BAB I PENDAHULUAN. Hasil tambang baik mineral maupun batubara merupakan sumber

dokumen-dokumen yang mirip
Tentang Pemurnian dan Pengolahan Mineral di Dalam Negeri

Bedah Permen ESDM No. 7 Tahun Tentang Peningkatan Nilai Tambah Mineral Melalui Kegiatan Pengolahan dan Pemurnian Mineral

REPUBLIK INDONESIA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN HILIRISASI INDUSTRI DALAM RANGKA MENCAPAI TARGET PERTUMBUHAN INDUSTRI NASIONAL

KEBIJAKAN UMUM SEKTOR PERTAMBANGAN

HILIRISASI PEMBANGUNAN INDUSTRI BERBASIS MINERAL TAMBANG

HILIRISASI PEMBANGUNAN INDUSTRI BERBASIS MINERAL TAMBANG

Jakarta, 15 Desember 2015 YANG SAYA HORMATI ;

- 3 - BAB I KETENTUAN UMUM

KEBIJAKAN EKSPOR PRODUK PERTAMBANGAN HASIL PENGOLAHAN DAN PEMURNIAN

BAB I PENDAHULUAN. kepulauan Indonesia dengan jumlah yang sangat besar seperti emas, perak, nikel,

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara Repub

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Kajian SUPPLY DEMAND MINERAL

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Pemanfaatan cadangan..., Mudi Kasmudi, FT UI, 2010.

ARAH KEBIJAKAN PERTAMBANGAN

- 3 - BAB I KETENTUAN UMUM

DIREKTORAT JENDERAL MINERAL DAN BATUBARA KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

Oleh Rangga Prakoso. Batasan Ekspor Mineral Diperlonggar

Ketentuan ayat (1) Pasal 5 diubah, sehingga Pasal 5 berbunyi sebagai berikut:

- 3 - BAB I KETENTUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. industri adalah baja tahan karat (stainless steel). Bila kita lihat di sekeliling kita

Pemerintah Memastikan Larangan Ekspor Mineral Mentah

RENCANA AKSI HILIRISASI PEMBANGUNAN INDUSTRI BERBASIS MINERAL TAMBANG

KEYNOTE SPEECH BIMBINGAN TEKNIS REKLAMASI DAN PASCATAMBANG

BAB I PENDAHULUAN Kondisi umum Tujuan dan Sasaran Strategi 1 Rencana Strategis Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara

ARAH KEBIJAKAN ALOKASI SUMBERDAYA MINERAL & BATUBARA UNTUK KEBUTUHAN BAHAN BAKU SEBAGAI SUBSTITUSI IMPOR

BAB I PENDAHULUAN. baik agar penambangan yang dilakukan tidak menimbulkan kerugian baik. dari segi materi maupun waktu. Maka dari itu, dengan adanya

BAB 1 PENDAHULUAN. Analisa kelayakan..., Muhamad Gadhavai Fatony, FE UI, 2010.

STUDI KELAYAKAN USAHA PEMBUKAAN CABANG BARU KONVEKSI GIAS MULTI KREASI

DAFTAR ISI. Halaman ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xii

BAB I PENDAHULUAN. Prasarana jalan merupakan salah satu infrastruktur yang vital yang menghubungkan

Penyusunan Matriks PMTB Tahun 2015

Aspek Ekonomi dan Keuangan. Pertemuan 11

2017, No tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 06 Tahun 2017 tentang Tata Cara Dan Persyaratan Pemberia

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan yang penting terhadap tercapainya target APBN yang

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil análisis dan pembahasan terhadap kelayakan investasi PT. ABC

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Kontribusi Ekonomi Nasional Industri Ekstraktif *) Sekretariat EITI

Pusat Sumber Daya Geologi Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. Bandung, Maret 2015

Permen ESDM No 11 Tahun 2012

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Oleh: Hendra Sinadia/Resources

BAB V. Kesimpulan Dan Saran

DAFTAR ISI... Halaman ABSTRAKSI.. KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR Latar Belakang Penelitian 1

- 3 - BAB I KETENTUAN UMUM

STUDI KELAYAKAN BISNIS PADA USAHA RUMAH MAKAN AYAM BAKAR TERASSAMBEL

BAB I PENDAHULUAN. teknologi berkembang dengan pesat. Dunia bisnis pun terpengaruh dengan

n.a n.a

Bab V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI AKTIVA TETAP DENGAN MENGGUNAKAN METODE CAPITAL BUDGETING PADA CV. SURYA SEJAHTERA BERSAMA

STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN NECIS LAUNDRY

Studi Kelayakan Bisnis Pembukaan Cabang Baru Pada Usaha Ayam Bakar dan Madu Sumber Jaya NINDYA KLARASINTA STEVIANUS, SE.

BAB I PENDAHULUAN. Tbk. Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor terhadap Perekonomian Provinsi

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN:

BAB I PENDAHULUAN. berbagai sektor. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. menerus setiap bulannya. Produksi unit tungku kompor dengan harga

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia usaha yang semakin berkembang saat ini, di mana ditunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. Studi kelayakan pengembangan pabrik lampu neon electronic (Ne) Sukoharjo Solo. Disusun oleh : NIM. I

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. Identifikasi Permasalahan Potensial Dalam Proses Hilirisasi Industri Manufaktur

Bambang Yunianto. SARI

BAB I PENDAHULUAN. pangsa pasar yang ditargetkan, mempertahankan eksistensi perusahaan, dan lain lain.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEBIJAKAN MINERAL DAN BATUBARA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI PADA CV RIZA SEJAHTERA NAMA : KUSPANDI KELAS : 4EB08 NPM : FAKULTAS : EKONOMI JURUSAN : AKUNTANSI

BAB I PENDAHULUAN. ini tentu akan meningkatkan resiko dari industri pertambangan.

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember Biro Perencanaan Sekretariat Jenderal Kementerian Perindustrian

SOSIALISASI DAN SEMINAR EITI PERBAIKAN TATA KELOLA KEGIATAN USAHA PERTAMBANGAN MINERBA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

STUDI KELAYAKAN BISNIS PADA USAHA TOKO BIN AGIL DI JALAN RAYA CONDET, JAKARTA TIMUR : MUAMMAL IRZAD NPM :

DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL KATA PENGANTAR ABSTRAK DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR PUSTAKA BAB I PENDAHULUAN 1

III. METODE PENELITIAN

Sumber Daya Alam. Yang Tidak Dapat Diperbaharui dan Yang Dapat di Daur Ulang. Minggu 1

ANALISA STUDY KELAYAKAN KELANGSUNGAN USAHA JASA FOTO COPY CAHAYA GIRI

ABSTRAK. Penggunaan mesin Auto cutter Metoda Analisa Kelayakan Investasi Proyek 1. Proyek 2 (Jaket)

CAPAIAN SUB SEKTOR MINERAL DAN BATUBARA SEMESTER I/2017

RASIONALITAS DAN EVALUASI PENETAPAN BEA KELUAR DALAM RANGKA MENDUKUNG KEBIJAKAN PENGELOLAAN MINERAL

Menimbang Manfaat PT Freeport bagi Indonesia. Indonesia Corruption Watch (ICW) Jakarta, 1 November 2011

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI AGUSTUS 2014

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN

ANALISIS KELAYAKAN PERLUASAN USAHA PEMASOK IKAN HIAS AIR TAWAR Budi Fish Farm Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor. Oleh: DWIASIH AGUSTIKA A

Ekspor Bulan Juni 2014 Menguat. Kementerian Perdagangan

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Setiap perusahaan akan melakukan berbagai aktivitas untuk

Tabel 3.1. Indikator Sasaran dan Target Kinerja

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

- 4 - MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL TENTANG PENGUSAHAAN PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA.

(TOR) PENUNJUKAN LANGSUNG TENAGA PENDUKUNG PERENCANAAN PENGEMBANGAN PENANAMAN MODAL DI BIDANG SUMBER DAYA MINERAL TAHUN ANGGARAN

PENGELOLAAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK SUMBER DAYA ALAM PERTAMBANGAN UMUM

BAB IV UPAYA PT NEWMONT DALAM MEMPENGARUHI KEBIJAKAN PEMERINTAH INDONESIA. Dalam penerapan kebijakan pemerintah terkait dalam UU minerba no 4

12/23/2016. Studi Kelayakan Bisnis/ RZ / UNIRA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Makalah Analisis Bisnis dan Studi Kelayakan Usaha

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. penelitian ini, maka penulis dapat menarik simpulan sebagai berikut:

Neraca Perdagangan Januari-Oktober 2015 Surplus USD 8,2 M, Lebih Baik dari Tahun Lalu yang Defisit USD 1,7 M. Kementerian Perdagangan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 58 TAHUN 1998

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Kebutuhan dan Penyediaan Energi di Industri Smelter Aluminium

V E R S I P U B L I K

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hasil tambang baik mineral maupun batubara merupakan sumber daya alam yang tidak terbaharukan (non renewable) yang dikuasai negara, oleh karena itu pengelolaannya harus memberi manfaat berupa peningkatan nilai tambah bagi perekonomian nasional guna mencapai kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Mineral dan batubara harus dimanfaatkan sebesarbesarnya untuk rakyat yang diwujudkan melalui peningkatan nilai tambah bagi perekonomian nasional dengan cara mendirikan pabrik pengolahan dan pemurnian mineral di dalam negeri. Untuk mencapai kemakmuran dan kesejahteraan rakyat maka pengelolaan pertambangan mineral dan batubara berazaskan manfaat, keadilan dan keseimbangan, serta keberpihakan kepada kepentingan bangsa. Untuk mewujutkan cita-cita tersebut, Pemerintah bersama-sama dengan Dewan Perwakilan Rakyat telah menerbitkan UU Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara menggantikan UU Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan Pokok Pertambangan. Berdasarkan ketentuan dalam Undang-undang No 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara, dimana salah satunya mengamanatkan wajib dilakukan peningkatkan nilai tambah mineral dan batubara melalui pengolahan dan pemurnian di dalam negeri selambat-

2 lambatnya 5 (lima) tahun sejak UU No 4/2009 diundangkan, sesuai dengan pasal-pasal berikut ini: 1. Pasal 103 ayat 1 Pemegang IUP dan IUPK Operasi Produksi wajib melakukan pengolahan dan pemurnian hasil penambangan didalam negeri. 2. Pasal 170 Pemegang kontrak karya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 169 yang sudah berproduksi wajib melakukan pemurnian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 103 ayat (1) selambatlambatnya 5 (lima) tahun sejak Undang-Undang ini diundangkan. Hasil pertambangan yang dilakukan di Indonesia sebelum jatuh temponya kewajiban melakukan pengolahan dan pemurnian di dalam negeri kebanyakan di ekspor ke luar negeri dalam bentuk yang bervariasi seperti penjualan ekspor dalam bentuk bijih (bijih bauksit, bijih besi, nikel), dalam bentuk konsentrat dan logam (emas, tembaga). Kondisi pengolahan dan pemurnian mineral saat ini sebagai berikut: a. Beberapa komoditas mineral telah diolah dan dimurnikan di dalam negeri Beberapa komoditas mineral yang telah diolah dan dimurnikan di dalam negeri adalah seluruh bijih mineral emas dan perak telah dimurnikan 100% antara lain: oleh PT Aneka Tambang, PT Nusa Halmahera Minerals, dan PT Natarang Mining. Untuk bijih Timah juga telah seluruhnya 100% diproses dan dimurnikan menjadi logam timah yaitu PT Timah. Sementara untuk bijih Nikel sebagian telah diproses menjadi ferronickel oleh PT Aneka Tambang dan nickel matte oleh PT Vale Indonesia, namun sebagian besar masih diekspor dalam bentuk bijih

3 nikel. Untuk bijih Tembaga telah diolah hingga menjadi konsentrat tembaga yaitu: PT Freeport Indonesia dan PT Newmont Nusa Tenggara yang terutama mengandung tembaga, emas dan perak. Sekitar 30% konsentrat ini dimurnikan di dalam negeri yaitu di PT. Smelting Gresik menjadi katoda tembaga dan produk sampingnya berupa anoda slime. Pemurnian anoda slime belum dilakukan di dalam negeri. Konsentrat tembaga yang belum dimurnikan di dalam negeri adalah sekitar 70% dari seluruh produksi konsentrat tembaga sehingga masih lebih banyak konsentrat yang diekspor. b. Beberapa mineral hasil penambangan belum diolah dan dimurnikan di dalam negeri dan langsung diekspor Bijih mineral yang belum diolah dan dimurnikan di dalam negeri dan seluruhnya diekspor antara lain: bijih besi, pasir besi, bauksit dan mangan. Bijih mineral hasil penambangan saat ini belum diolah dan dimurnikan di dalam negeri sehingga menyebabkan manfaat yang seharusnya dinikmati oleh Indonesia menjadi terbuang antara lain: penyerapan tenaga kerja, pendapatan pajak, serta multiplier effect berdirinya kegiatan pendukung pengolahan dan pemurnian. Dari sisi industri hilir, ekspor mineral bijih ini mengakibatkan industri hilir pengguna bahanbaku logam harus mengimpor logam sebagai bahanbaku industri. Impor logam ini menyebabkan terkurasnya devisa Indonesia yang menyebabkan defisit neraca perdagangan sehingga terjadi gangguan pada kondisi perekonomian Indonesia. Contoh industri hilir logam Indonesia yang mengimpor bahanbaku logam antara lain: PT Krakatau Steel yang mengimpor besi sponge/pellet untuk industri baja

4 dalam negeri dan PT Inalum yang mengimpor alumina untuk menghasilkan aluminium. Dengan pelaksanaan kewajiban pengolahan dan pemurnian mineral di dalam negeri maka seluruh bijih mineral yang diproduksi di Indonesia wajib diolah dan dimurnikan di dalam negeri sehingga meningkatkan nilai tambah untuk Indonesia untuk mewujudkan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Untuk produksi bauksit yang dihasilkan dari berbagai tambang di dalam negeri sebagian besar masih diekspor dalam bentuk bahan mentah. Total ekspor bauksit dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan yang sangat signifikan khusunya sejak diterbitkannya UU No. 4 tahun 2009. Tingginya ekspor ini tidak sebanding dengan nilai harga jualnya yang relatif rendah hal ini karena yang diekspor masih dalam bentuk bahan baku yang belum mengalami proses peningkatan nilai tambah di dalam negeri. Gambar 1.1 Tingkat Ekspor Bauksit Sumber Ditjen Minerba (olah)

5 Logam aluminium merupakan salah satu logam dasar yang digunakan secara luas dalam berbagai aspek kehidupan. Berbagai peralatan rumah tangga yang sangat sederhana sampai dengan peralatan berteknologi tinggi seperti pesawat terbang dan peralatan elektronika banyak menggunakan aluminium sebagai komponen di dalamnya sehingga kebutuhan aluminium dan paduannya akan sangat meningkat setiap tahunnya. Sampai saat ini, sebagian besar produksi aluminium dunia masih dipasok oleh sepuluh perusahaan produsen terbesar seperti UC Rusal, Alcoa, Chalco, Rio Tinto Alcan, China Pow, Hydro, Shandong Shinfa, Weiqiao, Dubal, Pasific Aluminium, dll. Konsumsi aluminium ingot dalam negeri pada tahun 2011 mencapai 474 ribu ton, sementara produksi didalam negeri hanya sebesar 240 ribu ton dimana sebagian besar yaitu 135 ribu ton diekspor ke Jepang. Ingot primer sangat dibutuhkan khususnya untuk industri elektronika, konstruksi, otomotif terutama pada pembuatan pelek dan blok mesin. 1.2 Rumusan Permasalahan Dari gambaran di atas terdapat permasalahan apakah pendirian pabrik pengolahan dan pemurnian bijih bauksit (alumina refinery) secara keekonomian layak didirikan di Indonesia sebagai pelaksanaan UU No. 4 Tahun 2009 dan untuk mewujudkan peningkatan nilai tambah di dalam negeri. Oleh karena itu penulis tertarik melakukan penelitian Analisis Keekonomian Pembangunan Fasilitas Pengolahan Dan Pemurnian Dalam

6 Rangka Peningkatan Nilai Tambah Bijih Bauksit (Alumina Refinery) Pada PT XYZ. 1.3 Pertanyaan Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah pembangunan pabrik pengolahan dan pemurnian bijih bauksit (alumina refinery) secara keekonomian dapat dilaksanakan di Indonesia sesuai dengan amanat UU No. 4 tahun 2009, sehingga dapat menjelaskan mengenai: 1. Seberapa besar tingkat keekonomian dalam pembangunan pabrik pengolahan dan pemurnian bijih bauksit (alumina refinery)? 2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi keekonomian didalam pembangunan pabrik pengolahan dan pemurnian bijih bauksit (alumina refinery)? 3. Seberapa besar pengaruh faktor-faktor tersebut mempengaruhi keekonomian didalam pembangunan pabrik pengolahan dan pemurnian bijih bauksit (alumina refinery)? 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah pembangunan pabrik pengolahan dan pemurnian bijih bauksit (alumina refinery) secara keekonomian dapat dilaksanakan di Indonesia sesuai dengan amanat UU No. 4 tahun 2009, sehingga dapat menjawab mengenai: 1. Berapa besar tingkat keekonomian didalam pembangunan pabrik pengolahan dan pemurnian bijih bauksit (alumina refinery).

7 2. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi keekonomian didalam pembangunan pabrik pengolahan dan pemurnian bijih bauksit (alumina refinery). 3. Berapa besar pengaruh faktor-faktor tersebut didalam mempengaruhi keekonomian didalam pembangunan pabrik pengolahan dan pemurnian bijih bauksit (alumina refinery). Disamping itu, karena penulis terlibat didalam pelaksanaan aturan kewajiban pembangunan pabrik pengolahan dan pemurnian hasil penambangan didalam negeri, sehingga dengan tulisan ini penulis dapat memberikan gambaran tingkat keekonomian pembangunan pabrik pengolahan dan pemurnian tersebut dan dapat memberikan masukanmasukan untuk kelancaran dalam pelaksanaan regulasi tersebut. 1.5 Batasan Penelitian Dalam penelitian ini, penulis hanya melakukan kegiatan melakukan analisis aspek-aspek regulasi terkait pengolahan dan pemurnian serta melakukan analisis atas dokumen-dokumen PT XYZ untuk menyusun model analisis keekonomian yang terdiri dari informasi ketersediaan bahan baku, tipe pabrik pengolahan dan pemurnian, jenis investasi awal yang dilakukan, mengetahui pangsa pasar hasil pengolahan dan pemurnian, mengetahui harga pasaran, analisis investasi jangka pendek yang terdiri dari permodalan, biaya produksi, dan tingkat revenue, sehingga dapat disusun model aliran kas sampai dengan umur berakhirnya ijin yaitu sampai dengan 20 tahun, dari model aliran kas tersebut dapat dilakukan analisis jangka panjang berupa Payback Period (PP), Net Present Value (NPV), Internal Rate

8 of Return (IRR), Profitability Index (PI), dan Analisis Sensitifitas sehingga dapat disusun suatu kesimpulan. 1.6 Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan membawa manfaat dalam hal: 1) Untuk dipakai sebagai acuan dalam perencanaan investasi pabrik pembangunan pabrik pengolahan dan pemurnian bijih bauksit (alumina refinery) di Indinesia. 2) Untuk dipakai dalam perhitungan besarnya biaya produksi pabrik pembangunan pabrik pengolahan dan pemurnian bijih bauksit (alumina refinery) yang baru, sehingga dapat diprediksi keuntungan yang akan dicapai oleh perusahaan di tahun yang akan datang. 3) Dapat menjadi bahan masukan serta informasi bagi Direktorat Pembinaan Pengusahaan Mineral dalam menyusun strategi pembangunan pabrik peleburan bauksit. 4) Sebagai acuan bagi peneliti lain yang tertarik pada tema yang sama. 1.7 Sistematika Penulisan Sistematika atau kerangka penulisan dari penelitian ini dijelaskan sebagai berikut: BAB I : PENDAHULUAN Bab ini berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, kontribusi penelitian, dan sistematika penulisan.

9 BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisi kumpulan uraian teori yang berkaitan dengan pokok bahasan penelitian ini. Teori-teori ini diperoleh dari kumpulan buku teks, jurnal, dan literatur lainnya. BAB III : METODA PENELITIAN Bab ini akan menjelaskan tentang metodologi penelitian yang akan digunakan. Metodologi penelitian ini terdiri atas jenis penelitian, teknik pengumpulan data, serta teknik pengolahan dan analisa data serta teknik pengujian data. BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini akan diuraikan temuan-temuan hasil penelitian kemudian dirumuskan temuan tersebut sebagai materi analisis atau diskusi hasil penelitian yang akan diuraikan melalui analisa dan pembahasan atas hasil penelitian kemudian dijadikan dasar dalam perumusan kesimpulan dan rekomendasi. BAB V : KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini menyajikan kesimpulan dari seluruh bahasan dan hasil penelitian dan rekomendasi penelitian.