BAB I PENDAHULUAN. bermanfaat bagi individu dan masyarakat secara keseluruhan, tetapi juga berperan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. menimbulkan munculnya gagasan pendirian bank sirkulasi untuk Hindia Belanda.

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan dalam dunia perbankan mengharuskan setiap bank melakukan langkahlangkah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan bank di Indonesia mengalami proses pasang surut, dimulai pada

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada tahun 2004 Bank Indonesia menerbitkan Arsitektur Perbankan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan di dunia perbankan yang sangat pesat serta tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Perbankan memiliki kedudukan

BAB I PENDAHULUAN. Pengertian bank menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/16/PBI/2006 TENTANG KEPEMILIKAN TUNGGAL PADA PERBANKAN INDONESIA GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan demi menjadi perusahaan yang unggul. Ketatnya persaingan antara

BAB I PENDAHULUAN. Bank adalah sebuah lembaga keuangan yang menjadi perantara untuk

BAB I PENDAHULUAN. (Pakto 88), menjadi 240 bank pada tahun Sedangkan Bank

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SEJARAH BANK INDONESIA : KELEMBAGAAN Periode

BAB I PENDAHULUAN. dengan 2 cara, yaitu pertumbuhan dari dalam perusahaan (internal growth), atau

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Otoritas Moneter di Indonesia

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/23/PBI/2004 TENTANG PENILAIAN KEMAMPUAN DAN KEPATUTAN (FIT AND PROPER TEST) BANK PERKREDITAN RAKYAT

BAB I PENDAHULUAN. efektivitas pencapaian tujuan perusahaan. Seiring dengan berkembangnya. mendorong kesinambungan dan kelangsungan hidup perusahaan.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

PENDAHULUAN. Dilihat dari sejarah berdirinya Bank Indonesia pada tahun 1960-an dimana

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2006 Bank Indonesia mengeluarkan Peraturan Bank Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. intermediasi, bank berperan penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. terkait, baik pemilik dan pengelola bank, masyarakat pengguna jasa bank maupun

Makalah Bank Central (Bank Indonesia) Ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia bisnis pada saat ini sedang melaju pesat. Hal ini disebabkan

ekonomi Kelas X BANK SENTRAL DAN OTORITAS JASA KEUANGAN KTSP & K-13 A. Pengertian Bank Sentral Tujuan Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Sektor perbankan merupakan salah satu sektor yang sangat penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. Penyebab krisis moneter yang melanda Indonesia bukanlah fundamental

BAB I PENDAHULUAN. 49B1-9DDC-CB01AB6C60D0/19386/SejarahPerbankanPeriode pdf)

SEJARAH BANK INDONESIA : PERBANKAN Periode

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

I. PENDAHULUAN. perkapita, kesempatan kerja, distribusi pendapatan, dan lain-lain. Sasaran itu terus

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/17/PBI/2006 TENTANG INSENTIF DALAM RANGKA KONSOLIDASI PERBANKAN GUBERNUR BANK INDONESIA,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata Bank dalam kehidupan sehari-hari bukanlah merupakan hal yang asing lagi.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. lembaga keuangan berfungsi sebagai financial intermediary atau perantara

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 39/POJK.03/2017 TENTANG KEPEMILIKAN TUNGGAL PADA PERBANKAN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SISTEM DAN KEBIJAKAN PERBANKAN DI INDONESIA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 14/ 24 /PBI/2012 TENTANG KEPEMILIKAN TUNGGAL PADA PERBANKAN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Sedangkan mengacu kepada. menawarkan rekening dan memberikan pinjaman, memperlancar lalu

2016, No e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf d, perlu menetapkan Peraturan Otoritas Jasa K

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Peran perbankan yang profesional semakin dibutuhkan guna

I. PENDAHULUAN. kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/24/PBI/2012 TAHUN 2012 TENTANG KEPEMILIKAN TUNGGAL PADA PERBANKAN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan dalam segala sektor saat sekarang ini semakin ketat, tidak terkecuali dalam

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia perbankan yang sangat pesat disertai dengan tingkat

No. 9/32/DPNP Jakarta, 12 Desember 2007 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA. Perihal : Kepemilikan Tunggal pada Perbankan Indonesia

GUBERNUR BANK INDONESIA PADA DENGAN

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan usaha bank yang utama adalah menjadi lembaga intermediasi

Bank Indonesia : Apa, Siapa dan Bagaimana

BAB I PENDAHULUAN. yang baik Good Corporate Governance (GCG), sedangakan di luar perusahaan

MENGAPA PERLU ARSITEKTUR PERBANKAN INDONESIA? Oleh: Tumpak Silalahi SE AK,MBA. Pada awal Januari 2004 ini, siaran pers Bank Indonesia secara resmi

BAB II KEDUDUKAN BANK INDONESIA DALAM SISTEM KEUANGAN NEGARA. Menurut Undang-Undang Pokok Perbankan Nomor 10 Tahun 1998

- 1 - SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 44 /SEOJK.03/2017 TENTANG KEPEMILIKAN TUNGGAL PADA PERBANKAN INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. ekonomi, salah satunya yaitu sektor keuangan yang mencakup industri perbankan. Perkembangan perbankan yang sangat pesat serta

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan harus senantiasa memperhatikan keserasian, keselarasan, dan

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 19/13/PBI/2017 TENTANG PELAYANAN PERIZINAN TERPADU TERKAIT HUBUNGAN OPERASIONAL BANK UMUM DENGAN BANK INDONESIA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/ 9 /PBI/2012 TENTANG UJI KEMAMPUAN DAN KEPATUTAN (FIT AND PROPER TEST) BANK PERKREDITAN RAKYAT

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara, peranan bank sangatlah penting. Pembangunan ekonomi di suatu

I. PENDAHULUAN. yang menjadi sarana dalam pelaksanaan kebijakan pemerintah yaitu kebijakan

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan. sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. tentang Bank Indonesia, dikatakan bahwa untuk memelihara kesinambungan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini banyak bermunculan bermacam-macam bank umum di

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan perbankan memiliki peranan yang strategis dalam

RANCANGAN POJK PERUSAHAAN INDUK KONGLOMERASI KEUANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga Keuangan Bank (Bank Financial Institution) merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. badan hukum yang mengalami kasus pailit, begitu juga lembaga perbankan.

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Bank merupakan salah satu lembaga

BAB I PENDAHULUAN. manusia dan masyarakat Indonesia yang dilakukan secara bertahap dan

1 Universitas Indonesia

2 Sehubungan dengan hal tersebut diperlukan proses uji kemampuan dan kepatutan terhadap calon pemilik dan calon pengelola perbankan syariah melalui pe

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat, tidak

I. PENDAHULUAN. Sistem keuangan terdiri dari lembaga keuangan, pasar keuangan, serta

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pesat di Indonesia. Dalam Undang-Undang No.10 Tahun 1998, bank didefinisikan. dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

No. 15/2/DPNP Jakarta, 4 Februari 2013 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA. Kepemilikan Tunggal pada Perbankan Indonesia

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 2/ 27 /PBI/2000 TENTANG BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian global berdampak bagi negara Indonesia. Oleh karena itu perlu

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 2 / 6 /PBI/2000 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PEMERIKSAAN BANK GUBERNUR BANK INDONESIA,

PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Audit Internal

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi global sangat mempengaruhi kinerja perusahaan-perusahaan di

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. dan keuangan Indonesia karena dapat berfungsi sebagai intermediary institution yaitu

BAB I PENDAHULUAN. GAMBAR 1.1 LOGO PT. BANK CIMB NIAGA TBK. Sumber :

PENDAHULUAN. Menurut Undang-undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan diperbaharui dengan Undang-undang No. 10 Tahun 1998.

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI BANK, BANK INDONESIA, DAN OTORITAS JASA KEUANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi, transaksi tidak hanya terjadi dalam suatu negara saja

No. 15/4/DPNP Jakarta, 6 Maret 2013 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA. Perihal: Kepemilikan Saham Bank Umum

PEDOMAN dan TATA TERTIB KERJA KOMITE REMUNERASI DAN NOMINASI PT BANK MASPION INDONESIA Tbk

ANALISIS KINERJA LEMBAGA KEUANGAN BANK YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 10/9/PBI/2008 TENTANG

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 5/25 /PBI/2003 TENTANG PENILAIAN KEMAMPUAN DAN KEPATUTAN (FIT AND PROPER TEST) GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB V PENUTUP. Dari rangkaian diskusi dalam bab-bab sebelumnya dapat ditarik kesimpulan,

PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Audit Internal

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 5.1 Hasil Estimasi Persamaan untuk Kelompok Bank dengan Jumlah Kepemilikan Aset < Rp. 1 Trilyun

PEDOMAN dan TATA TERTIB KERJA DIREKSI PT. BANK MASPION INDONESIA Tbk

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberadaan suatu bank dalam perekonomian modern merupakan kebutuhan yang sulit dihindari karena bank telah menyentuh pada seluruh aspek kebutuhan masyarakat. Dalam perkembangannya bank tidak hanya semata menjalankan fungsi intermediasi, tetapi juga memberikan jasa dan pelayanan lain kepada masyarakat, seperti dalam lalu lintas pembayaran maupun jasa keuangan lainnya. Bank sebagai lembaga yang dipercaya tidak hanya dibutuhkan atau bermanfaat bagi individu dan masyarakat secara keseluruhan, tetapi juga berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan ekonomi suatu negara. Selain itu bank juga dapat membantu memperlancar kegiatan transaksi, produksi, serta konsumsi melalui fungsinya sebagai lembaga yang melaksanakan lalu lintas pembayaran. Demikian pula bank juga berperan dalam melaksanakan kebijakan moneter, dan efektifitas kebijakan moneter dapat berjalan baik dipengaruhi oleh kesehatan dan stabilitas bisnis perbankan. Melihat peran perbankan yang sangat strategis, kondisi kesehatan dan stabilitas perbankan menjadi sesuatu yang sangat vital. Bank yang sehat, baik secara individu maupun secara keseluruhan sebagai suatu sistem merupakan kebutuhan suatu perekonomian yang ingin tumbuh dan berkembang dengan baik.

Terganggunya fungsi intermediasi perbankan setelah terjadinya krisis perbankan di Indonesia telah mengakibatkan lambannya kegiatan investasi dan pertumbuhan ekonomi. Untuk menciptakan dan memelihara kondisi perbankan yang sehat diperlukan kebijakan perbankan yang efektif yang meliputi kebijakan di bidang perizinan, pengaturan, pengawasan dan kebijakan yang berkaitan dengan tindak lanjut dari pengawasan, yaitu berupa pemberian sanksi terhadap setiap penyimpangan yang terjadi dengan ketentuan perbankan, maupun tindakan lain dalam rangka pembinaan serta upaya dalam meningkatkan kesehatan perbankan secara keseluruhan. Disinilah bank sentral sebagai lembaga dengan otoritas tertinggi di bidang perbankan memiliki peran yang sangat penting dalam perekonomian suatu bangsa, terutama di bidang moneter, keuangan dan perbankan. Bank sentral dibentuk dengan tujuan sosial ekonomi tertentu yang menyangkut kepentingan nasional atau kesejahteraan umum seperti stabilitas harga, perkembangan ekonomi dan disisi lain dalam suatu sistem perbankan. Karena ketiadaan koordinator dan regulator yang tidak berpihak akan mengakibatkan bank-bank tidak dapat melaksanakan kegiatan perbankan secara efisien. Peran bank sentral akan tercermin dari tugas utama yang diembannya yaitu menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan mengawasi bank, serta menjaga kelancaran sistem pembayaran. Kemudian peran yang sangat mendasar adalah mencetak dan mengedarkan uang. Dengan peran demikian wajar bila bank sentral mempunyai tujuan dan diberi tanggung jawab untuk memelihara kestablian nilai dari mata

uang yang diedarkan. Kestabilan nilai mata uang tersebut merupakan kewajiban mendasar bagi bank sentral agar kepercayaan negara dan masyarakat dapat tetap terpelihara. Peran dan tugas Bank Indonesia (selanjutnya disingkat dengan BI) selaku bank sentral hingga saat ini telah mengalami evolusi. Semula BI hanya sebagai bank sirkulasi dan agen pembangunan, namun sejak tahun 1999 BI menjadi bank sentral yang independen dan mempunyai tugas mencapai sasaran tunggal, yaitu stabilitas nilai rupiah 1. Hal ini ditegaskan dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia. Sebagai otoritas moneter yang independen BI memiliki kewenangan untuk merumuskan kebijakan moneter dan melaksanakan kebijakan yang telah ditetapkan dan dalam melaksanakan tugasnya tanpa campur tangan atau intervensi dari pihak di luar BI. Dengan independensi tersebut BI mempunyai otonomi penuh dalam merumuskan dan melaksanakan setiap tugas dan wewenangnya. Pihak luar BI tidak dibenarkan mencampuri pelaksanaan tugas BI. Pada saat yang sama, BI juga berkewajiban untuk menolak atau mengabaikan intervensi dalam bentuk apapun dan dari pihak mana pun. Hal ini secara tegas diatur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia Pasal 9 ayat 1 dan ayat 2 sebagai berikut: 1. Pihak lain dilarang melakukan segala bentuk campur tangan terhadap pelaksanaan tugas Bank Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8. 1 Veithzal Rivai, Bank and Financial Institution Management (Jakarta: RajaGrafindo, 2007), hlm.35

2. Bank Indonesia wajib menolak dan atau mengabaikan segala bentuk campur tangan dari pihak mana pun dalam rangka pelaksanaan tugasnya. Mengingat usaha penguatan perbankan menyangkut berbagai aspek yang terkait satu sama lain, usaha perbaikan harus dilakukan dalam suatu rangkaian kebijakan yang terpadu dan bersifat komprehensif. Suatu upaya lanjutan dari program restrukturisasi perbankan yang saat ini masih berjalan dan adanya tuntutan yang besar untuk menciptakan fundamental perbankan Indonesia yang lebih kokoh, diperlukan serangkaian kebijakan perbankan untuk menciptakan sistem perbankan yang sehat, kuat dan efisien guna mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Untuk menjawab kebutuhan tersebut BI telah menyusun cetak biru mengenai tatanan industri perbankan ke depan serta bagaimana visi, arah, dan bentuk yang akan dicapai. Tatanan industri perbankan ke depan tersebut dikenal dengan Arsitektur Perbankan Indonesia (selanjutnya disingkat dengan API). API yang diluncurkan oleh Gubernur Bank Indonesia pada tanggal 9 Januari 2004 ini merupakan suatu kerangka dasar sistem perbankan Indonesia yang bersifat menyeluruh dan memberikan arah, bentuk, dan tatanan industri perbankan untuk rentang waktu lima sampai sepuluh tahun ke depan. Arah kebijakan pengembangan industri perbankan di masa mendatang yang dirumuskan dalam API dilandasi oleh visi mencapai suatu sistem perbankan yang sehat, kuat dan efisien guna menciptakan kestabilan sistem keuangan dalam rangka membantu mendorong pertumbuhan ekonomi nasional dimana terdiri dari enam

pilar, yakni struktur perbankan yang sehat, sistem pengaturan yang efektif, sistem pengawasan yang independen dan efektif, industri perbankan yang kuat, infrastruktur yang mencukupi dan perlindungan nasabah. Melalui cetak biru API, maka BI telah menetapkan berbagai upaya penyehatan dan penguatan industri perbankan nasional. Program konsolidasi industri perbankan merupakan salah satu inisiatif pokok yang mengarahkan gerak langkah industri perbankan nasional ke depan. Industri perbankan nasional harus dapat menjadi tulang punggung perekonomian yang sehat, kuat, dinamis dan bermanfaat dalam jangka waktu mendatang. Namun dengan perkembangan situasi dan tantangan ke depan menuntut BI untuk menyesuaikan time frame konsolidasi perbankan ke arah yang lebih cepat dari jadwal sebelumnya. 2 Dengan skenario utama percepatan proses konsolidasi industri perbankan di Indonesia yang lebih konkrit diharapkan industri perbankan nasional akan diisi oleh bank-bank yang memiliki komitmen dan kemampuan yang tinggi untuk secara optimal berperan dalam proses pembangunan nasional. Salah satu skenario kebijakan yang dikeluarkan oleh BI adalah Kebijakan Kepemilikan Tunggal atau Single Presence Policy, dimana seseorang atau badan hukum atau pemerintah hanya boleh menjadi pemegang saham pengendali pada satu bank umum saja. Mereka yang merupakan Pemegang Saham Pengendali (selanjutnya disingkat dengan PSP) pada lebih dari satu bank umum diberi tiga opsi, yaitu divestasi (penjualan saham-saham miliknya), merger atau konsolidasi, 2 Burhanuddin Abdullah, Menuju Perbankan Yang Sehat, Kuat, dan Dapat Mendorong Percepatan Pembangunan, Pidato Gubernur Bank Indonesia, Pada Pertemuan Tahunan Perbankan 2005.

dan yang terakhir adalah pembentukan perusahaan induk di bidang perbankan (Bank holding company). 3 Kebijakan Kepemilikan Tunggal (Single Presence Policy) merupakan salah satu rangkaian upaya BI dalam menegakan Pilar I API yaitu Penguatan Struktur Perbankan Nasional dan Pilar III API yaitu Peningkatan Fungsi Pengawasan. Kebijakan ini mengharuskan kepada semua pemilik bank khususnya Pemegang Saham Pengendali (PSP) untuk mengkonsolidasikan kepemilikannya di bank-bank yang dalam satu group usahanya dengan batas waktu hingga tahun 2010. Berdasarkan hal tersebut diatas, penyesuaian struktur kepemilikan yang dilakukan dengan salah satu opsi merger, yaitu antara PT Bank Niaga Tbk dengan PT Bank Lippo Tbk menjadi PT Bank CIMB Niaga Tbk. Dua entitas bank terkemuka di Indonesia ini memilih untuk melakukan merger dalam rangka mematuhi Kebijakan Kepemilikan Tunggal (Single Presence Policy) dari BI, dikarenakan merger merupakan opsi terbaik bagi seluruh pemangku kepentingan (stakeholder) yang diambil oleh pemegang saham. Hal ini didasarkan Direksi dan Dewan Komisaris kedua bank tersebut dengan bantuan dari beberapa profesi penunjang telah mempelajari dan melakukan penelaahan atas penggabungan yang dilakukan serta dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan yang berlaku serta prosedur terkait dengan ketiga alternatif tersebut. Bertitik tolak dari hal-hal yang telah disampaikan diatas, penulis tertarik untuk membahas lebih lanjut mengenai masalah Kepemilikan Tunggal (Single 3 Bank Indonesia, Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/16/PBI/2006 tentang Kepemilikan Tunggal Pada Perbankan Indonesia, Pasal 1 ayat (3) dan (4).

Presence Policy) yang telah dilaksanakan oleh dua bank swasta nasional, yakni PT Bank Niaga Tbk dan PT Bank Lippo Tbk yang kemudian menjadi PT Bank CIMB Niaga Tbk untuk menjadi suatu karya ilmiah dalam bentuk tesis dengan judul : Pelaksanaan Kebijakan Kepemilikan Tunggal (Single Presence Policy) Melalui Merger Bank (Studi Kasus Merger PT Bank Niaga Tbk dan PT Bank Lippo Tbk menjadi PT Bank CIMB Niaga Tbk). B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana pelaksanaan merger dalam Kebijakan Kepemilikan Tunggal (Single Presence Policy)? 2. Bagaimana prosedur hukum yang dilakukan oleh bank yang memilih opsi merger dalam Kebijakan Kepemilikan Tunggal (Single Presence Policy)? 3. Bagaimana mekanisme pelaksanaan Kebijakan Kepemilikan Tunggal (Single Presence Policy) yang dilakukan pada merger PT Bank Niaga Tbk dan PT Bank Lippo Tbk? C. Tujuan Penelitian Dalam tujuan penelitian, peneliti mendeskripsikan apa yang diharapkan atau sumbangan apa yang dapat diberikan oleh penelitian tersebut. 4 Adapun tujuan dalam penelitian ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu: 4 Rianto Adi, Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum (Jakarta: Granit, 2004), hlm.22-23

1. Tujuan Umum Memberikan pengetahuan hukum mengenai pelaksanaan merger dalam Kebijakan Kepemilikan Tunggal (Single Presence Policy) dalam dunia perbankan di Indonesia. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui pelaksanaan merger dalam Kebijakan Kepemilikan Tunggal (Single Presence Policy). b. Untuk mengetahui prosedur hukum yang dilakukan oleh bank yang memilih opsi merger dalam Kebijakan Kepemilikan Tunggal (Single Presence Policy). c. Untuk mengetahui pengaruh dari opsi merger dalam Kebijakan Kepemilikan Tunggal (Single Presence Policy) yang dilakukan oleh bank. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini memiliki manfaat teoritis dan praktis. Adapun kedua manfaat tersebut adalah sebagai berikut: 1. Teoritis Manfaat penelitian yang bersifat teoritis diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran dalam khasanah ilmu pengetahuan terutama dalam bidang hukum khususnya dalam bidang hukum perbankan mengenai pelaksanaan merger sebagai salah satu wujud implementasi dari Kebijakan Kepemilikan Tunggal (Single Presence Policy), sehingga tercipta proses

pembangunan dan sistem yang kuat juga sehat dalam industri perbankan Indonesia. 2. Praktis Manfaat penelitian yang bersifat praktis diharapkan mampu memberikan kontribusi bagi kalangan pemerintah, akademisi, praktisi hukum dan perbankan dalam membuat kebijakan, ketentuan, penelitian lebih lanjut dan segala hal yang berkaitan dengan pelaksanaan merger dari Kebijakan Kepemilikan Tunggal (Single Presence Policy). E. Keaslian Penelitian Penelitian dengan judul : Pelaksanaan Kebijakan Kepemilikan Tunggal (Single Presence Policy) Melalui Merger Bank (Studi Kasus Merger PT Bank Niaga Tbk dan PT Bank Lippo Tbk menjadi PT Bank CIMB Niaga Tbk) berdasarkan penelusuran dari hasil-hasil penelitian terdahulu pada Program Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada (Program Studi Hukum Bisnis), bahwa belum pernah dilakukan penelitian mengenai merger dengan judul dan pembahasan yang sama dengan penelitian ini. Dengan demikian, penelitian ini adalah asli karena sesuai dengan asas-asas keilmuan, yaitu : jujur, rasional, obyektif dan terbuka; sehingga kebenaran dari penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.