355 0.376 0.368 0.367 0.378 0.388 0.413 0.406 0.414 0.402 0.394 Wilayah 2005 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 Jawa 0.340 0.361 0.354 0.353 0.370 0.385 0.404 0.394 0.414 0.406 0.396 Luar Jawa 0.313 0.346 0.335 0.334 0.363 0.360 0.375 0.376 0.380 0.353 0.356 INDONESIA 0.355 0.376 0.368 0.367 0.378 0.388 0.413 0.406 0.414 0.402 0.394 PERKEMBANGAN RASIO GINI MENURUT WILAYAH 0.420 0.413 0.414 0.406 0.402 0.400 0.394 0.388 0.380 0.380 0.376 0.378 0.375 0.376 0.368 0.367 0.360 0.363 0.360 0.355 0.356 0.346 0.353 0.340 0.335 0.334 0.320 0.313 Jawa Luar Jawa INDONESIA 0.300 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 Sumber : BPS, Diolah DJ PPI (2017) Keterangan : Dalam periode 2005-2012, Ratio GINI baik di tingkat nasional maupun di tingkat regional terus mengalami peningkatan, yang menunjukkan bahwa terjadi kesenjangan pendapatan yang semakin besar. Dalam periode 2014-2016, Rasio GINI cenderung turun, artinya kesenjangan pendapatan yang semakin kecil. Tingkat kesenjangan pendapatan di Jawa lebih besar dibandingkan dengan luar Jawa. 9

II. PERANAN KAWASAN INDUSTRI

PERANAN KAWASAN INDUSTRI SANGAT STRATEGIS Efisiensi Infrastruktur Meningkatkan efisiensi dan kemudahan penyediaan infrastruktur Investasi dan Lapangan Kerja Menarik investasi dan menyediakan lapangan kerja yang luas. Dengan bertambahnya lapangan kerja maka pendapatan masyarakat juga akan meningkat dan berdampak pula pada peningkatan pendapatan ekonomi wilayah Produktivitas Perusahaan dan Nilai Tambah Meningkatkan produktivitas perusahaan yang berlokasi di kawasan industri sehingga mampu menciptakan nilai tambah yang lebih tinggi Ramah Lingkungan dan Penyediaan Lahan Mendukung peningkatan kualitas lingkungan secara menyeluruh; lahan akan dapat dihindari; kepastian lokasi investasi industri masalah-masalah konflik penggunaan Penyebaran dan Pemerataan Industri Mewujudkan pembangunan industri yang terdesentralisasi ke seluruh wilayah (Indonesia Centris) 11

KAWASAN INDUSTRI SEBAGAI LOKASI INVESTASI SEKTOR INDUSTRI Keterangan : Pertumbuhan ekonomi tahun 2016 sebesar 5,02 persen didukung oleh pertumbuhan komponen pengeluaran konsumsi rumah tangga (PK-RT), pengeluaran konsumsi lembaga non-profit yang melayani rumah tangga (PK- PNPRT), dan pembentukan modal tetap bruto (PMTB) atau Investasi. Struktur ekonomi tahun 2016 didominasi oleh komponen PK- RT (56,5 persen), PMTB (32,57 persen) dan komponen Ekspor barang dan jasa (19,08 persen). Sumber : BPS (2017) Keterangan : Sumber pertumbuhan ekonomi tahun 2015, investasi (PMTB) merupakan sumber utama pertumbuhan terbesar kedua setelah PK-RT yaitu sebesar 1,45 persen. Investasi industri membutuhkan lokasi. Oleh karena itu, dengan adanya kewajiban berlokasi di dalam kawasan industri, maka kawasan industri berperan penting dalam mendorong investasi sektor industri dengan menyediakan lahan yang siap bangun, dengan berbagai kemudahan di dalamnya. Untuk itu, Pemerintah terus mendorong pembangunan kawasan industri. 12

Perkembangan Penjualan Lahan Kawasan Industri Di Jawa Catatan : Penurunan penjualan lahan mulai tahun 2012 diakibatkan oleh terbatasnya pasokan lahan (khususnya di JABOTABEK, Karawang, Serang) Sumber : Collier International Indonesia, 2016 13

NILAI TAMBAH INDUSTRI BESAR SEDANG (IBS) Nilai Rp Juta PERSENTASE LOKASI IBS 2005 2014 2016 2005 2014 2016 DALAM KI 67.973.683 305.619.508 327,223,674 17,15 18,09 18.11 LUAR KI 328.464.304 1.383.836.176 1,479,779,073 82,85 81,91 81.89 Jumlah 396.437.988 1.689.455.685 1,807,002,747 100,00 100,00 100.00 TAHUN 2016 18.11% Keterangan : Walaupun nilai tambah IBS lebih banyak dikontribusikan oleh industri yang berada di luar kawasan industri, nilai tambah IBS yang berlokasi di kawasan industri cenderung meningkat karena IBS yang berlokasi di dalam KI lebih banyak menghasilkan produk-produk industri dengan nilai yang tambah tinggi 81.89% DALAM KI LUAR KI Sumber : BPS, Diolah DJ PPI (2017) 14

III. PEMBERIAN FASILITAS DAN KEMUDAHAN DAN KEMUDAHAN BERINVESTASI DI KAWASAN INDUSTRI 15

IV. PEMBERIAN FASILITAS DI DALAM KAWASAN INDUSTRI (PP 142/2015 Tentang KAWASAN INDUSTRI) 1. FISKAL (Perpajakan) Pasal 41 Diberikan berdasarkan pengelompokan WPI 1. WPI maju meliputi WPI Jawa. 2. WPI berkembang meliputi WPI Sulawesi Bagian selatan, WPI Kalimantan bagian timur, WPI Sumatera bagian utara kecuali Batam, Bintan dan Karimun, serta WPI Sumatera bagian selatan. 3. WPI potensial I (satu) meliputi WPI Sulawesi bagian utara, WPI Kalimantan bagian barat, serta WPI Bali dan Nusa Tenggara 4. WPI potensial II (dua) meliputi WPI Papua dan WPI Papua barat. 2. NON FISKAL Pasal 42 3. PAJAK DAERAH Pasal 43 Berupa kemudahan pembangunan dan pengelolaan tenaga listrik untuk kebutuhan sendiri dan industri di dalam Kawasan Industri; Penetapan sebagai Objek Vital Nasional Sektor Industri Pengaturan insentif daerah sebagaimana ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Contoh: Pengurangan, keringanan, atau pembebasan Pajak dan Retribusi berupa: 1. Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan/atau Bangunan (BPHTB); 2. Pajak Penerangan Jalan (PPJ) untuk jalan lingkungan di dalam Kawasan Industri; dan lain lain 16

Insentif Fiskal Kawasan Industri (PMK 105/2016 :PEMBERIAN FASILITAS PERPAJAKAN DAN KEPABEANAN BAGI PERUSAHAAN INDUSTRI DI KAWASAN INDUSTRI DAN PERUSAHAAN KAWASAN INDUSTRI) Insentif yg diberikan: 1. Pengurangan PPh Penanaman Modal atau PPh Badan (apabila sudah mendapatkan fasilitas pengurangan PPh untuk penanaman modal tidak dapat diberikan fasilitas pengurangan PPh badan) 2. Pembebasan PPN Impor, Mesin, dan peralatan pabrik 3. Pembebasan Bea Masuk Pengelompokan Wilayah Pengembangan Industri WPI WPI Maju WPI Jawa WPI Berkembang WPI Potensial I WPI Potensial II WPI Sulawesi Bagian Selatan WPI Kalimantan Bagian Timur WPI Sumatera Bagian Utara kecuali Batam, Bintan dan Karimun WPI Sumatera Bagian Selatan WPI Sulawesi Bagian Utara, WPI Kalimantan Bagian Barat, serta WPI Bali dan Nusa Tenggara WPI Papua WPI Papua Barat 17

Insentif Fiskal Kawasan Industri (PMK 105/2016) WPI MAJU WPI BERKEMBANG WPI POTENSIAL I WPI POTENSIAL II Sesuai Peraturan Perundang Undangan A. Pengurangan PPh: 1. Pengurahan penghasilan netto 30% selama 6 th (5% per th). 2. Penyusutan yang dipercepat dan amortisasi yang dipercepat. 3. PPh atas deviden sebesar 10%. 4. Kompensasi kerugian selama 8 th. B. Pembebasan PPN berdasarkan PP 81 Tahun 2015 A. Pengurangan PPh: 1. Pengurahan penghasilan netto 30% (5% per th selama 6 th) 2. Penyusutan yang dipercepat atas aktiva berwujud dan amortisasi yang dipercepat 3. PPh atas deviden sebesar 10% 4. Kompensasi kerugian selama 10 th. B. Pembebasan PPN berdasarkan PP 81 Tahun 2015 A. Pengurangan PPh: Pengurangan PPh 10% - 100%, Jangka waktu 5-15 th Persyaratan perusahaan yang menanamkan modal baru (badan hukum disahkan setelah 15 Agustus 2015) B. Pembebasan PPN berdasarkan PP 81 Tahun 2015 C. Pembebasan Bea Masuk Tahap pembangunan/pengembangan (kapasitas meningkat 30%): 1. Impor mesin selama 2 th, dapat diperpanjang sesuai jangka waktu pembangunan/pengembangan. 2. Impor barang dan bahan paling lama 3 th dapat diperpanjang selama 1 th. 3. Impor mesin yang dibeli di dalam negeri selama 3 th dapat diperpanjang selama 1 th. 4. Impor barang dan bahan bahan selama 4 th apabila menggunakan mesin produksi buatan dalam negeri paling sedikit 30%. C. Pembebasan Bea Masuk Tahap pembangunan/pengembangan (kapasitas meningkat 30%): 1. Impor mesin selama 2 th, dapat diperpanjang sesuai jangka waktu pembangunan/pengembangan. 2. Impor barang dan bahan paling lama 4 th dapat diperpanjang selama 1 th. 3. Impor mesin yang dibeli di dalam negeri selama 4 th dapat diperpanjang selama 1 th. 4. Impor barang dan bahan bahan selama 4 th apabila menggunakan mesin produksi buatan dalam negeri paling sedikit 30%. C. Pembebasan Bea Masuk Tahap pembangunan/pengembangan (kapasitas meningkat 30%): 1. Impor mesin selama 2 th, dapat diperpanjang sesuai jangka waktu pembangunan/pengembangan. 2. Impor barang dan bahan paling lama 5 th dapat diperpanjang selama 1 th. 3. Impor mesin yang dibeli di dalam negeri selama 5 th dapat diperpanjang selama 1 th. 4. Impor barang dan bahan bahan selama 5 th apabila menggunakan mesin produksi buatan dalam negeri paling sedikit 30%. 18

PENGADAAN LISTRIK KAWASAN INDUSTRI Pasal 42 ayat (1) PP No. 142 Tentang Kawasan Industri Perusahaan Kawasan Industri diberikan fasilitas kemudahan pembangunan dan pengelolaan tenaga listrik untuk kebutuhan sendiri dan industri di dalam kawasan industri Pengelola Industri Suporting Area Industri 19

KAWASAN INDUSTRI SEBAGAI OBJEK VITAL NASIONAL SEKTOR INDUSTRI Pasal 4 PP No. 142 Tentang Kawasan Industri Menteri Perindustrian berwenang dalam menetapkan suatu kawasan industri sebagai Objek Vital Nasional Sektor Industri (OVNI) Sebanyak 15 Kawasan Industri ditetapkan sebagai OVNI NO. NAMA KAWASAN INDUSTRI LOKASI 1 Medan Star Industrial Estate (PT. Tamoratama Prakarsa) Kab. Deli Serdang Sumatera Utara 2 Kawasan Industrial Medan PT. Kawasan Industrial Medan Kota Medan Sumatera Utara 3 Panbil Industrial Estate (PT. Nusatama Properta Panbil) Kota Batam Kepulauan Riau 4 BATAMINDO (PT. Batamindo Investment Cakrawala) Kota Batam - Kepulauan Riau 5 Kawasan Industri Terpadu Kabil (PT. Kabil Indonusa Estate dan PT. Kabil Citranusa) Kota Batam Kepulauan Riau 6 PT. Bintan Inti Industrial Estate Kab. Bintan Kepulauan Riau 7 Kaltim Industrial Estate (PT. Kaltim industrial Estate) Kota Bontang Kalimantan Timur 8 Modern Cikande Industrial Estate (PT. Prisma Inti Semesta; PT. Puncak Ardimulia Realty) Kab. Serang - Banten 9 East Jakarta Industrial Park (EJIP) PT. Best Jakarta Industrial Park Kab. Bekasi Jawa Barat 10 Jababeka Industrial Estate Cikarang (PT. Jababeka, Tbk) Kab. Bekasi Jawa Barat 11 Karawang Internasional Industrial City (PT. Maligi Permata Industrial Estate Kab. Kerawang Jawa Barat PT. Harapan Anang Bakrie & Sons; PT. Karawang Tata Bina) 12 Ngoro Industrial Park I (PT. Dharmala RSEA Industrial Estate) Kab. Mojokerto Jawa Timur 13 Jakarta Industrial Park II (PT. Intiland Sejahtera) Kab. Mojokerto Jawa Timur 14 PT Kawasan Berikat Nusantara (Persero) Jakarta Utara-DKI Jakarta 15 Kawasan Industri Bukit Indah (PT Besland Pertiwi) Kabupaten Purwakarta-Jawa Barat 20

KEMUDAHAN BERBAGAI PERIZINAN a. PENGECUALIAN Perusahaan Kawasan Industri 1. Permohonan IUKI dikecualikan dari perizinan yang menyangkut gangguan (HO) Perusahaan Industri di Kawasan Industri Dikecualikan dari perizinan yang menyangkut 1. gangguan, 2. lingkungan, 3. lokasi, 4. tempat usaha, 5. peruntukan penggunaan tanah, 6. pengesahan rencana tapak tanah dan 7. Analisis Dampak Lalu Lintas (ANDALALIN). b. FASILITASI PERIZINAN Pengelola Kawasan Industri wajib memfasilitasi pelayanan perizinan satu pintu untuk memenuhi layanan cepat sesuai dengan Peraturan BKPM. 21

KEMUDAHAN BERINVESTASI DI KAWASAN INDUSTRI Paket Kebijakan Ekonomi terkait Investasi 2 Layanan cepat perizinan investasi 3 jam dan kemudahan investasi di kawasan industri 29 September 2015 Gambaran umum Kemudahan Investasi Langsung Konstruksi (KLIK) merupakan kemudahan yang diberikan oleh Pemerintah kepada perusahaan yang akan melakukan investasi berlokasi di Kawasan Industri tertentu. Perusahaan setelah mendapatkan Izin Investasi/Izin Prinsip, baik dari PTSP Pusat maupun PTSP di daerah setempat, dapat langsung melakukan konstruksi sambil secara paralel mengurus Izin Mendirikan Bangunan (IMB), Izin Lingkungan (UKL/UPL, AMDAL), dan perizinan pelaksanaan daerah lainnya sepanjang telah memenuhi ketentuan Tata Tertib Kawasan Industri (Estate Regulation). Perizinan pelaksanaan yang diperlukan wajib dipenuhi sebelum perusahaan siap produksi komersial. Tidak ada batasan minimal nilai investasi atau penyerapan TKI. Kawasan Industri tertentu akan ditetapkan oleh Kepala BKPM. Perlu dukungan Gubernur dan Bupati/Walikota dimana lokasi Kawasan Industri. Perlu dukungan Menteri untuk mengubah ketentuan teknis terkait (NSPK) sebagai acuan perubahan ketentuan di daerah. Perlu penegasan komitmen lintas sektor untuk secara bersama-sama menciptakan dan menjaga iklim usaha/investasi yang kondusif. 22

KEMUDAHAN LANGSUNG INVESTASI KONSTRUKSI (KLIK) Investor Adanya keluhan investor bahwa proses membangun di daerah sangat lambat, antara lain terkendala perizinan pelaksanaan yakni IMB dan Izin Lingkungan yang merupakan kewenangan Pemerintah Daerah. Perusahaan Kawasan Industri Di beberapa daerah terdapat Kawasan Industri (KI) yang diperuntukkan sebagai kegiatan industri, telah memiliki AMDAL Kawasan/Izin Lingkungan, Tata Tertib KI ditetapkan Pemerintah Daerah, dan Pengelola KI. Tingkat utilisasi Kawasan Industri rata-rata masih dibawah 70%. Pemerintah Daerah Proyek investasi berlokasi di daerah. Beberapa Pemerintah Daerah sangat aktif mendorong investasi masuk ke KI yang berada di daerahnya. Usul pelaksanaan kebijakan KLIK direspon positif oleh Pemerintah Daerah, dengan demikian KLIK sebenarnya inisiatif Pemerintah Daerah. Pemerintah cq. BKPM Mendorong pemerataan ekonomi melalui investasi ke wilayah luar Jawa. Renstra BKPM 2015 2019, proyeksi investasi di sektor industri sebesar Rp 1.893,9 Triliun atau 53,5% dari total Rp 3.518,6 Triliun selama 5 tahun. Beberapa daerah diproyeksikan adanya peningkatan investasi sektor industri. Adanya kebutuhan lahan industri sebesar 1.000 ha per tahun karena sesuai amanat UU 3 Tahun 2014 dan PP No 142 Tahun 2015 bahwa kegiatan industri wajib berlokasi di Kawasan Industri. Umumnya investor memerlukan waktu sekitar 4 5 tahun untuk merealisasikan investasi (sejak Izin Prinsip disetujui hingga Izin Usaha Industri. Akselerasi pembangunan konstruksi kegiatan investasi diharapkan dapat meningkatkan realisasi investasi. 23

Manfaat Fasilitas KLIK Non- KLIK Pembelian Lahan (PPJB) Penyiapan persyaratan (Pre-Reg) IMB Contoh: AMDAL/UKL-UPL/ Izin Lingkungan (6 bln-1,5th) Permohonan IMB (10-14 hari) Konstruksi (1 2 Thn) Siap produksi komersial (syarat izin pelaksanaan lengkap) Izin Prinsip/Izin Investasi KLIK Izin Usaha Industri (IUI) Pembelian Lahan (PPJB) Langsung Konstruksi (1 2 Thn) Siap produksi komersial (syarat izin pelaksanaan lengkap) Secara paralel mengurus perizinan pelaksanaan IMB AMDAL/UKL-UPL/IL Dll. Dengan memanfaatkan fasilitas KLIK, investor akan efisien waktu kurang lebih ± 6 bln 1,5 tahun. 24 24

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penetapan Kawasan Industri (KI) KLIK Surat Rekomendasi Gubernur dan Bupati/Walikota --> memuat: (1) dukungan normatif, (2) usulan/rekomendasi KI, (3) komitmen percepatan pelayanan perizinan dan nonperizinan, (4) penetapan dan perubahan ketentuan perundangan di daerah. Kriteria KI yang diusulkan/direkomendasikan 1) Memiliki Izin Usaha Kawasan Industri (IUKI) atau Izin Prinsip (dalam proses pengurusan IUKI) 2) Memiliki AMDAL Kawasan 3) Ketersediaan lahan yang cukup 4) Tata Tertib Kawasan Industri 5) Pengelola Kawasan Industri 25 25

Kawasan Industri untuk Pelaksanaan KLIK Tahap I SK Kepala BKPM No. 24 Tahun 2016: Pelaksanaan KLIK tahap awal berada di 6 provinsi dan 9 kabupaten/kota Total 14 (empat belas) Kawasan Industri dengan luas lahan efektif 10.022 ha (dari luas lahan keseluruhan 17.154 ha), terdiri dari: NAMA DAN LOKASI KAWASAN INDUSTRI TOTAL LAHAN KESELURUHAN (HA) LAHAN KOSONG EFEKTIF (HA) PROVINSI JAWA TENGAH 1.334 840 1. KI Kendal (KIK), Kab Kendal 1.000 700 2. KI Bukit Semarang Baru (BSB), Kota Semarang 84 40 3. KI Wijayakusuma, Kota Semarang 250 100 PROVINSI JAWA TIMUR 1.761 1.761 4. KI Java Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE), Kab Gresik 1.761 1.761 PROVINSI SULWESI SELATAN 3.000 3.000 5. KI Bantaeng (KIBA), Kab Bantaeng 3.000 3.000 PROVINSI BANTEN 5.549 3.150 6. KI Modern Cikande Industrial Estate, Kab Serang 3.175 1.800 7. KI Terpadu Wilmar, Kab Serang 1.744 800 8. KI Krakatau Industrial Estate Cilegon (KIEC), Kota Cilegon 630 570 PROVINSI JAWA BARAT 4.730 1.151 9. KI Bekasi Fajar Industrial Estate, Kab Bekasi 1.500 300 10. KI Delta Silicon 8, Kab Bekasi 230 158 11. KI Karawang Internasional Industrial City (KIIC), Kab Karawang 1.200 293 12. KI Suryacipta City of Industry, Kab Karawang 1.400 300 13. KI GT Tech Park, Kab Karawang 400 100 PROVINSI SUMATERA UTARA 780 100 14. KI Medan (KIM), Kab Deli Serdang 780 100 Total 17.154 10.022 26 26

Perkembangan Implementasi KLIK di 14 KI Jumlah Proyek yang memanfaatkan fasilitas KLIK (per November 2016) yakni 81 Proyek, nilai investasi Rp 72,09 Triliun, memanfaatkan lahan 917,36 ha, berlokasi di 11 Kawasan Industri (KI). Produksi Komersial Konstruksi Persiapan 9 Proyek 16 Proyek 56 Proyek Nilai Investasi Rp 2,08 Triliun, luas lahan 28,09 ha, berlokasi di 3 KI Nilai Investasi Rp 8,85 Triliun, luas lahan 202,19 ha, berlokasi di 8 KI Nilai Investasi Rp 61,16 Triliun, luas lahan 687, 08 ha, berlokasi di 11 KI Catatan: Terdapat 26 proyek dalam status NDA (Non Disclosure Agreement) yang akan memanfaatkan fasilitas KLIK berlokasi di 6 KI. Apabila sudah diperbolehkan para pihak, segera akan dilakukan verifikasi lebih lanjut. (Sumber : BKPM, 2016) 27 27

Kawasan Industri untuk Pelaksanaan KLIK Tahap II SK Kepala BKPM No. 17 Tahun 2017: Pelaksanaan KLIK tahap awal berada di 7 provinsi dan 8 kabupaten/kota Total 18 (delapan belas) Kawasan Industri dengan luas lahan efektif 3 378.9, terdiri dari: No. Kawasan Industri Provinsi Lahan Kosong (Ha) 1 KI Batamindo Industrial Park Kep. Riau 46.6 2 KI Bintang Industrial Park II Kep. Riau 20.0 3 KI Kabil Integrated Industrial Park Kep. Riau 21.7 4 KI West Point Maritime Industrial Park Kep. Riau 102.5 5 KI Bintan Inti Industrial Estate Lobam Kep. Riau 229.6 6 Kawasan Industri Dumai Riau 198.9 7 Kawasan Berikat Nusantara/KBN DKI Jakarta 118.6 8 KI Jakarta Industrial Estate Pulagadung/JIEP DKI Jakarta 10.4 9 KI Marunda Center DKI Jakarta 300.0 10 Artha Industrial Hill Jawa Barat 315.1 KI Greenland International Industrial Center 11 (GIIC)/Deltamas Jawa Barat 400.0 12 KI Jababeka Tahap III Jawa Barat 45.0 13 KI Kota Bukit Indah Ind. City Jawa Barat 510.0 14 KI Indotaisei Kota Bukit Indah Jawa Barat 300.0 15 KI Demak. Jawa Tengah 285.7 16 KI Maspion Jawa Timur 151.0 17 KI Tuban Jawa Timur 190.0 18 KI Kariangau Kalimantan Timur 133.8 Total 3,378.9 28 28

Rekap Kawasan Industri untuk Pelaksanaan KLIK (Tahap I dan Tahap II) NAMA DAN LOKASI KAWASAN INDUSTRI LAHAN KOSONG (HA) PROVINSI JAWA TENGAH 1,125.7 1. KI Kendal (KIK), Kab Kendal 700.0 2. KI Bukit Semarang Baru (BSB), Kota Semarang 40.0 3. KI Wijayakusuma, Kota Semarang 100.0 4. KI Demak 285.7 PROVINSI JAWA TIMUR 2,102.0 5. KI Java Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE), Kab Gresik 1,761.0 6. KI Maspion 151.0 7. KI Tuban 190.0 PROVINSI SULAWESI SELATAN 3,000.0 8. KI Bantaeng (KIBA), Kab Bantaeng 3,000.0 PROVINSI BANTEN 3,170.0 9. KI Modern Cikande Industrial Estate, Kab Serang 1,800.0 10. KI Terpadu Wilmar, Kab Serang 800.0 11. KI Krakatau Industrial Estate Cilegon (KIEC), Kota Cilegon 570.0 PROVINSI JAWA BARAT 2,721.1 12. KI Bekasi Fajar Industrial Estate, Kab Bekasi 300.0 13. KI Delta Silicon 8, Kab Bekasi 158.0 14. KI Karawang Internasional Industrial City (KIIC), Kab Karawang 293.0 15. KI Suryacipta City of Industry, Kab Karawang 300.0 16. KI GT Tech Park, Kab Karawang 100.0 17. Artha Industrial Hill 315.1 18. KI Greenland International Industrial Center (GIIC)/Deltamas 400.0 19. KI Jababeka Tahap III 45.0 20. KI Kota Bukit Indah Ind. City 510.0 21. KI Indotaisei Kota Bukit Indah 300.0 22. KI Marunda Center 300.0 NAMA DAN LOKASI KAWASAN INDUSTRI LAHAN KOSONG (HA) PROVINSI SUMATERA UTARA 100.0 23. KI Medan (KIM), Kab Deli Serdang 100.0 PROVINSI KEP.RIAU 420.4 24.KI Batamindo Industrial Park 46.6 25. KI Bintang Industrial Park II 20.0 26. KI Kabil Integrated Industrial Park 21.7 27. KI West Point Maritime Industrial Park 102.5 28. KI Bintan Inti Industrial Estate Lobam 229.6 PROVINSI RIAU 198.9 29. Kawasan Industri Dumai 198.9 PROVINSI KALIMANTAN TIMUR 133.8 30. KI Kariangau 133.8 PROVINSI DKI JAKARTA 429.0 31. Kawasan Berikat Nusantara/KBN 118.6 32. Jakarta Industrial Estate Pulagadung/JIEP 10.4 Total 13,400.9 29 29

IV. PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN KAWASAN INDUSTRI 30

JUMLAH KAWASAN INDUSTRI MENURUT WILAYAH Jumlah Kawasan Industri Tahun 2014 No Wilayah Luas Kawasan Persentase Jumlah Industri (Ha) Luas (%) 1 Jawa 50 26,127.40 71.99 2 Sumatera 19 7,019.10 19.34 3 Sulawesi 2 2,203.00 6.07 4 Kalimantan 3 946.00 2.61 Total 74 36,295.50 100.00 Jumlah Kawasan Industri Tahun 2016 No Wilayah Luas Kawasan Persentase Jumlah Industri (Ha) Luas (%) 1 Jawa 57 34,417.04 57.58 2 Sumatera 21 15,549.60 26.02 3 Sulawesi 4 8,455.00 14.15 4 Kalimantan 5 1,346.00 2.25 Total 87 59,767.64 100.00 Keterangan : Terjadi peningkatan kawasan industri baik dari sisi jumlah maupun luasannya. 1. Dari sisi jumlah, terjadi peningkatan sebesar 17,56 persen, 2. Sementara dari sisi luas mengalami peningkatan sebesar 64,67 persen. Kawasan industri di luar Jawa mengalami peningkatan luas dari 28,01 persen menjadi 42,42 persen pada tahun 2016. 3. Meskipun dari sisi jumlah peningkatan masih banyak terjadi di Jawa, tetapi karena di luar Jawa ketersediaan lahan masih relatif luas maka peningkatan persentase luas kawasan di luar Jawa lebih tinggi dibandingkan dengan di Jawa. 31

PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN KAWASAN INDUSTRI KI GIIPE (Aneka) KI Tanjung Buton (Hilirisasi CPO) KI/KEK Sei Mangkei (CPO & Karet) KI Dumai (Hilirisasi CPO) KI Kuala Tanjung (Alumina) KI Ladong (Agro) KI Landak (Feronikel) KEK Lhokseumawe (Petrokimia) KI/KEK Palu (Rotan) KI/KEK Bitung (Agro & Logistik) KI Tanah Kuning (Mineral & Agro) KI Buli, Haltim (Feronikel) KI Teluk Bintuni (Petrokimia) KEK Maloy (Agro dan Logistik) KI Kemingking (Agro dan Alat Berat) KI Tanggamus (Perkapalan) KI Morowali (Feronikel) KI Kendal (Aneka Industri KI Bantaeng (Feronikel) KI Konawe (Feronikel) KI Wilmar Serang (Industri Manufaktur terpadu dengan Pelabuhan) KI Ketapang (Alumina) KI JIIPE Gresik (Industri Manufactur terpadu dengan Pelabuhan) KI Jorong (Besi baja, Agro) KI Batulicin (Besi Baja, Agro) KI Tanjung Jabung Timur (Agro, Besi Baja, dan Petrokimia) Sriwijaya CBD (Industri Berat) KEK Tanjung Api-api (Agro dan Hilirisasi Batubara) Sudah Beroperasi (9 KI) Dalam Tahap Konstruksi (8 KI) Dalam Tahap Perencanaan (11 KI) 32

Investasi Target Investasi US $ 5,6 Billion (2018) Realisasi Investasi US $ 4,15 Billion (2016) Jenis Industri Integrated Industri Ferronikel, Stainles Steel dan Produk hilirnya Kawasan Industri Morowali Tenaga Kerja TK per 2017:Asing: 1.748; Lokal: 5.994 Prediksi TK per 2021: 80.000 langsung/tidak langsung Prediksi Rasio TK per 2021 Asing 17% Lokal 82% Politeknik Industri Logam Morowali (East Indonesia Center of Excellence ) Teknik Kimia Mineral, Teknik Perawatan Mesin, Teknik Listrik dan Instalasi setingkat D-III. Kapasitas 560 mahasiswa per tahun ajaran Bandara Maleo Morowali Panjang Landasan Pacu 1050 m Pesawat ATR 42-500 Twin Oter, CASA 212, CARAVAN Rute Makassar-Morowai, Palu-Morowali Jarak Bandara Kawasan: sekitar 106 km Pelabuhan Jetty dalam Kawasan Kapasitas eksisting 100.000 DWT Lintas Jalan Nasional menghubungkan Kendari-Morowali-Palu-Mamuju- Makassar Lokasi Kecamatan Bahodopi, Kab. Morowali Provinsi Sulawesi Tengah Pengelola Kawasan PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) Luas Lahan Rencana: 3000 ha Lahan tersedia per 2017: 2000 ha 33

P e r k e m b a n g a n Infrastruktur Pendukung 1. Pelabuhan 10 jetty (kapasitas 100 ribu DWT); 2. 3 Tower Rusun dan 8 Apartemen; Daya Tampung 5.500 orang 3. Pengolahan air 1000 Liter debit sungai; 4. Pengolah sampah 4 ton/hari; 5. Oxygen Plant; 6. Poliklinik; 7. Pembangkit listrik 1180 MW; Investasi Tenant dalam Progres No Jenis Industri 1. PT. BLNI Smelter dengan teknologi Hydrometalurgi 8.000 ton nikel murni/tahun 2. PT ITSS Stainless Steel 1.000.000 ton/tahun 3. Ferrochrome 600.000 ton/tahun 4. Smelter Ferronickel dengan kadar rendah 500.000 ton. 5. Pabrik Cooking Coal, dengan kapasitas 600.000 ton. 6. Pabrik Stainless Steel CRC dengan kapasitas 600.000 ton. 7. Pabrik Ferromangan. 8. Pabrik Ferrosilika Calon Investasi Tenant Baru No Jenis Industri 1. Pabrik Stainless Steel kapasitas 1 juta ton. 2. Pabrik Carbon Steel kapasitas 4 juta ton. 3. Pabrik HRC dan CRC Carbon Steel. Dampak ekonomi regional : Rata-rata kenaikan PDRB Kab. Morowali meningkat 29% per tahun (2010-2016) Investasi Tenant di Dalam Kawasan Industri No Perusahaan Jenis Produksi Kapasitas Produksi Nilai Investasi 1. PT. Sulawesi Mining Invesment 2. PT Indonesia Guang Ching Nickel and Stainless Steel Industry 3. Indonesia Tsingshan Stainless Steel Rencana Investasi 4. PT Indonesia Ruipu Nickel and Chrome Alloy 5. PT Broly Nickel Industry Nickel Pig Iron 300.000 ton/tahun $ 635.000.000 Nickel Pig Iron Stainless Steel Slab Hot Rolling Coil Nickel Pig Iron Stainless Steel Slab Stainless Steel Coil Ferroochrome Coke Nickel Oxide Sinter Tar Batubara 600.000 ton/tahun 1.000.000 ton/tahun 2.000.000 ton/tahun 600.000 ton/tahun 1.000.000 ton/tahun 700.000 ton/tahun 600.000 ton/tahun 600.000 ton/tahun 19.230 ton/tahun 6.611 ton/tahun $ 1.034.710.000 $ 817.950.000 $ 460.970.000 $ 138.527.700 6. Power Plant 1180 MW $ 1.062.000.000 Lahan Industri smelter tumbuh dari 1200 ha menjadi 2000 ha, dan memiliki target pengembangan 3000 ha. 34

Investasi Target Investasi US $ 5 Billion (2018) Realisasi Investasi US $ 3,5 Billion (2017) Kawasan Industri Konawe Jenis Industri Integrated Industri Ferronikel, Stainles Steel dan Produk hilirnya Tenaga Kerja Tenaga Kerja Asing per 2017: TKA: 1500 TKI: 4000 Prediksi TK per 2021: 16.515 langsung/tidak langsung Bandara Haluoleo Kendari Rasio TK per 2021 Asing 17% Lokal 82% Panjang landasan pacu 2.500 meter Kapasitas penumpang 1700 per hari Rute penerbangan: Jakarta, Makassar, Baubau, Wakatobi, Kolaka Pelabuhan Jetty dalam Kawasan Kapasitas eksisting 50.000 DWT Panjang 1800 m; Kedalaman 15-20 m Jaringan Jalan Jalan Trans Sulawesi Kendari-Konawe-Morowali- Palu Jalan dari lokasi tambang ke kawasan industri sepanjang 40 Km Lokasi Kecamatan Bondoiala dan Kapoiala Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara Luas Lahan Rencana: 5500 ha Pengelola Kawasan PT Virtue Dragon Nickel Industrial Park (VDNIP) 35

P e r k e m b a n g a n Rencana Penyerapan Tenaga Kerja Okupansi Lahan Lahan yang sudah dibebaskan yaitu 528 ha dari total 5.500 ha, telah dimanfaatkan oleh tenant dalam proses konstruksi pabrik smelter dan pematangan lahan Rencana Proyek & Nilai Investasi Phase 1 Awal 2016 Lahan : 100 hectares Investasi : $1 billion Produksi : 600,000 tons/annum Phase 2 Pertengahan 2017 Lahan : 200 hectares Investasi : $2 billion Produksi : 1,200,000 tons/annum Phase 3 Pertengahan 2018 Lahan : 200 hectares Investasi : $2 billion Produksi : 1,200,000 tons/annum Investasi Tenant di Dalam Kawasan Industri No Perusahaan Jenis Produksi Kapasitas Produksi Nilai Investasi 1. PT. VDNI Smelter Nickel (NPI) 600.000 ton/tahun $ 1.000.000.000 2. PT. OSS (obsidian stainless steel) Smelter Nickel (NPI & Stainless Steel) 3. Pembangunan Power Plant Rencana Tahapan Investasi 1.200.000 ton/tahun $ 2.000.000.000 560 MW $ 504.000.000 36

Investasi Target Investasi Rp 12,5 Triliun Realisasi Investasi per Juli 2017 Rp 115 Milyar Kawasan Industri Palu Jenis Industri Industri Rotan, Rumput Laut, Kelapa (Industri Agro), Pengolahan Hasil Tambang dan Logistik Tenaga Kerja per Juli 2017: 210 orang Prediksi Tenaga Kerja: 51.000 orang Bandara Mutiara Sis Al-Jufri Panjang Landasan Pacu 3500 m Kapasitas Penumpang sekitar 1500 orang/hari Jarak Bandara Kawasan: sekitar 23 km Pelabuhan Pantoloan Kapasitas eksisting 37.000 TEUs Rencana pengembangan kapasitas hingga 1,2 juta TEUs Jalan Jalan Trans Sulawesi Palu Toli-toli Palu Outer Ring Road By pass Palu Parigi Lokasi Kecamatan Tawaeli, Kota Palu Provinsi Sulawesi Tengah Luas Lahan Rencana: 1.500 ha Realisasi per 2017: 482 ha Pengelola Kawasan PT Bangun Palu Sulteng 37

Multifunctional City of International Level Investasi Tenant di Dalam Kawasan Industri No P e r k e m b a n g a n Tenant Jenis Industri Luas Lahan Rencana Nilai Investasi Perkiraan Tenaga Kerja Progress Okupansi Lahan 1 PT. Asbuton Jaya Abadi Industri Aspal Dingin 12 ha Rp 100 milyar 100 org Konstruksi Lahan yang sudah dibebaskan yaitu 482 ha. 2 PT Hongthai International Industri Getah Pinus 2 ha Rp 15 milyar 110 org Konstruksi Lahan seluas 52 ha dalam tahap 3 PT. Sofi Agro Industries Industri Pengolahan Kelapa 2 ha Rp 130 milyar 625 org Land Clearing 4 PT. Agro Sulteng Industri Karet dan Minyak Atsiri 17 ha Rp 200 milyar 100 org Land Clearing 5 PT Artha Palu Industri Minyak Atsiri 19 ha Rp 50 milyar 35 org Land Clearing pematangan dan konstruksi pabrik. Rencana Investasi No Infrastructure Company Bidang Kerjasama 1 PT. Pertamina Pembangunan Instalasi Gas di dalam KI 2 PT. PLN Pembangunan Gardu Induk di dalam KI 3 PT. Dalle Energy Pembangunan PLTU 2 x 100 MW 4 PT. Toba Sejahtera Pembangunan PLTU 2 x 100 MW 5 STM Group Pengembangan dan Pengelolaan Kawasan 6 PT. Abana Gema Mentari Pengembangan dan Pembiayaan Investasi Infrastruktur Kawasan 7 One Asia Group Pengembangan dan Pembiayaan Investasi Infrastruktur Kawasan 8 PT. SMI Pengembangan dan Pembiayaan Investasi Infrastruktur Kawasan Perizinan Administrator KEK Palu telah menerima pelimpahan/ pendelegasian kewenangan Perizinan dan non Perizinan: 1. Dari Pemerintah Kota Palu sebanyak 53 izin/non izin berdasarkan Perwali No. 03 Tahun 2016 2. Dari Pemerintah Provinsi Sebanyak 7 izin/non izin berdasarkan PERGUB No. 11 Tahun 2016 3. Dari BKPM RI Sebanyak 2 Izin - Izin Prinsip berdasarkan PERKA BKPM No.4 Tahun 2016 - Izin Usaha berdasarkan PERKA BKPM No. 5 Tahun 2016 4. Telah memperoleh hak akses perizinan online (SPIPISE Perizinan dan LKPM ) 38

Investasi Target Investasi Rp 45,5 Triliun Realisasi Investasi per Juli 2017 Rp 3,89 Triliun Jenis Industri Industri Ferronickel dan Stainless Steel Kawasan Industri Bantaeng Tenaga Kerja Kebutuhan Tenaga Kerja: 163.200 orang Prediksi Tenaga Kerja Tahun 2018: 3.850 orang Akademi Komunitas Bantaeng Teknik Kimia Analis, Teknik Perawatan Mesin dan Teknik Listrik dan Instalasi setingkat D-II. Kapasitas 360 mahasiswa per tahun ajaran Bandara Sultan Hasanuddin Panjang Landasan Pacu 3100 m Kapasitas Penumpang sekitar 10,68 orang/tahun Jarak Bandara Kawasan ± 57 km Pelabuhan Soekarno Hatta Makassar Kapasitas eksisting 350.000 TEUs per tahun Jarak Pelabuhan Kawasan: sekitar 135 km Jaringan Jalan Jalan Trans Sulawesi Makassar Bantaeng - Bulukumba Lokasi Kecamatan Pajukukang Kabupaten Bantaeng Provinsi Sulawesi Selatan Luas Lahan Rencana: 3.000 ha Realisasi per 2017: 431 ha Pengelola Kawasan PT Bantaeng Industrial Persada 39

P e r k e m b a n g a n Kawasan Industri Bantaeng masuk dalam Fasilitas KLIK Tahap I oleh BKPM) Okupansi Lahan Lahan yang sudah dibebaskan yaitu 431 ha dari total 3.000 ha, telah dimanfaatkan oleh tenant dalam proses konstruksi seluas 50 ha PT Huadi Nickel Alloy Indonesia PT Titan Mineral Utama Rencana beroperasi Smelter PT Huadi Nickel Alloy Indonesia dan PT Titan Mineral Utama pada saat harga nikel dunia stabil. Investasi Tenant di Dalam Kawasan Industri Nama Perusahaan PT Huadi Nickel Alloy Indonesia PT Titan Mineral Utama PT Bantaeng Sigma Energi PT Bantaeng Central Asia Steel PT Sinar Deli Group PT Power Merah Putih PT Pasifik Agra Energi PT Intim Perkasa Energi Jenis Usaha Rencana Nilai Investasi Realisasi Investasi Rencana Luas Lahan Realisasi Lahan Kapasitas Produksi per tahun Smelter 5 Triliun 2 Triliun 200 ha 60 ha 300.000 ton Smelter 5 Triliun 800 Miliar 170 ha 170 ha 50.000 ton Kebutuhan Listrik Prakiraan Jumlah Tenaga Kerja (s.d. 2018) 200 MW 1000 orang 150 MW 500 orang PLTU 11 Triliun 100 Miliar 100 ha 30 ha 600 MW 100 orang Smelter Ferronic kel 3 Triliun 240 Miliar 100 ha 60 ha 300.000 ton Smelter 1,5 Triliun 500 Miliar 25 ha 10 ha 350.000 ton 200 MW 1000 orang 25 MW 200 orang PLTG 12 Triliun 50 ha 600 MW 300 orang LNG/ Terminal Gas 4 Triliun 100 ha 700.000 ton 10 MW 200 orang Refinery 2 Triliun 50 ha 40 MW 150 orang PT Sergion Port 1 Triliun 20 ha 2 MW 300 orang PT Multi Kilang Pratama Migas 1 Triliun 250 Miliar 70 ha 70 ha 2 MW 100 orang PT Cinta Jaya Smelter 30,745 ha 30,475 ha Total 45,5 Triliun 3,890 Triliun 915,745 ha 430,745 ha 630 MW 3850 orang 40

Investasi Target investasi Rp. 2,3 Triliun Kawasan Industri Bitung Jenis Industri Pengembangan kawasan industri berbasis industri kelapa, perikanan, farmasi dan industri pendukung lainnya Proyeksi tenaga kerja 35.000 orang Bandara Sam Ratulangi Manado Runway 2.650 m Kapasitas penumpang 2.016.136 (BPS 2015) Pelabuhan Bitung Kapasitas penumpang 950.707; Kapasitas kargo 7.100.213 Ton (BPS 2015) Kapasitas mencapai 300.000 Teus dan akan dilakukan pengembangan hingga 3.000.000 Teus Peningkatan fisik Ruas Jalan Nasional Girian Kema sepanjang 5 Km Pembangunan Jalan Nasional akses ke Tol Manado Bitung dari pintu tol Km 28,5 ke KEK sepanjang 5 Km Peningkatan Jalan Tol Bitung Minut Manado sepanjang 43 Km Lokasi Kelurahan Tanjung Merah Bitung Provinsi Sulawesi Utara Luas Lahan Rencana: 534 Ha Realisasi per 2017: 92,96 Ha Pengelola Kawasan PT Membangun Sulut Hebat (BUMD) 41

P e r k e m b a n g a n Calon Investor Infrastruktur dalam Kawasan Industri No Perusahaan Tenant Bidang Usaha Ikatan Kerjasama 1 PT Beta Gas Gas LNG MOU dengan Pemprov Sulut 2 PT Gasmindo Utama Jaringan Gas MOU dengan Pemprov Sulut 3 PT Sari Malalugis Perikanan MOU dengan Pemprov Sulut 4 PT Arta Samudera Pasifik Perikanan/Cold Storage MOU dengan Pemprov Sulut 5 PT RD Pacific International Pengolahan Ikan Kaleng MOU dengan Pemprov Sulut 6 PT Bitung Industri Kapal Industri Kapal MOU dengan Pemprov Sulut 7 PT Pelayaran Laut Rezky Semesta Logistik dan Pergudangan MOU dengan Pemprov Sulut 8 PT Sinar Bahtera Maju Industri Baja MOU dengan Pemprov Sulut Jalan dalam kawasan industri Pembebasan lahan seluas 2,8 Ha 9 PT Brant Wood International Industri Farmasi MOU dengan Pemprov Sulut 10 PT Cakra Buana Mas Utama Industri Baja MOU dengan Pemprov Sulut 11 PT Pelindo IV Lapangan Peti Kemas MOU dengan Pemprov Sulut 12 PT Weda Bay Nikel Logistik Tambang MOU dengan Pemprov Sulut Okupansi Lahan Lahan yang telah dikuasai 92,96 Ha (ex-hgu), dalam proses HPL Tanah yang telah dikuasai 92,96 H Tanah seluas 438,24 Ha dalam proses pembebasan Kantor pengelola dan Administrator KEK 42

Direktorat Jenderal Pengembangan Perwilayahan Industri Gedung Kementerian Perindustrian Lt. 13-14 Jl. Jend. Gatot Subroto Kav. 52-53 Jakarta Selatan 12950 43