TERBENTUKNYA POLA RUANG DALAM BATIH BARU RUMAH PANGGUNG DAYAK KENYAH DI DESA PAMPANG SAMARINDA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Kalimantan Timur, dikenal dengan keragaman suku asli

POLA RUANG DALAM RUMAH PANGGONG DI KAMPUNG BONTANG KUALA

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya konsep spasial Lamin

PERUBAHAN RUANG PADA BANGUNAN RUMAH PANJAE SUKU DAYAK IBAN KALIMANTAN BARAT

BAB IV KESIMPULAN. merupakan suatu bentuk penghormatan kepada nenek moyang masyarakat Suku

POLA PERMUKIMAN BUGIS DI KENDARI. Irma Nurjannah Program Studi Arsitektur Universitas Halu Uleo Kendari

LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH BERSAING

Kampung Wisata -> Kampung Wisata -> Konsep utama -> akomodasi + atraksi Jenis Wisatawan ---> Domestik + Mancanegara

Arsitektur Dayak Kenyah

Fasilitas Ecomuseum Suku Dayak Kenyah Desa Pampang di Samarinda

SUMBU POLA RUANG DALAM RUMAH TINGGAL DI KAWASAN PECINAN KOTA BATU

BAB I PENDAHULUAN. menarik. Dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan keindahan, manusia

BAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari. Menurut Pitana dan Diarta (2009) konsep pariwisata mempunyai kata

BENTUKAN VISUAL ARSITEKTUR RUMAH SINOM DI KELURAHAN KERTOSARI PONOROGO

KARAKTER SPASIAL BANGUNAN STASIUN KERETA API SOLO JEBRES

BAB I PENDAHULUAN. besar di dalam suatu ekosistem. Hutan mampu menghasilkan oksigen yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. tradisi serta budaya. Keragaman suku bangsa di Indonesia menyebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 I d e n t i f i k a s i P e r u b a h a n R u m a h T r a d i s i o n a l D e s a K u r a u, K e c. K o b a

Sirkulasi Bangunan Rumah Tinggal Kampung Kauman Kota Malang

Pesona Kehidupan Tradisional di Tengah Modernitas. Oleh : Christina Wahyu Cahyani Jumat, 17 Pebruari :42

I. PENDAHULUAN. Wilayah tanah air Indonesia terdiri dari ribuan pulau dan dihuni oleh berbagai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pernikahan adalah salah satu peristiwa penting yang terjadi dalam

SISTEM KEKERABATAN PEMBENTUK POLA PERMUKIMAN DUSUN KRAJAN KABUPATEN LUMAJANG

BAB I PENDAHULUAN. Dayak. Suku Dayak sendiri terbagi dalam kelompok-kelompok kecil,

BAB I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

POLA PERKEMBANGAN PERMUKIMAN KAMPUNG ASSEGAF PALEMBANG

BAB II TINJAUAN ASET WISATA DAN PEMUKIMAN TRADISIONAL MANTUIL 2.1. TINJAUAN KONDISI DAN POTENSI WISATA KALIMANTAN

SURAT PERNYATAAN KATA PENGANTAR... DAFTAR GAMBAR v DAFTAR TABEL vii ABSTRAK viii ABSTRACT. ix

KONSERVASI BANGUNAN BERSEJARAH DI DESA BAHU PALAWA

TRADISI METHIL SEBAGAI SALAH SATU WARISAN KEARIFAN LOKAL DI DESA KARANGMALANG KECAMATAN KASREMAN KABUPATEN NGAWI. Inka Septiana. Sosiologi Antropologi

BAB I PENDAHULUAN. ditinggalkan, karena merupakan kepercayaan atau citra suatu kelompok dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Komunikasi merupakan suatu alat penghubung antara yang satu dengan yang

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. di dunia yang kekayaan alamnya menjadi aset bagi Negara yang berada

ELEMEN PEMBENTUK ARSITEKTUR TRADISIONAL BATAK KARO DI KAMPUNG DOKAN

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

RUANG KOMUNAL PADA ARSITEKTUR VERNAKULAR UMA, LAMIN, & RUMAH GADANG

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

KEBUDAYAAN SUKU BANJAR

BAB V1 KESIMPULAN DAN SARAN

PERAN, FUNGSI DAN MAKNA ARSITEKTUR RUMAH LAMIN DALAM BUDAYA ADAT SUKU DAYAK DI KUTAI BARAT KALIMANTAN TIMUR. Abito Bamban Yuuwono.

Pola pemukiman berdasarkan kultur penduduk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. (1968) disebut sebagai tragedi barang milik bersama. Menurutnya, barang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB 8 KESIMPULAN DAN KONTRIBUSI

Skripsi. diajukan untuk memenuhi sebagian syarat guna mencapai gelar Sarjana Pendidikan Sejarah. Oleh : James Paul Piyoh

Dari Bukit Turun Ke Sawah PLPBK di Kawasan Heritage Mentirotiku dan Lakessi

BAB I PENDAHULUAN. yang berada di sebelah timur pulau Sumbawa yang berbatasan langsung dengan NTT adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. spesifik. Oleh sebab itu, apa yang diperoleh ini sering disebut sebagai

Kata kunci : Arsitektur Bali, Panel surya, rangkaian seri, rangkaian paralel.

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sumber daya alam merupakan titipan Tuhan untuk dimanfaatkan sebaikbaiknya

BAB 1 PENDAHULUAN. sakral, sebuah pernikahan dapat menghalalkan hubungan antara pria dan wanita.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pesisir pantai barat. Wilayah budaya pantai barat Sumatera, adalah

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara majemuk yang memiliki beragam suku bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. Kapuas Hulu adalah salah satu kabupaten yang terletak di Provinsi

BAB I PENDAHULUAN. berbagai belahan bumi, dan masyarakat umumnya. 1 Etnobotani juga memiliki

BAB I PENDAHULUAN. ciri khas masing-masing yang menjadi pembeda dari setiap suku.

Perubahan Konsep Dapur Hunian Akibat Kebutuhan Pengguna pada Perumahan (Studi Kasus: Perumahan Vila Bukit Tidar Malang)

1. WARISAN BUDAYA BENDA DAN TAK BENDA KABUPATEN BULUNGAN. Jenis Warisan Budaya : Cagar Budaya ( Warisan Budaya Benda )

BAB I PENDAHULUAN I. 1. LATAR BELAKANG. I Latar Belakang Perancangan. Pada dasarnya manusia mempunyai kebutuhan primer.

KONSEP ARSITEKTUR BERKELANJUTAN ARSITEKTUR VERNAKULAR RUMAH LAMIN SUKU DAYAK KENYAH

BAB IV MAKNA LIMBE BAGI MASYARAKAT DENGKA MASA KINI. masyarakat Nusak Dengka telah menganut agama Kristen, namun dalam

BAB V KESIMPULAN 5.1. Karakteristik Fisik Lingkungan Perumahan Pahandut Seberang

BAB I PENDAHULUAN. Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan

POLA RUANG DALAM BANUA TONGKONAN DAN BANUA BARUNG- BARUNG DI DUSUN TONGA, KELURAHAN PANTA'NAKAN LOLO, TORAJA UTARA

2013 POLA PEWARISAN NILAI-NILAI SOSIAL D AN BUD AYA D ALAM UPACARA AD AT SEREN TAUN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

KONSEP DASAR SOSIOLOGI PERDESAAN. Pertemuan 2

BAB I PENDAHULUAN. Ruang Publik Yaroana Masigi berada di tengah-tengah permukiman

BAB I PENDAHULUAN. Suku bangsa Melayu di Sumatera Timur mendiami daerah pesisir timur

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini fokusnya adalah unsur arsitektur yang dipertahankan pada

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya yang

b. Pemanfaatan potensi Sungai Mahakam

Pokok Bahasan : Konsep Ekologi 2 Sub Pokok Bahasan : a. Lingkungan alamiah dan buatan b. Ekologi kota c. Ekologi kota sebagai lingkungan terbangun

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan suatu sistem nilai yang berlaku dalam kehidupan

STUDI PENENTUAN KAWASAN KONSERVASI KOTA TEGAL MELALUI PENDEKATAN MORFOLOGI KOTA TUGAS AKHIR. Oleh : PRIMA AMALIA L2D

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pepatah Jawa dinyatakan bahwa budaya iku dadi kaca benggalaning

BAB I PENDAHULUAN. seseorang akan mampu menilai banyak hal mengenai budaya seperti gaya hidup,

KONSEP DASAR SOSIOLOGI PERDESAAN. Pertemuan 2

ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DI KECAMATAN MIJEN KOTA SEMARANG TAHUN Publikasi Ilmiah. Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Konsep Design Mikro (Bangsal)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Moch Ali M., 2015

BAB I PENDAHULUAN. Maluku Utara merupakan sebuah Provinsi yang tergolong baru. Ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk hidup dalam melangsungkan kehidupannya

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Singkat dan letak geografis Desa Sikijang

BAB I PENDAHULUAN. menyebut dirinya dengan istilah Hokkian, Tiochiu, dan Hakka. Kedatangan

Gambar 1.1 Tampak samping Rumah Tongkonan (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1993)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki beranekaragam kebudayaan. Sebagaimana telah

Surel : Diterima : 18 Oktober 2017; Disetujui : 25 Oktober 2017

BAB I PENDAHULUAN. wujud hasil kebudayaan seperti nilai - nilai, norma-norma, tindakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa,

KONSEP RUANG UME KBUBU DESA KAENBAUN KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA

BAB I PENDAHULUAN. [Type text]

BAB I PENDAHULUAN. zaman itu masyarakat memiliki sistem nilai. Nilai nilai budaya yang termasuk

Transkripsi:

TERBENTUKNYA POLA RUANG DALAM BATIH BARU RUMAH PANGGUNG DAYAK KENYAH DI DESA PAMPANG SAMARINDA Ririn Prasetya P, Antariksa, Abraham M. Ridjal Fakultas Teknik, Jurusan Arsitektur, Universitas Brawijaya Jl. Mayjen Haryono 167 Malang 65145 Telp. 0341-567486 Email: ririn.setya@gmail.com ABSTRAK Perpindahan Masyarakat Suku Dayak Kenyah di Desa Pampang Samarinda merupakan keputusan yang diambil mereka untuk dapat hidup yang lebih layak dan memisahkan diri dari Lamin adat. Lamin adat yang terbentuk di Desa Pampang merupakan bentuk batih baru, dimana batih baru merupakan tempat tinggal masyarakat Dayak Kenyah yang dihuni dua belas kepala keluarga oleh para tetua suku. Pola ruang yang terbentuk masing-masing rumah panggung dilakukan berdasarkan keputusan adat dan hukum adat batih baru. Penelitianini dilakukan untuk menemukan bagaimana bentuk pola ruang dalam batih baru yang terbentuk setelah perpindahan Suku Dayak Kenyah dari Apouyakan ke Desa Pampang, dan faktor apa yang mempengaruhi terbentuknya pola ruang. Metode yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan metode analisis deskripsi. Data yang didapatkan secara langsung melalui wawancara terhadap para tetua suku Dayak Kenyah di Desa Pampang, dianalisis untuk mendapatkan pola ruang batih baru yang terbentuk setelah perpindahan mereka ke Desa Pampang. Terbentuknya pola ruang batih baru oleh faktor modernisasi dikarenakan letak dari Desa Pampang tepat dipinggir Kota Samarinda. Kata kunci: pola ruang dalam, rumah panggung ABSTRACT Community displacement Dayak Kenyah village Pampang Samarinda is a decision taken by them to be able to live a more decent and broke away from traditional Lamin. Lamin custom formed in the village Pampang a new conjugal form, which is home to a new batih Dayak Kenyah communities that inhabited the twelve heads of families by the tribal elders. Pattern space formed each stage house is done by customary and traditional lawmaking new batih. The research was conducted to find out how to form patterns in the space formed after the new conjugal transfer of Apouyakan Dayak Kenyah village to Pampang, and what factors influence the formation of spatial patterns. The method used in this study using the analysis method description. The data obtained directly through interviews with elders in the village of Dayak Kenyah Pampang, were analyzed to obtain new batih space pattern formed after their migration to Pampang Village. The formation of a new pattern of conjugal space by a factor of modernization due to the location of the right edge of the village Pampang Samarinda. Keywords: patterns in space, stagehouse

1. Pendahuluan Rumah panggung Suku Dayak Kenyah di Desa Pampang Samarinda, merupakan rumah panggung yang sudah mengalami perubahan secara fisik maupun non fisik. Rumah tempat tinggal masyarakat Suku Dayak Kenyah mengalami perubahan, dikarenakan perpindahan mereka ke Desa Pampang dari tempat asal mereka di Apoyakan. Perubahan yang terjadi dari batih mutlak menjadi batih baru. Batih mutlak merupakan rumah panjang yang dapat dihuni oleh seratus kepala keluarga di dalam satu rumah, sedangkan batih baru yang terbentuk hanya dapat dihuni dua belas kepala keluarga dalam satu rumah. Tujuan hidup secara komunal dipilih masyarakat Dayak Kenyah dengan tujuan dapat meminimalisir segala permasalahan yang ada didalam satu rumah, dan dapat mempermudah perekonomian mereka dalam satu rumah panggung. Kehidupan secara komunal ditanamkan dari generasi ke generasi oleh nenek moyang Dayak Kenyah, dengan kehidupan komunal dalam satu rumah panggung masyarakat suku dayak mulai meninggalkan tradisi tersebut dan memilih tinggal dalam satu rumah panggung sendiri. Wujud dari pemisahan diri dari rumah panjang, dan hidup di tanah yang baru yang lebih subur, mereka memilih untuk memisahkan diri dari lamin adat dan tidak membangun rumah panjang yang dapat dihuni seratus kepala keluarga di Desa Pampang, melainkan membangun rumah panggug yang dihuni oleh empat kepala keluarga. Terbentuknya batih baru, sebagai wujud pemisahan diri dari lamin adat, mengakibatkan rumah panggung dengan sebutan amin tenggeg dan uma belata terbentuk didalam perkampungan Dayak Kenyah di Desa Pampang Samarinda. Namun, permasalahan yang muncul mengakibatkan lamin adat menjadi rumah kosong dan fungsi rumahlamin adat pun menjadi rumah pentas budaya setelah pembangunan yang dilakukan oleh pemerntah pada tahun 1972. Berdasarkan latar belakang tersebut, studi penelitian ini dilakukan untuk menemukan bagaimana bentuk pola ruang dalam batih baru yang terbentuk, dan faktor apa saja yang mempengaruhi terbentuknya pola ruang. Tujuan penelitian tersebut diharapkan dapat menemukan bentuk pola ruang dalam rumah panggung, untuk dapat mempertahankan tradisi dan budaya lokal dengan terciptanya batih baru yang di modifikasi oleh masyarakat Dayak Kenyah dengan mempertahankan budaya dan mengikuti modernisasi agar tidak tenggelam oleh jaman. 2. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode analisis deskripsi. Pengumpulan data yang dilakukan secara langsung melalui wawancara mengenai fakta yang terjadi dan berkaitan dengan pola ruang dalam di Desa Pampang Samarinda. Terbentuknya batih baru yang terjadi sebagai wujud pemisahan diri dari lamin adat disebabkan modernisasi yang ada disekitar lingkungan permukiman, sehingga terbentuk batih baru pada rumah panggung masyarakat Suku Dayak Kenyah. Ruang lingkup penelitian yang dibatasi dengan kriteria pada pola ruang dalam dan faktor yang mempengaruhi sebagai wujud terbentuknya batih baru.

3. Hasil dan Pembahasan Terbentuknya batih baru setelah perpindahan masyarakat Suku Dayak Kenyah merupakan suatu hal yang lumrah dilakukan, dikarenakan mereka memilih hidup secara memisah dan lepas dari lamin adat tempat asal usul mereka di Apoyakan. Di Desa Pampang pembentukan batih baru dimulai dari persempitan penggunaan ruang pada lamin adat, hingga akhirnya seiring dengan perkembangan jaman, dan di era modernisasi, masyarakat suku Dayak Kenyah menginginkan rumah yang lebih layak dan memisahkan diri dari lamin adat. Penggunaan ruang dalam pada rumah panggung masyarakat Suku Dayak Kenyah setelah melepaskan diri dari lamin, terbagi berdasarkan ke empat penjuru mata angin, dan letak rumah yang berada di hilir dan di hulu sungai, sehingga penamaan dari rumah panggung masyarakat suku Dayak Kenyah mempunyai makna tersendiri, yaitu Lamin adat (Rumah Adat) rumah para tetua suku dan wakil ketua suku, Amin tenggeng (Rumah Ungsi) terletak di Hilir Sungai merupakan rumah para masyarakat Suku Dayak Kenyah yang telah melakukan perkawinan antar Sub Suku Dayak dan tempatnya para warga yang sedang terkena penyakit menular, Uma Belata (Rumah Kita) merupakan rumah para warga asli keturunan Masyarakat Suku Dayak Kenyah. 3.1 Lamin Adat Lamin adat (Umaq Dado ) Dayak Kenyah merupakan rumah para bangsawan ataupun para tetua Suku yang dihormati masyarakat Dayak Kenyah. Rumah lamin berbentuk panggung dihuni oleh dua belas kepala keluarga dengan ketinggian panggung sekitar 1m 2. Pada umumnya rumah masyarakat Suku Dayak Kenyah yang bertempat tinggal dipinggir sungai mempunyai pola permukiman secara linier dan mempunyai tahapan pola linier dari sungai yang dipilih sebagai tempat memulai mendirikan sebuah permukiman masyarakat Suku asli Dayak Kenyah, sehingga bentuk dari rumah lamin adat itu sendiri berbentuk melintang mengikuti arah hadap sungai dan diberi nama Amin melintang. Lamin adat merupakan sebuah tempat berkumpul dalam melakukan kegiatan sosial budaya masyarakat (Jayadinata, 1999). Orientasi arah hadap bangunan utama rumah Lamin adat (Umaq Dado ) memiliki arah penunjuk mata angin yaitu Utara Selatan yang ditandai dari arah mana ukiran Burung Enggang menghadap. Ukiran burung enggang terletak dipinggir atas dari atap yang dipercaya dapat menjaga rumah dan dipercaya sebagai binatang suci (Gambar 1).

Gambar 1.Orientasi Lamin Adat Secara fungsi pola ruang dalam yang ada, dilihat dari munculnya ruang yang digunakan dan ditinjau dari status, dan perbedaan jenis kelamin (Gambar 2). Gambar 2.Pola Ruang Lamin Adat Berdasarkan Gender Perbedaan fungsi yang terdapat didalam rumah dipengaruhi juga oleh intensitas kebutuhan dan penggunaan masing-masing ruang didalam rumah lamin adat (Gambar 3). Gambar 3.Pengelompokan Pola Ruang Secara umum tata ruang dalam pada lamin adat memiliki keterkaitan erat dengan orientasi arah hadap bangunan, untuk dapat digunakan dalam pemanfaatan ruang dalam, pada tradisi yang dilakukan masyarakat Suku Dayak Kenyah. Pemanfaat ruang dalam suatu acara ritual kegiatan adat seperti, kelahiran anak baru masyarakat Suku Dayak, pemberian nama pada anak yang baru lahir serta upacara kematian adat.

3.2 Amin tenggeng Amin tenggeng merupakan rumah panggung masyarakat Suku Dayak Kenyah yang melakukan perkawinan antar Sub Suku Dayak Kenyah atau biasa masyarakat Dayak Kenyah sebut lepoq, sehingga terletak disebelah Hilir sungai. Amin tenggeng sendiri berarti tempat pengungsian, dikarenakan mereka Suku Dayak Kenyah yang memilih melakukan perkawinan antar Sub Suku Dayak Kenyah (lepoq) dan masyarakat Dayak Kenyah asli yang sedang terkena penyakit menular. Amin tenggeng sendiri terdiri dari dua tipe bangunan yang berbeda yakni Amin melintang dan Amin sung. 1. Amin sung yaitu rumah memanjang kebelakang dari jalan dan badan sungai yang ada didepannya. Tipe rumah amin tenggeng berbentuk memanjang kebelakang dari badan sungai dan badan jalan Desa, sehingga peletakan ruang didalam rumah amin tenggeng mempunyai makna tersendiri (Gambar 4). Gambar 4.Klasifikasi Tipe Rumah Amin Sungdan Pemaknaan Ruang 2. Amin melintang yaitu rumah memanjang mengikuti aliran sungai dan yang ada didepannya. Tipe rumah amin tenggeng berbentuk memanjang kesamping sejajar dengan badan sungai dan jalan Desa mempunyai makna tersendiri (Gambar 5). Gambar 5. Klasifikasi Tipe Rumah Amin Melintangdan Pemaknaan Peletakan Ruang Secara umum tampilan atap dimana ruang dibawah atap terbentuk tidak semua sesuai dengan tata letak dibawah ruang yang dinaungi (Widayati, 2014). Bangunan pada Amin tenggeng yang berposisi bangunan berada di hilir sungai atau tepatnya arah selatan mempunyai dua tipe arah hadap pada tampak depan Amin tenggeng. Kedua tipe tersebut orientasinya adalah Timur Barat dan Barat Timur (Gambar 6).

Gambar6. Orientasi Rumah Panggung Dayak Kenyah Berdasarkan Gejala Alam Gejala alam yang dipercaya merupakan sebuah tanda dari alam dimana sejajar dengan badan sungai dan mengikuti orientasi arah matahari akan menjadikan kampung yang mereka tempati akan tumbuh subur lahan garapannya dan hidup damai dengan masyarakat yang lainnya. Pengaturan dan susunan didalam rumah Amin tenggeng yang sudah diatur dalam tanah adat yang diperuntukkan bagi berbagai kepentingan secara kolektif ataupun individu karena didalam ruang diatur dalam hukum adat (Samsoedin et al, 2010). Pola yang terbentuk berdasarkan makna yang sudah terkandung dan dipercaya masyarakat Dayak Kenyah (Gambar 7). Gambar 7. Pola Ruangdengan Garis Keturunan Matrilineal Suku Dayak Kenyah Peletakan ruang yang dilakukan masyarakat Dayak Kenyah dilakukan berdasarkan garis keturunan didalam amin tenggeng (Gambar 8) Gambar 8. Pola Ruang dengan Garis Keturunan Patrilieal Suku Dayak Kenyah

Bentuk rumah amin tenggeng yang mempunyai klasifikasi tipe rumah yang berbeda,dengan kesakralan dalam peletakan ruang dan keprivasian ruang dalam rumah masyarakat Dayak Kenyah tetap terjaga utuh (Gambar 9). Gambar 9. Pola Ruang dengan Garis Keturunan Patrilieal dan Matrilineal Suku Dayak Kenyah Pola yang terbentuk berdasarkan klasifikasi tipe rumah yang berbeda merupakan wujud dari rumah panjang masyarakat Suku Dayak Kenyah, walaupun pada jaman yang modern dan Suku Dayak Kenyah lebih memilih tinggal dalam rumah panggung yang beranggotakan kurang dari empat kepala keluarga. 3.3 Uma Belata Uma belata merupakan rumah panggung masyarakat asli Suku Dayak Kenyah yang tetap mempertahankan keturunan asli Dayak Kenyah, sehingga dikawasan Desa Pampang letak mayarakat Dayak Kenyah keturunan asli terletak di hulu sungai. Rumah panggung yang berdiri sendiri dengan kehidupan komunal kurang dari empat kepala keluarga dan terdiri dari satu keluarga besar merupakkan bentuk batih baru dengan ekonomi yang lebih baik (Maunati 2004). Uma belata sendiri terdiri dari tiga tipe bangunan yang berbeda, yaitu 1. Bentuk rumah memanjang kebelakan dan diberi nama amin sung. Tata letak bangunan yang berada di hulu sungai mempunyai makna tersendiri dari peletakan ruang dalam di uma belata (Gambar 10). Gambar 10.Klasifikasi Tipe Rumah Amin Sungdan Pemaknaan Peletakan Ruang 2. Bentuk rumah memanjang kesamping(amin melintang) dengan tata letak ruang didalam uma belata yang mempunyai makna tersendiri (Gambar 11).

Gambar 11.Klasifikasi Tipe Rumah Amin Melintang Bentuk Rumah Uma Belata 3. Tipe rumah amin melintang dan amin sung yang sudah mengalami perubahan dengan penambahan sebuah ruang dibelakang maka perubahan yang terjadi didalam pembangunan sebuah rumah dikawasan Desa Pampang akan berganti nama dengan sebutan rumah metu buladadong yang berarti rumah sambung (Gambar 12). Gambar 12.Klasifikasi Tipe Rumah Metuk Bulodadong Bentuk Rumah Uma Belata Orientasi arah hadap yang mempengaruhi tipe dan peletakan dari ruang didalam rumah adat menjadikan sebuah penanda dan mempunyai maksud tersendiri dari masyarakat Suku Dayak Kenyah di Desa Pampang. Orientasi yang berhubungan dengan gejala alam. Hal yang membedakan pola ruang yang terbentuk antara amin tenggeng dan uma belata adalah pemaknaan ruang yang terjadi. Hal tersebut dikarenakan perbedaan penggunaan ruang oleh pelaku ruang, sehingga pola ruang yang terbentuk mempunyai bentuk yang sama persis tetapi pemaknaan ruang sangat berbeda. 3.4 Persamaan Faktor Pola ruang dalam yang terbentuk antara lamin adat, amin tenggeng dan uma belata berdasarkan persamaan, adalah 1. Klasifikasi tipe rumah panggung 2. Orientasi arah hadap bangunan 3. Peletakan pola ruang dalam 4. Penggunaan ruang dalam berdasarkan gender 5. Pemaknaan ruang dalam

Persamaan tipe rumah dan orientasi arah hadap bangunan yang menjadikan dasar terbentuknya peletakan ruang dilakukan berdasarkan keputusan adat swing-swing serta pemaknaan setiap ruang didalam rumah panggung suku Dayak Kenyah. 3.5 Faktor Pembeda Dari persamaan bentuk pola ruang yang terjadi dan pemaknaan ruang yang terjadi berdasarkan pelaku ruang didalam rumah, yang ditentukan oleh status kebangsawanan, rakyat biasa ataupun para budak dan ditentukan oleh status keturunan dari suku Dayak Kenyah. 4. Kesimpulan Terbentuknya batih baru di Desa Pampang Samarinda, merupakan bentuk dari pemisahan diri dari lamin adat, yang diakibatkan perpindahan masyarakat Suku Dayak Kenyah ke daerah pinggirkota Samarinda. Hal tersebut mengubah cara pemikiran masyarakat tradisioanal menjadi lebih modern. Seiring dengan perkembangan yang modern, masyarakat Dayak Kenyah memilih memisahkan dirinya dari lamin adat, sehingga terbentuklah rumah panggung yang dihuni oleh empat kepala keluarga dalam satu rumah panggung. Rumah tersebut mempunyai dua klasifikasi tipe rumah yang berbeda, yaitu amin sung dan amin melintang, dikarenakan inginnya keanekaragaman yang baru pada rumah panggung. Rumah panggung yang terbentuk tidak lepas dari bentuk rumah panjang dan lamin adat mereka. Persamaan dan perbedaan ruang yang terbentuk tidak lepas dari hukum adat yang berlaku dan pemaknaan setiap peletakan ruang. Faktor yang mempengaruhi terbentuknya batih baru disebabkan oleh perpindahan Suku Dayak Kenyah ke pinggir Kota Samarinda, dan pengaruh kehidupan modernisasi yang ada di Kota, sehingga masyarakat Suku Dayak Kenyah merubah pola pikir masyarakat tradisional menjadi lebih modern tetapi tidak meninggalkan budaya yang mereka dapatkan dari nenek moyang Dayak Kenyah. Daftar Pustaka Widayati, Rusfina. 2014. Konsep Spasial Lamin Adat Suku Dayak Kenyah di Kabupaten Kutai Kartanegara. Yogyakarta: Thesis & Dissertation Universitas Gadjah Mada. Jayadinata, Johara T. 1999. Tata Guna Tanah dalam Perencanaan Pedesaan Perkotaan dan Wilayah, Edisi 3. Bandung: ITB. Maunati, Yekti. 2004. Identitas Dayak Komodifikasi & Politik Kebudayaan. Yogyakarta: Penerbit LKiS. Samsoedin, I., Wijaya, A., & Sukiman, H. 2010. Konsep Tata Ruang dan Pengelolaan Lahan pada Masyarakat Dayak Kenyah di Kalimantan Timur. Samarinda: Jurnal Analisis, Kebijakan Kehutanan.